You are on page 1of 70

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin meningkatnya umur harapan hidup (UHH) menyebabkan

bertambahnya jumlah lanjut usia (lansia). Hal ini dapat menimbulkan perubahan

pola penyakit, dari penyakit infeksi menjadi penyakit degenerative seperti

hipertensi.1,2 Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan

UHHdari 69,43 tahun pada tahun 2010 menjadi 69,65 tahun pada tahun 2011

dengan persentase populasi lansia adalah 7,58% dari total penduduk Indonesia.

Lansia perempuan lebih banyak daripada laki-laki.Jenis keluhan yang paling

banyak dialami lansia terkait dengan penyakit kronis, seperti asam urat,darah

tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes. Penyakit yang paling banyak diderita

oleh pasien rawat jalan dalam kelompok usia 45-64 tahun dan di atas 65 tahun

adalah hipertensi.3

Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan dimana tekanan darah sistolik

(TDS) ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg yang diukur

oleh tenaga kesehatan minimal dua kali pengukuran ataumengkonsumsi obat

antihipertensi. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena

penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan

tekanan darahnya.1

Hampir 1 miliar atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang

dewasa di dunia menyandang tekanan darah tinggi.Pada populasi lansia, separuh

populasi hipertensi berusia diatas 60 tahun. Pada tahun 2025 diperkirakan

1
penderita tekanan darah tinggi mencapai hampir 1,6 miliar orang di dunia.

Hipertensi menyumbang 18,5% kematian.Hipertensi menjadi penyebab kematian

nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis dan jumlahnya mencapai 6,8 % dari

proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.1

Menurut data riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi

hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%.4 Faktor risiko yang berperan dalam

terjadinya hipertensi adalah status gizi. Risiko hipertensi meningkat sebesar 2,79

kali, gemuk 2,15 kali dan normal 1,44 kali dibandingkan dengan mereka yang

berstatus gizi kurus.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya Hipertensi?


2. Apakah perubahan usia menjadi salah satu faktor risiko penyebab
Hipertensi?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dalam menyikapi
Hipertensi?
4. Bagaimana hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita
Hipertensi?

1.3 Aspek Disiplin dan Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis
Holistik Komprehensif Pada Pasien Hipertensi
Untuk pengendalian permasalahan Hipertensi pada tingkat individu dan
masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program profesi dokter
Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan kepanitraan klinik pada bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas di layanan primer
(Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta
komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa

2
pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,
dan pengelolaan masalah kesehatan.Kompetensi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1): untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Hipertensi secara individual,
masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik, moral dan
peraturan perundangan.
2. Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2): Mahasiswa mampu
mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan budaya
sendiri dalam penanganan Hipertensi, melakukan rujukan sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan
pengetahuan.
3. Komunikasi efektif (Kompetensi 3): Mahasiswa mampu melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga,
masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Hipertensi.
4. Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4): Mahasiswa mampu memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik
kedokteran.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5): Mahasiswa mampu
menyelesaikan masalah pengendalian Hipertensi secara holistik dan
komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan
landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum.
6. Keterampilan Klinis (Kompetensi 6): Mahasiswa mampu melakukan prosedur
klinis yang berkaitan dengan masalah Hipertensi dengan menerapkan prinsip
keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7): Mahasiswa mampu
mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara
komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam
konteks pelayanan kesehatan primer.

3
1.4 Tujuan dan Manfaat Studi Kasus
Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah memberikan
tatalaksana masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang
utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan
penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter
keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu
kedokteran terkini (evidence based medicine).

1.4.1 Tujuan Umum:


Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah dapat menerapkan
penatalaksanaan pasien Hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga secara
komprehensif dan holistik, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI), berbasis evidence based medicine (EBM) pada pasien dengan
mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan
pasien Hipertensi dengan pendekatan diagnostik holistik di Puskesmas
Jumpandang Baru Makassar.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk penerapan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang,
serta menginterpretasikan hasilnya dalam mendiagnosis Hipertensi dan Nyeri
Sendi.
2. Untuk melakukan prosedur tatalaksana Hipertensi sesuai Standar Kompetensi
Dokter Indonesia.
3. Untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada tingkat
individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian
Hipertensi.
4. Untuk menggunakan landasan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan
Masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dalam pengendalian Hipertensi.
5. Untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian ilmiah
dari data di lapangan untuk melakukan pengendalian Hipertensi.

4
1.4.3 Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus
sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Penderita (pasien)
Menambah wawasan akan Hipertensi yang meliputi proses penyakit dan
penanganan menyeluruh sehingga dapat memberikan keyakinan untuk
menghindari faktor pencetus.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita hipertensi.
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas
wawasan dan pengetahuan mengenai Evidence Based Medicine dan
pendekatan diagnosis holistik hipertensi serta dalam hal penulisan studi
kasus.

1.5. Indikator Keberhasilan Tindakan


Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan pasien
dengan prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik berbasis Kedokteran
Keluarga adalah:
1. Pasien mampu mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab
Hipertensi.
2. Kepatuhan penderita datang berobat untuk mengontrol etiologi hipertensi di
layanan primer (Puskesmas) sudah teratur atau penderita bersedia menerima
petugas kesehatan yang berkunjung pada saat dilakukan Kunjungan Rumah /
Home Care.
3. Pasien memahami komplikasi yang dapat terjadi dari hipertensi.
4. Perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan terapi farmakologi
serta fisioterapi.

5
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian keberhasilan tindakan
pengobatan didasarkan atas berkurangnya atau tidak ada lagi keluhan dari pasien,
perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan setelah dilakukan terapi
farmakologi serta fisioterapi.

6
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS

2.1 KERANGKA TEORI

Gambaran Penyebab Hipertensi

Usia

Jenis Kelamin

Ras/Etnik

HIPERTENSI
Life style

Obesitas
1. Penyakit Jantung
2. Stroke
Dislipidemia 3. Penyakit Ginjal Kronis
4. Penyakit Arteri Perifer
5. Retinopati

Gambar 1. Gambaran Penyebab Hipertensi

7
KONSEP MANDALA
Pendekatan Konsep Mandala

Gaya Hidup
- Kebiasaan mengkonsumsi
Lingkungan Psiko-Sosio-Ekonomi
makanan berlemak - Pasien sudah menikah dan memiliki 4 orang anak
- Kurangnya pengawasan dari anggota keluarga terhadap
- Jarang berolahraga aktivitas pasien dirumah.
- Masalah keluarga yang mungkin menjadi penyebab stress
adalah anaknya yang tidak dapat melanjutkan
pendidikannya
Perilaku Kesehatan - Kehidupan sosial dengan lingkungan baik
- Hygiene pribadi dan lingkungan - Pendapatan keluarga tergolong kurang
kurang baik
- Pasien minum obat hipertensi secara Keluarga
teratur - Riwayat keluarga
- Pasien tidak rutin periksa kolesterol menderita hipertensi
- - Bersikap suportif dan
mengingatkan pasien
untuk meminum obat
secara rutin

Lingkungan Kerja
Pelayanan Kesehatan -Pasien seorang ibu rumah tangga
-Jarak rumah dengan puskesmas Pasien yang sering melakukan aktivitas
dekat fisik seperti menyapu, mencuci,
-keluarga memiliki asuransi memasak, dll
kesehatan BPJS Keluhan sering tegang pada
leher belakang dan nyeri
pada lutut kanan.
Faktor Biologi Lingkungan Fisik
- Riwayat keluarga dengan penyakit yang TD 150/90 mmHg -Ventilasi dan sinar matahari kurang
sama. Kolesterol 224 mg/dL -Kebersihan rumah kurang
- Usia pasien yang rentan terkena penyakit IMT 26,1 kg/m2 - Rumah pasien yang bertingkat
- Pasien tergolong obesitas

Komunitas
-Pemukiman dengan Sanitasi
yang kurang baik

Gambar 2. Konsep Mandala

8
2.2 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di
Layanan Primer
Pengertian holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural pada ekosistemnya.Sebagai makhluk biologis manusia
adalah merupakan sistem organ, terbentuk dari jaringan serta sel-sel yang
kompleks fungsionalnya.
Diagnostik holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan
dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang
diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang,penilaian risiko
internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004,
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnosis Holistik:
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam kehidupannya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
7. Terproteksi dari risiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan terapi,
tujuannya yakni:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit
2. Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya

9
5. Menentukan interfal kunjungan terapi. (Modul Pelatihan dan Sertifikasi
ASPETRI Jateng 2011)
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan,
pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien
3. Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran
penyaring
4. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
5. Melakukan anamnesis
6. Melakukan pemeriksaan fisik
7. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
8. Menentukan resiko individual  diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor
individual termasuk perilaku pasien
9. Menentukan pemicu psikososial  dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
10. Menilai aspek fungsi social.

Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga di


layanan primer antara lain :
1. Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai bagian
dari keluarga dan lingkungan komunitasnya
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara
terpadu dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus

10
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko-legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif
dan terus menerus demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu, artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari
beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Personal: Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran
2. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding

11
3. Aspek Internal: Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
4. Aspek Eksternal: Psikososial dan ekonomi keluarga.
5. Derajat Fungsi Sosial:
o Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
o Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan
o Derajat 3: Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan,
hanya dapat melakukan kerja ringan
o Derajat 4: Banyak kesulitan, dapat melakukan aktifitas kerja, bergantung
pada keluarga
o Derajat 5: Tidak dapat melakukan kegiatan

2.3. HIPERTENSI
2.3.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari
140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang).7 Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140 / 90 mmHg.6
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang.Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh.7
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan
jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang
berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung
yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the

12
silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab
penyakit jantung (cardiovascular).7,8

2.3.3. Epidemiologi Hipertensi


Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada
pendudukumur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%.
Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%)
dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun
2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini
bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda,
masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi
tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah
(16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4persen, yang didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang
minum obatsendiri.22
Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis
individumenunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia
menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar
252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.Suatu
kondisi yang cukup mengejutkan.Terdapat 13 provinsi yang persentasenya
melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%)
atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa = 426.655 jiwa.22
Secara absolut jumlah penderita hipertensi di 5 provinsi dengan prevalensi
hipertensi tertinggi berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 adalah sebagai berikut:
No Provinsi Jumlah % Absolut
Penduduk Hipertensi Hipertensi
1 Bangka Belitung 1.380.762 30,9 426.655 jiwa
2 Kalimantan Selatan 3.913.908 30,8 1.205.483 jiwa
3 Kalimantan Timur 4.115.741 29,6 1.218.259 jiwa
4 Jawa Barat 46.300.543 29,4 13.612.359 jiwa
5 Gorontalo 1.134.498 29,4 33.542jiwa

13
*berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun
2014, Pusdatin
Tabel 1.5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi dalam Jumlah Absolut
(Jiwa)

Gambar 3. Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan gambar di atas prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun
2007maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi disbanding
laki-laki.22

14
Berdasarkan epidemiologi penyakit hipertensi diatas, maka penyakit
Hipertensi terjadi karena interaksi antara agen penyakit, pejamu (manusia) dan
lingkungan, yaitu suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit,
manusia dan lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat
satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit untuk menyebabkan
hipertensi. Penjelasan keterkaitan antara 3 faktor tersebut sebagai berikut:
A. Host (Penjamu)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu :
a. Daya Tahan Tubuh
Penyakit Hipertensi dipengaruhi oleh daya tahan tubuh manusia itu
sendiri.Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi,
aktifitas, dan istirahat. Kesibukan yang padat juga membuat orang kurang
berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok , minum alkohol,
atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko
terjadinya penyakit hipertensi.23
b. Genetik/keturunan
Pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.23

15
c. Umur
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tetapi di atas usia
tersebut, justru wanita (setelah mengalami menapouse ) berpeluang lebih besar.23
Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya
hipertensi di kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi
tidak memandang golongan umur.23
d. Jenis Kelamin
Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan
dengan perempuan. Wanita > Pria pada usia> 50 tahun. Pria > wanita pada usia<
50 tahun.23
e. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan
bagi orang tersebut seperti:
Gaya hidup modern, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres
terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang
kurang berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum
alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang
meningkatkan resiko hipertensi.
Terbiasa untuk memakan makanan yang asin, sehingga sulit untuk dapat
menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol,
terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung,
restoran, hotel, dan lain-lain).23
Pola makan yang salah, dan salah dalam memilih makanan. Makanan yang
diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat
meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebih.23
f. Pekerjaan

16
Orang yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang
jabatan yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang
pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama
jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan mereka yang pekerjaannya lebih ringan.
Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya hipertensi, penyakit jantung, dan
stroke.23

g. Ras/Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit
hipertensi terjadi secara bervariasi.23

B. Agent (Penyebab Penyakit)


Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan
suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah :

a. Faktor Nutrisi
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih
dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya,
konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang
umumnya boros menggunakan garam, serta kebiasaan memakan makanan yang
mengandung banyak garam sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang
agak tawar.23
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.23
Minuman berkafein dan beralkohol. Minuman berkafein seperti kopi dan
alkohol juga dapat meningkatkan resiko hipertensi.Konsumsi Makanan cepat saji
juga merupakan salah satu penyebab Hipertensi, karena mengandung penyedap
yang berlebihan.23
b. Faktor Kimia

17
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis (dalam jumlah
sangat besar).23
c. Faktor Biologi
Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti
telah membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi
insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan
darah tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma
metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan
trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan
hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.23
Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun
hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang
beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang
berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.23
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian
telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap
sebagai faktor resiko terjadi hipertensi.23
d. Faktor Fisik
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.Gaya
hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi
pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.23
Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak
dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar
bisa menggerakkan berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk
salah satu yang meningkatkan resiko hipertensi.23

C. Environment (Lingkungan)

18
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta
pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
manusia.23
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup
kurang baik seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan (Stres). Stres yang
terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti hipertensi.Dalam
kondisi tertekan adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup
yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan;
bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.23
Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih
berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan,
karena daerah pantai lebih banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam
dapur sehingga Konsumsi natrium pada penduduk pantai lebih besar dari pada
daerah pegunungan.
Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan
prevalensi yang cukup tinggi.Dimana daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup
modern lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibandingkan dengamn
daerah pedesaan.

2.3.3. Klasifikasi Hipertensi


Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung).Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya
lebih besar.9

19
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya.Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung
berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran
merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.9
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan
risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.9
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.9
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.9

20
Gambar 4. Klasifikasi Hipertensi

2.3.4. Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.10,11
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk
deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan
berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini
disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan
memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah,
pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. 11
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.11

2) Sistem renin-angiotensin

21
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.12
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.12
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.12
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak.Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.13

22
2.3.5 Faktor-faktor Risiko Hipertensi
Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:
1) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat
pada usia lebih dari 55 tahun.14
2) Ras/etnik
Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada
etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.14
3) Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita.14

23
4) Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum
minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.14
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.14
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan
darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan
bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh
darah.14,15
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.16
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.16
b. Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah.Pada
orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi.Hal tersebut mengakibatkan otot
jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.Makin keras usaha otot
jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan
pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang
menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat

24
meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko
hipertensi meningkat.17,18
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur
memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15
mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan dengan
pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.
Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.18
2.3.6 Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan
sphygmomanometer air raksa.Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran
dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi
telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi
jantung.Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak
mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah
misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.19
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :
1) Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh
mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak,
apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain- lain.19
2) Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab
spesifiknya.19
3) Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor
risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.19
4) Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan
rontgen.19

25
5) Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna
yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan
adrenal.19
b.Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi
(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).19

2.3.7 Komplikasi Hipertensi


Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang
berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta
ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita
menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada
penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.20
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab
kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation,
dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan
sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-β (TGF-β).20,21
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah:
1) Jantung
- hipertrofi ventrikel kiri
- angina atau infark miokardium
- gagal jantung

26
2) Otak
- stroke atau transient ishemic attack
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit Arteri Perifer
5) Retinopati

27
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS

3.1 METODOLOGI STUDI KASUS


Metodologi Studi kasus ini menggunakan desain studi Kohort
untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau
masalah kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan
perbedaan faktor risiko. Kemudian mengikuti sepanjang periode waktu
tertentu untuk melihat berapa banyak subjek dalam masing-masing
kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah kesehatan untuk
melakukan penerapan pelayanan dokter layanan primer secara paripurna
dan holistik terutama tentang penatalaksanaan penderita Hipertensi dengan
pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas Jumpandang Baru pada
tahun 2017.

3.2 WAKTU STUDI KASUS


Studi kasus dilakukan pertama kali saat pasien melakukan
pemeriksaan dipuskesmas pada tanggal 23 Januari 2018. Selanjutnya
dilakukan home visit lanjutan pada tanggal 25 Januari 2018 untuk
mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.

3.3 LOKASI STUDI KASUS


3.3. Lokasi dan waktu melakukan studi kasus
3.3.1. Waktu studi kasus
Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di
puskesmas Jumpandang Baru tanggal 23-25 Januari 2018.
3.3.2. Lokasi studi kasus
Studi kasus bertempat di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.

28
Gambar 10. Puskesmas Jumpandang Baru

3.3.3.Gambaran umum lokasi studi kasus


3.3.3.1. Letak geografis
Puskesmas Jumpandang Baru terletak di Kecamatan Tallo Kota Makassar
dengan luas wilayah kerja 4,76 km2. Dari sejumlah 5 kelurahan terdapat 21 RW
dan 150 RT. Seluruh wilayah tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua
dan roda empat kecuali kelurahan Lakkang dimana untuk sampai ke wilayah
tersebut harus melewati sungai dengan menggunakan perahu. Luas wilayah kerja
untuk masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 14. Batas Letak Geografis Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2011
Sebelah utara Berbatasan dengan Jl. Inspeksi kanal
Sebelah selatan Berbatasan dengan Jl. Adipura raya
Sebelah timur Berbatasan dengan Jl. Ar Dg. Ngunjung 2
Sebelah Barat Berbatasan dengan Jl. Panampu

3.2.3.2. Keadaan Demografis


Kependudukan merupakan permasalahan yang dihadapi dewasa ini, bukan
hanya menyangkut jumlah penduduk, kepdatan penduduk, dan arus urbanisasi
dengan segala dampak sosial ekonomi, dan keamanan menjadi keharusan untuk
mengendalikan angka kelahiran dan kematian.

29
Kec. Tello

Gambar 11. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru, Kota


Makassar
1. Perumbuhan penduduk / jumlah penduduk
Dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk dilaksanakan melalui
tingkat kelahiran dan penurunan angka kematian (bayi, anak balita dan ibu)
dimana pertumbuhan yang tinggi akan menambah beban pembangunan.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas jumpandang Baru pada tahun
2011 disajikan dalam tabel berikut
Tabel 15. Distribusi penduduk menurut Kelurahan & Jenis Kelamin Wilayah
Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2011
N Jumlah Penduduk Jumlah
Kelurahan
o Laki-laki perempuan Penduduk

1 Rappojawa 3969 3916 7885

2 Wala-Walaya 4765 4515 9280

3 Kalukuang 2680 2623 5303

4 La’latang 2790 2734 5524

5 Lakkang 508 477 985

Jumlah 14712 14265 28977

2. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak serta
masalah sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena faktor gizi yang berhubungan

30
dengan lingkunagan, perumahan dan sanitasi yang kotor menyebabkan berbagai
macam penyakit yang muncul. Di samping itu kepadatan penduduk sebagai
lambang perkembangan suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari
puskesma Jumpandang Baru, kepadatan penduduk adalah jiwa per kilometer
persegi, jumlah kepala keluarga (KK) tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas
Jumpandang Baru adalah 6.556 KK melebihi jumlah rumah yang ada 4.998
rumah.
3. Struktur penduduk menurut umur dan sex rasio
Berdasakan komponen umur dan jenis kelamin maka karakteristik penduduk dari
suatu negara dapat debedakan menjadi 3 macam yaitu:
a. Ekspansif , jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur
termuda.
b. Konstruktif , jika penduduk berada dalam kelompok termuda hampir sama
besarnya
c. Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap kelompok umur
tertentu.

Komposisi umur di wilayah kerja puskesmas Jumpandang Baru dapat dilihat


seperti berikut:
Tabel 16. Distribusai penduduk menurut golongan umur di wilayah Kerja
Puskesmas Jumpandang baru tahun 2011

31
No Kelurahan Golongan Umur (tahun) Jumlah

0-1 1-4 5-15 16-45 >45

1 Rappojawa 241 507 1768 3666 1058 6758

2 Wala-Walaya 739 1397 2451 3448 1081 9116

3 Kalukuang 269 472 2120 3905 1864 6696

4 La’latang 177 380 1040 2089 1423 5109

5 Lakkang 20 35 162 464 136 817

Jumlah 1386 2684 7066 12698 5144 28496

Berdasarkan tabel di atas jumlaha penduduk yang merupakan kelompok umur non
produktif adalah penduduk di bawah umur 15 tahun.
4. Perkawinan dan Fertilitas
 Usia perkawinan pertama
Rata-rata kawin pertama dari tahun ketahun datanya belum ditemukan pada
wilayah kerja puskesmas, namun berdasarkan profil kesehatan tahun 1997
propinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dari umur 19,4
tahun
5. Tingkat pendidikan penduduk
Pendidikan salah satu upaya membentuk manusia terampil dan produktif
sehingga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Tabel 17. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja


Puskesmas jumpandang baru tahun 2011
Jumlah Penduduk
No Kelurahan Ket
TK SD SMP SMA Sarjana

1 Rappojawa 35 1419 118 - 55

2 Wala-Walaya 62 728 - - 45

3 Kalukuang - 1746 1624 1663 42

32
4 La’latang 107 216 - - 40

5 Lakkang 156 - - - 15

Jumlah 360 4109 1742 1663 197

6. Kegiatan Ekonomi
Pendapatan dan pengeluaran perkapita. Rata-rata pengeluaran perkapita
penduduk wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru belum ditentukan datanya
untuk tahun 2006. Sesuai profil kesehatan Tahun 1996 adalah Rp.478.458 angka
perkiraan. Angka tersebut cenderung menurun akibat krisis moneter yang terjadi
sejak tahun 1997. Mata pencaharaian penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Jumpandang Baru dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Distribusi penduduk menurut pekerjaan di wilayah Puskesmas


Jumpandang Baru tahun 2011

Jumlah Penduduk
(jenis Kelamin)
No
Karyawan Lain-
Kelurahan PNS buruh Pengangguran
Swasta lain

1 Rappojawa 161 99 88 829 49

2 Wala-Walaya 304 417 355 132 120

3 Kalukuang 215 105 150 100 35

4 La’latang 161 535 341 315 54

5 Lakkang 8 4 36 - -

Jumlah 849 1160 970 1376 258

7. Agama
Dari 37.350 jiwa penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpandang
bari, 93,45 % beragama Islam, 6,10 % beragama krsiten, dan 0,045% beragama

33
Hindu dan Budha. Proporsi ini hampir sama di semua kelurahan kecuali di
kelurahan Lakkang 100% beragama Islam.
3.3.3.3. Tenaga Kesehatan
Sarana kesehatan milik Pemerintah, Swasta dan partisipasi
masyarakat yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpandang
Baru turut berperan dalam peningkatan status derajat kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru.
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Jumpandang
Baru tahun 2015 sebanyak 44 orang dengan berbagai spesifikasi, yang
terdiri dari :
1. Dokter umum : 6 orang
2. Dokter Obgin : 1 orang
3. Dokter Gigi : 1 orang
4. Perawat : 17 orang
5. Magister kesehatan : 2 orang
6. Bidan :10 orang
7. Laboran : 2 orang
8. Kesling : 2 orang
9. Rekam Medis : 3 orang
10. Nutrisionis : 1 orang
11. Perawat gigi : 1 orang
12. Fisioterapis : 1 orang
13. Apoteker : 2 orang
14. Administrasi : 1 orang
15. Surveilans : 2 orang
Jumlah : 53 orang

- Tenaga Honorer
1. Dapur : 2 orang
2. Cleaning Service : 6 orang

34
3. Tukang cuci : 1 orang
Jumlah : 9 orang

- Tenaga tidak tetap


A. Dokter Spesialis
1. Interna : 1 orang
2. Bedah : 1 orang
3. Anak : 1 orang
4. Mata : 1 orang
5. Kulkel : 1 orang
B. Dokter umum : 1 orang

C. Magang
1. S1 farmasi : 1 orang
2. DIII keperawatan : 3 orang
3. DIII fisioterapis : 1 orang
4. Perawat gigi : 1 orang
5. SPK : 3 orang
6. SMA : 2 orang
 Jumlah : 11 orang

3.3.3.3. Struktur organisasi


Struktur Organisasi Puskesmas Jumpandang Baru berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nomor :
800/1682/SK/IV/2010 Tanggal 21 April 2010 terdiri atas :

35
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU

Gambar 12. Struktur Organisasi Puskesmas Jumpandang Baru

3.3.3.5. Visi dan misi puskesmas

1. Visi Puskesmas Jumpandang Baru


Visi puskesmas Jumpandang Baru adalah untuk mewujudkan Visi Puskesmas
Jumpandang Baru sebagai “Pusat Pelayanan dan Informasi Kesehatan Terdepan
2012”, ditetapkan tanggal 3 Misi yaitu

1. Perubahan perilaku petugas dan disiplin kerja dan peningkatan sumber daya
manusia (SDM)

36
2. Berupaya setiap saat memberikan pelayanan prima sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat
Berupaya menanamkan pengalaman perilaku hidup sehat yang mandiri
melalui promosi kesehatan.

3.3.3.6. Upaya kesehatan

Upaya kesehatan di Puskesmas Jumpandang Baru terbagi atas 2(dua)


upaya Kesehatan Yaitu :
A. Upaya Kesehatan Wajib, meliputi :
1. Upaya Promosi Kesehatan ( Promkes )
2. Upaya Kesehatan Lingkungan ( Kesling )
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dan Keluarga
Berencana (KB)
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
5. Upaya Pencegahan Penyakit Menular ( P2M )
6. Upaya Pengobatan
B. Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Kesehatan kerja
4. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Upaya Kesehatan Jiwa
6. Upaya Kesehatan Usia lanjut
Puskesmas Jumpandang Baru memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari :
1. Ruangan pengambilan kartu/loket
2. Ruang pemeriksaan dokter/kamar periksa
3. Ruang pemeriksaan gigi dan mulut
4. Ruang KIA dan KB
5. Ruangan Tindakan/UGD
6. Ruang P2M dan laboratorium

37
7. Ruang imunisasi dan PKL
8. Ruang pengambilan obat/apotek
9. Ruang tata usaha
10. Ruang administrasi/ruang rapat
11. Ruang kepala puskesmas
C. Upaya perbaikan gizi
A. Peningkatan pendidikan Gizi
1. Pembinaan KADARZI
2.Pemantapan lintas sector/ lintas program dalam penanggulangan
gizi
3. Penyuluhan gizi seimbang sesuai dengan siklus hidup
4. Peningkatan ASI eksklusif
5. Peningkatan D/S
6. Peningkatan N/D
7. Pembinaan kelompok gizi
8. Review proposal KGM
9. Pertemuan tim teknis
B. Peningkatan surveilans gizi
1. System kewaspadaan dini (SKD)
2. Pemantauan garam beryodium dan TABURIA
3. Pemberian vitamin A
4. Pemberian makanan tambahan balita gizi buruk dan bumil KEK
5. Pemantauan status gizi (PSG)
6. Koordinasi SKPG secara lintas sector
7. Peningkatan cakupan posyandu
8. Analisa data PWS
D. Kesehatan Lingkungan
 Penyuluhan kesehatan lingkungan
 Pendataan jumlah TTU, TPM baru
 Inspeksi sarana air bersih
 Kaporisasi

38
 Pemicuan stop BABS
 Sosialisasi program STBM di lorong
 Pengawasan sarana kesehatan ( Klinik, Apotrik, dokter praktek )
 Sosialisasi masalah DBD pemantauan jentik
 Pembinaan kelurahan siaga (lorong siaga)
 Pengawasan sanitasi kantin sekolah
 Pembinaan program kelurahan sehat
 Pengambilan sampel damiu
 Pencatatan / pelaporan
E. Pengendalian penyakit (P2)
P2 TB
 Pelacakan penderita TB baru
 Kunjungan penderita TB yang mangkir
 Pemeriksaan kontak serumah penderita TB
 Penyuluhan penyakit TB
 Penyegaran kader
 Pelatihan petugas kesehatan
 Pemeriksaan pada pasien suspek TB-DOTS
P2 TB MDR
 Kunjungan penderita TB-MDR yang mangkir
 Pemeriksaan kontak serumah penderita TB-MDR
 Penyuluhan penyakit TB-MDR
 Pemeriksaan pasien suspek TB-MDR
 Pelayanan dan pengobatan TB-MDR
P2 Kusta
 Kunjungan penderita kusta yang mangkir
 Kunjungan pemeriksaan kontak serumah penderita kusta
 Screening anak sekolah SD
 Penyuluhan penyakit kusta

39
 Pemeriksaan dan pengobatan pada penderita kusta
P2 Thypoid
 Penemuan suspek thypoid
 Pemeriksaan dan pengobatan
 Penyuluhan penyakit thypoid
 Sosialisasi penyakit thypoid
P2 Diare
 Penyuluhan penyakit Diare
P2 Cacingan
 Pemberian obat cacing untuk anak sekolah dan balita
P2 Kematian
 Pengumpulan data laporan kematian di tiap kelurahan
 Pemberatasan penyakit malaria
 Pemberantasan penyakit campak
 Pemberantasan penyakit AFP
 Pemberantasan penyakit rabies
 Pemberantasan penyakit DBD
 P2 flu burung (H5N1)
F. Imunisasi
 Kegiatan imunisasi di posyandu
 Penyuluhan PD3I (penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi)
 Penyuluhan imunisasi
 Pemantauan status imunisasi (sweeping)
 Pelaksanaan BIAS TT & DT
 Pelaksanaan BIAS campak
 Pengambilan vaksin dan logistic lainnya
G. program KIA dan KB
 Pelayanan antenatal
 Penjaringan / deteksi dini bumil resti

40
 Kunjungan rumah ibu hamil ( ibu hamil DO dan K1)
 Kunjungan rumah p4K dan pemasangan stiker
 Pelayanan ibu nifas (KF) dan neonates
 Pelayanan imunisasi
 Pelayanan kesehatan dan pemantaun tumbuh kembang bayi dan balita
 SDIDTK
 Kelas ibu hamil
 Pelayanan KB
 Penyuluhan kesehatan reproduksi
 Pembinaan keluarga siaga
H. Promosi Kesehatan
1. Kegiatan di kelurahan siaga
 Pembinaan desa siaga
 Pembinaan PHBS di TTU
 Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil
 penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu nifas
 Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat di rumah
tangga
 Penyuluhan tentang pentingnya berolah raga bagi usia lanjut
 Penyuluhan tentang manfaat makanan bergizi
2. Kegiatan posyandu
 Pembinaan posyandu
 Revitalisasi posyandu
3. pembinaan toga
4. pembinaan UKBM
5. pengadaan

I. Laboratorium
 Melakukan pemeriksaan laboratorium
o hemoglobin o leukosit

41
o trombosit o Pregnancy Test
o LED o RDT malaria
o Reduksi urine o widal
o Protein urine o golongan darah
o Sedimen urine o malaria mikroskopis
o Urine strip o glukosa darah
o Sputum BTA o cholesterol darah
o Anti HIV o asam urat

42
 menjadi puskesmas rujukan mikroskopis BTA
 membawa laporan crosscheck triwulan dan slide crosscheck BTA
J. Farmasi
 pengambilan atau konsultasi obat di gudang farmasi
K. Kesehatan Kerja
 pembinaan POS UKK dan informal
 pelacakan tempat kerja / industry
L. Kesehatan Olahraga
 pelacakan tempat-tempat olahraga
 pemeriksaan kesehatan dan kebugaran
 cetak kartu menuju bugar
 senam prolanis
M. upaya program usila
 pendataan sasaran usila
 posyandu bagi usila
 penyuluhan bagi usila
 kunjungan rumah
 puskel usila
 senam usila
N. UKS
 sosialisasi UKS dan penyuluhan di sekolah
 pembinaan / pengawasan warung sekolah
 pengawasan sanitasi sekolah
 penjaringan anak sekolah
 penyegaran dokter kecil / kader kesehatan remaja
O. UKGMD
 penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di posyandu
 puskel gigi
 penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada kelompok lansia
 penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok kesehatan kerja
 sosialisasi kader tentang kesehatan gigi dan mulut
P. UKGS
 penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah
 pembinaan / penyegaran dokter kecil
 melakukan sikat gigi missal di sekolah / APRAS
 melakukan penyuluhan pada APRAS / sekolah

1
Pasien
3.3.3.7. Alur Pelayanan

Loket

Kamar Periksa
Poli umum
Rujuk Pasien
Poli gigi
Poli KIA/KB
Laboratorium

Ruang Tindakan

Apotikmkk 2

Pasien
Gambar 13. Alur pelayanan kesehatan individu pada Puskesmas Jumpandang
Baru

3.2.3.8. Hasil Kegiatan Pelayanan Kesehatan


Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas
Jumpandang Baru di bulan Juni tahun 2017 adalah:
1. ISPA : 247 Kasus
2. Nasofaringitis, Common Cold : 198 Kasus
3. Dispepsia : 174 Kasus
4. Diare : 157 Kasus
5. Dermatitis alergi : 128 Kasus
6. Rhematik : 92 Kasus
7. TB Paru : 63 Kasus
8. Penyakit kulit alergi : 61 Kasus
9. Neurodermatitis : 56 Kasus
10. Diabetes Mellitus : 44 Kasus

3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. LAPORAN KASUS


4.1.1. PASIEN
4.1.1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny. M
Usia : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Rajawali lr. 300

4.1.1.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Tegang pada leher, terutama pada bagian belakang
Riwayat Penyakit:
Pasien datang ke Puskesmas Jumpandang Baru dengan keluhan tegang
pada leher belakang. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak 5
tahun yang lalu saat pasien memeriksakan dirinya di puskesmas dengan
keluhan sering mengalami sakit kepala.Pada awalnya pasien hanya minum
obat-obatan herbal untuk mengurangi keluhan tersebut namun tidak ada
perubahan. Sejak kunjungan ke puskesmas pasien teratur meminum obat
yang diberikan. Selain itu pasien juga memiliki keluhan nyeri pada
persendian, terutama pada lutut.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
DM (-), HT (-), Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: Ayah (+),
Saudara perempuan (+)

4
4.1.1.3. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum : Composmentis
Tek. Darah : 150 / 100 mmHg
Frek. Nadi : 90 x /menit
Frek Pernapasan : 22 x /menit
Suhu : 36.5 C
BB : 63 kg
TB : 156 cm
IMT : 25,88 kg/m2(Obes grade I)

4.1.1.4. PEMERIKSAAN STATUS GENERALIS :


Kepala :
- Ekspresi wajah : normal
- Bentuk dan ukuran : normal
- Rambut : normal
- Edema : (-)
Mata :
- Simetris
- Alis : normal
- Exophtalmus : (-)
- Ptosis : (-)
- Strabismus : (-)
- Edema palpebra : (-)
- Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pterygium (-/-)
- Pupil : isokor, bulat, refleks (+/+)
- Kornea : normal

Telinga :
- Bentuk : normal
- Lubang telinga : normal, sekret (-/-)

5
- Nyeri tekan : (-)
- Pendengaran : normal
Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-)
- Perdarahan (-), secret (-)
Mulut :
- Simetris
- Bibir : sianosis (-)
- Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)
- Lidah : glositis (-), atrofi papil lidah (-)
- Mukosa : kering
Leher :
- JVP : normal
Thoraks :
Cor
- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra
- Perkusi : redup
- Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris,
penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi pernapasan 20
x/menit.
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba
dan vocal simetris, provokasi nyeri (-).
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen :
- Inspeksi : distensi (-), skar (-).
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)

6
- Perkusi : timpani
Inguinal-genital-anus : tidak diperiksa
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : dalam batas normal
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
Ektremitas bawah:
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : nyeri pada daerah genu sinistra, krepitasi (-)
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
4.1.1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIDAPATKAN
Kolesterol : 221 mg/dL
Asam Urat : 5,8 mg/dL
4.1.1.6. DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi Grade 1 + Dislipidemia

4.1.1.7. PENATALAKSANAAN
 Non Farmakologi
a. Diet rendah lemak, rendah garam
b. Berolahraga, menurunkan berat badan
c. Makan makanan bergizi
 Farmakologi
a. Amlodipin 5 mg 0-0-1
b. Simvastatin 0-0-1
c. Neurodex 1 dd I

7
4.1.1.8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationem : dubia ad bonam
Quo ad fungsionem : dubia ad bonam

4.1.2. KELUARGA
 GENOGRAM

Pasien Tn. K

Keterangan:
Hipertensi

Tidak menderita Hipertensi

 ANGGOTA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. K
Umur : 64 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

8
NAMA Umur / STATUS
JK DALAM PENDIDIKAN PEKERJAAN
KELUARGA
Tn. K 64 tahun Kepala Keluarga SMP Wiraswasta
Laki-laki
Ny. M 61 tahun Ibu rumah SD Ibu rumah
Perempuan tangga tangga

K 32 tahun Anak 1 SMP Wiraswasta


Laki-laki
L 25 tahun Anak 2 SMP IRT
Perempuan
P 21 tahun Anak 3 SMP Wiraswasta
Perempuan
T 19 tahun Anak 4 SMA Pengangguran
Perempuan

 Penilaian Status sosial dan kesejahteraan hidup


 Lingkungan tempat tinggal
Status kepemilikan rumah : Milik sendiri

Daerah perumahan : padat penduduk


Luas rumah 12 m x 6 m
Bertingkat Ya
Jumlah penghuni rumah 6 orang
Luas halaman -
Lantai rumah terbuat dari Semen
Dinding rumah terbuat dari Tembok
Kondisi dalam rumah Cukup baik
Penerangan listrik Ada
Jambang Ada
Ketersediaan air bersih Ada (PDAM)

9
 Kepemilikan barang – barang berharga
o Ny. M memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara
lain yaitu, 1 buah televisi, 1 buah kulkas, 1 buah kipas angin, 1
buah rice cooker.
 Penilaian perilaku kesehatan keluarga
o Ny. M sering melakukan kontrol di puskesmas Jumpandang Baru
setiap bulannya dan aktif melaksanakan kegiatan PROLANIS.
Apabila sakit, Ny. M sering berobat ke puskesmas dengan
menggunakan jaminan kesehatan berupa kartu BPJS
 Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
o Pekerjaan sehari-hari pasien adalah seorang ibu rumah
tangga.Pasien ini tinggal di rumah yang terletak di Jl. Rajawali
lr.300. Sekitar rumah yaitu bagian samping kiri dan kanannya
berbatasan dengan rumah batu, dan berada di lingkungan
perumahan yang cukup padat.
 Pola Konsumsi Makanan
o Pola makan 2-3 kali sehari dengan menu yang tidak tentu. Ny. M
membatasi penggunaan garam namun masih suka mengonsumsi
gorengan dan makanan berlemak.
 Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga
o Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota
keluarga yang lainnya. Dengan seluruh anggota keluarga, terjalin
komunikasi yang baik dan cukup lancar.
 Lingkungan
o Lingkungan tempat tinggal sudah cukup baik. Tata pemukiman di
sekitar rumah terlalu padat. Sinar matahari kurang dapat masuk ke
dalam rumah, penerangan dalam rumah cukup. Ventilasi kurang.
Kebersihan dan kerapian rumah kurang rapi. Rumah memiliki
jamban. Air minum bersumber dari PDAM.

Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan


keluarga
Faktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor
pelayanan kesehatan
Sarana pelayanan Puskesmas Pelayanan dengan

10
kesehatan yang menggunakan kartu BPJS
digunakan oleh
keluarga
Cara mencapai Naik Bentor Jarak puskesmas den kediaman
sarana pelayanan Ny. M cukup dekat
kesehatan tersebut
Tarif pelayanan Gratis Semua pelayanan dengan
kesehatan yang menggunakan BPJS kelas 3
dirasakan
Kualitas pelayanan Baik Pasien merasa pelayanan baik
kesehatan yang karena dimulai dari
dirasakan pendaftaran , pengambilan
kartu, konsul dokter,
pengambilan obat berjalan
dengan lancar.

4.1.3. Analisa Kedokteran Keluarga


1. Fungsi Fisiologis (APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga
yang dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5
Fungsi pokok keluarga, antara lain:
- Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan.
- Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
- Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua
anggota keluarga.
- Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung.
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir Selalu = skor 2

11
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit

Tabel 12. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita Hipertensi


Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
(2) (1) Pernah
(0)
1. Adaptasi
Jika obat Anda habis / jadwal kontrol
laboratorium tiba apakah ada √

anggota keluarga yang bersedia


mengantarkan Anda ke Puskesmas?
2. Partnership (Kemitraan)
Jika Anda lupa minum obat, apakah
ada anggota keluarga yang selalu √
mengingatkan untuk konsumsi obat
secara rutin?
3. Growth (Pertumbuhan)
Jika Anda tidak memasak karena
keterbatasan anda akibat penyakit √
yang anda derita, apakah anak anda
mau mengerti dengan anda?
4. Affection (Kasih Sayang)
Jika Anda merasa cemas akibat
penyakit anda, apakah anggota

keluarga yang lain selalu
mendampingi Anda dalam mengatasi
kecemasan tersebut?
5. Resolve (Kebersamaan) √
Anda disarankan untuk mengurangi

12
konsumsi makanan yang berlemak
dan rendah garam. Apakah anggota
keluarga yang lain mengkonsumsi
menu yang sama dan makan
bersama?
Total Skor 6
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 8 ini menunjukkan Fungsi keluarga
kurang sehat.
2. Fungsi Patologis (SCREEM)
Aspek sumber daya patologi
- Sosial:
Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga.
- Cultural:
Pasien memiliki seorang suami dan 4 orang anak
- Religious:
Keluarga pasien rajin melakukan sholat 5 waktu dan puasa.
- Economy:
Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi belum tercukupi.
- Education:
Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMA
- Medication:
Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari puskesmas
dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.

3. Kepatuhan Berobat
Item Morisky Medication Adherence Scale (8-MMAS)

NO PERTANYAAN NILAI
1. Apakah terkadang Anda lupa untuk minum obat? 0
2. Terkadang orang tidak meminum obat mereka bukan karena
lupa tetapi ada alasan lainnya. Selama 2 minggu terakhir, 1
apakah ada hari tertentu Anda tidak mengonsumsi obat Anda?
3. Apakah Anda pernah mengurangi atau berhenti minum obat
tanpa memberitahu dokter Anda karena Anda merasa lebih 0
buruk ketika Anda mengonsumsinya?

13
4. Saat Anda bepergian atau meninggalkan rumah, apakah Anda
1
kadang-kadang lupa untuk membawa obat Anda?
5. Apakah Anda mengonsumsi semua obat Anda kemarin? 0
6. Ketika Anda merasa seperti gejala Anda terkendali, apakah
1
Anda kadang-kadang berhenti minum obat Anda?
7. Minum obat tiap hari bagi sebagian orang merupakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Apakah Anda pernah merasa 0
terganggu tentang rencana pengobatan Anda?
8. Seberapa sering Anda mengalami kesulitan mengingat
1
mengonsumsi semua obat Anda?
Total 4
Interpretasi : Kepatuhan tinggi

Nilai nomor 1-7 : Tidak = 1 Ya = 0


Nilai nomor 8 : Tidak pernah/jarang = 1
Sekali-sekali = 0,75
Kadang-kadang = 0,5
Biasanya = 0,25
Terus-menerus =0
Interpretasi hasil : Kepatuhan rendah total score <5
Kepatuhan tinggi total score 6-8

4.2. PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien wanita berumur 54 tahun dengan
keluhan tegang pada leher belakang. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi
sejak 5 tahun yang lalu saat pasien memeriksakan dirinya di puskesmas dengan
keluhan sering mengalami sakit kepala. Pada awalnya pasien hanya minum obat-
obatan herbal untuk mengurangi keluhan tersebut namun tidak ada perubahan.
Sejak kunjungan ke puskesmas pasien teratur meminum obat yang diberikan.
Diagnosis hipertensi ditegakkan atas dasar anamnesis, pemfis dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan gejala tegang
pada leher belakang dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

14
tensi 150/90 mmHg. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan kolesterol
darah melebihi normal sehingga pasien didiagnosis dislipidemia.
Berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII), termasuk hipertensi
stage I apabila tekanan darah sistolik ≥140 -159 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥90-99 mmHg. Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), obesitas
dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas grade I dengan nilai IMT
antara 25- 29,9; obesitas grade II dengan nilai IMT antara 30-40 dan
obesitas grade III nilai IMT >>40. Pasien ini masuk ke dalam obesitas
grade I karena memiliki IMT 26,1.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien saat berkunjung di
puskesmas Jumpandang Baru sesuai dengan keluhan yang dialami dan
hasil pemeriksaan laboratorium diberikan terapi medikamentosa yaitu
Amlodipin sekali sehari dan Simvastatin sekali sehari
Edukasi yang diberikan berupa cara mengontrol tekanan darah, makanan
yang perlu dihindari, komplikasi dari hipertensi yang mungkin terjadi dan
pentingnya pemeriksaan diri serta mengendalikan penyakit yang dialami oleh
pasien. Pasien juga diberikan edukasi terhadap obesitas yang dialami pasien
berupa upaya peningkatan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pasien mengaku aktif dalam mengikuti kegiatan PROLANIS di puskesmas
Jumpandang Baru. Dengan ikutnya pasien dalam PROLANIS, pasien akan
diberikan obat hipertensi untuk satu bulan, jadi pasien tidak perlu bolak balik
setiap tiga hari ke puskesmas. Manfaat lain yaitu setiap jumat seluruh pasien
prolanis akan mengikuti senam, dimana senam ini memang dikhususkan untuk
pasien HT dan DM.

4.2.1. Analisa Kasus


Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Hipertensi
Sko
Sko
r Resume Hasil
Masalah Upaya Penyelesaian rAk
Awa Akhir Perbaikan
hir
l
Faktor biologis
- Hipertensi 2 - Edukasi mengenai -Terselenggara 4
15
merupakan penyakit dan penyuluhan
penyakit pencegahannya -Keluarga
genetic melalui penyuluhan memahami bahwa
gaya hidup sehat penyakit hipertensi
dengan makanan yg dapat dicegah
bergizi dan olahraga -Keluarga mau
teratur menerapkan gaya
hidup sehat
Faktor ekonomi
dan pemenuhan
kebutuhan 4 - Motivasi mengenai - Keluarga 4
- Memiliki perlunya memiliki menyisihkan
tabungan tabungan pendapatan untuk
tabungan
3 - Nasehat untuk
- Kehidupan bertawakkal kepada - Memiliki rasa 4
sosial dengan Allah, dan yakinkan Tawakkal kepada
lingkungan bahwa semua akan Allah, dan
baik-baik saja. Serta menjalin hubungan
sesekali bertegur yang baik dengan
sapa dengan tetangga
tetangga
Faktor perilaku
kesehatan
- Higiene pribadi 3 - Edukasi tentang - Anggota keluarga 4
yang kurang pentingnya PHBS paham akan
dan lingkungan dirumah untuk pentingnya PHBS
yang kurang mencegah infeksi. dan mau
bersih mengaplikasikan
dengan baik PHBS
4 dilingkungan dan 5

16
- Minum obat - Edukasi untuk rumah mereka
teratur minum obat sesuai - Pasien selalu
anjuran dokter minum obat teratur
sesuai anjuran
dokter

Faktor Psikososial
- Kurangnya 2 - Menyarankan - Anggota keluarga 4
perhatian kepada anggota bersedia memberi
keluarga pasien keluarga untuk lebih perhatian lebih
terhadap perhatian dengan kepada pasien
penyakit yang kondisi pasien
diderita pasien 2 - Pasien termotivasi 4
- Motivasi untuk - Memotivasi pasien untuk sembuh
sembuh serta menjelaskan
sangatlah kepada pasien
kurang bahwa penyakitnya
dapat sembuh
apabila pasien
berobat secara
teratur
Total Skor 20 29
Rata-rata Skor 2,8 4,1
Tabel 13.Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian Masalah
dalam keluarga.
Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah
Skor 1 :Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor2 :Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber
(hanya keinginan), penyelesaian masalah dilakukan
sepenuhnyaoleh provider.

17
Skor 3 :Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang
belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian
besar oleh provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tidak sepenuhnya, masih
tergantung pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

4.2.2. Diagnosis Holistik, Tanggal Intervensi, Dan Penatalaksanaan


Selanjutnya
Pertemuan ke 1 : 23 Januari 2018
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
1. Memperkenalkan diri dengan pasien.
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien
4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosio-
ekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
5. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan mempersiapkan alat
yang akan dipergunakan.
6. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
7. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
8. Membuat diagnosis holistik pada pasien.
9. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis.

4.2.3. Anamnesis Holistik


Aspek Personal
Saat kami mendatangi rumah pasien, pasien seorang diri berada di
rumah. Suami pasien sedang bekerja dan anaknya sedang mengurusi
dagangannya. Pasien baru pertama kali mendapat kunjungan rumah untuk
mengontrol keadaan pasien, disamping itu pasien sangat begitu senang
karena ada teman berbagi cerita.Pasien masih memiliki harapan untuk bisa
beraktifitas seperti sedia kala.
Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
penunjang, didapatkan diagnosis Hipertensi + Dislipidemia.
Aspek Faktor Risiko Internal

18
Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat hipertensi, yaitu ayah
dan kakak perempuan pasien. Dulunya pasien sering meminum obat herbal
untuk menurunkan tekanan darahnya.Pasien kurang menerapkan pola
hidup sehat berupa pola makan yang baik dan olahraga teratur. Dari segi
usia pasien juga sudah tergolong lansia sehingga sangat rentan dengan
berbagai penyakit.
Aspek Faktor Risiko Eksternal
- Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga
pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit pasien, kurangnya komunikasi
antara pasien dan anggota keluarga dikarenakan kesibukan dari anak dan
suaminya sebagai keluarga sehingga tidak mengingatkan untuk berobat, kontrol
tekanan darah atau minum obat, dan kurang memperhatikan pola diet pasien.
Aspek Fungsional
Ny. N sudah kurang mampu melakukan sendiri aktivitas dan
menjalankan fungsi sosial dalam kehidupannya.Ny. N banyak
menghabiskan waktu di dalam rumah saja.
Derajat Fungsional
Derajat 3yaitu ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.

Rencana Pelaksanaan (Plan Of Action)


- Pertemuan ke-1: Puskesmas Jumpandang Baru Jalan Cendrawasih III No.
23 Januari 2018 pukul 10.15 WITA.
- Pertemuan ke-2: Rumah pasien Jalan Rajawali lr. 300 24 Januari 2018 pukul
15.00 WITA.
Tabel 14 : Rencana Pelaksanaan (Plan Of Action)
Sasara Hasil yang Biay
Aspek Kegiatan Waktu Ket.
n diharapkan a
Aspek Memberikan edukasi Pasien Pada saat Pasien dapat Tida Tidak
person kepada pasien kunjunga sadar dan k menola
al mengenai hipertensi n rumah mengerti ada k
dan komplikasiserta akan
memberikan informasi pentingnya
mengenai rutin

19
perkembangan mengonsumsi
penyakitnya. anti
hipertensi

Aspek Memberikan obat anti Pasien Pada saat Tekanan Tida Tidak
klinik hipertensi dan obat kunjunga darah dapat k menola
kolesterol untuk n rumah terkontrol, ada k
mengontrol tekanan kolesterol
darah dan kadar dapat
kolesterol pasien terkontrol
Aspek Mengajarkan Pasien Pada saat Tekanan Tida Tidak
risiko bagaimana pola makan kunjunga darah dapat k menola
interna yang baik, n rumah terkontrol, ada k
l menganjurkan untuk Kolesterol
menjaga hygenitas diri dapat
terkontrol
Aspek Menganjurkan keluarga Kelua Pada saat Keluarga Tida Tidak
risiko memberi dukungan rga kunjunga memberi k menola
externa kepada pasien agar n rumah perhatian dan ada k
l selalu menjaga dukungan
kesehatannya dan selalu lebih kepada
mengingatkan pasien pasien dan
untuk minum obat dan pasien lebih
kontrol tekanan darah, termotivasi
dan mendukung pola untuk
diet pasien. sembuh

Menganjurkan kepada
keluarga pasien untuk
meningkat-kan
komunikasi yang baik
dengan pasien
Aspek Menganjurkan untuk Pasien Pada saat Agar kondisi Tida Tidak

20
fungsio rajin berolahraga serta kunjunga tubuh selalu k menola
nal menghindari hal-hal n rumah sehat dan ada k
yang bisa mencederai bugar,
pasien. agarnyeri
sendi pada
tubuh pasien
bisa
berkurang

4.2.4. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 150/90 mmHg,
Nadi : 90 x/menit, Pernapasan : 22 x/menit, Suhu : 36,5oC. Nyeri pada
region genu sinistra, krepitasi (-)
4.2.5.Pemeriksaan Penunjang
Kolesterol : 221 mg/dL
Asam Urat : 5,8 mg/dL
4.2.6. Diagnosis Holistik (Bio-Psiko-Sosial)
Diagnose Klinis:
Hipertensi Grade 1 + Dislipidemia
Diagnose Psikososial:
- Kurangnya kesadaran akan keteraturan minum obat.
- Kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi
kesehatan pasien.
4.2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini
meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien
dan keluarga pasien).
Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita
penyakit Hipertensi antara lain:
- Mengontrol tekanan darah
 Melakukan diet rendah garam
- Mencegah kolesterol:

21
 Melakukan diet rendah lemak
 Rajin berolahraga
Pencegahan Sekunder
1. Pengobatan farmakologi berupa:
- Anti hipertensi : Amlodipin 1x5mg
- Anti Kolesterol: Simvastatin 20mg 1x1
- Neurodex 1x1
Pencegahan Tersier :Rehabilitasi fisik, mental dan sosial.

Terapi Untuk Keluarga


Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama
yang berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan
pasien.Dimana anggota keluarga diberikan pemahaman agar bisa
memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk berobat secara
teratur dan membantu memantau terapi pasien.Selain itu apabila kita
kembali mengingat bahwa silsilah keluarga ini dengan resiko penyakit
yang tinggi sehingga, penting mengingatkan ke anggota keluarga untuk
menjaga pola makan serta melakukan kebiasaan hidup yang sehat.

BAB V

22
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis :
Hipertensi + Dislipidemia.
- Diagnosis psikososial :
Kurangnya kesadaran akanpentingnya berobat teratur serta kurangnya
perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan pasien.
- Gambaran dari Genogram:
Ayah dan kakak perempuan pasien memiliki riwayat Hipertensi

5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny. N, maka
disarankan untuk :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan Hipertensi.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentangHipertensi dan
Disipidemia serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak teratur
mengonsumsi obat.
- Memberi edukasi pada pasien tentang jenis fisioterapi ringan yang dapat
dilakukan sendiri di rumah.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan
dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.
Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan
mengontrol penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.

LAMPIRAN

23
24
25
26
DAFTAR PUSTAKA

1. Sugiharto A. Faktor – Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada


Masyarakat[tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro;2007.
2. Sarasaty RF. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada
Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2001.Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah; 2012
3. Kementerian Kesehatan RI. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun
2011. Jakarta: Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI;2012.
4. Muhadi, JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi
Dewasa. Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. CDK-236/ vol. 43 no. 1, th. 2016
5. http://eprints.undip.ac.id/43896/3/Gilang_YA_G2A009181_Bab2KTI.pdf.
Hipertensi. Universitas Diponegoro. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2017
6. Sudoyo, Aru W., et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid 1.
Interna Publishing. Jakarta; 2009.
7. Brashers, Valentina. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &
Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta;
2004.
8. Soedirjo. Hipertensi dan Klinis. Farmacia. Jakarta; 2008.
9. WHO. Hypertension Report. WHO Technical Report Series. Geneva; 2007.
10. Leny Gunawan. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Percetakan
Kanisus; 2001.
11. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2012 Nov
18]. Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/
12. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. 2002.
13. Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Essensial. In: Sudoyo AW, Setyohadi B,
Alwi I, K MS, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departeman Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. P.
1079
14. Tugasworo D. Patogenesis aterosklerosis. Semarang: BP UNDIP. 2010: 3-14.
15. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal
Kronik Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009

27
[internet]. c2010 [cited 2012 Aug 22]. p: 4-13. Available from:
http://repository.usu.ac.id
16. Guyton,AC. Hall,JE. Buku ajar fisiologi kedokteran .Jakarta: EGC. 2007.
17. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. 2002.
18. National Heart Lung and Blood Institute. What Is High Blood Pressure?
[internet]. c2009 [cited 2013 Jan 11]. Available from :
(http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Hbp/HBP_WhatIs.html)
19. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh
Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe
[internet]. c2011 [cited 2012 Des 29]. p: 10-3. Available from:
http://repository.usu.ac.id/
20. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan
[cited 2012 Des 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-
blood-pressure/risk-factors/
21. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan
Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2012
Des 29]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/
22. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi. 2013. Jakarta.
Hal. 3-5
23. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18866/1/ikm-
okt20059%20(4 ).pdf (diakses pada tanggal 16 Oktober 2017)

28

You might also like