You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering
disebut sebagai demam berdarah.Menurut para ahli, demam berdarah dengue
disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang
disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan
sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada
kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB
berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang
berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun
1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.
Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan
genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap
daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor
genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang
timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus
Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara
tropis dan sub tropis.
Dewasa ini Adapun virus Zika, virus ini memiliki persamaan dengan
virus demam berdarah dengue(DBD). Mereka sama-sama ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes agypti.Virus Zika merupakan sejenis virus dari keluarga
flaviviridae dan genus flavivirus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes. Virus
ini dapat menyebabkan sakit yang ringan kepada manusia yang dikenal
sebagai demam Zika atau penyakit Zika. Penyakit Zika sendiri mulai
diketahui terjadi di daerah khatulistiwa Afrika dan Asia sejak 1950-an.
Kesakitan tersebut adalah satu bentuk penyakit ringan dari demam dengue,
dimana ia dirawat melalui istirahat dan tidak bisa dicegah melalui obat-obatan
atau vaksin. Penyakit Zika memiliki kaitan dengan demam kuning dan virus
Nil Barat yang dibawa oleh flavivirus bawaan artropoda yanglain.
Pada 2014, virus ini menyebar ke timur melintasi Samudra Pasifik ke
Polinesia Perancis, kemudian ke Pulau Paskah dan pada tahun 2015, ia
menyebar ke Amerika Tengah, Karibia, dan kini ia menyebar ke Amerika
Selatan sebagai satu wabah besar. Pada Januari 2016, Pusat Kontrol dan
Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengeluarkan panduan
perjalanan untuk negara-negara tejangkit wabah, termasuk panduan langkah
pencegahan yang dipertingkatkan dan pertimbangan untuk menunda
kehamilan bagi wanita. Badan-badan kesehatan dan pemerintah lain juga
mengeluarkan peringatan yang serupa, sedangkan negara-negara seperti
Kolombia, Ekuador, El Salvador, dan Jamaika, menasihati wanita untuk
menunda kehamilan sehingga risiko tentang virus tersebut dapat lebih
diketahui.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demam berdarah dengue?
2. Apakah etiologi dari demam berdarah dengue ?
3.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian DHF
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi.
Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever
( DHF ).
B. Patofisiologi DHF
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF
disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi
system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan
hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada
pasien dengan perdarahan hebat.

C. Klasifikasi DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi
4 golongan, yaitu :
 Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-
7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
 Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi.
 Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ),
tekanan darah menurun, ( 120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ®
80/70 ® 80/0 ® 0/0 )
 Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³
140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.
D. Tanda dan gejala DHF
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,
tanda dangejala lain adalah :
 Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi
perabaan.
 Asites
 Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
 Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma

E. Pemeriksaan Penunjang DHF


 Trombositopeni ( £ 100.000/mm3)
 Hb dan PCV meningkat ( ³ 20% )
 Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
 Isolasi virus
 Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
 Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap
jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal
hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

F. Penatalaksanaan DHF
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
 Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan
kurang ) atau kejang-kejang.
 Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet
positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV
meningkat.
 Panas disertai perdarahan
 Panas disertai renjatan.
 Belum atau tanpa renjatan:
1. Grade I dan II :
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari
untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk
anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman
oralit, air buah atau susu secukupnya.
c. Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan
minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah
cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan
cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang
diestimasikan sebagai berikut :
 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25
Kg
 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
 Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain,
antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari
perdarahan hebat.
 Dengan Renjatan ;
2. Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80
mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt
dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10
mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus
tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam
dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ).
Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan
sebagai berikut :
 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25
Kg
 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-
30 Kg.
 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40
Kg.
 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50
Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg
BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg
dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut
memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau
yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat
diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk
kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10
mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih
terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin
maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau
plasma ekspander ( dextran L atau lainnya ) sebanyak 10
Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB
dalam kurun waktu 24 jam.

G. Pengertian ZIKA
Virus zika ditularkan oleh nyamuk Aedes aigypti yang selama ini kita
kenal juga sebagai penyebar penyakit demam berdarah yang kasusnya masih
banyak kita jumpai di indonesia. virus ini pertama kali ditemui pada tahun
1947 dan berasal dari Monyet Rhesus di Hutan Zika, Uganda, Afrika. Virus
ini diberi nama Zika dimana kata zika diambil dari nama hutan zika yang
merupakan hutan dimana monyet yang terjangkit virus zika ini untuk
pertama kalinya ditemukan. Virus zika sendiri diketahui mulai menjangkit
serta menginfeksi tubuh manusia di tahun 1950 terutama di daerah Afrika
serta Asia yang merupakan kawasan khatulistiwa, sedangkan infeksi virus ini
banyak terjadi pada tahun 1968 tepatnya di daerah Nigeria.

H. Penyebaran ZIKA
Penyebab penyakit Zika (Zika disease) ataupun demam Zika (Zika
fever) adalah virus Zika. Virus Zika termasuk dalam garis virus flavivirus
yang masih berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab penyakit
dengue/demam berdarah.Virus Zika disebarkan kepada manusia oleh
nyamuk Aedes yang terinfeksi. Nyamuk ini menjadi terinfeksi setelah
menggigit penderita yang telah memiliki virus tersebut. Nyamuk ini sangat
aktif di siang hari dan hidup serta berkembang biak di dalam maupun luar
ruangan yang dekat dengan manusia, terutama di area yang terdapat
genangan air.
Walaupun jarang, virus Zika dapat ditransmisikan dari seorang ibu ke
bayinya. Virus Zika berkemungkinan ditularkan dari seorang ibu hamil pada
janin di dalam kandungannya. Dapat pula bayi tertular pada waktu
persalinan.Hingga saat ini, kasus penularan virus Zika melalui proses
menyusui belum ditemukan sehingga ahli medis tetap menganjurkan ibu
yang terinfeksi untuk tetap menyusui bayinya.Selain itu, terdapat beberapa
laporan virus Zika yang penularannya terjadi melalui tranfusi darah dan
hubungan seksual.

I. Gejala Virus Zika


Selain gejala umum yang telah disebutkan, gejala lain virus Zika yang
ditemukan adalah sakit kepala, nyeri di belakang mata, dan lelah. Gejala ini
umumnya bersifat ringan dan berlangsung hingga sekitar satu
minggu.Mengenai periode inkubasi virus Zika masih belum diketahui,
namun kemungkinan berlangsung hingga 2-7 hari semenjak pasien terpapar
virus ini (terkena gigitan nyamuk penjangkit). Dari lima orang yang
terinfeksi virus Zika, satu orang menjadi sakit akibat virus ini. Walaupun
jarang, dapat terjadi kasus berat yang memerlukan penanganan lebih lanjut di
rumah sakit, bahkan kematian.
Transmisi virus Zika yang terjadi di dalam kandungan dikaitkan
dengan terjadinya mikrosefali dan kerusakan otak pada janin. Mikrosefali
adalah kondisi dimana lingkar kepala lebih kecil dari ukuran normal.

J. Diagnosis Virus Zika


Melihat dari gejala yang menyerupai banyak penyakit lain,
pemeriksaan terhadap rute perjalanan yang pernah dilakukan oleh pasien,
khususnya ke area-area yang memiliki kasus infeksi virus Zika dapat
membantu mempersempit diagnosis. Dokter mungkin akan menanyakan
area, waktu, dan aktivitas saat melakukan kunjungan ke daerah
tersebut.Dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi asam nukleat
virus, mengisolasi virus, atau uji serologis. Selain melalui pengambilan darah
yang biasanya dilakukan pada 1-3 hari setelah gejala muncul, urine dan air
liur juga dapat menjadi bahan uji pada hari ketiga hingga hari kelima.

K. Pengobatan Virus Zika


Pengobatan virus Zika difokuskan kepada upaya mengurangi gejala
yang dirasakan oleh pasien karena vaksin serta obat-obatan penyembuh
penyakit ini belum ditemukan. Pengobatan terhadap gejala yang dialami
dapat berupa pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi, obat pereda rasa
sakit untuk meredakan demam dan sakit kepala, serta istirahat yang cukup.
Penggunaan aspirin dan obat anti peradangan nonsteroid lainnya tidak
direkomendasikan sebelum kemungkinan pasien terkena dengue dapat
dihilangkan.Bagi pasien yang telah terinfeksi virus Zika diharapkan untuk
menghindari gigitan nyamuk selama terjangkit virus ini karena virus Zika
yang dapat bertahan lama di dalam darah penderita dapat menyebar ke orang
lain melalui gigitan nyamuk.
L. Pencegahan Virus Zika
Mencegah gigitan nyamuk adalah salah satu tindakan pencegahan
awal yang bisa membantu Anda terhindar dari infeksi virus Zika. Beberapa
langkah pencegahan yang bisa dilakukan saat berada di daerah yang
terjangkit virus Zika, antara lain:
 Memastikan tempat yang Anda tinggali memiliki pendingin ruangan
atau setidaknya memiliki tirai pintu dan jendela yang dapat mencegah
nyamuk masuk ke ruangan.
 Gunakan kelambu pada tempat tidur jika area yang Anda kunjungi
tidak memiliki hal di atas.
 Gunakan baju dan celana berlengan panjang
 Gunakan bahan penolak serangga yang terdaftar pada badan
perlindungan lingkungan atau environmental protection agency
(EPA), sesuai dengan instruksi yang tertera pada kemasan. Instruksi
yang terlampir akan memberikan informasi mengenai pengaplikasian
ulang, area pengaplikasian yang diperbolehkan, waktu dan durasi
pengaplikasian.
 Bayi yang berusia di bawah dua bulan tidak diperkenankan
menggunakan bahan penolak serangga ini sehingga Anda harus
memastikan agar pakaian bayi dapat melindunginya dari gigitan
nyamuk.
 Gunakan juga kelambu pada tempat tidur bayi, kereta dorong bayi,
dan gendongan atau alat pengangkut bayi lainnya.
 Perhatikan area tubuh anak yang berusia lebih dewasa saat
mengaplikasikan bahan penolak serangga. Hindari area tubuh yang
terluka atau sedang mengalami iritasi, area mata, mulut, dan tangan.
 Pilihlah perawatan, pencucian, atau pemakaian pakaian serta
peralatan yang menggunakan bahan dengan kandungan permethrin.
Pelajari informasi produk dan instruksi penggunaan mengenai
perlindungan yang diberikan. Hindari menggunakan produk ini pada
kulit.
 Pelajari juga informasi mengenai daerah yang akan Anda kunjungi,
seperti fasilitas kesehatan dan area luar ruangan terbuka sebelum
waktu keberangkatan tiba, khususnya area yang terjangkit virus Zika.
 Lakukan tes virus Zika sekembalinya Anda, khususnya perempuan
hamil, dari daerah penyebaran virus Zika.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan
usia kurang dari 15 tahun ), jenis kelamin, alamat , pendidikan , nama
orang tua , pendidikan orang tua , dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil
dan saat demam kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara
hari ke 3 dan ke 7 , dan anak semakin lemah. Kadang-kadang di sertai
dengan keluhan batuk, filek, nyeri telan, mual, muntah, anorexia,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakanbola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kulit, gusi ( grade III, IV ), melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa
mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat Imunasasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat di hindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
8. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami
diare / konstipasi. sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi
melena.
3) Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu di kaji apakah sering kencing,
sedikit / banyak, sakit / tidak. pada DHF garade IV sering terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membesihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik. Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF,
keadaan fisik anak adalah sebagai berikut.
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis , keadaaan uum lemah, ada
perdarahan spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somenolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin ,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen:
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis / tidak
3) Kepala dan leher.
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (
flusy ), mata anemis, hidung kadang mengalamiperdarahan ( epistaksis
) pada grade II,III,IV, pada mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut
kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hypertemia pharing dan terjadi perdarahan
telinga ( pada grade II,III,IV ).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. pada fhoto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
( efusi pleura ), Rales +, rhonkhi + yang biasanya terdapat grade III
dan IV.
5) Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati ( hepatomegali ),
dan asietas.
6) Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi nyeri otot , sendi, serta tulang.
11. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1) HB dan PCV meningkat ( > 20 % )
2) Trombositopenia ( < 100.000/ml )
3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis )
4) lg. D . dengue fositif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoproteinemi,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolik : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang berhubungan
dengan pindahnya cairan dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular
c. Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat
e. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi, prognosis dan program
pengobatan mengenai penyakit DHF yang berhubungan dengan
kurangnya pemajanan informasi
C. Perencanaan Keperawatan
Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu
pada masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa
tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan
kolaborasi.
a. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : hipertermi dapat teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh normal (36-370 C)
2) Pasien mengatakan tidak panas lagi
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang
berhubungan dengan pindahnya cairan dari ruang intravascular ke
ruang ekstravaskular
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1) Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan vaskuler yang
ditandai dengan TTV stabil dalam batas normal
2) Produksi urine 1 cc/KgBb/jam
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c. Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan
perdarahan
Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil :
1) TTV stabil dalam batas normal
2) Hematokrit dalam batas normal ( L : 40-52 %, P : 35-47 % )
3) Hemoglobin dalam batas normal ( L : 11,5-16,5 g/dL, P : 13-
17,5 g/dL )
4) Trombosit dalam batas normal (150.000-400.000 /mm3 )
5) Tidak terjadi tanda-tanda syok
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil :
1) Klien mengalami peningkatan selera makan dan mampu
menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan
2) Mual, ¬muntah hilang
3) Berat badan dalam batas normal
e. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : pasien mampu untuk beraktivitas setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1) Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
2) Klien dapat mandiri untuk mandi, makan, eliminasi dan
berpakaian
f. Kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi, prognosis dan
program pengobatan mengenai penyakit DHF yang berhubungan
dengan kurangnya pemajanan informasi
Tujuan : pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakit DHF
bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1) Pasien/keluarga dapat mengerti mengena pengertian, penyebab,
prose terjadinya penyakit, tanda dan gejala, cara pencegahan dan
pengobatan dan komplikasi DHF
INTERVENSI RASIONAL
Hipertermi yang berhubungan dengan proses
infeksi virus dengue - TTV merupakan acuan untuk mengetahui
1) Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, keadaan umum pasien
pernapasan
- keterlibatan keluarga sangat berarti dalam
2) Berikan penjelasan tentang penyebab demam proses penyembuhan pasien di rumah sakit
atau peningkatan suhu tubuh
- kompres hangat memberikan efek
3) Beri kompres hangat di daerah ketiak dan dahi vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat
meningkatkan pengeluaran panas tubuh
melalui pori-pori

4) Anjurkan klien banyak minum ± 1-2 liter / hari - peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak
5) Anjurkan klien untuk istirahat di tempat tidur /
tirah baring - mencegah terjadinya peningkatan
metabolisme tubuh dan membantu proses
6) Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang penyembuhan
tipis dan menyerap keringat
- pakaian yang tipis akan membantu
7) Monitor dan catat intake dan output dan berikan mengurangi penguapan tubuh
cairan intravena sesuai program medik
- karena IWL meningkat 10 %setiap
peningkatan suhu tubuh 10C, maka
8) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian peningkatan intake cairan perlu untuk
obat antipiretik mencegah dehidrasi

- antipiretik berfungsi dalam menurunkan


suhu tubuh

Risiko tinggi kekurangan volume cairan


vascular yang berhubungan dengan pindahnya
cairan dari ruang intravascular ke ruang
ekstravaskular
1) Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, - TTV merupakan acuan untuk mengetahui
pernapasan keadaan umum pasien

2) Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan - deteksi dini kurang volume cairan
(selaput mukosa kering, rasa haus dan produksi
urine) - mengetahui keseimbangan cairan yang
3) Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar masuk dan keluar

- minum cukup untuk menambah volume


4) Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan cairan dan sesuaikan dengan cairan infuse
jumlah cairan infuse untuk mencegah kelebihan cairan

- program cairan intravena sangat penting


5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bagi pasien yang mengalami deficit volume
cairan intravena cairan dengan keadaan umum yang jelek
karena cairan yang masuk langsung ke
pembuluh darah
6) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam - mengetahui tingkat kebocoran pembuluh
pemeriksaan trombosit, hematokrit dan darah
hemoglobin

Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh yang berhubungan - TTV merupakan acuan untuk
dengan intake nutrisi yang tidak mengetahui keadaan umum pasien
adekuat
- perdarahan yang tepat diketahui dapat
1) Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan segera diatasi sehingga pasien tidak
darah, pernapasan sampai ke tahap hipovolemik akibat
perdarahan hebat
2) Monitor tanda-tanda perdarahan
- mengetahui tanda-tanda terjadinya syok
sehingga dapat menentukan intervensi
secepatnya
3) Observasi perkembangan bintik-bintik
merah di kulit, keringat dingin, kulit
lembab dan dingin serta tanda-tanda - menghindari kondisi yang lebih buruk
sianosis

4) Bila terjadi syok hipovolemik, - mengistirahatkan saluran pencernaan


baringkan pasien dalam posisi datar untuk sementara selama perdarahan dari
saluran cerna
5) Segera puasakan pasien bila terjadi
perdarahan saluran pencernaan - keterlibatan keluarga sangat membantu
tim perawatan untuk segera melakukan
6) Anjurkan pada pasien dan keluarga tindakan yang tepat
untuk segera melapor jika ada tanda-
tanda perdarahan - untuk menggantikan volume dan
komponen darah yang hilang dan untuk
memenuhi keseimbangan cairan tubuh
7) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian tranfusi dan cairan parenteral - mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah

8) Kolaborasi dengan petugas


laboratorium dalam pemeriksaan
trombosit, hematokrit dan hemoglobin

Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh yang berhubungan - untuk menentukan intervensi yang
dengan intake nutrisi yang tidak sesuai dengan kondisi pasien
adekuat
1) Kaji keluhan mual, muntah dan - mengetahui masukan nutrisi pasien
anoreksia yang dialami pasien

2) Kaji pola makan pasien, catat porsi - mengetahui kecukupan nutrisi pasien
makan yang dihabiskan setiap hari
- mencegah pengosongan lambung
3) Timbang berat badan pasien setiap
hari
- antiemetik untuk mengatasi mual dan
4) Anjurkan kepada orang tua untuk muntah, vitamin untuk meningkatkan
memberikan makan dalam porsi kecil selera makan dan daya tahan tubuh pasien
tetapi sering

5) Kolaborasi dengan dokter dalam


pemberian therapy antiemetik dan
vitamin
Intoleransi aktivitas yang
berhubungan dengan kelemahan fisik - mengetahui kemampuan pasien dalam
1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas
beraktivitas
- memberikan dorongan kepada pasien
2) Libatkan keluarga/orang tua dalam dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien
- agar klien berpartisipasi dalam
3) Anjurkan mobilisasi secara bertahap perawatan diri
sesudah demam hilang sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien

4) Bantu pasien dalam memenuhi - bantuan yang tepat perlu dilakukan agar
kebutuhan sehari-hari jika pasien belum pasien tidak memaksakan diri
mampu sendiri beraktivitas sementara dirinya belum
mampu sehingga kelelahan pasien dapat
dihindari
Kebutuhan pembelajaran mengenai
kondisi, prognosis dan program - memberikan infrmasi kepada pasien /
pengobatan mengenai penyakit DHF keluarga, perawat perlu mengetahui
yang berhubungan dengan kurangnya sejauh mana informasi atau pengetahuan
pemajanan informasi tentang penyakit pasien serta kebenaran
1) Kaji tingkat pengetahuann pasien dan informasi yang telah didapatkan pasien /
keluarga tentang penyakit DHF keluarga sebelumnya

- agar perawat dapat memberikan


penjelasan sesuai dengan tingkat
pendidikan mereka sehingga penjelasan
2) Kaji latar belakang pendidikan pasien dapat dipahami dan tujuan yang
dan keluarga direncanakan tercapai

- agar informasi dapat diterima dengan


mudah dan tepat sehingga tidak terjadi
3) Jelaskan tentang pengertian, sebab,
kesalahpahaman dan dengan
proses penyakit, tanda dan gejala, cara
menggunakan leaflet dan gambar
pencegahan dan pengobatan serta
penjelasan yang diberikan dapat dibaca
komplikasi dengan menggunakan gambar
dan dilihat berulang-ulang
dan leaflet dan dengan kata-kata yang
mudah dipahami - mengurangi kecemasan dan memotivasi
pasien untuk kooperatif selama masa
4) Berikan kesempatan kepada pasien / perawatan atau penyembuhan
keluarga untuk bertanya sehubungan
dengan penyakit yang dihadapinya dan
jawab pertanyaannya
5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau
tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif
/ evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat
setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan
yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
a. Suhu tubuh normal.
b. Kekurangan volume cairan vascular tidak terjadi dan pasien tidak mengalami
kekurangan
volume cairan.
c. Syok hipovolemik tidak terjadi, pasien tidak mengalami perdarahan yang
berlebihan seperti
hematemesis, melena, perdarahan gusi, epistaksis dan ptekiae.
d. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
e. Aktivitas dan latihan pasien dapat dilakukan secara mandiri
f. pengetahuan pasien / keluarga tentang kondisi, prognosis dan program pengobatan
penyakit
DHF bertambah
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari
DHF adalah nyamuk Aedes a, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan
untuk memutuskan rantai penyakit:
1. Tanpa insektisida:
a. menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali.
b. menutup penampungan air rapat- rapat.
c. membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan
nyamuk bersarang.
2. dengan insektisida:
a. malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan fogging/pengasapan.
b. abate untuk membunuh jentik nyamuk denan cara ditabur pada bejana- bejana
tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.

4.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi
dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk
tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan keperawatan bayi dan anak ( untuk perawat dan bidan)

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media
Aesculapius.

http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_6163.html
http://belajaraskep.blogspot.co.id/2012/04/askep-anak-pada-pasien-dengan-demam.html
http://www.pharesjaunes.com/2016/01/gejala-virus-zika.html
http://neoaskep.blogspot.co.id/2016/01/inilah-virus-zika-pada-wanita-hamil.html
Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF edisi 1. Jakarta : EGC

● Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka

● Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
http://bix-popitod.blogspot.co.id/p/enzim-dan-protein.html
http://www.alodokter.com/virus-zika

You might also like