You are on page 1of 26

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


HERNIA

1. Pengertian
Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal
melalui lubang kongenital atau didapat (Mansjoer, 2000). Klasifikasi hernia
dibedakan berdasrkan letak, timbul atau terjadinya, sifat, dan penampakan
atau visualisasinya.
a. Hernia berdasarkan letaknya adalah:
1) Inguinal.
Hernia inguinal ini dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Indirek / lateralis: hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Hernia
ini sering terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi
pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar
dan sering turun ke skrotum. Klien mengatakan turun berok,
burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di
selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau
menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau
mengangkat benda berat atau bila posisi klien berdiri dapat
timbul kembali.
b) Direk / medialis: hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis dan femoralis indirek. Hernia Ini lebih sering pada
lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area
yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila klien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Pada klien
terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis eksterna
yang mudah mengecil bila klien tidur.
2) Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih
umum pada wanita daripada pria. Hernia ini mulai sebagai
penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara
bertahap menarik peritoneum dan kandung kemih masuk ke dalam
kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi
dengan tipe hernia ini.
3) Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada
wanita dan terjadi karena peningkatan tekanan abdominal. Hernia ini
biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia
ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi,
nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
4) Incisional adalah batang usus atau organ lain yang menonjol melalui
jaringan parut yang lemah.
5) Hernia diafragma adalah herniasi struktur abdomen atau
retroperitoneum ke dalam rongga dada.
6) Hernia lumbalis adalah herniasi omentum atau usus di daerah
pinggang melalui ruang lesshaft atau segitiga lumbal.
7) Hernia epigastrika adalah hernia abdominalis melalui linea alba
diatas umbilikus.

b. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi menjadi 2 yaitu :


1) Hernia bawaan atau kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada
bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Faktor-faktor
tertentu dapat menyebabkan kanalis ini tidak menutup. Testis kiri
yang turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih
sering terbuka. Kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka. Keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita.
2) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia yang disebabkan oleh pengangkatan benda berat atau strain
atau cidera berat.

c. Menurut sifatnya hernia di bagi menjadi:


1) Hernia reponibel/reducible yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk.
Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini
juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis).
Hernia ini tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap,
carcer = penjara) yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase.
Sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia
strangulata”.
4) Hernia irreponibilis dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi
viscera yang terperangkap dalam kantung hernia yang
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis
ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat
pertolongan segera.

d. Hernia menurut terlihat atau tidaknya (Sjamsuhidayat, Jong, 1997)


1) Hernia Externa
Hernia yang menonjol keluar malalui dinding perut, pinggang atau
perineum. Klasifikasinya adalah:
a) Hernia inguinalis
b) Hernia femoralis
c) Hernia umbilical dan para-umbilikal
d) Hernia epigastrika
e) Hernia insisional
f) Hernia obturator
g) Hernia spigelian
h) Hernia lumbar
i) Hernia gluteal
j) Hernia skiatik
k) Hernia perineal
2) Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam
rongga perut seperti foramen winslow, ressesus retrosekalis atau
defek dapatan pada mesinterium. Pada cavum abdominal:
a) Hernia epiploica winslowi
b) Hernia bursa omentalis
c) Hernia mesenterika
d) Hernia retroperitonealis
Pada cavum thorax:
e) Hernia diafragmatica traumatic
f) Hernia diafragmatica non-traumatica

2. Etiologi
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.
Adapun faktor – faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap
insidensi hernia inguinalis adalah sebagai berikut (Faradila, Israr, 2009):
a. Hereditas
Hernia lebih sering terjadi pada penderita yang mempunyai orang tua,
kakak atau nenek dengan riwayat hernia inguinalis.
b. Kelainan konginetal
c. Peningkatan tekanan intra abdomen
Peningkatan intra abdomen seperti batuk, mengejan saat buang air besar
dan air kecil.
d. Jenis kelamin
Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki – laki dibanding
pada wanita (9:1). Hernia pada laki – laki 95% adalah jenis inguinalis,
sedangkan pada wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini di sebabkan
karena ukuran ligamentum rotundum, dan presentase obliterasi dari
processus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi kanalis nuck.

e. Umur
Hernia banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun disebutkan 17,5%
anak laki – laki dan 9,16% anak perempuan. Tendensi hernia meningkat
sesuai dengan meningkatnya aktifitas, sekitar umur 26 – 50 tahun
insidensi menurun dan setelah umur diatas 50 tahun insidensi meningkat
lagi oleh karena menurunnya kondisi fisik.
f. Konstitusi atau keadaan badan (obesitas)
Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan
menimbulkan lokus minoris atau kelemahan – kelemahan otot serta
terjadi relaksasi dari anulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan
mesenterium akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi
peningkatan tekanan intra abdomen.
Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil dianggap sebagai faktor
yang memiliki resiko yang besar untuk menyebabkan hernia. Cacat
bawaan, seperti kelainan pelvik atau ekstrosi pada kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan pada saaluran inguinal tak langsung. Hal yang
jarang terjadi kelainan bawaan atau cacat collagen dapat menyebabkan
tumbuhnya hernia inguinal langsung.
3. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun dalam beberapa hal kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Pada beberapa kasus, kanalis inguinalis tetap membuka karena tidak
mengalami obliterasi, hal ini dapat menyebabkan hernia inguinalis lateralis
congenital. Pada nenonatus kurang lebih 90% prosessus vaginalis tetap
terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosessus vaginalis
belum tertutup. Tidak sampai 10% anak dengan prosessus vaginalis paten
menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai
prosessus vaginalis paten kontralateral lebih dari setengahnya. Meskipun
prosesus vaginalis terbuka, tetapi terdapat mekanisme pertahanan oleh otot-
otot abdomen untuk mencegah agar usus tidak turun. Kanalis tersebut telah
menutup namun karena merupakan lokus minoris resisten, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosessus vaginalis yang paten bukan
merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan faktor lain
seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Lemahnya otot-otot dan fascia dinding perut pada usia lanjut,
kurangnya olahraga, adanya timbunan lemak, serta penurunan berat badan
dan fitness memungkinkan adanya angka kesakitan hernia. Abnormalitas
struktur jaringan kolagen dan berkurangnya konsentrasi hidroksi prolin
berperan penting terhadap berkurangnya daya ikat serabut kolagen dan ini ada
hubungannnya dengan mekanisme rekurensi hernia ataupun adanya
kecenderungan sifat-sifat familier dari hernia.
Insiden hernia yang meningkat dengan bertambahnya umur mungkin
karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot
dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada
keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertikal, sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus kedalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan N.ilioinguinalis dan
N.iliofemoralis setelah apendektomi.

4. Pathway
Terlampir.

5. Manifestasi klinis
a. Tampak benjolan didaerah lipat paha.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu
disertai perasaan mual. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul
kalau sudah terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena
nekrosis atau gangrene.
c. Pada hernia strangulasi, dimana aliran darah ke isi hernia terganggu akan
timbul rasa tegang, bengkak, panas, memerah pada daerah sekitar
benjolan, dan tanda-tanda inflamasi. Selain itu perasaan sakit akan
bertambah hebat.
d. Bila klien mengejan atau batuk, maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
e. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan
menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya didaerah epigastrium, atau para-umbilikal berupa nyeri viseral
karena regangan pada mesenterium pada waktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia.

6. Komplikasi
a. Hernia ireponibel
Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali karena isi hernia
terlalu besar misalnya terdiri dari organ ekstraperitoneal (Faradila, Israr,
2009).

b. Hernia strangulata
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem
organ atau struktur didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam
kantong hernia. Timbulnya udem akan menambah jepitan pada cincin
hernia sehingga perfusi jaringan makin terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat yang bersifat
serosanguinis. Kalau isi hernia terdiri dari usus maka akan terjadi
perforasi yang akhirnya akan menimbulkan abses lokal, fistel dan
peritonitis jika ada hubungan dengan rongga perut (Faradila, Israr, 2009).
Keluhan berupa nyeri hebat, daerah benjolan menjadi merah dan
penderita gelisah. Pada keadaan inkarserata dan strangulata, timbul gejala
ileus yaitu kembung, muntah dan obstipasi.

7. Penatalaksanaan
a. Konservatif (Faradila, Israr, 2009)
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pengurangan hernia
secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi
pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan
sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot.
Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat
tandatanda klinis strangulasi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Hal ini biasanya dpilih jika kita menolak
dilakukan perbaikan secara operasi atau terdapat kontraindikasi terhadap
operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi,
antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara
ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga
tidak menyembuhkan hernia.
Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas
isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Jika
dalam 6 jam tidak ada perbaikan atau reposisi gagal segera operasi.

b. Farmakologi
1) Terapi obat analgetik untuk menghilangkan rasa sakit.
2) Sedatif diberikan untuk merelaksasikan otot.

c. Operatif
Penanganan hernia ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama
adalah penanganan semua faktor risiko dan penanganan terhadap celah
yang ada harus diperbaiki secara maksimal. Penderita yang telah
melakukan operasi untuk menangani hernia dapat terkena kembali hernia
(rekuren). Hernia yang berulang dalam hitungan bulan atau tahun
biasanya menandakan perbaikan yang tidak sempurna, seperti kegagalan
dalam menutup celah pada dinding perut. Rekurensi dalam 2 tahun lebih
biasanya terjadi akibat perlemahan dinding perut kita sendiri. Rekurensi
berulang setelah perbaikan yang benar dan dilakukan oleh dokter bedah
berpengalaman biasanya terjadi akibat kelainan pada pembentukan
kolagen pada tubuh kita sendiri. Penatalaksanaan klien dengan hernia
rekuren dilakukan dengan menggunakan prostetik material, karena pada
berbagai penelitian terbukti sukses mengurangi rekurensi, mengurangi
biaya operasi, mengurangi waktu perawatan, memperbaiki kualitas hidup
klien, dan mengurangi nyeri pasca operasi (Sjamsuhidayat, Jong, 1997).
Indikasi operasi hernia yaitu :
1) Defek fasia lebih dari 1 cm, umur pada wanita lebih 2 tahun dan
pada pria lebih dari 4 tahun.
2) Bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.
3) Bila defek hernia 1 jan longgar pada usia 6 tahun.
4) Bila kantong besar dan kulit tipis dipertimbangkan operasi karena
kemungkinan ruptur.
5) Bila anak sering kesakitan waktu hernia menonjol, sedangkan
Strapping tidak mungkin karena ada kelainan kulit atau ada riwayat
inkarserasi.
6) Hernia yang besar sekali mengganggu ibu dan anak.
7) Bila selama observasi defek membesar atau menetap atau bertambah
besar setelah umur 4 tahun.

Pembedahan untuk hernia yaitu :


a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplastik lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan herniotomi.
c. Laparoskopi
Operasi hernia dapat dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup).
Menurut beberapa penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil
yang lebih baik daripada operasi anterior konvensional (terbuka).
Penelitian menyatakan bahwa perbaikan hernia inguinal secara
laparoskopi lebih nyaman (klien mengalami nyeri pre dan post operatif
yang lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan klien
lebih cepat. Selain itu angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih
rendah daripada klien yang menjalani operasi anterior konvensional.
Namun kekurangannya ialah waktu operasi yang sedikit lebih
panjang, penggunaan anestesi umum, dan biaya yang lebih mahal
(Takata, Quan-Yang Duh, 2008).

8. Pengkajian
a. Pengkajian
1) Identitas klien : meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status.
2) Keluhan utama : benjolan di lipatan paha kanan dan kiri.
3) Riwayat penyakit sekarang: sejak kapan, semakin memburuknya
kondisi / kelumpuhan, upaya yang dilakukan sampai mendapat
pertolongan kesehatan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit hernia yang sekarang diderita itu sejak kecil atau hernia
yang muncul kembali setelah operasi.
5) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga di tanyakan untuk mengetahui apakah
keluarganya ada yang pernah menderita hernia atau tidak.
6) Aktivitas/istirahat: perhatikan dan kaji adanya malaise/kelemahan.
7) Sirkulasi : perhatikan adanya takikardi.
8) Eliminasi : perhatikan gejala konstipasi akibat tekanan
hernia,perhatikan adanya distensi abdomen,nyeri tekan atau nyeri
lepas,kekakuan/bising usus.
9) Makanan/cairan : kaji adanya gejala anoreksia, mual dan muntah.
10) Nyeri : kaji nyeri pada benjolan hernia pada saat dipalpasi,
perhatikan tanda- tanda perilaku berhati-hati saat berbaring
kesamping dengan lutut ditekuk.

b. Pemeriksaan Fisik
Hernia mempunyai tiga bagian yaitu kantong, isi dan
bungkusnya. Semua ini tergantung pada letak hernia dan isi kantong
hernia (omentum, usus, dll). Omentum teraba relatif bersifat plastis dan
sedikit noduler. Usus bisa dicurigai apabila kantong teraba halus dan
tegang seperti hidrokel, tetapi tidak tembus cahaya.
1) Inspeksi
Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan
mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu
merupakan hernia inguinalis lateralis. Pembengkakan tidak dapat
kita lihat maka penderita disuruh batuk. Pembengkakan yang terlihat
berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas
menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah
hernia inguinalis lateralis. Pembengkakan yang kelihatannya
langsung muncul ke depan, maka pembengkakan tersebut adalah
hernia inguinalis medialis.
2) Palpasi
Palpasi dapat dilakukan untuk menentukan macam hernianya.
Untuk memeriksa pelipatan paha kiri digunakan tangan kiri,
pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan. Caranya dengan finger
test :
Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri
untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum
diinvaginasikan, jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas
spermatic cord dan permukaan volar jari menghadap ke dinding
ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal
maka akan terasa jari tersebut masuk melalui annulus eksternus,
dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya akan berada dalam
kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa
impulse pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba
dorongan pada bagian samping jari.

3) Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan terdengar bunyi timpani.
4) Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui
derajat obstruksi usus.

c. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X
2) Pemeriksaan darah lengkap
Hb yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah dan
keseimbangan oksigenasi jaringan dan pengurangan Hb yang
tersedia dengan anestesi inhalasi, peningkatan Ht
mengidentifikasikan dehidrasi. Penurunan Ht mengarah pada
kelebihan cairan.
3) Elektrokardiografi (EKG)
EKG penemuan akan sesuatu yang sesuatu yang tidak normal
membutuhkan prioitas perhatian untuk memberikan anestesi.

9. Rencana Asuhan Keperawatan


Menurut NANDA (2012) diagnosa keperawatan yang muncul untuk
penderita hernia adalah :
a. Pra Operasi
1) Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan.
2) Kurang pengetahuan klien tentang hernia berhubungan dengan
ketidakcukupan informasi tentang hernia.
b. Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
4) Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan adanya luka insisi.
5) Resiko infeksi berhubungan dengan invasif mikroorganisme
sekunder terhadap luka post operasi.
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
PRE OPERASI
Cemas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x Anxiety Reduction
berhubungan 24 jam, diharapkan cemas klien teratasi, 1. Gunakan pendekatan 1. Memberikan
dengan ancaman dengan kriteria: yang menenangkan kenyamanan klien.
terhadap status Indikator Skala Skala dengan klien.
kesehatan. awal tujuan 2. Jelaskan semua 2. Meningkatkan
Mengungkapkan prosedur dan apa yang kepahaman klien
kecemasan dirasakan selama terhadap prosedur
Mengontrol prosedur. tindakan.
kecemasan 3. Temani klien untuk 3. Memberikan
Vital sign dalam memberikan keamanan kenyamanan dan
batas normal dan mengurangi takut. mengurangi
Postur tubuh, kecemasan.
ekspresi wajah 4. Berikan informasi 4. Informasi
menunjukkan faktual mengenai meningkatkan
penurunan diagnosis, tindakan pemahaman dan
kecemasan prognosis. mengurangi
kecemasan.
Keterangan: 1 (kuat), 2 (berat), 3 (sedang), 5. Libatkan keluarga 5. Klien membutuhkan
4 (ringan), 5 (tidak ada) untuk mendampingi suport keluarga.
klien.
6. Instruksikan pada klien 6. Teknik relaksasi dapat
untuk menggunakan mengurangi
tehnik relaksasi. kecemsan.
7. Dengarkan dengan 7. Mendengarkan cerita
penuh perhatian. klien untuk
memahami kondisi
klien.
8. Identifikasi tingkat 8. Mengetahui tingkat
kecemasan. kecemsan klien.
9. Bantu klien mengenal 9. Memberikan
situasi yang kenyamanan klien.
menimbulkan
kecemasan.
10. Dorong klien untuk 10. Memberikan
mengungkapkan kesempatan klien
perasaan, ketakutan, mengeksplor
persepsi. perasaan.
11. Kolaborasi pemberian 11. Anti ansietas untuk
obat anti ansietas, bila mengurangi
perlu. kecemasan klien.

Kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 1. Jelaskan patofisiologi 1. Memberikan


pengetahuan klien 24 jam, diharapkan pengetahuan klien dari penyakit dan penjelasan dan
tentang hernia tentang hernia bertambah, dengan kriteria: bagaimana hal ini pamahaman mengenai
berhubungan Indikator Skala Skala berhubungan dengan kondisi klien.
dengan awal tujuan anatomi dan fisiologi,
ketidakcukupan Klien dan keluarga dengan cara yang tepat.
informasi tentang paham terhadap 2. Gambarkan tanda dan 2. Meningkatkan
hernia. penyakit, prognosis, gejala yang biasa pengetahuan klien.
dan pengobatan. muncul pada penyakit,
Klien dan keluarga dengan cara yang tepat.
mengetahui prosedur 3. Gambarkan proses 3. Meningkatkan
yang dilakukan penyakit, dengan cara pengetahuan klien.
dengan benar. yang tepat
4. Identifikasi 4. Meningkatkan
Keterangan: 1 (kuat), 2 (berat), 3 (sedang), kemungkinan pengetahuan klien.
4 (ringan), 5 (tidak ada) penyebab, dengan cara
yang tepat.
5. Sediakan informasi 5. Meningkatkan
pada klien tentang pengetahuan klien.
kondisi, dengan cara
yang tepat
6. Sediakan bagi keluarga 6. Meningkatkan
informasi tentang pengetahuan klien.
kemajuan klien dengan
cara yang tepat
7. Diskusikan pilihan 7. Meningkatkan
terapi atau penanganan. pengetahuan klien.
8. Dukung klien untuk 8. Meningkatkan
mengeksplorasi atau pengetahuan klien dan
mendapatkan second memberikan
opinion dengan cara kenyamanan.
yang tepat atau
diindikasikan.
9. Eksplorasi 9. Meningkatkan
kemungkinan sumber kenyamanan pada
atau dukungan, dengan klien.
cara yang tepat.

POST OPERASI
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 1. Lakukan pengkajian 1. Mengkaji nyeri untuk
berhubungan 24 jam, diharapkan nyeri klien teratasi, nyeri secara mengetahui respon nyeri
dengan agen cidera dengan kriteria: komprehensif termasuk yang dirasakan klien.
biologi. lokasi, karakteristik,
Indikator Skala Skala durasi, frekuensi,
awal tujuan kualitas dan faktor
Ekspresi nyeri pada presipitasi.
wajah 2. Observasi reaksi 2. Klien dapat
Pernyataan nyeri nonverbal dari menunjukkan nyeri dari
Frekuensi nyeri ketidaknyamanan. ekspresi akibat
Perubahan frekuensi ketidaknyamanan.
pernafasan 3. Kontrol lingkungan yang 3. Memberikan
Perubahan nadi dapat mempengaruhi kenyamanan untuk
nyeri seperti suhu mengurangi nyeri klien.
Perubahan tekanan
ruangan, pencahayaan
darah
dan kebisingan.
Perubahan ukuran
4. Ajarkan tentang teknik 4. Membantu mengurangi
pupil
non farmakologi: napas nyeri klien dengan
dala, relaksasi, distraksi, metode yang dapat
Keterangan: 1 (kuat), 2 (berat), 3 (sedang),
kompres hangat/ dingin. diajarkan dan dilakukan
4 (ringan), 5 (tidak ada)
mandiri.
5. Berikan analgetik untuk 5. Analgetik berfungsi
mengurangi nyeri. untuk mengurangi nyeri
klien.
6. Tingkatkan istirahat. 6. Klien dengan
peningkatan istirahat
diharpkan dapat
mengurangi nyeri yang
dirasakan.
7. Berikan informasi 7. Memberikan informasi
tentang nyeri seperti mengenai nyeri yang
penyebab nyeri, berapa dirasakan klien untuk
lama nyeri akan mengurangi
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan.
ketidaknyamanan dari
prosedur.
8. Monitor vital sign 8. Vital sign dapat
sebelum dan sesudah dimonitor untuk
pemberian analgesik mengkaji nyeri klien.
pertama kali.
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 1. Kaji adanya alergi 1. Mengkaji makanan
nutrisi: kurang dari 24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi klien makanan. yang dapat membuat
kebutuhan tubuh terpenuhi, dengan kriteria: klien alergi.
berhubungan 2. Kolaborasi dengan ahli 2. Kolaborasi pemberian
dengan faktor Indikator Skala Skala gizi untuk menentukan nutrisi untuk
biologis. awal tujuan jumlah kalori dan nutrisi mengoptimalkan
Intake makanan yang dibutuhkan klien. masukan nutrisi klien.
dan cairan 3. Yakinkan diet yang 3. Makanan tinggi serta
Energi dimakan mengandung dapat mencegah
BB tinggi serat. konstipasi.
4. Monitor adanya 4. Nutrisi dan masukkan
Keterangan: 1 (kuat), 2 (berat), 3 (sedang), penurunan BB dan gula yang kurang dapat
4 (ringan), 5 (tidak ada) darah. menurunkan BB.
5. Monitor turgor kulit. 5. Kekurangan nutrisi dan
cairan dapat diketahui
dari penilaian turgor
kulit.
6. Monitor kekeringan, 6. Kekurangan nutrisi dan
rambut kusam, total masukkan dapat
protein, Hb dan kadar berefek pada
Ht. metabolisme dan
transport nutrien dalam
tubuh.
7. Monitor pucat, 7. Kekurangan nutrisi
kemerahan, dan dapat menyebabkan
kekeringan jaringan kelemahan dan
konjungtiva. kurangnya darah dalam
tubuh sehingga
menimbulkan pucat
dan kekeringan.
8. Monitor intake nutrisi. 8. Monitor intake dan
output nutrisi klien.
9. Informasikan pada klien 9. Informasi nutrisi
dan keluarga tentang diperlukan untuk
manfaat nutrisi. memotivasi klien dan
keluarga mengenai
asupan gizi yang
optimal.
10. Kolaborasi dengan 10. Suplemen nutrisi
dokter tentang dijadikan alternatif
kebutuhan suplemen apabila klien tidak
makanan seperti NGT/ dapat mengonsumsi
TPN sehingga intake nutrisi per oral.
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
11. Atur posisi semi fowler 11. Posisi semifowler atau
atau fowler tinggi high fowler mencegah
selama makan. tersedak pada klien
saat makan.
12. Kelola pemberian anti 12. Anti emetik berfungsi
emetik. mengurangi mual pada
klien.
13. Anjurkan banyak minum 13. Konsumsi air putih
air putih hangat. hangat dapat
merelaksasi saluran
pencernaan.
14. Pertahankan terapi IV 14. Terapi IV line
line. membantu pemenuhan
nutrisi dan cairan
klien.
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x Exercise therapy :
mobilisasi fisik 24 jam, diharapkan nyeri klien teratasi, ambulation
berhubungan dengan kriteria: 1. Monitoring vital sign 1. Vital sign memberikan
dengan adanya luka Indikator Skala Skala sebelum/sesudah latihan gambaran tingkat
insisi. awal tujuan dan lihat respon klien kesehatan klien.
Aktivitas fisik saat latihan.
meningkat 2. Konsultasikan dengan 2. Memberikan terapi
Vital sign dalam terapis tentang rencana pergerakan dengan
batas normal ambulasi sesuai dengan tepat.
kebutuhan.
Keterangan: 1 (kuat), 2 (berat), 3 (sedang), 3. Bantu klien untuk 3. Menjaga mobilitas
4 (ringan), 5 (tidak ada) menggunakan tongkat klien dan menghindari
saat berjalan dan cegah cedera.
terhadap cedera.
4. Ajarkan klien dan 4. Meningkatkan
keluarga tentang teknik pemahaman klien.
ambulasi.
5. Kaji kemampuan klien 5. Mengidentifikasi
dalam mobilisasi. kemampuan mobilitas
klien.
6. Latih klien dalam 6. Membiasakan klien
pemenuhan kebutuhan beraktivitas dengan
ADLs secara mandiri kodisinya.
sesuai kemampuan.
7. Dampingi dan bantu 7. Memberikan
klien saat mobilisasi dan kenyamanan klien dan
bantu penuhi kebutuhan menghindari cedera.
ADLs.
8. Berikan alat bantu jika 8. Menghindarkan klien
klien memerlukan. dari cedera.
9. Ajarkan klien bagaimana 9. Menghindarkan klien
merubah posisi dan dari cedera.
berikan bantuan jika
diperlukan.
Kekurangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x Fluid Management and
volume cairan 24 jam, diharapkan nyeri klien teratasi, Fluid Monitoring
berhubungan dengan kriteria: 1. Monitor keadaan umum 1. Monitor kondisi karena
dengan kehilangan Indikator Skala Skala (turgor kulit, membran perubahan status
cairan aktif. awal tujuan mukosa) dan vital sign. hidrasi tidak dapat
Mempertahankan terprediksi atau kasat
urin output mata.
Vital sign dalam 2. Monitor intake dan 2. Diharapkan intake dan
batas normal output. output seimbang
Turgor kulit baik supaya tidak banyak
Elektrolit, Hmt, Hb cairan tubuh yang
dalam batas normal hilang..
Konjungtiva tidak 3. Monitor status hidrasi. 3. Kehilangan cairan
anemis terjadi setiap saat, dapat
terlihat dan tidak
Keterangan: 1 (kuat), 2 (berat), 3 (sedang), (insensible water loss,
4 (ringan), 5 (tidak ada) kondisi dapat
memperburuk
kesehatan).
4. Kolaborasi medis untuk 4. Kolaborasi dengan tim
pemberian terapi. kesehatan untuk
pemberian intake
nutrisi dan pengobatan
yang dapat menunjang
kondisi kesehatan
terutama caitran tubuh.
5. Anjurkan minum air 5. Air putih hangat
putih hangat. berfungsi untuk
merelakskan saluran
pencernaan sehingga
banyak konsumsi air
putih untuk mencegah
kekurangan volume
cairan
6. Motivasi klien untuk 6. Istirahat yang cukup
istirahat. untuk mencegah resiko
kehilangan cairan tubuh
berlebih.

Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 1. Pertahankan teknik 1. Mencegah


berhubungan 24 jam, klien tidak mengalami infeksi, aseptik. perkembangbiakan
dengan invasif dengan kriteria: mikroorganisme
mikroorganisme penyebab infeksi.
sekunder terhadap 2. Cuci tangan setiap 2. Mencegah
luka post operasi. Indikator Skala Skala sebelum dan sesudah perkembangbiakan
awal tujuan tindakan keperawatan. mikroorganisme
Klien bebas dari penyebab infeksi.
tanda dan gejala 3. Gunakan baju, sarung 3. Mencegah
infeksi tangan sebagai alat perkembangbiakan
Menunjukkan pelindung. mikroorganisme
kemampuan penyebab infeksi.
mencegah timbulnya 4. Gunakan kateter 4. Mencegah
infeksi intermiten untuk perkembangbiakan
Jumlah leukosit menurunkan infeksi mikroorganisme
dalam batas normal kandung kencing. penyebab infeksi.
Menunjukkan 5. Tingkatkan intake 5. Meningkatkan status
perilaku sehat nutrisi. imunitas klien.
Status imunitas 6. Berikan terapi 6. Meningkatkan status
dalam batas normal antibiotik untuk imunitas klien.
mencegah infeksi.
7. Monitor tanda dan 7. Memonitor kondisi
Keterangan: 1 (kuat), 2 (berat), 3 (sedang),
gejala infeksi sistemik kesehatan klien.
4 (ringan), 5 (tidak ada)
dan lokal.
8. Inspeksi kulit dan 8. Memonitor kondisi
membran mukosa kesehatan klien.
terhadap kemerahan,
panas, drainase.
9. Monitor adanya luka. 9.
Memonitor kondisi
kesehatan klien.
10. Dorong masukan 10. Memonitor kondisi
cairan. kesehatan klien.
11. Dorong istirahat. 11. Istirahat untuk
meningkatkan
kesehatan klien.
12. Ajarkan klien dan 12. Meningkatkan
keluarga tanda dan pemahaman klien dan
gejala infeksi. keluarga.
13. Kaji suhu badan pada 13. Memonitor kondisi
klien neutropenia setiap kesehatan klien.
4 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Faradila, N., Israr, Y., A. (2009). Hernia. Riau: Fakultas Kedokteran, Universitas
Riau.

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W., I., Setiowulan, W. (2001) Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta: Media
Aesculapius.

McCloskey, Bulechek. (2000). “Nursing Interventions Classification (NIC)”. United


States of America: Mosby.

Meidean, J., M. (2000). “Nursing Outcomes Classification (NOC)”. United States of


America: Mosby.

NANDA Internasional. (2012). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta: EGC.

Sjamsuhidayat, Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC.

Takata, M., C., Quan-Yang Duh. (2008). Laparoskopi Perbaikan Hernia inguinalis.
Klinik Bedah Amerika Utara. 88,1 Feb 2008: 157-178.

You might also like