Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
kehidupan umat manusia. Tak satupun manusia dapat bertahan tanpa makanan sehari
saja, sehingga dalam hal ini makanan adalah penentu dari segala akivitas manusia.
Makanan sering diistilahkan sebagai segala sesuatu yang dapat dimakan atau
dikonsumsi oleh manusia dan tidak mendatangkan bahaya bagi orang yang
unsur atau zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dan mendatangkan manfaat bagi orang
seperti air, karbohidrat, protein, vitamin, lemak, enzim, pigmen dan lainlain.
Kandungan jenis bahan tersebut bergantung pada sifat alamiah dari bahan makanan
tersebut. Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik
meskipun kandung gizinya tinggi, dengan arti lain kualitas dari suatu produk makanan
sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan konsumen terhadap makanan tersebut. Kualitas
terhadap penerimaan dari konsumen. Atribut kualitas makanan adalah pertama, yaitu
sifat indrawi/organoleptik yaitu sifat-sifat yang dapat dinilai dengan panca indra seperti
sifat penampakan (bentuk, ukuran, warna), atau rasa (asam, asin, manis, pahit dan
flavor) tekstur yaitu sifat yang dinilai dari indra peraba. Kedua, nilai gizi yaitu
karbohidrat, protein, vitamin, mineal, lemak dan serat. Ketiga, keamanan makanan
yang dikonsumsi yaitu terbebas dari bahanbahan pencemar atau racun yang bersifat
Makanan yang dijajakan sekarang ini tidak terlepas dari zat atau bahan yang
mengandung unsur berbahaya dan pengawet yang dalam jumlah banyak menyebabkan
kerusakan pada jaringan tubuh. Jika suatu bahan makanan mengandung bahan yang
bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi. Makanan yang tidak layak dikonsumsi
Makanan yang sangat digemari dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat kota
Lhokseumawe khususnya pelajar dan mahasiswa adalah mie, baik itu mie basah
maupun mie kering atau juga mie dengan campuran bakso, karena makanan ini relatif
simpel dan praktis, lagipula harganya relatif murah dan terjangkau oleh status sosial
manapun. Mie basah adalah makanan yang terbuat dari olahan tepung terigu dengan
Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus ada pada pangan yang
akan dikonsumsi oleh setiap orang. Pangan yang bermutu dan aman dikonsumsi bisa
berasal dari dapur rumah tangga maupun dari industri pangan.Industri pangan adalah
salah satu faktor penentu berkembangnya pangan yang memenuhi standar mutu dan
keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.Sekarang ini, terjadi perubahan yang
sangat luar biasa dalam pengolahan makanan karena didukung oleh semakin
ditambahkan ke dalam makanan. Sebagai salah satu contoh metanil yellow yang
banyak digunakan untuk pewarna makanan seperti mie basah agar warna yang
Bahan tambah pangan (BTP) atau food additives adalah senyawa atau campuran
pewarna merupakan beberapa jenis bahan tambahan pangan. Zat warna sintetis banyak
digunakan sebagai pewarna tambahan pangan karena penggunaannya lebih praktis dan
terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk berbagai bahan pangan, misalnya
zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Dalam hal
ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna
tersebut, antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna
untuk pangan dan disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah
Penggunaan pewarna pada pangan juga telah diatur oleh pemerintah mengenai
pewarna yang dilarang digunakan dalam makanan, pewarna yang diizinkan serta batas
masyarakat terutama produsen pangan menggunakan bahan pewarna yang dilarang dan
berbahaya bagi kesehatan. Sebagai contoh sering ditemukan pada kasus IRTP (Industri
Rumah Tangga-Pangan) menggunakan pewarna untuk tekstil atau cat yang umumnya
berwarna cerah, lebih stabil selama penyimpanan serta harganya lebih murah namun
mereka belum mengetahui dan menyadari bahaya dari pewarna tersebut (Nur’an, 2011).
Salah satu pewarna yang dilarang digunakan pada produk pangan adalah
metanil yellow, yang peruntukan sebenarnya sebagai pewarna tekstil. Sehingga perlu
tambahan pangan (BTP), masih saja ada penjual makanan atau produsen yang
seperti pada hasil uji BPOM yang dilakukan di 18 provinsi pada tahun 2008
diantaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Bali, dan Padang terhadap
861 contoh makanan menunjukkan bahwa 39,65 % (344 contoh) tidak memenuhi syarat
keamanan pangan dari total sampelitu 10,45% mengandung pewarna yang dilarang
pewarna alami karena dua faktor. Pertama, yaitu masalah harga, pewarna kimia dijual
dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pewarna alami. Masalah ini
tentu saja sangat diperhatikan oleh produsen, mengingat daya beli masyarakat
Indonesia yang masih cukup rendah. Faktor kedua adalah stabilitas, pewarna sintetis
memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik, sehingga warnanya tetap cerah meskipun
sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan. Sedangkan pewarna alami mudah
mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Misalnya mie
berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya
kanker pada kandung kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit
perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah.Bahaya lebih lanjut yakni
Mie kuning merupakan menu makanan yang relatif murah, praktis, dan mudah
didapat. Sehingga peminat konsumen terhadap mie kuning semakin meningkat tanpa
produsen ada yang menggunakan bahan tambahan kimia seperti metanhil yellow, agar
menghasilkan warna yang lebih menarik konsumen. Namun, sampai saat ini data
tentang kandungan metanhil yellow di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Aceh
penggunaan metanhil yellow pada mie kuning di pasar Inpres Kota Lhokseumawe.
Apakah terdapat kandungan metanhil yellow secara kualitatif dalam mie kuning
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca baik secara
tentang makanan khususnya (mie kuning) bagi BPOM dan industri mie kuning terkait
serta dapat meningkatkan upaya food safety yang sesuai peraturan Menteri
Kesehatan.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Mie Kuning
Uji Kualitatif
(Kromatografi Kertas)