Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak ditemukannya penyakit AIDS (Acquired Imuno Deficiency Syndrome)
dan virus penyebabnya HIV (Human Imunodeficiency Virus), muncul dampak yang
begitu luas di masyarakat. Ketika individu dinyatakan terinfeksi HIV, sebagian besar
menunjukkan perubahan karakter psikososial yaitu : hidup dalam stres, depresi, merasa
kurangnya dukungan sosial, dan perubahan perilaku (WHO dalam Nasronudin, 2004).
Wolcott, dkk (dalam Ader, 1991) mengemukakan bahwa penderita HIV- AIDS
menghadapi situasi hidup dimana mereka sering menghadapi sendiri kondisinya tanpa
dukungan dari teman dan keluarga yang memberi dampak kecemasan, depresi, rasa
bersalah dan pemikiran atau perilaku bunuh diri. Kurangnya dukungan keluarga
berdampak pada respons sosial (emosional) pasien tersebut. Respons sosial (emosional)
yang positif dapat mendukung proses pengobatan sehingga progresivitas penyakit
setidaknya dapat dihambat dan umur harapan hidup pasien HIV - AIDS lebih panjang.
Namun pengaruh dukungan keluarga terhadap respons social – emosional pada pasien
HIV dan AIDS masih belum jelas.
Pada individu dengan HIV positif sistem imunitasnya akan mengalami
penurunan dan membutuhkan waktu beberapa tahun hingga ditemukannya gejala tahap
lanjut dan dinyatakan sebagai penderita AIDS. Hal ini tergantung pada kondisi fisik
dan psikologisnya. Sejak dinyatakan terinfeksi HIV penderita mengalami stres,
dikarenakan tingginya tekanan psikososial yang mereka terima baik dari keluarga
maupun masyarakat. Oleh karena itu dukungan sosial terutama dari keluarga penting
artinya, dan sangat menentukan perkembangan penyakit yang berdampak pada ketiga
aspek dalam respons sosial (emosional) pasien HIV -AIDS. Bila hal ini tidak segera
diatasi maka dapat menurunkan kondisi kesehatan pasien, mempercepat progresivitas
penyakit hingga timbulnya kematian. Bagi individu yang positif terinfeksi HIV,
menjalani kehidupannya akan terasa sulit karena dari segi fisik individu tersebut akan
mengalami perubahan yang berkaitan dengan perkembangan penyakitnya, tekanan
emosional dan stres psikologis yang dialami karena dikucilkan oleh keluarga dan teman
karena takut tertular, serta adanya stigma sosial dan diskriminasi di masyarakat. Hal ini
berdampak pada respons sosial (emosional) pasien, sebagai contoh adanya stigma
sosial yang dapat menyebabkan gangguan perilaku pada orang lain, termasuk
menghindari kontak fisik dan sosial (Muma, 1997). Mereka menjalani kehidupannya
dalam kekhawatiran dan stress. Dengan menggunakan pendekatan
Psychoneuroimunology dapat dijelaskan bahwa stres yang dialami pasien HIV - AIDS
akan memodulasi sistem imun melalui jalur HPA (Hipothalamic –Pituitary -
Adrenocortical) axis dan sistem limbik (yang mengatur emosi dan learning process)
Kondisi stres tersebut akan menstimulasi hypothalamus untuk melepaskan
neuropeptida yang akan mengaktivasi ANS (Autonomic Nerve System) dan hypofise
untuk mengeluarkan kortikosteroid dan katekolamin yang merupakan hormon - hormon
yang bereaksi terhadap kondisi stres. Peningkatan kadar glukokortikoid akan
mengganggu sistem imunitas. Bila kondisi stres dapat dikendalikan maka modulasi
sistem imun menjadi lebih baik. Stres yang lama dan berkepanjangan akan berdampak
pada penurunan sistem imun dan mempercepat progresivitas penyakit.
Dengan demikian, penting untuk mengetahui bagaimana mengatasi tingkat stres
dari penderita HIV, karena pengelolaan stres yang baik akan membuat kualitas hidup
klien dengan HIVmeningkat. Peran perawat dalam hal ini adalah bagaimana
mengajarkan kepada klien dan keluarga tentang pengelolaan stres dengan metode non
farmakologis
B. Tujuan
1. Tujuan Umum.
Menjelaskan pengaruh aromatherapy terhadap penurunan kecemasan pada keluarga
dan pasien dengan HIV.
2. Tujuan Khusus.
a. Mengidentifikasi kecemasan yang dialami klien dengan HIV dan keluarga
b. Mengidentifikasi pengaruh aromatherapy terhadap penurunan stres pada
keluarga dan pasien dengan HIV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HIV/AIDS
AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit
yang menyerang tubuh manusia sesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat
kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri,
jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering
kali menderita keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang otak.
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai
kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan
dikenali selam periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi
tubuh dengan periode imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan
munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan
menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit
untuk mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit.
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi
pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIV
mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu
gag, pol, dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah
kepanjangan dari envelope (Hoffmann, Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein
inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env mengode
komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga
penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
B. Penularan HIV/AIDS
HIV dapat ditemukan pada semua cairan tubuh penderita, tetapi yang terbukti
penularannya adalah melalui darah, air mani dan cairan serviks/vagina saja. Cara penularan
HIV/AIDS ini dapat melalui :
1. Hubungan seksual
2. Penerimaan darah atau produk darah melalui transfusi darah
3. Penggunaan alat suntik, alat medis dan alat tusuk lain (tato, tindik, akupuntur, dll.)
yang tidak steril
4. Penerimaan organ, jaringan atau air mani
5. Penularan dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya.
6. Sampai saat ini belum terbukti penularan melalui gigitan serangga, minuman,
makanan atau kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renang, WC umum atau
tempat kerja dengan penderita AIDS
E. Kontra Indikasi
Secara umum, tidak ada kontra indikasi mutlak untuk penggunaan aromaterapi,
namun pada beberapa keadaan seperti epilepsy, alergi, dan serangan asma yang berat,
aromaterapi diberikan dengan lebih hati-hati dengan pengawasan ahli seperti dokter dan
aromaterapis yang berpengalaman.
BAB III
METODOLOGI
A. Topik
Penggunaan Aromaterapi Untuk Menurunkan Kecemasan
B. Sub Topik
Kecemasan
Aromatheraphy
C. Nama Anggota Kelompok
1. Ratna Arista Atikasari
2. Hana Muzdalifah
3. Rizki Swastika Putri
D. Waktu (Tanggal dan Jam)
21 Februari 2018 jam 10.00 WIB
E. Tempat
Rumah Sdr.O
F. Pengorganisasian
1. Leader : Ratna Arista Atikasari
2. Fasilitator : Hana Muzdalifah
3. Observer : Rizki Swastika Putri
4. Dokumenter : Rizki Swastika Putri
G. Media/alat yang digunakan
Aromatherapy Lavender
H. Prosedur Operasional Tindakan Yang Akan Dilakukan
Memberikan lilin aormatherapy yang dinyalakan ketika klien mengalami gangguan
tidur sambil melakukan deep breathing.
I. Referensi
Jurnal terlampir
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Februari 2018 di rumah Sdr.O
B. Faktor Pendukung
Pasien dan keluarga sangat kooperatif dan mendukung saat direncanakan kegiatan ini
hingga pelaksanaan kegiatan
C. Faktor Penghambat
Dalam pelaksanaan kegiatan ini tidak dirasakan adanya faktor yang menghalangi
jalannya latihan.
D. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktural
a. Perawat hadir di rumah pasien maksimal 10 menit sebelum waktu yang telah
ditentukan
b. SAP sudah di acc 1 hari sebelumnya
c. Materi sudah siap minimal 1 hari sebelumnya
d. Leaflet yang akan disebar telah siap 1 hari sebelumnya
e. Alat demonstrasi sudah siap 1 hari sebelumnya.
2. Evaluasi proses
a. Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
c. Waktu penyuluhan sesuai rencana
3. Evaluasi Hasil
a. Pasien dan keluarga 100% yang mengikuti acara mampu memahami
penanganan cemas dengan aromaterapy
b. Pasien dan keluarga mampu mempraktikkan bagaimana cara menggunakan
aromatherapy
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, sebagian besar penderita
HIVmengalami gangguan psikososio kultural dan spiritual. Perubahan psikologi yang
terjadi pada penderita HIV terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit
maupun karena stigma dari masyarakat. Perubahan psikologi tersebut harus ditangani
dengan baik, karena perubahan psikologi dapat mempengaruhi sistem imun pasien dan
dapat memperburuk keadaan pasien HIV.
B. Saran
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mngelola kecemasan tersebut adalah
dengan menggunakan aromaterapi sesuai dengan aroma yang disukai oleh pasien.
Penggunaan aromaterapi dapat membuat pasien menjadi lebih rileks dan menenangkan
pikiran.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyati. 2010. Pengaruh Aromaterapi terhadap Insomnia pada Lansia di PSTW Unit Budi
Luhur Kasongan bantul Yogyakarta. diakses 5 Desember 2013,
(http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/79/78)
Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogjakarta : Nuha Medika
Potter, PA & Perry AG.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses
dan Praktik. Edisi . Vol 2. Jakarta : EGC
Sadock, BJ & Sadock, VA.2007. Kaplan and Saadock’s Synopsis of Psychiatry.10th ed.
Philadelphia : Wolter Kluwer
Stanley, M & Beare, PG .2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Stockslager, JL & Schaeffer, L . 2008. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi
2. Jakarta : EGC
EVIDENCE BASE PRACTICE (EBP)
PENGAPLIKASIAN JURNAL EFEKTIVITAS RELAKSASI
AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN
KECEMASAN
DISUSUN OLEH :
RATNA ARISTA ATIKASARI
P1337420614019