Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
bertambahnya jumlah lanjut usia (lansia). Hal ini dapat menimbulkan perubahan
UHHdari 69,43 tahun pada tahun 2010 menjadi 69,65 tahun pada tahun 2011
dengan persentase populasi lansia adalah 7,58% dari total penduduk Indonesia.
banyak dialami lansia terkait dengan penyakit kronis, seperti asam urat,darah
tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes. Penyakit yang paling banyak diderita
oleh pasien rawat jalan dalam kelompok usia 45-64 tahun dan di atas 65 tahun
adalah hipertensi.3
(TDS) ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg yang diukur
tekanan darahnya.1
1
penderita tekanan darah tinggi mencapai hampir 1,6 miliar orang di dunia.
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis dan jumlahnya mencapai 6,8 % dari
hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%.4 Faktor risiko yang berperan dalam
terjadinya hipertensi adalah status gizi. Risiko hipertensi meningkat sebesar 2,79
kali, gemuk 2,15 kali dan normal 1,44 kali dibandingkan dengan mereka yang
1.3 Aspek Disiplin dan Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis
Holistik Komprehensif Pada Pasien Hipertensi
Untuk pengendalian permasalahan Hipertensi pada tingkat individu dan
masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program profesi dokter
Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan kepanitraan klinik pada bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas di layanan primer
(Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta
komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa
2
pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,
dan pengelolaan masalah kesehatan.Kompetensi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1): untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Hipertensi secara individual,
masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik, moral dan
peraturan perundangan.
2. Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2): Mahasiswa mampu
mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan budaya
sendiri dalam penanganan Hipertensi, melakukan rujukan sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan
pengetahuan.
3. Komunikasi efektif (Kompetensi 3): Mahasiswa mampu melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga,
masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Hipertensi.
4. Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4): Mahasiswa mampu memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik
kedokteran.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5): Mahasiswa mampu
menyelesaikan masalah pengendalian Hipertensi secara holistik dan
komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan
landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum.
6. Keterampilan Klinis (Kompetensi 6): Mahasiswa mampu melakukan prosedur
klinis yang berkaitan dengan masalah Hipertensi dengan menerapkan prinsip
keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7): Mahasiswa mampu
mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara
komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam
konteks pelayanan kesehatan primer.
3
1.4 Tujuan dan Manfaat Studi Kasus
Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah memberikan
tatalaksana masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang
utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan
penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter
keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu
kedokteran terkini (evidence based medicine).
4
1.4.3 Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus
sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Penderita (pasien)
Menambah wawasan akan Hipertensi yang meliputi proses penyakit dan
penanganan menyeluruh sehingga dapat memberikan keyakinan untuk
menghindari faktor pencetus.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita hipertensi.
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas
wawasan dan pengetahuan mengenai Evidence Based Medicine dan
pendekatan diagnosis holistik hipertensi serta dalam hal penulisan studi
kasus.
5
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian keberhasilan tindakan
pengobatan didasarkan atas berkurangnya atau tidak ada lagi keluhan dari pasien,
perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan setelah dilakukan terapi
farmakologi serta fisioterapi.
6
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
Usia
Jenis Kelamin
Ras/Etnik
HIPERTENSI
Life style
Obesitas
1. Penyakit Jantung
2. Stroke
Dislipidemia 3. Penyakit Ginjal Kronis
4. Penyakit Arteri Perifer
5. Retinopati
7
KONSEP MANDALA
Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup
- Kebiasaan mengkonsumsi
Lingkungan Psiko-Sosio-Ekonomi
makanan berlemak - Pasien sudah menikah dan memiliki 4 orang anak
- Kurangnya pengawasan dari anggota keluarga terhadap
- Jarang berolahraga aktivitas pasien dirumah.
- Masalah keluarga yang mungkin menjadi penyebab stress
adalah anaknya yang tidak dapat melanjutkan
pendidikannya
Perilaku Kesehatan - Kehidupan sosial dengan lingkungan baik
- Hygiene pribadi dan lingkungan - Pendapatan keluarga tergolong kurang
kurang baik
- Pasien minum obat hipertensi secara Keluarga
teratur - Riwayat keluarga
- Pasien tidak rutin periksa kolesterol menderita hipertensi
- - Bersikap suportif dan
mengingatkan pasien
untuk meminum obat
secara rutin
Lingkungan Kerja
Pelayanan Kesehatan -Pasien seorang ibu rumah tangga
-Jarak rumah dengan puskesmas Pasien yang sering melakukan aktivitas
dekat fisik seperti menyapu, mencuci,
-keluarga memiliki asuransi memasak, dll
kesehatan BPJS Keluhan sering tegang pada
leher belakang dan nyeri
pada lutut kanan.
Faktor Biologi Lingkungan Fisik
- Riwayat keluarga dengan penyakit yang TD 150/90 mmHg -Ventilasi dan sinar matahari kurang
sama. Kolesterol 224 mg/dL -Kebersihan rumah kurang
- Usia pasien yang rentan terkena penyakit IMT 26,1 kg/m2 - Rumah pasien yang bertingkat
- Pasien tergolong obesitas
Komunitas
-Pemukiman dengan Sanitasi
yang kurang baik
8
2.2 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di
Layanan Primer
Pengertian holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural pada ekosistemnya.Sebagai makhluk biologis manusia
adalah merupakan sistem organ, terbentuk dari jaringan serta sel-sel yang
kompleks fungsionalnya.
Diagnostik holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan
dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang
diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang,penilaian risiko
internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004,
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnosis Holistik:
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam kehidupannya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
7. Terproteksi dari risiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan terapi,
tujuannya yakni:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit
2. Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
9
5. Menentukan interfal kunjungan terapi. (Modul Pelatihan dan Sertifikasi
ASPETRI Jateng 2011)
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan,
pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien
3. Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran
penyaring
4. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
5. Melakukan anamnesis
6. Melakukan pemeriksaan fisik
7. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
8. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor
individual termasuk perilaku pasien
9. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
10. Menilai aspek fungsi social.
10
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko-legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif
dan terus menerus demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu, artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari
beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Personal: Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran
2. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding
11
3. Aspek Internal: Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
4. Aspek Eksternal: Psikososial dan ekonomi keluarga.
5. Derajat Fungsi Sosial:
o Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
o Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan
o Derajat 3: Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan,
hanya dapat melakukan kerja ringan
o Derajat 4: Banyak kesulitan, dapat melakukan aktifitas kerja, bergantung
pada keluarga
o Derajat 5: Tidak dapat melakukan kegiatan
2.3. HIPERTENSI
2.3.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari
140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang).7 Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140 / 90 mmHg.6
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang.Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh.7
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan
jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang
berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung
yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the
12
silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab
penyakit jantung (cardiovascular).7,8
13
*berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun
2014, Pusdatin
Tabel 1.5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi dalam Jumlah Absolut
(Jiwa)
14
Berdasarkan epidemiologi penyakit hipertensi diatas, maka penyakit
Hipertensi terjadi karena interaksi antara agen penyakit, pejamu (manusia) dan
lingkungan, yaitu suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit,
manusia dan lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat
satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit untuk menyebabkan
hipertensi. Penjelasan keterkaitan antara 3 faktor tersebut sebagai berikut:
A. Host (Penjamu)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu :
a. Daya Tahan Tubuh
Penyakit Hipertensi dipengaruhi oleh daya tahan tubuh manusia itu
sendiri.Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi,
aktifitas, dan istirahat. Kesibukan yang padat juga membuat orang kurang
berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok , minum alkohol,
atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko
terjadinya penyakit hipertensi.23
b. Genetik/keturunan
Pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.23
15
c. Umur
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tetapi di atas usia
tersebut, justru wanita (setelah mengalami menapouse ) berpeluang lebih besar.23
Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya
hipertensi di kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi
tidak memandang golongan umur.23
d. Jenis Kelamin
Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan
dengan perempuan. Wanita > Pria pada usia> 50 tahun. Pria > wanita pada usia<
50 tahun.23
e. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan
bagi orang tersebut seperti:
Gaya hidup modern, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres
terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang
kurang berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum
alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang
meningkatkan resiko hipertensi.
Terbiasa untuk memakan makanan yang asin, sehingga sulit untuk dapat
menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol,
terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung,
restoran, hotel, dan lain-lain).23
Pola makan yang salah, dan salah dalam memilih makanan. Makanan yang
diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat
meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebih.23
f. Pekerjaan
16
Orang yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang
jabatan yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang
pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama
jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan mereka yang pekerjaannya lebih ringan.
Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya hipertensi, penyakit jantung, dan
stroke.23
g. Ras/Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit
hipertensi terjadi secara bervariasi.23
a. Faktor Nutrisi
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih
dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya,
konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang
umumnya boros menggunakan garam, serta kebiasaan memakan makanan yang
mengandung banyak garam sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang
agak tawar.23
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.23
Minuman berkafein dan beralkohol. Minuman berkafein seperti kopi dan
alkohol juga dapat meningkatkan resiko hipertensi.Konsumsi Makanan cepat saji
juga merupakan salah satu penyebab Hipertensi, karena mengandung penyedap
yang berlebihan.23
b. Faktor Kimia
17
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis (dalam jumlah
sangat besar).23
c. Faktor Biologi
Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti
telah membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi
insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan
darah tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma
metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan
trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan
hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.23
Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun
hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang
beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang
berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.23
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian
telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap
sebagai faktor resiko terjadi hipertensi.23
d. Faktor Fisik
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.Gaya
hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi
pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.23
Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak
dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar
bisa menggerakkan berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk
salah satu yang meningkatkan resiko hipertensi.23
C. Environment (Lingkungan)
18
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta
pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
manusia.23
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup
kurang baik seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan (Stres). Stres yang
terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti hipertensi.Dalam
kondisi tertekan adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup
yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan;
bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.23
Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih
berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan,
karena daerah pantai lebih banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam
dapur sehingga Konsumsi natrium pada penduduk pantai lebih besar dari pada
daerah pegunungan.
Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan
prevalensi yang cukup tinggi.Dimana daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup
modern lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibandingkan dengamn
daerah pedesaan.
19
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya.Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung
berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran
merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.9
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan
risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.9
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.9
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.9
20
Gambar 4. Klasifikasi Hipertensi
2.3.4. Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.10,11
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk
deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan
berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini
disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan
memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah,
pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. 11
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.11
2) Sistem renin-angiotensin
21
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.12
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.12
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.12
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak.Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.13
22
2.3.5 Faktor-faktor Risiko Hipertensi
Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:
1) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat
pada usia lebih dari 55 tahun.14
2) Ras/etnik
Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada
etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.14
3) Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita.14
23
4) Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum
minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.14
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.14
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan
darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan
bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh
darah.14,15
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.16
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.16
b. Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah.Pada
orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi.Hal tersebut mengakibatkan otot
jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.Makin keras usaha otot
jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan
pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang
menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat
24
meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko
hipertensi meningkat.17,18
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur
memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15
mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan dengan
pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.
Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.18
2.3.6 Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan
sphygmomanometer air raksa.Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran
dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi
telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi
jantung.Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak
mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah
misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.19
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :
1) Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh
mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak,
apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain- lain.19
2) Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab
spesifiknya.19
3) Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor
risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.19
4) Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan
rontgen.19
25
5) Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna
yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan
adrenal.19
b.Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi
(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).19
26
2) Otak
- stroke atau transient ishemic attack
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit Arteri Perifer
5) Retinopati
27
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
28
Gambar 10. Puskesmas Jumpandang Baru
29
Kec. Tello
2. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak serta
masalah sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena faktor gizi yang berhubungan
30
dengan lingkunagan, perumahan dan sanitasi yang kotor menyebabkan berbagai
macam penyakit yang muncul. Di samping itu kepadatan penduduk sebagai
lambang perkembangan suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari
puskesma Jumpandang Baru, kepadatan penduduk adalah jiwa per kilometer
persegi, jumlah kepala keluarga (KK) tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas
Jumpandang Baru adalah 6.556 KK melebihi jumlah rumah yang ada 4.998
rumah.
3. Struktur penduduk menurut umur dan sex rasio
Berdasakan komponen umur dan jenis kelamin maka karakteristik penduduk dari
suatu negara dapat debedakan menjadi 3 macam yaitu:
a. Ekspansif , jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur
termuda.
b. Konstruktif , jika penduduk berada dalam kelompok termuda hampir sama
besarnya
c. Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap kelompok umur
tertentu.
31
No Kelurahan Golongan Umur (tahun) Jumlah
Berdasarkan tabel di atas jumlaha penduduk yang merupakan kelompok umur non
produktif adalah penduduk di bawah umur 15 tahun.
4. Perkawinan dan Fertilitas
Usia perkawinan pertama
Rata-rata kawin pertama dari tahun ketahun datanya belum ditemukan pada
wilayah kerja puskesmas, namun berdasarkan profil kesehatan tahun 1997
propinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dari umur 19,4
tahun
5. Tingkat pendidikan penduduk
Pendidikan salah satu upaya membentuk manusia terampil dan produktif
sehingga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
2 Wala-Walaya 62 728 - - 45
32
4 La’latang 107 216 - - 40
5 Lakkang 156 - - - 15
6. Kegiatan Ekonomi
Pendapatan dan pengeluaran perkapita. Rata-rata pengeluaran perkapita
penduduk wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru belum ditentukan datanya
untuk tahun 2006. Sesuai profil kesehatan Tahun 1996 adalah Rp.478.458 angka
perkiraan. Angka tersebut cenderung menurun akibat krisis moneter yang terjadi
sejak tahun 1997. Mata pencaharaian penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Jumpandang Baru dapat dilihat pada tabel berikut:
Jumlah Penduduk
(jenis Kelamin)
No
Karyawan Lain-
Kelurahan PNS buruh Pengangguran
Swasta lain
5 Lakkang 8 4 36 - -
7. Agama
Dari 37.350 jiwa penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpandang
bari, 93,45 % beragama Islam, 6,10 % beragama krsiten, dan 0,045% beragama
33
Hindu dan Budha. Proporsi ini hampir sama di semua kelurahan kecuali di
kelurahan Lakkang 100% beragama Islam.
3.3.3.3. Tenaga Kesehatan
Sarana kesehatan milik Pemerintah, Swasta dan partisipasi
masyarakat yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpandang
Baru turut berperan dalam peningkatan status derajat kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru.
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Jumpandang
Baru tahun 2015 sebanyak 44 orang dengan berbagai spesifikasi, yang
terdiri dari :
1. Dokter umum : 6 orang
2. Dokter Obgin : 1 orang
3. Dokter Gigi : 1 orang
4. Perawat : 17 orang
5. Magister kesehatan : 2 orang
6. Bidan :10 orang
7. Laboran : 2 orang
8. Kesling : 2 orang
9. Rekam Medis : 3 orang
10. Nutrisionis : 1 orang
11. Perawat gigi : 1 orang
12. Fisioterapis : 1 orang
13. Apoteker : 2 orang
14. Administrasi : 1 orang
15. Surveilans : 2 orang
Jumlah : 53 orang
- Tenaga Honorer
1. Dapur : 2 orang
2. Cleaning Service : 6 orang
34
3. Tukang cuci : 1 orang
Jumlah : 9 orang
C. Magang
1. S1 farmasi : 1 orang
2. DIII keperawatan : 3 orang
3. DIII fisioterapis : 1 orang
4. Perawat gigi : 1 orang
5. SPK : 3 orang
6. SMA : 2 orang
Jumlah : 11 orang
35
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU
1. Perubahan perilaku petugas dan disiplin kerja dan peningkatan sumber daya
manusia (SDM)
36
2. Berupaya setiap saat memberikan pelayanan prima sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat
Berupaya menanamkan pengalaman perilaku hidup sehat yang mandiri
melalui promosi kesehatan.
37
7. Ruang imunisasi dan PKL
8. Ruang pengambilan obat/apotek
9. Ruang tata usaha
10. Ruang administrasi/ruang rapat
11. Ruang kepala puskesmas
C. Upaya perbaikan gizi
A. Peningkatan pendidikan Gizi
1. Pembinaan KADARZI
2.Pemantapan lintas sector/ lintas program dalam penanggulangan
gizi
3. Penyuluhan gizi seimbang sesuai dengan siklus hidup
4. Peningkatan ASI eksklusif
5. Peningkatan D/S
6. Peningkatan N/D
7. Pembinaan kelompok gizi
8. Review proposal KGM
9. Pertemuan tim teknis
B. Peningkatan surveilans gizi
1. System kewaspadaan dini (SKD)
2. Pemantauan garam beryodium dan TABURIA
3. Pemberian vitamin A
4. Pemberian makanan tambahan balita gizi buruk dan bumil KEK
5. Pemantauan status gizi (PSG)
6. Koordinasi SKPG secara lintas sector
7. Peningkatan cakupan posyandu
8. Analisa data PWS
D. Kesehatan Lingkungan
Penyuluhan kesehatan lingkungan
Pendataan jumlah TTU, TPM baru
Inspeksi sarana air bersih
Kaporisasi
38
Pemicuan stop BABS
Sosialisasi program STBM di lorong
Pengawasan sarana kesehatan ( Klinik, Apotrik, dokter praktek )
Sosialisasi masalah DBD pemantauan jentik
Pembinaan kelurahan siaga (lorong siaga)
Pengawasan sanitasi kantin sekolah
Pembinaan program kelurahan sehat
Pengambilan sampel damiu
Pencatatan / pelaporan
E. Pengendalian penyakit (P2)
P2 TB
Pelacakan penderita TB baru
Kunjungan penderita TB yang mangkir
Pemeriksaan kontak serumah penderita TB
Penyuluhan penyakit TB
Penyegaran kader
Pelatihan petugas kesehatan
Pemeriksaan pada pasien suspek TB-DOTS
P2 TB MDR
Kunjungan penderita TB-MDR yang mangkir
Pemeriksaan kontak serumah penderita TB-MDR
Penyuluhan penyakit TB-MDR
Pemeriksaan pasien suspek TB-MDR
Pelayanan dan pengobatan TB-MDR
P2 Kusta
Kunjungan penderita kusta yang mangkir
Kunjungan pemeriksaan kontak serumah penderita kusta
Screening anak sekolah SD
Penyuluhan penyakit kusta
39
Pemeriksaan dan pengobatan pada penderita kusta
P2 Thypoid
Penemuan suspek thypoid
Pemeriksaan dan pengobatan
Penyuluhan penyakit thypoid
Sosialisasi penyakit thypoid
P2 Diare
Penyuluhan penyakit Diare
P2 Cacingan
Pemberian obat cacing untuk anak sekolah dan balita
P2 Kematian
Pengumpulan data laporan kematian di tiap kelurahan
Pemberatasan penyakit malaria
Pemberantasan penyakit campak
Pemberantasan penyakit AFP
Pemberantasan penyakit rabies
Pemberantasan penyakit DBD
P2 flu burung (H5N1)
F. Imunisasi
Kegiatan imunisasi di posyandu
Penyuluhan PD3I (penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi)
Penyuluhan imunisasi
Pemantauan status imunisasi (sweeping)
Pelaksanaan BIAS TT & DT
Pelaksanaan BIAS campak
Pengambilan vaksin dan logistic lainnya
G. program KIA dan KB
Pelayanan antenatal
Penjaringan / deteksi dini bumil resti
40
Kunjungan rumah ibu hamil ( ibu hamil DO dan K1)
Kunjungan rumah p4K dan pemasangan stiker
Pelayanan ibu nifas (KF) dan neonates
Pelayanan imunisasi
Pelayanan kesehatan dan pemantaun tumbuh kembang bayi dan balita
SDIDTK
Kelas ibu hamil
Pelayanan KB
Penyuluhan kesehatan reproduksi
Pembinaan keluarga siaga
H. Promosi Kesehatan
1. Kegiatan di kelurahan siaga
Pembinaan desa siaga
Pembinaan PHBS di TTU
Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil
penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu nifas
Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat di rumah
tangga
Penyuluhan tentang pentingnya berolah raga bagi usia lanjut
Penyuluhan tentang manfaat makanan bergizi
2. Kegiatan posyandu
Pembinaan posyandu
Revitalisasi posyandu
3. pembinaan toga
4. pembinaan UKBM
5. pengadaan
I. Laboratorium
Melakukan pemeriksaan laboratorium
o hemoglobin o leukosit
41
o trombosit o Pregnancy Test
o LED o RDT malaria
o Reduksi urine o widal
o Protein urine o golongan darah
o Sedimen urine o malaria mikroskopis
o Urine strip o glukosa darah
o Sputum BTA o cholesterol darah
o Anti HIV o asam urat
42
menjadi puskesmas rujukan mikroskopis BTA
membawa laporan crosscheck triwulan dan slide crosscheck BTA
J. Farmasi
pengambilan atau konsultasi obat di gudang farmasi
K. Kesehatan Kerja
pembinaan POS UKK dan informal
pelacakan tempat kerja / industry
L. Kesehatan Olahraga
pelacakan tempat-tempat olahraga
pemeriksaan kesehatan dan kebugaran
cetak kartu menuju bugar
senam prolanis
M. upaya program usila
pendataan sasaran usila
posyandu bagi usila
penyuluhan bagi usila
kunjungan rumah
puskel usila
senam usila
N. UKS
sosialisasi UKS dan penyuluhan di sekolah
pembinaan / pengawasan warung sekolah
pengawasan sanitasi sekolah
penjaringan anak sekolah
penyegaran dokter kecil / kader kesehatan remaja
O. UKGMD
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di posyandu
puskel gigi
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada kelompok lansia
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok kesehatan kerja
sosialisasi kader tentang kesehatan gigi dan mulut
P. UKGS
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah
pembinaan / penyegaran dokter kecil
melakukan sikat gigi missal di sekolah / APRAS
melakukan penyuluhan pada APRAS / sekolah
1
Pasien
3.3.3.7. Alur Pelayanan
Loket
Kamar Periksa
Poli umum
Rujuk Pasien
Poli gigi
Poli KIA/KB
Laboratorium
Ruang Tindakan
Apotikmkk 2
Pasien
Gambar 13. Alur pelayanan kesehatan individu pada Puskesmas Jumpandang
Baru
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Tegang pada leher, terutama pada bagian belakang
Riwayat Penyakit:
Pasien datang ke Puskesmas Jumpandang Baru dengan keluhan tegang
pada leher belakang. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak 5
tahun yang lalu saat pasien memeriksakan dirinya di puskesmas dengan
keluhan sering mengalami sakit kepala.Pada awalnya pasien hanya minum
obat-obatan herbal untuk mengurangi keluhan tersebut namun tidak ada
perubahan. Sejak kunjungan ke puskesmas pasien teratur meminum obat
yang diberikan. Selain itu pasien juga memiliki keluhan nyeri pada
persendian, terutama pada lutut.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
DM (-), HT (-), Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: Ayah (+),
Saudara perempuan (+)
4
4.1.1.3. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum : Composmentis
Tek. Darah : 150 / 100 mmHg
Frek. Nadi : 90 x /menit
Frek Pernapasan : 22 x /menit
Suhu : 36.5 C
BB : 63 kg
TB : 156 cm
IMT : 25,88 kg/m2(Obes grade I)
Telinga :
- Bentuk : normal
- Lubang telinga : normal, sekret (-/-)
5
- Nyeri tekan : (-)
- Pendengaran : normal
Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-)
- Perdarahan (-), secret (-)
Mulut :
- Simetris
- Bibir : sianosis (-)
- Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)
- Lidah : glositis (-), atrofi papil lidah (-)
- Mukosa : kering
Leher :
- JVP : normal
Thoraks :
Cor
- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra
- Perkusi : redup
- Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris,
penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi pernapasan 20
x/menit.
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba
dan vocal simetris, provokasi nyeri (-).
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen :
- Inspeksi : distensi (-), skar (-).
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
6
- Perkusi : timpani
Inguinal-genital-anus : tidak diperiksa
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : dalam batas normal
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
Ektremitas bawah:
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : nyeri pada daerah genu sinistra, krepitasi (-)
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
4.1.1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIDAPATKAN
Kolesterol : 221 mg/dL
Asam Urat : 5,8 mg/dL
4.1.1.6. DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi Grade 1 + Dislipidemia
4.1.1.7. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
a. Diet rendah lemak, rendah garam
b. Berolahraga, menurunkan berat badan
c. Makan makanan bergizi
Farmakologi
a. Amlodipin 5 mg 0-0-1
b. Simvastatin 0-0-1
c. Neurodex 1 dd I
7
4.1.1.8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationem : dubia ad bonam
Quo ad fungsionem : dubia ad bonam
4.1.2. KELUARGA
GENOGRAM
Pasien Tn. K
Keterangan:
Hipertensi
ANGGOTA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. K
Umur : 64 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
8
NAMA Umur / STATUS
JK DALAM PENDIDIKAN PEKERJAAN
KELUARGA
Tn. K 64 tahun Kepala Keluarga SMP Wiraswasta
Laki-laki
Ny. M 61 tahun Ibu rumah SD Ibu rumah
Perempuan tangga tangga
9
Kepemilikan barang – barang berharga
o Ny. M memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara
lain yaitu, 1 buah televisi, 1 buah kulkas, 1 buah kipas angin, 1
buah rice cooker.
Penilaian perilaku kesehatan keluarga
o Ny. M sering melakukan kontrol di puskesmas Jumpandang Baru
setiap bulannya dan aktif melaksanakan kegiatan PROLANIS.
Apabila sakit, Ny. M sering berobat ke puskesmas dengan
menggunakan jaminan kesehatan berupa kartu BPJS
Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
o Pekerjaan sehari-hari pasien adalah seorang ibu rumah
tangga.Pasien ini tinggal di rumah yang terletak di Jl. Rajawali
lr.300. Sekitar rumah yaitu bagian samping kiri dan kanannya
berbatasan dengan rumah batu, dan berada di lingkungan
perumahan yang cukup padat.
Pola Konsumsi Makanan
o Pola makan 2-3 kali sehari dengan menu yang tidak tentu. Ny. M
membatasi penggunaan garam namun masih suka mengonsumsi
gorengan dan makanan berlemak.
Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga
o Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota
keluarga yang lainnya. Dengan seluruh anggota keluarga, terjalin
komunikasi yang baik dan cukup lancar.
Lingkungan
o Lingkungan tempat tinggal sudah cukup baik. Tata pemukiman di
sekitar rumah terlalu padat. Sinar matahari kurang dapat masuk ke
dalam rumah, penerangan dalam rumah cukup. Ventilasi kurang.
Kebersihan dan kerapian rumah kurang rapi. Rumah memiliki
jamban. Air minum bersumber dari PDAM.
10
kesehatan yang menggunakan kartu BPJS
digunakan oleh
keluarga
Cara mencapai Naik Bentor Jarak puskesmas den kediaman
sarana pelayanan Ny. M cukup dekat
kesehatan tersebut
Tarif pelayanan Gratis Semua pelayanan dengan
kesehatan yang menggunakan BPJS kelas 3
dirasakan
Kualitas pelayanan Baik Pasien merasa pelayanan baik
kesehatan yang karena dimulai dari
dirasakan pendaftaran , pengambilan
kartu, konsul dokter,
pengambilan obat berjalan
dengan lancar.
11
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
12
konsumsi makanan yang berlemak
dan rendah garam. Apakah anggota
keluarga yang lain mengkonsumsi
menu yang sama dan makan
bersama?
Total Skor 6
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 8 ini menunjukkan Fungsi keluarga
kurang sehat.
2. Fungsi Patologis (SCREEM)
Aspek sumber daya patologi
- Sosial:
Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga.
- Cultural:
Pasien memiliki seorang suami dan 4 orang anak
- Religious:
Keluarga pasien rajin melakukan sholat 5 waktu dan puasa.
- Economy:
Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi belum tercukupi.
- Education:
Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMA
- Medication:
Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari puskesmas
dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.
3. Kepatuhan Berobat
Item Morisky Medication Adherence Scale (8-MMAS)
NO PERTANYAAN NILAI
1. Apakah terkadang Anda lupa untuk minum obat? 0
2. Terkadang orang tidak meminum obat mereka bukan karena
lupa tetapi ada alasan lainnya. Selama 2 minggu terakhir, 1
apakah ada hari tertentu Anda tidak mengonsumsi obat Anda?
3. Apakah Anda pernah mengurangi atau berhenti minum obat
tanpa memberitahu dokter Anda karena Anda merasa lebih 0
buruk ketika Anda mengonsumsinya?
13
4. Saat Anda bepergian atau meninggalkan rumah, apakah Anda
1
kadang-kadang lupa untuk membawa obat Anda?
5. Apakah Anda mengonsumsi semua obat Anda kemarin? 0
6. Ketika Anda merasa seperti gejala Anda terkendali, apakah
1
Anda kadang-kadang berhenti minum obat Anda?
7. Minum obat tiap hari bagi sebagian orang merupakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Apakah Anda pernah merasa 0
terganggu tentang rencana pengobatan Anda?
8. Seberapa sering Anda mengalami kesulitan mengingat
1
mengonsumsi semua obat Anda?
Total 4
Interpretasi : Kepatuhan tinggi
4.2. PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien wanita berumur 54 tahun dengan
keluhan tegang pada leher belakang. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi
sejak 5 tahun yang lalu saat pasien memeriksakan dirinya di puskesmas dengan
keluhan sering mengalami sakit kepala. Pada awalnya pasien hanya minum obat-
obatan herbal untuk mengurangi keluhan tersebut namun tidak ada perubahan.
Sejak kunjungan ke puskesmas pasien teratur meminum obat yang diberikan.
Diagnosis hipertensi ditegakkan atas dasar anamnesis, pemfis dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan gejala tegang
pada leher belakang dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
14
tensi 150/90 mmHg. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan kolesterol
darah melebihi normal sehingga pasien didiagnosis dislipidemia.
Berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII), termasuk hipertensi
stage I apabila tekanan darah sistolik ≥140 -159 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥90-99 mmHg. Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), obesitas
dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas grade I dengan nilai IMT
antara 25- 29,9; obesitas grade II dengan nilai IMT antara 30-40 dan
obesitas grade III nilai IMT >>40. Pasien ini masuk ke dalam obesitas
grade I karena memiliki IMT 26,1.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien saat berkunjung di
puskesmas Jumpandang Baru sesuai dengan keluhan yang dialami dan
hasil pemeriksaan laboratorium diberikan terapi medikamentosa yaitu
Amlodipin sekali sehari dan Simvastatin sekali sehari
Edukasi yang diberikan berupa cara mengontrol tekanan darah, makanan
yang perlu dihindari, komplikasi dari hipertensi yang mungkin terjadi dan
pentingnya pemeriksaan diri serta mengendalikan penyakit yang dialami oleh
pasien. Pasien juga diberikan edukasi terhadap obesitas yang dialami pasien
berupa upaya peningkatan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pasien mengaku aktif dalam mengikuti kegiatan PROLANIS di puskesmas
Jumpandang Baru. Dengan ikutnya pasien dalam PROLANIS, pasien akan
diberikan obat hipertensi untuk satu bulan, jadi pasien tidak perlu bolak balik
setiap tiga hari ke puskesmas. Manfaat lain yaitu setiap jumat seluruh pasien
prolanis akan mengikuti senam, dimana senam ini memang dikhususkan untuk
pasien HT dan DM.
16
- Minum obat - Edukasi untuk rumah mereka
teratur minum obat sesuai - Pasien selalu
anjuran dokter minum obat teratur
sesuai anjuran
dokter
Faktor Psikososial
- Kurangnya 2 - Menyarankan - Anggota keluarga 4
perhatian kepada anggota bersedia memberi
keluarga pasien keluarga untuk lebih perhatian lebih
terhadap perhatian dengan kepada pasien
penyakit yang kondisi pasien
diderita pasien 2 - Pasien termotivasi 4
- Motivasi untuk - Memotivasi pasien untuk sembuh
sembuh serta menjelaskan
sangatlah kepada pasien
kurang bahwa penyakitnya
dapat sembuh
apabila pasien
berobat secara
teratur
Total Skor 20 29
Rata-rata Skor 2,8 4,1
Tabel 13.Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian Masalah
dalam keluarga.
Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah
Skor 1 :Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor2 :Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber
(hanya keinginan), penyelesaian masalah dilakukan
sepenuhnyaoleh provider.
17
Skor 3 :Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang
belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian
besar oleh provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tidak sepenuhnya, masih
tergantung pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
18
Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat hipertensi, yaitu ayah
dan kakak perempuan pasien. Dulunya pasien sering meminum obat herbal
untuk menurunkan tekanan darahnya.Pasien kurang menerapkan pola
hidup sehat berupa pola makan yang baik dan olahraga teratur. Dari segi
usia pasien juga sudah tergolong lansia sehingga sangat rentan dengan
berbagai penyakit.
Aspek Faktor Risiko Eksternal
- Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga
pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit pasien, kurangnya komunikasi
antara pasien dan anggota keluarga dikarenakan kesibukan dari anak dan
suaminya sebagai keluarga sehingga tidak mengingatkan untuk berobat, kontrol
tekanan darah atau minum obat, dan kurang memperhatikan pola diet pasien.
Aspek Fungsional
Ny. N sudah kurang mampu melakukan sendiri aktivitas dan
menjalankan fungsi sosial dalam kehidupannya.Ny. N banyak
menghabiskan waktu di dalam rumah saja.
Derajat Fungsional
Derajat 3yaitu ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
19
perkembangan mengonsumsi
penyakitnya. anti
hipertensi
Aspek Memberikan obat anti Pasien Pada saat Tekanan Tida Tidak
klinik hipertensi dan obat kunjunga darah dapat k menola
kolesterol untuk n rumah terkontrol, ada k
mengontrol tekanan kolesterol
darah dan kadar dapat
kolesterol pasien terkontrol
Aspek Mengajarkan Pasien Pada saat Tekanan Tida Tidak
risiko bagaimana pola makan kunjunga darah dapat k menola
interna yang baik, n rumah terkontrol, ada k
l menganjurkan untuk Kolesterol
menjaga hygenitas diri dapat
terkontrol
Aspek Menganjurkan keluarga Kelua Pada saat Keluarga Tida Tidak
risiko memberi dukungan rga kunjunga memberi k menola
externa kepada pasien agar n rumah perhatian dan ada k
l selalu menjaga dukungan
kesehatannya dan selalu lebih kepada
mengingatkan pasien pasien dan
untuk minum obat dan pasien lebih
kontrol tekanan darah, termotivasi
dan mendukung pola untuk
diet pasien. sembuh
Menganjurkan kepada
keluarga pasien untuk
meningkat-kan
komunikasi yang baik
dengan pasien
Aspek Menganjurkan untuk Pasien Pada saat Agar kondisi Tida Tidak
20
fungsio rajin berolahraga serta kunjunga tubuh selalu k menola
nal menghindari hal-hal n rumah sehat dan ada k
yang bisa mencederai bugar,
pasien. agarnyeri
sendi pada
tubuh pasien
bisa
berkurang
21
Melakukan diet rendah lemak
Rajin berolahraga
Pencegahan Sekunder
1. Pengobatan farmakologi berupa:
- Anti hipertensi : Amlodipin 1x5mg
- Anti Kolesterol: Simvastatin 20mg 1x1
- Neurodex 1x1
Pencegahan Tersier :Rehabilitasi fisik, mental dan sosial.
BAB V
22
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis :
Hipertensi + Dislipidemia.
- Diagnosis psikososial :
Kurangnya kesadaran akanpentingnya berobat teratur serta kurangnya
perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan pasien.
- Gambaran dari Genogram:
Ayah dan kakak perempuan pasien memiliki riwayat Hipertensi
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny. N, maka
disarankan untuk :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan Hipertensi.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentangHipertensi dan
Disipidemia serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak teratur
mengonsumsi obat.
- Memberi edukasi pada pasien tentang jenis fisioterapi ringan yang dapat
dilakukan sendiri di rumah.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan
dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.
Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan
mengontrol penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.
LAMPIRAN
23
24
25
26
DAFTAR PUSTAKA
27
[internet]. c2010 [cited 2012 Aug 22]. p: 4-13. Available from:
http://repository.usu.ac.id
16. Guyton,AC. Hall,JE. Buku ajar fisiologi kedokteran .Jakarta: EGC. 2007.
17. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. 2002.
18. National Heart Lung and Blood Institute. What Is High Blood Pressure?
[internet]. c2009 [cited 2013 Jan 11]. Available from :
(http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Hbp/HBP_WhatIs.html)
19. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh
Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe
[internet]. c2011 [cited 2012 Des 29]. p: 10-3. Available from:
http://repository.usu.ac.id/
20. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan
[cited 2012 Des 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-
blood-pressure/risk-factors/
21. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan
Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2012
Des 29]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/
22. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi. 2013. Jakarta.
Hal. 3-5
23. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18866/1/ikm-
okt20059%20(4 ).pdf (diakses pada tanggal 16 Oktober 2017)
28