You are on page 1of 65

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

R DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN : GASTRITIS DI RUANG KENANGA DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS
Tanggal 15-19 Juni 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan


Pendidikan Program Diploma III Keperawatan
DI STIKes Muhammadiyah Ciamis

Disusun oleh

DIKI SEPTIAN NUGRAHA NIM :


13DP277016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R USIA (77 TAHUN) DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTRITIS DI RUANG KENANGA
RSUD KABUPATEN CIAMIS TANGGAL 15 – 19 JUNI 2016¹
ABSTRAK
Diki Septian Nugraha², Asep Gunawan,S.Kep.,M.Pd³
Angka Kejadian kasus Gastritis tahun 2016 pada periode Januari-Juni
meliputi urutan kedua yaitu sebanyak 125 kasus. Penulisan studi kasus ini
bertujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi
aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada
klien Gastritis. Dampak Gastritis terhadap kebutuhan dasar manusia yaitu
gangguan aktivitas, gangguan pemenuhan nutrisi, istirahat tidur dan eliminasi.
Masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn. R selama proses asuhan
keperawatan adalah gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan pemenuhan nutrisi,
defisit perawatan diri dan intoleransi aktivitas. Dari keempat diagnosa keperawatan
yang muncul tiga diantaranya teratasi sepenuhnya yaitu gangguan rasa nyaman
nyeri, pemenuhan nutrisi, defisit perawatan diri, dan intoleransi aktivitas. Penulis
menemukan kesenjangan diagnosa keperawatan antara teori dengan kenyataan
dilapangan pada pasien dengan kasus Gastritis yang tidak muncul yaitu
Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan perdarahan,
mual, muntah dan anoreksia. Masalah ini tidak di angkat karena pada saat dikaji
selama di rumah sakit klien minum ± 3 gelas/hari dan terpasang infuse RL 500cc 20
tetes/hari. Kesimpulan askep yang dilakukan pada Tn. R Mencakup dalam
mengatasi nyeri, pemenuhan nutrisi, meningkatkan pengetahuan klien, perawatan
kebersihan diri. Tidak semua masalah keperawatan secara teoritis akan dapat
ditemukan pada setiap klien, hal ini tergantung dari berat atau tidaknya kondisi klien
tersebut. Saran untuk Ruang Kenanga agar meningkatkan kerjasama dengan
berbagai tim dalam memperoleh dukungan sehingga dapat optimal dalam
memberikan pelayanan dan asuhan.

Kata Kunci : Askep, Gastritis


Daftar Pustaka : 10 Buah (Tahun 2006-2014)
Keterangan : 1. Judul Karya Tulis Ilmiah, 2. Nama Mahasiswa, 3.
Nama Pembimbing

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus infestasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk

mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam

lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses

terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Depkes RI,2010).

Dalam rencana jangka menengah Kementerian Kesehatan, salah satu satu

kebijakan pada periode 2015-2019 adalah Penguatan Pelayanan Kesehatan

(Yankes) primer. Kebijakan ini didasari oleh permasalahan kesehatan yang

mendesak seperti angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, angka gizi

buruk, serta angka harapan hidup yang sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan

primer. Penguatan Yankes Primer adalah garda terdepan dalam pelayanan

kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dan

melakukan upaya preventif atau pencegahan penyakit secara luas. Penguatan

Yankes Primer mencakup tiga hal: Fisik (pembenahan infrastruktur), Sarana

(pembenahan fasilitas), dan Sumber Daya Manusia (penguatan


tenaga kesehatan selain dokter) antara lain melalui Penempatan tenaga

kesehatan. (Profil Kemenkes RI 2016)

Salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Ciamis dalam upaya meningkatkan kesehatan

masyarakat dan melayani berbagai macam kasus penyakit yang banyak

terjadi. Salah satunya penyakit Gastritis (Penyakit Pencernaan).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung

sampai terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab

terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan

merangsang timbulnya proses imflamasi pada lambung (Sukarmin 2012).

Menurut Smelzer dalam Muhammad Ardiansyah (2012), Gastritis

adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang sembarangan.

Biasanya individu ini makan terlalu banyak, terlalu cepat, atau makan

makanan yang terlalu terbumbu atau mengandung mikoorganisme penyebab

penyakit.

Penyebab dari gastritis adalah konsumsi obat yang mengandung

kimia digitals, konsumsi alcohol yang berlebihan, terapi radiasi, kondisi stress

dan infeksi bakteri seperti helicobater pillory, dan salmonella. Yang dapat

menimbulkan tanda dan gejala anoreksia, mual dan muntah, perdarahan

saluran cerna dan nyeri ulu hati (Ardiansyah 2012).

Berdasarkan hasil pendataan dari Rekam Medik RSUD Ciamis

penderita penyakit Gastritis pada periode Januari-Juni tahun 2016 di Ruang

Kenanga sebagai berikut :


Tabel 1.1

10 Besar Penyakit Di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Ciamis Periode Januari-Juni 2016

No Nama Penyakit Jumlah

1. Thypus Abdominalis 126

2. Gastritis 125

3. CHF 112

4. Diare 64

5. CKD 60

6. PPOK 38

7. Pneumonia 34

8. Diabetes Melitus 34

9. Hepatitis 32

10. Dispepsia 30

Total 697

Sumber : PPL / Rekam Medik RSUD Ciamis


Tabel 1.1 memperlihatkan penderita gastritis yang dirawat di Ruang

Kenanga Pada tahun 2016 dari bulan Januari-Juni yaitu sebanyak 125

penderita. Secara persentase penyakit gastritis menempati urutan 2 dari

sepuluh penyakit terbanyak di Ruang Kenanga.

Penanganan penyakit Gastritis bertujuan untuk memperbaiki kualitas

hidup dengan mejaga pola makan agar terhindar dari yang namanya asam

lambung, sehingga apabila tidak di atasi dengan cepat maka dapat

menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis) sehingga banyak darah yang

keluar dan berkumpuldi lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak

lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison,

2000:1550, dalam, Hastuti:2007).

Saat dilakukan pengkajian di Ruang Kenanga RSUD Ciamis dari

tanggal 15-19 Juni 2016 pada Tn R dengan keluhan nyeri ulu hati, klien

tampak meringis kesakitan serta memegang daerah epigastrium, nyeri tekan

pada epigastrium. Pemenuhan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual ditandai dengn porsi makan yang disediakan tidak habis. Defisit

perawatan diri berhubungan dengan gangguan aktivitas, ditandai dengan

keadaan klien yang kotor. Pola istirahat dan tidur kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan nyeri epigastrum, ditandai dengan klien terlihat lesu.


Dengan melihat data tersebut di atas , penulis merasa tertarik untuk

melaksanakan Asuhan Keperawatan secara Komperhensif pada klien Gastritis

dengan menggunakan proses keperawatan dan di dokumentasikan dalam

bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul : “ Asuhan Keperawatan pada Tn. R

Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Gastritis Di Ruang Kenanga

Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tanggal 15-19 Juni 2016 “.

A. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan

komperhensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual

dengan pendekataan proses keperawatan pada klien gastritis.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melekakukan pengkajian secara komperhensif pada klien dengan

gastritis.

b. Mampu membuat diagnosa keperawatan dan prioritas masalah dengan

klien dengan gastritis.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat dan sesuai

dengan prioritas pada klien dengan gastritis.

d. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang ditetapkan pada klien dengan gastritis.


e. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien dengan

gastritis.

f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang

telah diberikan pada klien dengan gastritis.

B. Metode Telaahan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusun karya tulis ini adalah

metode deskriftif yang berbentuk studi kasus dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang memusatkan pada pemecahan

masalah yang dimulai dengan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi asuhan keperawatan. Adapun teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data meliputi :

1. Observasi

Metode pengumpulan data dengan mengamati prilaku dan kesadaran

klien untuk memperoleh data tentang masalah keperawatan.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan mengajukan beberapa pertanyaan

pada klien dengan Gastritis.

3. Pemeriksaan Fisik

Teknik ini dilakukan dengan cara langsung melaksanakan pengukuran

untuk memperoleh data objekif dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi.
4. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mempelajari status klien (catatan

keperawatan dan medis).

5. Studi Kepustakaan

Dilaksanakan dengan cara menggunakan buku-buku sumber, media

internet, dan Al-Qur’an sebagai landasan teori yang berkaitan dengan

kasus yang dihadapi sehingga dapat membandingkan antara teori

dengan fakta yang ada di lahan praktek, dapat diperoleh kesenjangan,

mencari penyebab dan masalah.

C. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam karya tulis ini terdiri dari empat BAB yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan uraian kasus meliputi latar belakang masalah, tujuan

penulisan, metode telaahan dan sistematika penulisan.

BAB II :TINJUAN TEORITIS

Terdiri dari konsep dasar penyakit meliputi pengertian, anatomi dan

fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi,

pemeriksaan diagnostik, penatalaksaan medis, dan dampak penyakit

terhadap kebutuhan dasar manusia, Konsep dasar asuhan

keperawatan yang meliputi :


pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

BAB III :TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Tinjauan kasus merupakan pelaksanaan asuhan keperawatan pada

Tn. R yang mengalami gangguan system pencernaan : gastritis yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan evaluasi dan catatan perkembangan. Pembahasan berisi

tentang ulasan naratif dari proses keperawatan yang telah dilakukan

dan kesenjangan antara pendekatan teoritis dengan pelaksanaan

pada kasus gastritis.

BAB IV :KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Merupakan bagian akhir yang berisi tentang kesimpulan dari

pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi rekomendasi atau

sasaran yang operasional untuk meningkatkan mutu pelayanan pada

klien di ruangan.
BAB II TINJAUAN

TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit Gastritis

1. Pengertian

Gastritis (radang lambung) adalah suatu radang menyangkut lapisan

perut entah karena erosi maupon atrofi .(berhentinya pertumbuhan) (Mary

DiGiulio, RN, MSN,APRN,BC, 2014)

Peradangan atau inflamasi mukosa lambung, yang bersifat akut, kronis,

difus, atau local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis

superficial akut, dan gastritis atrofik kronik (menahun) (Price dan Wilson,

2007)

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa

lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering

dijumpai diklinik, karena diagnosanya sering hanya berdasarkan gejala klinis

bukan pemeriksaan histopatologi (Bambang Setiohady,2009 )

Gastritis dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a. Gastritis akut

Salah satu Gastritis akut yang sering di jumpai ialah Gastritis akut

erosive, Gastritis akut adalah suatu peradangan mucosa lambung yang

akut dengan kerusakan-kerusakan erosive. Disebut erosive apabila

kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mucosa muskularis.

10
11

b. Gastritis Kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan

mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh

ulcus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter

pylory ( Bambang satiohady, 2009)

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi

Gambar 2.1

Organ Lambung (Gibson Jhon, 2006)

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas

tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung

J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal

lambung 1 sampai 2 liter. Secara


12

anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas

lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung

terdapat kurvatura mayor. Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran

dan pemasukan, Sfingter kardia atau sfingter esophagus bawah, mengalirkan

makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung

memasuki esophagus kembali.

Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan

nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk

kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfinger ini akan mencegah

terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung

Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :

1) Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.

2) Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan

a) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot

esophagus

b) Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pylorus serta

membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama

c) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan

berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui

kurva tura minor (lengkung kelenjar).


13

3) Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh

darah dan saluran limfe

4) Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas

banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang

karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan

dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya.

Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan

mucus. Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir

selurus korpus lambung. Kelenjar gastric memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-

sel zimognik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen

diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. (Budiyono, 2012)

Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf

parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan dari abdomen melalui

saraf vagus. Trukus vagus mempercabangkan ramus gastric, pilorik, hepatic dan

seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena vagotomi

selektif merupakan tindakan pembedahan primer yang paling dalam mengobati

tukak duodenum (Budiyono, 2012)

Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia

seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan imfuls nyeri yang dirngsang

oleh peregangan, dan di rasakan di daerah epigastrium, Serabut-serabut

aferen simpatis menghambat gerakan


14

dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesenrikus (auerbach) dan submukosa

(meissner) membentuk persarafan intrinsic dinding lambung dan

mengkordianasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung ( Budiyono,

2012)

Seluruh suplai darah di lambung dan pancreas (serat hati, empedu, dan

limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang

mempercabang cabang-cabang yang mengsuplai kurvatura minor dan mayor.

Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri gastroduoodenalis dan

arteri pancreas tikoduoodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang

bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi

arteria ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan

duodenum, serta berasal dari pancreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna,

berjalan kehati melalui vena porta. (Corwin,2009)

b. Fisiologi

Fisiologi Lambung :

1) Mencerna makanan secara mekanikal

2) Sekresi , yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500

– 3000 ml gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponen utamanya

yaitu mucus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon

gastric yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.


15

3) Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein

dirubah menjadi polipeptida

4) Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,

alcohol, glukosa,dan beberapa obat.

5) Pencegahan, banyak mikoorganisme dapat dihancurkan dalam lambung

oleh HCL,

6) Mengontrol aliran chime (makanan yang sudah dicerna dalam lambung)

kedalam duodenum. Pada saat chime siap masuk kedalam duodenum,

akan terjdi peristaltic yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.

(Corwin, 2009)

3. Etiologi

Penyebab Gastritis adalah obat analgetik anti implamasi terutama aspirin,

bahan kimia, misalnya lisol, merokok, alcohol, stress pisis yang disebabkan oleh

luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal,

kerusakan susunan syaraf pusat, refluk usus lambung ( Inayah, 2006)

4. Patofisiologi

a. Gastritis akut

Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia misalnya

obat-obatan dan alcohol, makanan yang pedas, pana maupun asam. Pada para

yang pengalamai stress akan terjadi rangsangan saraf simpatis NV ( Nervus

Vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCL) didalam

lambung. Adanya HCL yang berada


16

didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia

maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,

yang berfungsi untuk menghasulkan mucus mengurangi produksinya.

Sedangkan mucus itu fungsinya untuk memproduksi mukosa lambung agar tidak

ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mucus

bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster.

Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCL (terutama

daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan

menyebabkan produksi HCL meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan

nyeri. Rasa ini ditimbulkan oleh karena kontak HCL dengan mukosa gaster .

Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mucus dapat berupa

ekspeliasi (pengelupasan). Ekspeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan

erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya

perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun

dapat juga berhenti sendiri kaarena proses regenerasi sehingga erosi

menghilang dalam waktu 24 - 48 jam setelah perdarahan

b. Gastritis Kronis

Helocobacter pylori merupakan bakteri gram negative. Organisme ini

menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan

munculan respon radang kronis pada


17

gaster yaitu : distruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu

mekanisme pertahanan tubuh terhadap oritasi, yaitu dengan mengganti sel

mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang telah kuat. Pada saat

mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltic tetapi karena sel

penggantinya tidak elastic maka akan timbul kekekuan yang pada akhirnya

menimbulkan rasa nyeri.

Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan

lambung sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan

mukosa. Kerusakan pembuluh darh ini akan menmbulkan perdarahan (Price,

sylvis dan Wilson, Loraine 2006) (www.google_penyakit _gastritis.com diakses

tanggal 3 Julii 2015)


18

Pathway

Bagan 2.2

Pathway
19

5. Manifestasi Klinis

a. Mual dan muntah

b. Anoreksia

c. Area epigastrik tidak nyaman

d. Kelembekan epigastrik pada palpasi karena iritasi lambung

e. Pendarahan karena iritasi mukosa lambung

f. Hematemesis (Kemungkinan emesis berwarna kopi karena pencernaan

darah sebagian)

g. Melena (feses hitam keras)

(Mary Digiulio, RN, MSN, APRN, BC, 2014)

6. Komplikasi

Penyakit gastritis dapat mengakibatkan komplikasi kepada :

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas

b. Ulkus peptikum, ferforasi dan anemia kerena gangguanabsorbs vitamin

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. EGD (Esofagogastriduodenoskopi)

Tes diagnostik kunci untuk perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi

perdarahan derajat ulkus jaringan / cidera.

b. Minum barium dengan foto rontgen


20

Dilakukan untuk membedakan diagnosa penyebab / sisi lesi.

c. Analisa gaster

Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas

sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan

pembentukkan asam nokturnal penyebab ulkus duodenal. Penurunan atau

jumlah normal diduga ulkur gaster, dispersekresi berat dan asiditas

menunjukkan sindrom Zollinger- Ellison.

d. Angiografi

Vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan atau

tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi

perdarahan.

e. Amilase serum

Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis

(Doengoes, 2005).

8. Penatalaksanaan Medis

a. Pengobatan gastritis meliputi : 1).

Mengatasi kedaruratan medis

2). Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai


21

3). Pemberian obat-obatan antasid atau obat-obatan ulkus lambung

yang lain

b. Pada Gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan cara

1). Gastritis Akut

a). Interaksikan pasien untuk menghindari alcohol

b). Bila pasien mampu makan melalui mulut diet

mengandung gizi dianjurkan

c). Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parental

d). Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi

saluran gastromfestina;

e). Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum

f). Untuk menetralsir alkali gunakam jus lemon encer atau cuka encer

g). Perdarahan darurat mungkin diperlukan untuk

mengangkat gangrene atau perforasi

h). Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus

2). Gastritis Kronis

a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak

diberikan sedikit tapi sering


22

b. Mengurangi stress

c. Helicobacter pylori diatasi dengan antibiotic (seperti tetrackiklin ¼

amoxillin) dan gram bismuth (pepto-bismol)

(www.google.penanganan_penyakit_gastritis.com diakses tanggal

03 Juli 2015)

9. Dampak Penyakit Gastritis Terhadap Kebutuhan Dasar

Manusia

a. Aktivitas

Masuknya asam lambung ke sel jaringan dapat menmbulkan nyeri,

sehingga aktivitas sehari-hari tidak terpenuhi, termasuk dalam memenuhi

aktivitas perawatan diri.

b. Makanan / nutrisi

Klien menderita gastritis akan mengalami mual dan muntah yang

cenderung menyebabkan kehilangan nafsu makan, adanya mual serta

muntah dapat menyebabkan terganggunya kebutuhan nutrisi.

c. Kebutuhan istirahat tidur

Kerusakan pertukaran gas dapat merangsang Retikulo Activity

Sistem (RAS) sehingga penderita akan selalu terjaga. Pola tidur klien

dengan gastritis akan mengalami gangguan karena


23

penderita gastritis sering mengalami nyeri epigastrium sehingga sering

terbangun karena rasa nyeri ditambah lagi adanya iritasi yang menimbulkan

nyeri akut walaupun melakukan aktifitas apapun atau makanan yang keras,

pedas serta asam

d. Eliminasi

Gejala seperti penurunan berkemih, nokturia, dan diare atau

konstipasi yang diakibatkan oleh pola makan yang tidak teratur dan adekuat

(Nursalam, 2008).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien (Nursalam, 2008).

a. Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan

secara terus menerus selama proses keperawatan berlangsung.

1). Identitas
24

a) Identitas klien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,

pendidikan, tanggal masuk rumas sakit, tanggal pengkajian diagnosa

medis, status dan alamat.

b). Identitas keluarga / penanggung jawab

Meliputi : nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan hubungan

dengan klien.

2). Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan merupakan proses dalam mengkaji status

atau masalah kesehatan sekarang dan dahulu serta keluarga,

kemudian dapat menggunakan pola PQRST dalam mengumpulkan

data yang lebih lengkap tentang setiap keluhan pasien (Robert

Prihardjo, 2006).

a) Keluhan Utama

Merupakan suatu keluhan yang dirasakan oleh klien sangat

mengganggu yaitu mengeluh nyeri epigastrium

b) Riwayat Kesehatan Utama

Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang terdiri dari

: provikative/ palliative (P) yaitu faktor


25

penyebab, Quality (Q) seberapa berat nyeri dirasakan, Region

(R) seberapa luas nyeri dirasakan, Savety atau skala nyeri (S)

seberapa tinggi nyeri yang dirasakan, Time (T) seberapa lama

serangan itu terjadi.

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Menerangkan keadaan keluarga apakah ditemukan ada penyakir

keturunan kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit

menular, akibat kontak langsung maupun tidak langsung antara

anggota keluarga.

d) Riawayat Kesehatan Keluarga

Menanyakan tentang riwayat penyakit dalam keluarga terdekat

klien.

b) Data Aspek Biologis

a) Keadaan / penampilan umum : lemah, sakit ringan, sakit berat,

gelisah, rewel.

1). Kesadaran : dapat diiisi dengan tingkat kesadaran secara kualititatif

atau kuantitatif yang dipilih sesuai dengan kondisi klien. Secara

kuantitatif dapat dilakukan dengan pengukuran Glossgow Coma

Scala (GCS), sedangkan


26

sacara kualitatif tingkat kesadaran dimulai dari compos mentis,

apatis, somnolen, sopor dan koma.

2) Berat badan / tinggi badan.

b) Tanda-tanda vital yang terdiri dari :

1) Tensi : tekanan sistole / tekanan diastole mmHg

2) Nadi : frekuensi per menit, denyut kuat / tidak, reguler

/ireguler

3) Suhu : . . . . . ºC

4) Frekuensi pernafasan : frekuensi per menit, reguler

/ ireguler

c) Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Neurologik

Tabel 2.1 Saraf

Kranial

Nomor Nama Fungsi

Menerima rangsang dari hidung dan


27
I Olfaktoriu menghantarkannya ke otak untuk diproses
s
sebagai sensasi bau
28
Menerima rangsang dari mata dan
II Opti
k menghantarkannya ke otak untuk diproses
29

sebagai persepsi visual

III Okulomotor Menggerakkan sebagian besar otot mata IV

Troklearis Menggerakkan beberapa otot mata

Menerima rangsangan dari wajah untuk


30
V Trigeminu diproses diotak sebagai sentuhan,
s
menggerakkan rahang
31
VI Abdusen Abduksi mata

Menerima rangsang dari bagian anterior lidah


32
untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa.
VII Fasiali
s Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi

wajah
33
Sensori sistem vestibular: Mengendalikan
34
keseimbangan
VIII Vestibulokokleari
s Sensorikoklea: Menerima rangsang untuk

diproses di otak sebagai suara


35
Menerima rangsang dari bagian posterior lidah
36
IX Glosofaringeu untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa dan
s
mengendalikan organ-organ dalam
37
Menerima rangsang dari organ dalam dan
X Vagu
s mengendalikan organ-organ dalam
38
XI Aksesorius Mengendalikan pergerakan kepala XII

Hipoglossus Mengendalikan pergerakan lidah


39

b. Sistem Pernafasan

Dalam sistem pernafasan kaji ketajaman penciuman bentuk

dada, adanya nyeri tekan atau tidak, bunyi suara nafas.

c. Sistem Kardiovaskuler

Dalam sistem kardiovaskuler kaji apakah ada peninggian vena

jugularis, capillary refill, frekuensi nadi, bunyi jantung.

d. Sistem Gastroitestinal

Dalam sistem gastrointestinal kaji mengenai nafsu makan,

kebiasaan defekasi, intoleransi makanan, mual, rnuntah dan

nyeri, bising usus.

e. Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan kaji frekuensi buang air kecil. warna

apakah ada nyeri saat buang air kecil.

f. Sistem Muskuloskeletal

Macam-macam gerakan ROM, yaitu:

(1). Fleksi yaitu berkurangnya sudut persendian. (2).

Ekstensi yaitu bertambahnya sudut persendian. (3).

Hiperekstensi yaitu ekstensi lebih lanjut.


40

(4). Abduksi yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah

tubuh.

(5). Adduksi yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.

(6). Rotasi yaitu gerakan memutari pusat dari tulang (7).

Eversi yaitu perputaran bagian telapak kaki ke

bagian luar, bergerak membentuk sudut

persendian.

(8). Inversi yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam

bergerak membentuk sudut persendian.

(9). Pronasi yaitu pergerakan telapak tangan dimana

permukaan tangan bergerak ke bawah

(10). Supinasi yaitu pergerakan telapak tangan dimana

permukaan tangan bergerak ke atas.

(11). Oposisi yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-

jari tangan pada tangan yang sama. (Wong Donna L,

2009)

Cara menghitung kekuatan otot yaitu :

(0) Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak

berkontraksi, bila lengan/ tungaki dilepaskan, akan jatuh

100% pasif.
30

(1) Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada

tahanan sewaktu jatuh.

(2) Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan

gaya gravitasi (saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.

(3) Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi

tidak mampu melawan tekan atau dorongan dari

pemeriksa.

(4) Mampu bergerak luas gerak sendi penuh, melawan

gravitasi dan melawan tahanan sedang

(5) Kekuatan utuh, mampu bergerak luas gerak sendi penuh,

melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal

g. Sistem Endokrin

Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan, polipagia,

poliurea, polidipsi. (Muscari, 2005)

h. Sistem Integumen

Warna kulit, tekstur kulit, turgor kulit, CRT kurang dari 2 detik,

suhu, oedema, infeksi. Pada pasien diare kulit pucat, turgor

jelek, suhu tubuh meningkat (Robert Priharjo, 2007)


31

i. Sistem Genetalia

Memeriksa kemungkinan adanya iritasi dan infeksi.

e. Pola aktivitas sehari-hari

a) Pola nutrisi : terdapat penurunan nafsu makan, mual dan

muntah

b) Pola eliminasi : terjadi diare atau konstipasi

c) Pola istirahat : terjadi gangguan tidur karena sesak atai

batuk

d) Pola aktivitas : biasanya penderita merasa cepat lelah bila

beraktifitas

e) Personal hygiene : ketidakmampuan klien dalam

melakukan pemeliharaan secara mandiri

f. Data aspek psikososial dan spiritual

1) Data aspek psikologis, sosial, ekonomidan spiritual a).

Status emosi

Kaji perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan seperti ansietas,

kemarahan, kesepiandan rasa tidakpasti.

b). Konsep diri (1). Citra

tubuh

Sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak

disadari meliputi persepsi masalalu atau


32

sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan

potensi tubuh.

(2).Ideal diri

Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya bertingkah

laku berdasarkan standar peribadi.

(3).Harga diri

Penilaian peribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa berapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan

ideal dirinya.

(4).Peran diri

Serangkaian pola sikap,perilaku, nilai dant ujuan yang

diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi idividu

di dalam kelompok sosialnya.

(5).Identitas diri

Kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu

dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari

bahawa dirinya berbeda dengan orang lain.

c). Data sosial

Kaji interaksi klien selama di rumah sakit pada perawat, dokter dan

lingkungan sekitar.

d). Data Ekonomi

Kaji kondisi ekonomi, pendapatan keluarga dan

penggunaan Program Jaminan Kesehatan.


33

e). Data Spiritual

Kaji kebiasaan ibadah klien sebelum dan saat sakit Hubungannya

dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, tergantung pada

kepercayaan yang dianut oleh klien.

g. Data penunjang

a) Pemeriksaan radiologi : USG, BNO

b) Elektrokardiografi

c) Laboratorium

b. Analisa data

Analisa data merupakan tahap penting yang kita lakukan setelah

data klien terkumpul sehingga berguna untuk menegakkan masalah atau kebutuhan

klien (Nursalam, 2008)

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Menurut Ardiansyah Muhammad (2012) pada pasien gastritis

ditemukan diagnosa keperawatan :

a. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan keluar

/ hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/perdarahan) ditambah

dengan asupan cairan yang tidak memadai.


34

b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster

c. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan

tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa

d. Kecemasan/ketakutan yang berubungan dengan perubahan status

kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.

3. Perencanaan dan Rasionalisasi

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktifitas

keperawatan harus ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, mencegah

keperawatan klien yang disebut perencanaan keperawatan (Ardianyah

Muhammad, 2012)

a. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan keluar

/ hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/perdarahan)

ditambah dengan asupan cairan yang tidak memadai.

 Tujuan : Untuk menjaga agar pemenuhan kebutuhan cairan

tubuh tetap memadai

 Kriteria Hasli :

1. Pengeluaran urine yang memadai/adekuat

2. Tanda-tanda vital dalam batass normal


35

3. membran mukosa lembab

4. turgor kulit baik

5. pengisian kapiler <3 detik

Tabel 2.2

Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 1

Intervensi Rasional
36
1. Catat Karakteristik muntah dn 1. Untuk membedakannya dengan gejala

drainase disaster.

2. Observasi Tanda-tanda 2. Perubahan tekanan darah dan nadi dapat


Vital
sebagai indikator terjadinya dehidrasi.

3. Untuk menurunkan kerja gaster, sehingga

mencegah terjadinya muntah


3. Pertahankan tirah baring
4. Untuk menetralisirkan asam lambung

5. Kafein dapat merangsang produksi asam

lambung
4. Berikan cairan per oral
6. Untuk mengatasi masalah gastritis dan
dua liter/hari
hematemesis
5. Jelaskan kepada pasien untuk

meghindari kafein

6. Kolaborasi dengan

dokter dengan

memberikan antibiotik,
37
36
antasida, dan vitamin K sesuai proram

medis

(Ardiansyah Muhammad, 2012)

b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster

 Tujuan : Nyeri teratasi

 Kriteria Hasil : 1. Pasien rileks

2. Pasien dapat tidur

3. Skala nyeri 0

Tabel 2.3

Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 2

Intervensi Rasional
37
1. Kaji dan catat keluhan nyeri, 1. Untuk menentukn intervensi dan

termasuk lokasi, lamanya, dan mengetahui efek terapi.

intensitasnya (dengan skala nyeri

1-5)
38
39
2. Berikan makan dalam porsi sedikit 2. Makanan sebagai penetralisir asam

tapi sering lambung.

3. Jelaskan agar pasien menghindari 3. Makanan yang merangsang dapat

makanan yang dapat merangsang mengiritasi mukosa lambung.

asam lambung, seperti makanan

yang pedas dan asam.

4. Atur posisi tidur yang nyaman bagi 4. Posisi yang nyaman dapat menurunkn

pasien. nyeri.

5. Anjurkan pasien untuk melakukan 5. Teknik relaksasi dapat mengalihkan

teknik relaksasi, seperti menarik perhatian pasien, sehingga dapat

napas dalam,mendengarkan muik menurunkan nyeri.

menontn tv dan membaca 6. Untuk meghilangkan nyeri lambung.

6. Berikn terapi obat analgesik dan

antasida.
40

(Ardiansyah Muhammad, 2012)

c. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan

tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa

 Tujuan : untuk memenuhi asupan gizi sesuai dengan

keutuhan tubuh.

 Kriteria Hasil :
38

1. Pasien bisa menghabiskan satu porsi makanan

2. Berat badan meningkat

3. Hasil laboratorium menunjukan kadar albumin (jenis protein yang

terkandung dalam plasma darah dan Hb normal

Tabel 2.4

Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 3

Intervensi Rasional

1. Kaji status nurtrisi dan pola 1. Sebagai dasar untuk

makan pasien. menetukan intevensi

2. Puasakan pasien selam fase 2. Menurunkan rangsangan

akut. lambung, sehingga mencegah

muntah. [

3. Jelaskan agar pasien 3. Kafein dapat meragsang

menhindari minuman yang aktivitas gaster.

mengandung kafein.

4. Timbang berat badan pasien 4. Untuk mengetahui status nutrisi

setiap hari dengan alat ukur pasien.

yang sama.
39

5. Berikan terapi multivitamin dan 5. Untuk meningkatkan nafsu

antasida sesuai program medis makan dan menghilngkan mual.

(Ardiansyah Muhammad, 2012)

d. Kecemasan/ketkutan yang berubungan dengan perubahan status

kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.

 Tujuan : Mengatasi rasa cemas

 Kriteria Hasil : Kecemasan (ansietas) berkurang

Tabel 2.5

Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 4

Intervensi Rasional
40
1. Awasi respon fsiiologi, misl 1. Dapat menjadi indikator untuk menilai

takipnea, palpitasi, pusing, sakit derajat takut yang dialami pasien. Tetapi,

kepala, sensasi kesemutn. respo ini dapat juga berhubungan dengan

2. Dorong pasieng kondisi fisik/status syok.

untuk menyatakan 2. Mmembuat sebuah hubungan teurapetik.

perasaan takut dan kecemasan 3. Melibatkan pasien dalam rencana

yang hadapi dengan

memberikan umpan balik.

3. Berikan informasi yang akurat.


41
40

asuhan dan menurunkan

kecemasan yang tak perlu akibat

ketidaktahuan pasien.
40
4. Berikan lingkungan tenang 4. Memindahkan pasien dari pengaruh stresor

untuk pasien yang beristirhat. luar, meningkatkan relaksasi, serta dapat

meningkatkan keterampilan koping.

5. Membantu menurunkan rasa takut karena

segala sesuatu tidak harus dihadapi

5. Dorong orang terdekat seorang diri.

dengan/sering 6. Belajar cara-cara untuk rileks, sehingga

meneman dapat membantu menurunkan rasa takut

i pasien. dan cemas pada pasien.

6. Tunjukan teknik relaksasi.


40

(Ardiansyah Muhammad, 2012)

4. Pelaksanaan (Implementasi)

Pelaksanaan (Implementasi) adalah realisasi rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi dimulai setelah

rencana tindakan disusun ditunjukan [ada nursing orders


41

untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2008)

Tujuan Evaluasi ini adalah untuk :

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan

yang telah dicapai)

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan

untuk mencapai tujuan)

c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu

yang lama untuk mencapai tujuan) (Nursalam, 2008)

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau mementau perkembangan

klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIER. Yang dimaksud dengan

SOAPIER adalah:

S : Data Subjektif

Yaitu informasi yang didapat dari pasien, setelah dilakukan tindakan

keperawatan.
42

O : Data Objektif

Yaitu informasi yang didapat berdasarkan hasil pengukuran atau

observasi secara langsung kepada klien

A : Assesment/Analisis

Yaitu interpretasi dan data subjektif dan data objektif

P : Planning

Yaitu perencanaan perawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

diamodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan

yang telah ditentukan sebelumnya

I : Implementasi

Yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intruksi yang

telah teridentifikasi dalam komponen P (Perencanaan). Jangan lupa

menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan

E : Evaluasi

Yaitu respon klien setelh dilakukan tindakan keperawatan.


43

R : Reassesment

Yaitu pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah

diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan,

dimodifikasi, atau dihentikan (Rohmah dan Walid, 2009)

6. Dokumentasi

Dokumentasi memberikan catatan tentang penggunaan proses

keperawatan untuk memberikan perawatan pasien secara individu.

Dokumentasi ini merupakan persyaratan legal dan setiap lingkungan

pelayanan kesehatan. Dokumentasi juga memerlukan tanggal dan spesifik

waktu dan harus ditandatangani oleh orang yang menulisnya. Catatan

perkembangan merealisalikan implementasi rencana tindakan dengan

mencatat bahwa tindakan yang telah dilakukan (Deoengoes, 2007)


Daftar Pustaka

DiGiulio, Mary (2014). Keperawatan Medikal Bedah


Inayah, Iin (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan edisi 1, Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam,( 2008). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, Jakarta
: Salemba Medika

Doengoes Marilynn E, et all (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa Kurnisa, I.M., dan
Sumarwati, N.M.,Jakarta : EGC.

Rohmah dan Walid,S (2009). Proses Keperawatan teori dan aplikasi. Jogjakarta : Ar- Ruzz
Media.

(www.google_penyakit _gastritis.com)
RSUD Ciamis, (2015). Pencatatan dan Pelaporan Rekam Medik Kabupaten Ciamis

Ruang Kenanga RSUD Ciamis, (2015). Pencatatan dan Pelaporan Rekam Medik. Kabupaten
Ciamis

You might also like