Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
dengan tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuri disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinis akut ataupun kronis sebagai akibat kurangnya insulin efektif.1 Diabetes
memiliki 2 tipe yaitu tipe 1 yang sering terjadi pada remaja atau dapat disebut
sebagai independen insulin dimana sel beta pankreas tidak dapat memproduksi
insulin. Tipe 2 yang sering terjadi pada orang dewasa diakibatkan retensi insulin
Penyakit pada mata yang disebabkan oleh diabetes adalah retinopati yang
paling banyak mempengaruhi hampir satu dari setiap sepuluh orang penderita
diabetes. Retinopati diabetika adalah salah satu faktor utama penyebab dari
dengan usia lebih dari 40 tahun sekitar 28,5 % (sekitar 4,25 juta).2 Pada penelitian
terhadap 17.995 subyek penderita diabetes di India, retinopati sekitar 15%. Pada
subyek kontrol diet dengan retinopati diabetes adalah 4,4% sedangkan, subyek
penggunaan obat oral adalah 12,5%, dan pada subyek penggunaan insulin hampir
27%.3
Retinopati diabetika terjadi akibat kadar gula darah tinggi yang menyebabkan
kerusakan pembuluh darah pada retina. Pada pembuluh darah bisa terjadi bengkak
dan bocor atau dapat menutup, menghentikan darah agar tidak lewat. Terkadang
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
melapisi dua pertiga posterior dinding bola mata bagian dalam. Lapisan-lapisan
retina mulai dari sisi luar ke dalam, adalah epitel pigmen retina, lapisan
interna, lapisan sel ganglion, lapisan serabut saraf, membran limitan interna.5
Retina memiliki tebal 0,1 mm di area ora serrata dan 0,23 mm pada kutub
posterior. Pada kutub posterior terdapat makula, yang merupakan daerah yang
mengandung pigmen luthein dan zeaxantin dengan diameter 1,5 mm. Lebih dari
satu lapis sel. Makula dibatasi oleh arkade-arkade pembuluh darah retina temporal.
2
Di tengah makula, sekitar 3,5 mm dari papil saraf optik terdapat fovea, yang
menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan – lapisan parenkim, foveola
adalah bagian paling tengah dari fovea yang fotoreseptornya adalah sel kerucut.5
membran Bruch, yang memperdarahi sepertiga luar retina dan arteri retina sentralis
yang memvaskularisasi dua pertiga sebelah dalam. Pembuluh darah retina memiliki
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskuler yang
membentuk 80% volume darah. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa,
retina dan papil saraf optik. Permukaan luar vitreus yaitu membran hialoid
lapisan epitel pars plana, retina dan papil saraf optik. Basis vitreus terkuat pada
lapisan epitel pars plana dan retina tepat dibelakang ora serrata. Vitreus terdiri dari
99% air dan 1% sisanya merupakan kolagen dan asam hialuronat, yang memberikan
Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu
reseptor kompleks dan sebagai suatu transducer yang efektif. Sel-sel batang dan
impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui papil saraf
optik menuju ke korteks oksipital. Makula yang sebagian besar selnya adalah sel
kerucut, bertanggung jawab untuk tajam penglihatan terbaik sentral dan untuk
3
terdiri dari fotoreseptor batang digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan
dilapisan terluar yang avaskuler pada retina sensorik dan merupakan tempat
2.2 Definisi
Retinopati diabetika adalah suatu kelainan retina dan sistem vaskuler yang
pembuluh darah halus, meliputi arteriol prekapiler retina, kapiler-kapiler dan vena-
vena.6
2.3 Epidemiologi
jumpai, terutama di negara barat. Prevalensi dari semua tipe populasi retinopati
diabetika meningkat seiring dengan lama menderita diabetes dan usia penderita.
Retinopati diabetika jarang ditemukan pada anak dibawah usia 10 tahun tanpa
4
memandang lama menderita diabetes. Resiko terjadinya retinopati diabetika
2.4 Etiologi
merokok merupakan faktor resiko timbul dan berkembangnya retinopati. Hal ini
didukung oleh hasil pengamatan bahwa tidak terjadi retinopati pada orang muda
dengan diabetes tipe 1 paling sedikit 3-5 tahun setelah awitan penyakit ini. Hasil
serupa telah diperoleh pada diabetes tipe 2, tetapi pada pasien ini onset dan lama
pada penebalan membran basal endotel kapiler dan berkurangnya jumlah perisit.
5
berat ditandai bercak-bercak cotton wool, gambaran manik-manik pada vena, dan
vena di dua kuadran, atau kelainan mikrovaskular intraretina berat di satu kuadran.6
merupakan deposit lipid pada retina (panah), cotton-wool spots menandakan infark
setempat atau difus, yang terutama disebabkan oleh kerusakan sawar darah-retina
pada tingkat endotel kapiler retina, yang menyebabkan terjadinya kebocoran cairan
dan konstituen plasma ke retina sekitarnya. Makulopati lebih sering dijumpai pada
bermakna secara klinis, yang ditandai oleh penebalan retina sembarang pada jarak
500 mikron dari fovea, eksudat keras pada jarak 500 mikron dari fovea yang
berkaitan dengan penebalan retina, atau penebalan retina yang ukurannya melebihi
satu diameter diskus dan terletak pada jarak satu diameter diskus dari fovea.6
6
2.5.3 Retinopati Diabetika Proliferatif
Komplikasi mata yang paling parah pada diabetes melitus adalah retinopati
diskus optikus (NVD) atau di bagian retina manapun (NVE). Ciri yang beresiko
tinggi ditandai oleh pembuluh darah baru pada diskus optikus yang meluas lebih
dari sepertiga diameter diskus, sembarang pembuluh darah baru pada diskus optikus
yang disertai perdarahan vitreus, atau pembuluh darah baru di bagian retina
manapun yang besarnya lebih dari setengah diameter diskus dan disertai perdarahan
vitreus.6
posterior vitreus dan terjadi saat vitreus mulai berkontrksi menjauhi retina. Apabila
vitreus. Pada mata retinopati diabetika proliferatif dan adhesi vitreoretinal persisten,
menyebabkan ablatio retina akibat traksi progresif atau, apabila terjadi robekan
retina, ablatio retina regmatogenosa. Ablatio retina dapat ditandai atau ditutupi oleh
7
retinopati proliferatif cenderung masuk ke dalam stadium “involusional” atau
burned-out.6
2.6 Patofisiologi
darah organ, termasuk kerusakan pada retina itu sendiri. Terdapat proses
1) Akumulasi sorbitol
Produksi berlebihan serta akumulasi dari sorbitol sebagai hasil dari aktivasi
yang terdapat pada jaringan saraf, retina, lensa, glomerolus dan dinding
senyawa gula dan alkohol yang tidak dapat melewati membrana basalis
8
sehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel. Kerusakan
sel terjadi akibat akumulasi sorbitol yang bersifat hidrofilik sehingga sel
9
Seluruh proses tersebut terjadi secara bersamaan, hingga akhirnya
senyawa AGE. Efek dari AGE ini saling sinergis dengan efek PKC dalam
AGE terdapat di dalam dan di luar sel, berkorelasi dengan kadar glukosa.
yang cukup banyak, dan akumulasi ini lebih cepat pada intrasel daripada
ekstrasel.
ROS dibentuk dari oksigen dengan katalisator ion metal atau enzim yang
10
5) Growth factor
dan eritropoietin.
Insulin like growth factor di produksi oleh kebanyakan dari jaringan tubuh
vitreus dan serum dari pasien diabetes. Peran penting IGF pada patogenesis
hiperglikemia kronis terjadi pada jaringan saraf (saraf optik dan retina), vaskuler
retina dan lensa. Gangguan konduksi saraf di retina dan saraf optik akan
kabur. Pandangan kabur juga dapat disebabkan oleh edema makula sebagai akibat
ekstravasasi plasma di retina, yang ditandai dengan hilangnya refleks fovea pada
pemeriksaan funduskopi.8
11
Neovaskularisasi yang tampak pada pemeriksaan funduskopi terjadi karena
dinding vaskuler terjadi karena kerusakan perisit intramural yang berfungsi sebagai
pada dinding vaskuler karena bagian dinding lemah tersebut terus terdesak sehingga
mikroaneurisma dan defek dinding vaskuler lemah yang lainnya dapat pecah hingga
terjadi bercak perdarahan pada retina yang juga dapat dilihat pada funduskopi.
Bercak perdarahan pada retina biasanya dikeluhkan penderita dengan floaters atau
Retinopati diabetika suatu kondisi dimana tingkat glukosa dalam darah yang
terlalu tinggi. Kadar glukosa yang meningkat dari dapat merusak dan menghambat
pembuluh darah kecil yang memberikan nutrisi pada retina. Bila pembuluh darah
rusak dapat membuat keluar ke dalam retina mengakibatkan suatu kondisi yang
12
bagian tengah mata (makula). Kerusakan yang lama pada pembuluh darah kecil di
fisiologi dan biokimia aliran darah dan berakhir dengan terjadinya kerusakan
sehingga mengecilnya lumen pembuluh darah kapiler bahkan dalam keadaan yang
berat terjadinya pembuntuan pembuluh darah kapiler retina, keadaan ini diperberat
gejala. Pada stadium lanjut gejala subyekif yang dapat ditemui berupa : kesulitan
ditemukan pada pasien retinopati diabetika dapat digunakan sebagai evaluasi risiko
13
1. Mikroaneurisma
oklusi kapiler. Mikroaneurisma tampak sebagai bintik merah bentuk bulat kecil
2. Dot haemorrhages
3. Blot haemorrhages
luas10,11
Perdarahan yang terjadi pada lapisan serat saraf yang lebih superfisial11
kebocoran dari protein serum, lemak dan protein dari pembuluh darah11
14
6. Cotton wool spot
sedangkan kebocoran dapat terjadi pada semua komponen darah. Hal ini
menimbulkan area non perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasma
melalui endotel yang rusak yang disebut cotton wool spot. Efek dari hipoksia
retina yaitu arteriovenous shunt. A-V shunt berkaitan dengan oklusi kapiler
7. Edema makula
Edema makula akibat adanya akumulasi dari cairan eksudat dari hipoksia
8. Neovaskularisasi
2.8 Diagnosis
Anamnesis11
b) Kadar HbA1c
c) Riwayat pengobatan
15
d) Riwayat penyakit (obesitas, penyakit ginjal, hipertensi, kadar kolesterol
Pemeriksaan fisik11
a) Tajam penglihatan
c) Tekanan intraokular
d) Gonioskopi
e) Funduskopi
16
Jadwal Pemeriksaan12
1. Fundus Photography
yang mencakup makula dan nervus opticus. Kelebihan dari Standard fundus
photography ini antara lain mudah digunakan, banyak tersedia, dan bisa
tertentu seperti eksudat keras mudah dikenali pada foto berwarna. Namun,
17
Edema (CSME), detail halus seringkali tidak terlihat, dan sulit untuk
200° meskipun tanpa dilatasi pupil, bidang pandang ini dapat melihat lebih
invasif.12
18
c. Stereoscopic fundus photography
pemeriksaan.12
sectional dari retina. Uji ini digunakan untuk menentukan ketebalan retina
edema makular diabetika atau edema makular yang signifikan secara klinis.12
19
3. Fundus Fluorescein Angiography (FFA)
yang tidak membesar tetapi agak memudar pada fase akhir tes.
gambaran difus.6
4. B-scan Ultrasonography
20
2.10 Diagnosis Banding11
retina
yang lain.12
2.11 Penatalaksanaan
Sejauh ini belum ada pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mencegah
1. Pencegahan
yang terpenting yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes untuk dapat
itu tekanan darah, masalah jantung, obesitas dan lainnya harus juga
2. Pengobatan
a. Terapi Bedah
Fotokoagulasi Laser12,13
dan adanya neovaskularisasi. Pengobatan dengan sinar laser hanya efektif bila
media optik masih jernih, oleh karena itu harus dilakukan sedini mungkin.
21
menghilangkan vasokonstriksi dan neovaskularisasi sehingga terjadi aliran
oksigen dari daerah jejas laser ke dalam lapisan inti retina dalam.
kontak 3 cermin dari Goldman, sinar laser ditembakkan melalui lensa kontak,
dengan bentuk kisi-kisi diarahkan pada daerah yang difus. Terapi edema
fotokoagulasi.11,13
22
Gambar 2.12 Fotokoagulasi grid
pada kasus dengan kemunduran visus yang cepat atau retinopati diabetika
permukaan retina atau pada sudut bilik anterior dengan cara menyinari 1.000-
2.000 sinar laser ke daerah retina yang jauh dari makula untuk menyusutkan
neovaskular. Jika sudah terjadi perdarahan di vitreus, dimana sinar laser tidak
23
Gambar 2.13 fotokoagulasi panretina
Untuk daerah di sentral dekat makula penampang dari laser (spotsize) 50 mikron,
makin ke perifer makin lebar sampai 500 mikron, sedangkan waktu dan daya laser
yakni 0,1 – 0,2 second dengan daya 200 – 1000 mW. Jumlah tembakan laser
24
Gambar 2.14 Laser Fotokoagulasi
Vitrektomi
perdarahan yang luas atau lepasnya retina yang dapat menyebabkan kebutaan.
25
kerusakan penglihatan yang berat, vitrektomi merupakan terapi yang dapat
b. Medikamentosa
Steroid intraokular
triamcinolone intravitreal tetapi efek ini tidak secepat yang dicapai dengan
tinggi
26
Anti VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor)
Obat-obatan lain yang digunakan pada praktek klinis dan uji klinis
diskus atau retina. Kombinasi dari beberapa obat-obatan ini dengan terapi laser
fokal sedang diinvestigasi dalam uji klinis. Onset untuk mengurangi edema
makular lebih lama bila dibandingkan dengan steroid intraokular, tetapi lebih
Diet
Diet makan yang sehat dengan makanan yang seimbang penting untuk
semua orang dan terutama untuk pasien diabetes. Diet seimbang bisa
membantu mencapai pengontrolan berat badan yang lebih baik dan juga
pengontrolan diabetes.12
Aktivitas
Mempertahankan gaya hidup sehat dengan olah raga yang teratur penting
untuk semua individu, terutama individu dengan diabetes. Olah raga bisa
perifer. Hal ini dapat membantu meningkatkan kontrol terhadap diabetes, dan
setiap 1 tahun.
27
Pasien yang tergolong DRNP sedang tanpa disertai oedema makula perlu
progresif.
Pasien DRNP derajat ringan sampai sedang dengan disertai edema makula
yang secara klinik tidak signifikan perlu dilakukan pemeriksaan ulang setiap
Edema (CSME).
terapi fotokoagulasi, resiko kebutaan untuk grup pasien ini dapat berkurang
50%.
Pasien DRNP berat beresiko tinggi untuk menjadi DRP. Separuh dari pasien
DRNP berat akan berkembang menjadi DRP dalam 1 tahun adalah 75%
dimana 45% diantaranya tergolong DRP resiko tinggi. Oleh sebab itu pasien
DRNP sangat berat perlu dilakukan pemeriksaan ulangan tiap 3-4 bulan.
makula, maka untuk terapi dengan metode ini harus dibagi menjadi 2 tahap
28
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prognosis:
o Iskemia makular.
o Hipertensi
29