You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana

penderita memiliki tekanan darah di atas normal. Penyakit ini diperkirakan telah

menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5%, dan

prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju.

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab gangguan jantung.

Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat juga berakibat terjadinya

gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini seringkali disebut

silent killer karena tidak adanya gejala dan tanpa disadari penderita mengalami

komplikasi pada organ-organ vital. Penyakit ini memerlukan biaya pengobatan

yang tinggi dikarenakan alasan seringnya angka kunjungan ke dokter, perawatan

di rumah sakit dan penggunaan obat jangka panjang.1

Hipertensi merupakan faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal akut dan

penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease/CKD) karena dapat menyebabkan

kerusakan pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal

untuk memfiltrasi darah dengan baik.2 Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk

menurunkan mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskular. Penurunan tekan

sistolik harus menjadi perhatian utama, karena umumnya tekanan diastolik akan

terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya sistolik.3

1
Ada dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi yaitu terapi

farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu dengan

menggunakan obat-obatan antihipertensi yang terbukti dapat menurunkan tekanan

darah, sedangkan terapi non farmakologis atau disebut juga dengan modifikasi

gaya hidup yang meliputi berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan,

menghindari alkohol, modifikasi diet serta yang mencakup psikis antara lain

mengurangi stress, olah raga, dan istirahat.4

Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi merupakan usaha

bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya. Kepatuhan seorang pasien

yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam

meminum obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif dan kesediaan pasien

untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal yang

ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan.5

Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi.

Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat

mempengaruhi tekanan darah dan mencegah terjadi komplikasi. 1 Kepatuhan

terhadap penggobatan diartikan secara umum sebagai tingkatan perilaku dimana

pasien menggunakan obat, menaati semua aturan dan nasihat serta dilanjutkan

oleh tenaga kesehatan. Beberapa alasan pasien tidak menggunakan obat

antihipertensi dikarenakan sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan

gejala, terapi jangka panjang, efek samping obat, regimen terapi yang kompleks,

pemahaman yang kurang tentang pengelolaan dan risiko hipertensi serta biaya

pengobatan yang relatif tinggi.6

2
Ketidakpatuhan pasien menjadi masalah serius yang dihadapi para tenaga

kesehatan profesional. Hal ini disebabkan karena hipertensi merupakan penyakit

yang paling banyak dialami oleh masyarakat tanpa ada gejala yang signifikan dan

juga merupakan penyakit yang menimbulkan penyakit lain yang berbahaya bila

tidak diobati secepatnya.7

Berdasarkan hal di atas maka tingkat kepatuhan pasien hipertensi menjadi

objek observasi dalam tulisan ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya hipertensi?


2. Apakah perubahan usia menjadi salah satu faktor risiko penyebab
hipertensi?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dalam menyikapi
hipertensi?
4. Bagaimana tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi?
5. Bagaimana hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita
hipertensi?

1.3. ASPEK DISIPLIN DAN ILMU YANG TERKAIT DENGAN


PENDEKATAN DIAGNOSIS HOLISTIK KOMPREHENSIF PADA
PASIEN HIPERTENSI
Untuk pengendalian permasalahan hipertensi pada tingkat individu dan

masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan Standar

Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program profesi dokter

Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan kepanitraan klinik pada bagian

Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas di layanan primer

3
(Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh

profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta

komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa

pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,

dan pengelolaan masalah kesehatan. Kompetensi tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1): untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Hipertensi secara individual,

masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik, moral dan

peraturan perundangan.

2. Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2): Mahasiswa mampu

mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan budaya

sendiri dalam penanganan Hipertensi, melakukan rujukan sesuai dengan

Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan

pengetahuan.

3. Komunikasi efektif (Kompetensi 3): Mahasiswa mampu melakukan

komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga,

masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Hipertensi.

4. Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4): Mahasiswa mampu memanfaatkan

teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik

kedokteran.

5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5): Mahasiswa mampu

menyelesaikan masalah pengendalian Hipertensi secara holistik dan

4
komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan

landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum.

6. Keterampilan Klinis (Kompetensi 6): Mahasiswa mampu melakukan prosedur

klinis yang berkaitan dengan masalah Hipertensi dengan menerapkan prinsip

keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.

7. Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7): Mahasiswa mampu

mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara

komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam

konteks pelayanan kesehatan primer.

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT STUDI KASUS

Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah memberikan

tatalaksana masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang

utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan

penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter

keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu

kedokteran terkini (evidence based medicine).

1.4.1 Tujuan Umum:

Tujuan dari penulisan laporan studi kasus ini adalah dapat menerapkan

penatalaksanaan pasien hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga secara

komprehensif dan holistik, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia

(SKDI), berbasis evidence based medicine (EBM) pada pasien dengan

mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan

5
pasien hipertensi dengan pendekatan diagnostik holistik di Puskesmas Tabaringan

Makassar.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk penerapan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan

penunjang, serta menginterpretasikan hasilnya dalam mendiagnosis

hipertensi.

2. Untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada

tingkat individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam

pengendalian hipertensi.

3. Untuk melakukan penilaian kepatuhan minum obat pasien hipertensi.

4. Untuk melakukan prosedur tatalaksana hipertensi sesuai Standar

Kompetensi Dokter Indonesia.

5. Untuk menggunakan landasan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan

Masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif dalam pengendalian hipertensi.

6. Untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian

ilmiah dari data di lapangan untuk melakukan pengendalian

hipertensi.

1.5. MANFAAT STUDI KASUS

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus

sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.

6
2. Bagi Penderita (pasien)

Menambah wawasan akan hipertensi yang meliputi proses penyakit dan

penanganan menyeluruh sehingga dapat memberikan keyakinan untuk

menghindari faktor pencetus.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah

daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya

mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita hipertensi.

4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)

Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas

wawasan dan pengetahuan mengenai Evidence Based Medicine dan

pendekatan diagnosis holistik hipertensi serta dalam hal penulisan studi

kasus.

1.6. INDIKATOR KEBERHASILAN TINDAKAN

Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan pasien

dengan prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik berbasis Kedokteran

Keluarga adalah:

1. Pasien mampu mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab

hipertensi.

2. Kepatuhan penderita datang berobat untuk mengontrol etiologi hipertensi di

layanan primer (Puskesmas) sudah teratur atau penderita bersedia menerima

7
petugas kesehatan yang berkunjung pada saat dilakukan Kunjungan Rumah /

Home Care.

3. Pasien memahami komplikasi yang dapat terjadi dari hipertensi.

4. Perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan terapi farmakologi

serta fisioterapi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian keberhasilan tindakan

pengobatan didasarkan atas berkurangnya atau tidak ada lagi keluhan dari pasien,

perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan setelah dilakukan terapi

farmakologi serta fisioterapi.

You might also like