Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Sorotan masyarakat yang cukup tajam atas jasa pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan, khususnya dengan terjadinya berbagai kasus yang
menyebabkan ketidakpuasan masyarakat memunculkan isu adanya dugaan
malpraktek medis yang secara tidak langsung dikaji dari aspek hukum dalam
pelayanan kesehatan, karena penyebab dugaan malpraktek belum tentu
disebabkan oleh adanya kesalahan/kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
Dewasa ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami
perubahan yang sangat pesat menuju kepada perkembangan keperawatan sebagai
profesi. Proses ini merupakan suatu proses berubah yang sangat mendasar dan
konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek
pelayanan/asuhan keperawatan, aspek pendidikan, pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta kehidupan keprofesian dalam
keperawatan.Perkembangan keperawatan menuju perkembangan keperawatan
sebagai profesi dipengaruhi oleh berbagai perubahan yang cepat sebagai akibat
tekanan globalisasi yang juga menyentuh perkembangan keperawatan profesional
termasuk tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan
yang pada hakekatnya harus diimplementasikan pada perkembangan keperawatan
profesional di Indonesia(Ma’rifin Husin, 2002).
Perkembangan keperawatan dapat mengacu terjadinya malapraktik,
sehingga terdapat berbagai hokum yang mengatur dan cara penanganan
malapraktik. Oleh karena itu dalam makalah ini akan di bahas mengenai kasus
malapraktik.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana tejadinya malpraktik tersebut ?
2. Bagaimana cara menyelesaikan kasus malapraktik tersebut ?
3. Apa yang harus dilakukan agar kasus malapraktik tersebut tidak terjadi ?
C. Tujuan Penulis
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I, untuk memberikan informasi mengenai
malapraktik memberikan kasus malapraktik, bagaimana cara menangani kasus
mala praktik dan bagaimana cara mencegah terjadinya malapraktik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kasus Malapraktik
Maulana adalah seorang anak berusia 18 tahun.Dulunya adalah anak yang
mengemaskan dan pernah menjadi juara bayi sehat.Namun makin hari tubuhnya
makin kurus.Dan organ tubuhnya tidak bisa berfungsi secara normal.Tragedi ini
terjadi ketika Maulana mendapat imunisasi dari petugas kesehatan.Diduga korban
kuat Maulana adalah korban mal praktek.Maulana, kini berusia 18 tahun. Namun
ia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Tidak ada aktivitas yang bisa
dilakukan.Ia juga tidak bisa berbicara. Berat badannya hanya enam koma delapan
kilogram, seperti anak berusia lima tahun. Bungsu dari empat bersaudara, anak
pasangan Lina dan Adul ini mengalami kegagalan multi organ.
Tragedi ini bermula saat usianya empat puluh lima hari. Seperti balita pada
umumnya, Maulana mendapatkan imunisasi dari petugas Dinas
Kesehatan.Petugas memberikan tiga imunisasi sekaligus, yaitu imunisasi BCG,
imunisasi DPT dan imunisasi Polio.
Namun setelah dua jam menerima imunisasi, Maulana mengalami kejang-
kejang, dan suhu tubuhnya naik tajam. Sehingga orang tuanya panik dan langsung
membawanya ke rumah sakit.Namun kondisinya justru makin menburuk. Setelah
lima hari dirawat, Maulana malah tidak sadarkan diri, selama tiga minggu. Sejak
itu, tubuh Maulana selalu sakit sakitan dan hampir seluruh organ tubuhku tidak
berfungsi normal.
Dokter mendiagnosa Maulana mengalami radang otak.Namun setelah itu,
satu persatu penyakit akut menggerogoti kesehatannya.Semakin hari badannya
semakin kecil, dan mengerut.Maulana sering mengalami sesak nafas, dan kejang
kejang.
Lina yakin, Maulana menjadi korban malpraktek.Karena beberapa dokter
yang perawat Maulana menyatakan, anaknya mengalami kesalahan imunisasi.
Kini Lina, hanya bisa pasrah. Ia merawat Maulana, seperti merawat bayi.
Saat makan Maulana tetap harus disuapi, demikian juga ketika buang air besar
dan kencing.Orangtuanya selalu memakaikan popok.
Sebelum tragedi itu datang, Maulana adalah bayi yang
menggemaskan.Tubuhnya montok, dan sangat sehat.Bahkan Maulana sempat
dinobatkan sebagai pemenang bayi sehat. Karena lahir dengan bobot tiga koma
delapan kilogram dan panjang lima puluh satu cintimeter.Orang tua Maulana
sudah berusaha untuk membawa ke rumah sakit di kawasan Kota Siantan,
Pontianak.Namun Maulana tidak juga kunjung sembuh.Orangtuanyapun
menyerah.
Yang lebih menyedihkan, Linapun kemudian diceraikan suaminya, di saat
harus menanggung beban berat merawat Maulana.Ayah Maulana kesal dan marah
dengan Lina, karena mengijinkan petugas kesehatan memberikan imunisasi
kepada Maulana.
Kini tubuh Maulana makin lemah, dan tidak berdaya.Ia hanya bisa
berbaring ditempat tidur. Jika ingin menghirup udara segar, linapun membawanya
ke luar rumah. Lina sudah tidak berpikir lagi untuk membawa Maulana ke rumah
sakit, karena tidak memiliki biaya.Sejak anaknya menderita sakit, Lina telah
mengeluarkan uang jutaan rupiah.Bahkan rumahnya dijual untuk biaya
pengobatan.
Lina juga beberapa kali berusaha meminta pertanggungjawaban kepada
pemerintah Kalimantan Barat, dengan mengajukan tuntutan di pengadilan.Lina
kemudian menemui sejumlah instansi pemerintah daerah, termasuk menemui
Walikota Pontianak, dan Gubernur Kalimantan Barat, untuk menuntut keadilan.
Namun para pejabat tersebut tidak menanggapi pengaduan Lina.Lina tidak
menyerah.Ia kemudian membawa Maulana ke Jakarta, untuk menemui Menteri
Kesehatan.Namun lagi lagi usahanya kembali menemui jalan buntu.
Lina kemudian memilih prosedur hukum.Ia melaporkan pemerintah
Kalimantan Barat secara pidana, dan juga menggugatnya secara perdata.Namun di
pengadilan, hakim meminta Lina dan perwakilan pemerintah sebagai tergugat,
untuk berdamai.Hasilnya cukup menjanjikan. Pemerintah Daerah Kalimantan
Barat, berjanji akan menanggung penuh obat dan kebutuhan perawatan maulana
di rumah sakit seumur hidup.
Janji Pemerintah Daerah Kalimantan Barat, sungguh melegakan. Karena
upayanya mencari keadilan, kini menemui titik terang.Namun harapan lina
kembali pupus.Ternyata kesanggupan Pemerintah Daerah Kalimantan Barat hanya
janji janji kosong.Setelah berjalan lebih sepuluh tahun, Pemerintah Daerah
Kalimantan Barat tidak memenuhi janjinya.
Kini Lina hanya bisa pasrah menerima kenyataan pahit.Lina dan Maulana
bersama ketiga anaknya yang lain, tinggal di rumah sangat sederhana, di Komplek
Perumahan Kopri, di kawasan Pinggiran Sungai Raya Dalam Kabupaten Kubu
Raya.Untuk hidup sehari hari, Linapun membuka warung kecil-kecilan di teras
rumahnya.
Lina sebenarnya masih punya keinginan untuk kembali menggugat
Pemerintah Daerah Kalimantan Barat. Namun ia mengaku tidak lagi memiliki
dana. Yang membuat Lina pasrah, adalah tidak ada dokter yang bersedia menjadi
saksi ahli dalam kasus ini.
Sementara itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan, meminta pihak
pemerintah bertanggungjawab atas kasus yang menimpa Maulana. Menurut
Direktur LBH Kesehatan, Iskandar Sitorus, kasus dugaan mal praktik yang
menimpa Maulana, mencerminkan lemahnya tanggung jawab pemerintah, dalam
hal ini Departemen Kesehatan.
Aturan atau kebijakan yang diterapkan sudah kadaluarsa. Sementara
hingga saat ini publik sendiri masih menunggu kapan akan disosialisasikan
rancangan undang undang tentang pasien. Jika UU Pasien sudah ada, diharapkan
tidak akan ada lagi Maulana Maulana lainnya.
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia, Fachmi Idris menyatakan, profesi
dokter, diikat oleh sebuah etika profesi dalam sebuah payung Majelis Kode Etik
Kedokteran atau MKEK.Seorang dokter dapat dikatakan melakukan pelanggaran
saat praktek, jika sudah dibuktikan dalam suatu sidang majelis kode etik.
Hukuman yang dijatuhkan majelis kode etik biasanya berkisar pada
skorsing praktek, disuruh kembali sekolah untuk memperdalam ilmunya hingga
dicabut ijin praktek kedokterannya.
Kasus dugaan mal praktek seperti kasus Maulana memang tak sedikit
jumlahnya.Beberapa kasus yang sempat terangkat ke masyarakat umumnya terjadi
setelah pasca imunisasi, operasi bahkan tak jarang setelah si pasien berobat ke ahli
kesehatan karena sebelumnya diindikasikan menderita suatu penyakit.
Seperti halnya kasus kasus sejenis, kasus Maulana pun membutuhkan
waktu berbulan bulan bahkan bertahun tahun duduk dikursi persidangan untuk
memperoleh keadilan.
Dan ironisnya perdebatan sengit menyoal kasus dugaan mal praktik di
pengadilan hampir dipastikan berakhir dengan bertambahnya sakit hati bagi sang
korban. Sakit hati karena kasusnya tak bisa diteruskan, atau bahkan ditolak
majelis hakim karena kurang lengkapnya data pendukung.
LBH Kesehatan, sebagai wadah bantuan hukum bagi mereka yang merasa
abaikan haknya oleh oknum aparat kesehatan memiliki data yang tidak sedikit.
Saat ini saja LBH Kesehatan membantu menangani 58 kasus dugaam mal praktik
di sejumlah wilayah Indonesia.Sementara kasus yang telah dilaporkan di sejumlah
aparat penegak hukum mencapai 130 kasus.Namun ironisnya, hanya sedikit kasus
dugaan mal praktek yang maju ke meja hijau yang menang dalam persidangan.
Upaya hukum untuk mencari keadilan bagi korban dugan mal praktik
kerap berlangsung di sejumlah ruang pengadilan.Dari upaya hukum pidana,
perdata bahkan hingga tun atau tata usaha negara.Dari catatan LBH Kesehatan,
dari beberapa bentuk tata peradilan tersebut, bisa dibilang peradilan perdatalah
yang paling memungkinkan seorang korban dugaan mal praktik memperoleh
haknya. Sementara tata peradilan lainnya umumnya jauh panggang dari api.
Pertanyaannya sekarang, mengapa sejumlah kasus dugaan mal praktik
yang bertarung dipengadilan pidana, menjadikan korban seolah tak mampu untuk
mendapatkan keadilan ?Padahal mereka jelas jelas menjadi korban.
Kasus Maulana membuktikan, sudah bertahun tahun Maulana tak punya
kuasa saat berusaha mencari keadilan di pengadilan pidana. Bertahun tahun pula
Maulana hanya terbentur masalah tidak adanya saksi ahli yang mau hadir dalam
persidangannya tersebut.(Sup/Ijs)
Pengertian Malapraktik
Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktik”
mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktik berarti
“pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Definisi malpraktik profesi kesehatan
adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat
kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang
lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los
Angelos,California,1956).
Pengertian malpraktik medik menurut WMA (World Medical
Associations) adalah Involves the physician’s failure to conform to the standard of
care for treatment of the patient’s condition, or a lack of skill, or negligence in
providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient
(adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar pelayanan terapi terhadap
pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan perawatan pasien, yang
menjadi penyebab langsung terhadap terjadinya cedera pada pasien).
B. Bentuk-Bentuk Malapraktik
A. Kesimpulan
Setelah menjabarkan pembahasan dari masalah makalah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa malapraktik adalah kelalaian seseorang dalam merawat atau
mengobati. Dalam malapraktik ada dua istilah yaitu kelalaian dan malapraktik
sendiri, tetapi keduannya tidak sama karena malapraktik sifatnya lebih spesifik.
Dalam menangani kasus mala praktik, hukum di Indonesia menggunakan
hukum substantive yaitu hokum pidana, hokum perdata dan hokum administrasi
dalam kasus maulana dalah salah satu koban malapraktik.Dia seorang bayi sehat
yang mendapat imunisasi tiga sekaligus.Setelah imunisasi maulana mengalami
penurunan kesehatan yang akhirnya membuat maulana lumpuh.Orang tua
maulana mengguagat tetapi gagal.Dari kasus ini belum ada penyelesaian ataupun
ganti rugi dari pihak kesehatan.
A. Saran
Adapun saran penulis adalah sebagai berikut :
1. Sebagai jasa layanan kesehatan lebih bertanggung jawab dengan apa yang
dilakukan.
2. Sebaiknya lakukanlah layanan kesehatan secara hati-hati dan professional.
3. Sebagai pengguan jasa layanan kesehatan (masyarakat) sebaiknya lebih teliti
dalam mengurusi masalah kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
· http://bidankita.com/?p=210
· http://chans-ums.blogspot.com/2009/07/malpraktek.html
· http://everythingaboutortho.wordpress.com/2008/06/28/malpraktik-sejauh-
mana-kita-sebagai-seorang-dokter-memahaminya/
· http://rob13y.wordpress.com/2010/06/28/salah-operasi-mata-bayi-6-bulan-
copot/
· http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/MALPRAKTE
K%20MEDIK.pdf
· http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/uu-ri-no-29-tahun-
2004-tentang-praktik-