Professional Documents
Culture Documents
1
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Daftar Isi
Pengenalan Mineral ....................... …………………………………………… 3
Pengenalan Batuan Beku ................................................................................... 13
Pengenalan Batuan Sedimen .............................................................................. 19
Pengenalan Batuan Metamorf ........................................................................... 30
Profil Tanah......................................................................................................... 35
2
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PENGENALAN MINERAL
TUJUAN PRAKTIKUM
Agar praktikan dapat mengenal dan memeri (mendiskripsi) mineral-mineral
pembentuk batuan atas dasar sifat-sifat fisiknya.
DASAR TEORI
Mineral adalah benda bentukan alam, biasanya bersifat padat, mempunyai struktur
dalam dan komposisi kimia (anorganik) tertentu dengan variasi komposisi kimia yang sangat
terbatas. Komposisi kimia dan struktur dalam yang tertentu mengakibatkan mineral mempunyai
sifat fisik tertentu pula, termasuk kecenderungan membentuk pola geometri tertentu atau
berbentuk kristal.
Dari 2000 mineral yang telah dijumpai, hanya beberapa mineral saja yang banyak dijumpai
sebagai mineral pembentuk batuan (lihat tabel Ia).
Sifat-sifat fisik yang perlu diperhatikan dalam memeri mineral-mineral tersebut antara
lain: warna, kilap, belahan, pecahan dan bentuk (yang dapat diamati dengan bantuan kaca
pembesar dengan perbesaran 10 kali), cerat, kekerasan dan berat jenisnya.
Warna Mineral
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, tetapi tidak dapat
diandalkan di dalam pemrian mineral, karena satu macam mineral dapat berwarna lebih dari
satu, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoranya. Sebagai contoh, kwarsa
dapat berwarna puth susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau deikian ada
beberapa mineral yang berwarna khas, seperti olivin berwarna hijau pucat, galena berwarna
abu-abu, azurit berwarna biru dan malasit berwarna hijau.
3
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Cerat
Yang dimaksud cerat ialah warna serbuk halus suatu mineral. Cerat dapat dipakai
sebagai penciri suatu mineral, karena walaupun warna mineral beraneka ragam maka ceratnya
selalu tetap. Untuk mendapatkan cerat, mineral digoreskan pada permukaan perselin yang tidak
diberi lapisan pengkilap (unglazed) atau disebut keping cerat (streak plate). Perlu diperhatikan
bahwa cerat yang dilihat terutama untuk mineral-mineral yang berkekerasan kurang dari 6 skala
Mohs.
Kilap
Kilap ialah kenampakan permukaan mineral yang segar didalam memantulkan cahaya .
Secara garis besar kilap mineral dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kilap logam, nampak seperti permukaan logam yang telah digosok.
b. Kilap bukan logam yang dibedakan menjadi beberapa :
c. Kilap tanah (permukaan suram seperti tanah)
d. Kilap minyak (permukaan seperti minyak)
e. Kilap sutera
f. Kilap kaca (permukaan seperti kaca)
g. Kilap intan (permukaan sangat mengkilap)
Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan suatu mineral terhadap goresan. Sifat ini sangat
berhubungan erat dengan struktur kristal dan ikatan atomnya. Untuk mengukur kekerasan nisbi,
dua mineral digoreskan, maka mineral yang lebih keras akan menggores mineral yang lebih
lunak.
Guna kepentingan pemerian mineral, tolok ukur kekerasan telah dibuat. Tolok ukur tersebut
oleh Friedrich Mohs dari Jerman yang dikenal sebagai Skala Mohs yang terdiri dari 10
kekerasan tidak seragam. Sebagai contoh bila diambil nilai mutlaknya maka kekerasan intan
akan 42 kali kekerasan talkum.
Kekerasan itu sendiri dipengaruhi oleh keanekaragaman komposisi (kimia) mineral, sehingga
mengakibatkan mineral yang sama kadang-kadang lebih keras atau lebih lunak daripada
kekerasan normalnya. Dianjurkan didalam melakukan pengukuran kekerasan dilakukan pada
permukaan yang segar/tidak lapuk.
4
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Belahan
Kekuatan ikatan atom didalam struktur kristal tidak seragam kesegala arah, apabila
mineral dikenai gaya (pukulan) maka mineral akan pecah sesuai dengan arah ikatan atom yang
lemah. Ikatan atom yang lemah biasanya membentuk suatu bidang, sehingga belahan selalu
membentuk bidang yang rata. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belaha akan
nampak berjajar teratur dan mempunyai arah tertentu.
Arah bidang belah bisa 1 arah (mika), 2 arah (felspar, pirksen, amfibla), 3 arah (galena, kalsit,
dolomit), 4 arah (fluorit) dan 6 arah (spalerit). Pada gambar (Gamb.1) dibawah memperlihatkan
hubungan struktur dalam kristal dan belahan pada mineral piroksen dan amfibola.
Perlu diperhatikan perbedaan antara bidang belah dengan muka kristal. Bidang belah
terjadi karena terdapat bidang ikatan lemah di dalam struktur kristal, sedang muka-muka kristal
merupakan cerminan geometri struktur kristal.
PECAHAN
Beberapa mineral mempunyai tenaga pengikat atom di dalam struktur kristal
sangat kuat, sehingga bidang belah tidak tampak dan mineral tersebut akan cenderung
pecah menuruti pola yang tidak teratur. Pecahan yang tidak teratur ini disebut pecahan.
5
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Perbedaan pecahan dan belahan dapat dilihat dari sifat permukaannya dalam
memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat
memantulkan sinar seperti pada cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan
sinar ke segala arah.
Jenis pecahan yang banyak dijumpai adalah :
Pecahan kerang (conchoidal): pada permukaan pecahan nampak bergelombang
memusat, seperti kenampakan kulit kerang atau botol yang pecah sebagai
permukaannya.
Pecahan berserat/berserabut (splintery/fibrous) : bila pada permukaan pecah
nampak gejala serabut seperti batang bambu atau kayu yang patah.
Pecahan rata (even): bila permukaan pecahan nampak rata. Pecahan rata ini
biasanya merupakan bidang belahannya.
Pecahan tidak rata (uneven/irreguler): bila permukaan pecahan nampak tidak
rata, seperti permukaan bata yang pecah.
Suatu jenis mineral tertentu dapat mempunyai belahan dan pecahan, mineral lain
hanya mempunyai belahan saja dan yang lain hanya mempunyai pecahan saja.
BENTUK
Secara garis besar dapat dibedakan bentuk teratur (kristalin) dan bentuk tidak
teratur (amorf). Bentuk Teratur dikendalikan oleh sistem kristalnya.
Sistem kristal tersebut :
Kubik
Hexagonal
Trigonal
Tetragonal
Ortorombik
Monoklin
Triklin
6
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
CONTOH
SISTIM SUMBU CONTOH BENTUK KRISTAL
MINERAL
Pirit
Intan
Galena
Halit
Fluorit
KUBUS
= = = 90
a=b=c
Casiterit
Zirkon
TETRAGONAL
= = = 90
a=b c
Grafit
Apatit
Kwarsa
HEXAGONAL
= = = 120 = 90
a=bc
Calsit
Magnesit
Siderit
Kwarsa
Ilmenit
Dolomit
Turmalin
TRIGONAL
= = = 120 = 90
a=bc
7
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Serisit
Anhidrit
Olivin
Topas
Ortorombik
= = = 90
a b c
Azurit
Malasit
Gipsum
Amfibola
Mika
Monoklin
= = 900; 90
a b c
Albit
Anortit
Triklin
90
a b c
Catatan :
Walaupun mineral berbentuk teratur, keraturannya tidak selalu dikendalikan oleh sistem
kristalnya, tetapi dapat terkendali oleh belahannya. Sebagai contoh adalah kelompok mika yang
bersistem monoklin. Bila terdapat hal-hal seperti itu dan hal tersebut sangat membantu
pemerian mineral, maka kenampakan yang menyolok tersebut dapat dimasukkan sebagai
bentuk mineral. Bentuk tersebut dapat berupa: lembaran (mika), berserat (serpentin, asbes).
8
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
9
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Kuning Hitam
Kristal kubus, PIRIT
(kekuni- 6-6, 5 kehijaua Jarang (?) - 5
agregasi:granul Fe.S2
ngan n
Hitam
Kuning Kadang-kadang KALKOPIRIT
4 kehijau- - - 4,3
emas nampak noda ungu. Cu Fe S2
hijauan
Abu-abu
GALENA
perak 2,5 Abu-abu 3 arah - 7,6 -
Pb S
Permukaan terasa
Kadang-
Abu-abu berminyak –Dapat GRAFIT
kadang 1 Hitam - - 2
logam untuk menulis C.
pudar
kertas.
10
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
11
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KETERANGAN
GAMBAR
Warna
Cerat
Kilap
Kekerasan
Belahan
Pecahan
Berat Jenis dan Kerapatan
Kemagnitan
Daya Hantar Panas
Indeks Bias
Daya Simpan Cahaya
Bentuk Kristal
Keterangan
Nama
Warna
Cerat
Kilap
Kekerasan
Belahan
Pecahan
Berat Jenis dan Kerapatan
Kemagnitan
Daya Hantar Panas
Indeks Bias
Daya Simpan Cahaya
Bentuk Kristal
Keterangan
Nama
Warna
Cerat
Kilap
Kekerasan
Belahan
Pecahan
Berat Jenis dan Kerapatan
Kemagnitan
Daya Hantar Panas
Indeks Bias
Daya Simpan Cahaya
Bentuk Kristal
Keterangan
Nama
12
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Agar praktikan dapat mengenal, memeri dan memberi nama batuan beku atas
dasar sifat kimia dan ciri fisiknya dengan cepat.
2. DASAR TEORI
Batuan ialah kumpulan (agregasi) mineral yang terbentuk oleh alam, baik yang
sudah mengalami konsolidasi sehingga keras ataupun yang lunak dan sebagai
pembentuk kulit bumi. Atas dasar terbentuknya / cara terjadinya, batuan dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
Batuan beku
Batuan sedimen / endapan
Batuan metamorf / malihan
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma,
baik dipermukaan bumi atau dibawah permukaan bumi. Klasifikasi batuan beku pada
umumnya didasarkan atas dua komponen, yaitu komposisi mineral dan teksurnya.
Dari komposisi mineral dapat ditafsirkan komposisi magma asal dan dari tekstur dapat
ditafsirkan sejarah pendinginan magmanya.
13
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
14
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
15
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
3. CARA KERJA
Perhatikan dengan baik contoh batuan dan tentukan warna batuan secara
keseluruhan.
Tentukan sifat kimia batuan dengan cara menentukan jumlah prosentase (%)
mineral gelap, sehingga dapat ditentukan bahwa batuan :
Asam, bila sedikit mineral gelapnya, umumnya berwarna cerah.
Sedang, bila mineral gelapnya hampir 50%, umumnya bearwarna abu-abu
gelap.
Basa bila mineral gelapnya lebih dari 70 %, tetapi masih dijumpai beberapa
mineral cerah, berwarna gelap bahkan hitam.
Ultra basa apabila batuan hampir seluruhnya tersusun oleh mineral gelapnya,
berwarna sangat gelap.
Tentukan tekstur batuan dengan melihat keseragaman ukuran butir terlebih
dahulu, kemudian ukuran butirnya, apakah kasar atau sangat halus.
Hasil pengamatan 1 s/d 3 masukkan dalam tabel sehingga dapat ditentukan
nama batuannya. Untuk penamaan batuan beku yang bertekstur afanitik
ataupun porfiro afanitik biasanya agak sulit, maka senagai pegangan :
Bila kwarsa atau ortoklas tampak sebagai mineral sulung, nama batuannya
Rhyolit
Bila amfibola (hornblende) tampak sebagai mineral sulung, nama batuannya
andesit.
Bila piroksen atau olivin tampak sebagai mineral sulung, nama batuannya
basalt.
16
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Ultra Basa
Sifat Kimia Asam (Felsik) Sedang (intermediate) Basa (mafic)
(ultra mafic)
orthoklas
kwarsa plagioklas
Komposisi Mineral piroksin
muskovit olivin
biotit
hornblend
Warna
Cerah Sedang (kelabu) Gelap Sangat Gelap
Tekstur
Peridotit
Fanerik (kasar) Granit Granodiorit Diorit Gabro
Piroksinit
Faneroporfiritik Granit porfir Mikrodiorit Diorit porfir Gabro porfir
Porfiritik
Porfiroafanitik Rhyolit porfir Dasit porfir Andesit porfir Basalt porfir
Afanitik (halus)
Afanitik (halus) Rhyolit Dasit Andesit Basalt
Komposisi
Terutama dari gelas vulkanik
Tekstur
Amigdaloidal Obsidian
Glassy Skoria
Vesikular Pumis
17
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
18
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Agar praktikan dapat memeri (mendiskripsi), mengklasifikasikan dan memberi nama
batuan sedimen berdasarkan sifat fisiknya.
2. DASAR TEORI.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil litifikasi (pembatuan) hancuran
batuan lain atau larutan kimiawi, atau pertumbuhan binatang pada suatu lingkungan
pengendapan. Dalam pengertian batuan, litifikasi tidak harus menghasilkan batuan yang keras.
Proses litifikasi diawali transportasi material, sedimentasi, kompaksi, sementasi dan litifikasi.
Lingkungan pengendapan yang dimaksud tidak harus di air, tetapi dapat juga di darat.
Kalau dilihat dari proses pembentukan batuan sedimen, maka komposisi batuan
sedimen terdiri atas :
pecahan batuan (detritus)
mineral
fosil ( sisa kehidupan)
Klasifikasi batuan sedimen didasarkan atas tekstur, dimana tekstur tersebutmerupakan
pencerminan proses pembentukan (asal muasal) batuan sedimen. Berdasarkan cara
terbentuknya, batuan sedimen diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
batuan sedimen klastik
batuan sedimen non klastik
Batuan Karbonat
19
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Struktur
Dalam batuan sedimen ini terdapat berbagai kenampakan susunan butir
(struktur), yang disebut sebagai struktur sedimen. Struktur ini terbentuk bersama-sama
dengan berlangsungnya pembentukan batuan sedimen tersebut, atau dikenal dengan
struktur primer. Struktur yang sering dijumpai pada batuan sedimen adalah :
20
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Struktur berfragmen :
Adalah struktur yang menunjukkan adanya perbedaan ukuran butir dan jenisnya.
Dimana hal ini mencirikan adanya pencampurab material saat sedimentasi berlangsung.
Dalam struktur ini akan dijumpai fragmen, matriks dan semen.
Struktur berfosil
Bila nampak adanya fragmen fosil dalam batuan tersebut. Fosil tersebut
bermacam-macam.
Struktur kompak
Bila tidak dijumpai lapisan lapisan dan ternayata ukuran butirnya seragam atau
hampir seragam.
21
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Struktur
Struktur batuan sedimen nonklastik pada umumnya ditentukan oleh komposisi kimia
dan lingkungan pendendapan. Struktur batuan non klastik yang umum dijumpai adalah struktur
masif. Struktur lain yang sering dijumpai adalah :
Nodul (bentuk membulat panjang)
Konkresi (bulat tidak teratur)
Bended (berlapis karena perbedaan warna)
22
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Batuan Karbonat
Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material
karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan
atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986). Bates & Jackson
(1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya
adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan
batugamping, menurut definisi Reijers & Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung
kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan
batugamping.
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat
lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral mengandung CO3 dan satu
atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya, mineral karbonat adalah kalsit
(CaCO3) dan dolomit (CaMg (Co3)2). Batuan karbonat umumnya terdiri atas
batugamping (kalsit sebagai mineral utama) dan batudolomit (dolostone). Umur batuan
ini sangat bervareasi mulai dari pra-Kambrium sampai Kuarter. Batuan karbonat pra-
Kambrium dan Paleosen umumnya dikuasai oleh batudolomit. Di alam batuan karbonat
menempati 1/5 – 1/4 dari seluruh catatan stratigrafi dunia. Sekitar 40 % dari minyak
bumi dan gas dunia diambil dari batuan karbonat. Reservoar karbonat di Timur Tengah
merupakan salah satu contoh reservoar karbonat dengan produksi migas yang besar.
Sedimen karbonat, yang dijumpai di dunia, kebanyakan terbentuk pada lingkungan laut
dangkal dan beberapa di antaranya terbentuk di daerah teresterestrial, tetapi laut
dangkal tropis. Indonesia merupakan daerah yang mempunyai sedimen karbonat
melimpah.
Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan
yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut,
organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami
transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan
pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang
lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit
berubah menjadi dolomite). Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut
terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.
Komposisi Batuan Karbonat
Menurut Tucker (1991) komponen penyusun batugamping dibedakan atas non
skeletal grain, skeletal grain, matrix, dan cement.
23
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Pellet, Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips
dengan komposisi CaCO3. Secara genetic pellet merupakan kotoran dari
organisme.
Agregat dan Intraklas. Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam
butiran karbonat yang tersemen bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau
tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas ialah fragmen dari
sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat
pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/ tidal flat.
4). Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi
rongga pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa
kalsit, silika, sulfat atau oksida besi.
24
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Fasies Shelves
Fasies Shelves (shelf) lokasi pengendapan karbonat relatif sempit ratusan meter
sampai beberapa km saja). Endapan karbonat pada daerah ini dicirikan dengan
adanya break slopepada daerah tepi paparan, terdapatnya terumbu dan sand
body karbonat. Kompleks terumbu pada fasies ini terbagi menjadi : Fasies
terumbu muka (Force reef), inti terumbu (reef core) dan terumbu belakang (back
reef).
25
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
26
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
CARA KERJA
Amatilah contoh batuan dengan baik dan tentukan warnanya.
Tentukan tekstur batuan sedimen, apakah klastik atau nonklastik, berdasarkan ciri
masing-masing tekstur.
Apabila mempunyai tekstru klastik, tentukan ukuran butirnya. Kalau ukuran butirnya
lebih dari 2 mm, anda harus menentukan butirnya, apakah membulat atau meruncing.
Setelah tahu ukuran butirnya tentukan komposisinya, apakah bersifat karbonatan atau
tidak. Untuk menentukan karbonat atau tidak, gunakan larutan HCL, apabila bereaksi
berarti mempunyai komposisi karbonat, Karena batasan batu gamping atau tidak
ditentukan dari jumlah karbonat yang mencapai 50 %, maka dapat dibantu dengan
mengamati warna batuan. Apabila berwarna putih, putih kekuningan sampai
kecoklatan, maka dapat anda anggap batuan tersebut adalah batu gamping.
Apabila bertekstur non klastik maka anda tidak perlu menentukan ukuran butir, tetapi
cukup menentukan ukuran kristal apakah halus, sedang atau kasar dan komposisi
mineral.
Dari diskripsi nomor 1 s/d 5 kemudian masukkan dalam tabel klasifikasi sehingga
diketahui namanya.
27
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Kalsirudit
meruncing : breksi BATUAN KARBONAT
Butiran
2-64 - Kalsit - Dolomit
kasar
- Aragonit
Aranaceous
0,062-0,004
Lutaceous /
Batu napal
Halus mudstone Batulanau
Butiran - Shale (Batu > 50% butiran sangat halus Kalsilutit - Gambut - Lignit
>0,004 sangat lumpur berlapis Batulempung - Batubara
halus
28
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
29
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2. Dasar Teori
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan
yang telah ada lebih dahulu. Proses metaforfisme (rekristalisasi) adalah proses perubahan
mineral dan tekstur/ struktur batuan dalam keadaan padat akibat perubahan tekanan dan suhu
yang tinggi didalam kerak bumi. Pada metaforfisme tidak terjadi perubahan komposisi kimia
yang berarti, kecuali penambahan atau pengurangan unsur H (hidrogen) dan O (Oksigen) dalam
bentuk H2O (air) atau OH (hidroksil).
Berdasarkan proses pembentukan, metaforfisme dapat dibedakan atas :
Metaforfisme sentuh : metaforfisme yang terjadi akibat intrusi magma. Perubahan
yang terjadi terutama akibat adanya perubahan temperatur yang tinggi.
Metaforfisme regional : metaforfisme yang terjadi pada daerah luas akibat
pembentukan pegunungan (orogenesa). Batuan yang termetaforfisme adalah batuan
yang tertimbun sangat dalam, terpanasi dan terubah oleh pelipatan atau patahan.
Metaforfisme dinamik : metaforfisme yang terjadi pada daerah yang mengalami
dislokasi intensif, biasanya berdaerah sempit, misal akibat patahan.
Komposisi Mineral
Mineral pada batuan metamorf dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
Mineral yang bertahan terhadap proses metaforfisme, sehingga baik komposisi
maupun strukstur kristal relatif tetap.
Mineral baru yang terbentuk selama atau akibat metaforfisme.Sebagai contoh,
kwarsa adalah mineral yang sangat stabil, sehingga mampu bertahan terhadap
proses metaforfisme( kondisi yang baru) dan oleh sebab itu kwarsa tetap hadir
pada batuan metamorf. Dilain hal, hornblende dan piroksin akan berubah menjadi
mineral lain selama proses metaforfisme, sesuai dengan kondisi yang baru.
Mineral yang umum dijumpai didalam batuan metamorf :
1. Kwarsa 6. Muskopit
2. Kalsit 7. Garnet
3. Feldspar 8. Staurolit
4. Klorit 9. Kyanit
5. Biotit 10. Sillimanit
30
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
5. Aktinolit
31
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
b. Non Foliasi
Batuan yang tersusun oleh mineral-mineral yang tidak menunjukkan penjajaran.
Penamaan batuannya biasanya didasarkan atas komposisi mineral yang dominan dan ciri
khusus.
Selain kedua struktur tersebut, beberapa batuan metamorf mempunyai struktur transisi
antara strktur foliasi dan non foliasi. Hal ini disebabkan metaforfisme yang berlangsung tidak
sempurna. Batuan-batuan ini umumnya masih menunjukkan struktur batuan asal, kalau berasal
dari batuan beku, maka struktur batuan beku masih terlihat.
3. Cara Kerja
Amatilah contoh batuan metamorf dengan baik , catat warnanya.
Amatilah susunan mineral (struktur) yang ada, apakah menunjukkan penjajaran
(foliasi) atau tidak (non foliasi).
Apabila mempunyai struktur foliasi, lihatlah ukuran butirnya, apakah termasuk
aksar, sedang atau halus. Tentukan apakah gneissic, schistose atau yang lainnya.
Kemudian tentukan komposisi mineralnya.
Apabila mempunyai struktur non foliasi, lihatlah ciri-ciri yang ada dan tentukan
komposisi mineralnya.
Setelah mengetahui ciri-cirinyatentukan nama batuan yang anda diskripsi sesuai
dengan tabel yang ada.
32
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Amphibole
Warna kemerahan, banyak
Piroksin
Sangat kasar > 60 Migmatitic Migmatit
Feldspar
feldspar dan kuarsa
Gneiss kuarsa & felspar berseling,
Kasar 2-60 Gneissic
Genes kaya mika
Mika
Kwarsa
Schist Foliasi bergelombang, batuan
Foliasi
Sedang 0.06-2 Schistose
Sekis tipis
Klorit
Pnyllite Warna kelabu- kehjauan,
Halus 0.06-0.02 Phyilitic
Filit belahan tidak berkembang
Slaty Slate Warna kelabu-kehitaman, kilap
Sangat halus < 0.02
Cleavage Batusabak suram
Kasar Brecciated Batuan asal, kl, kw, klst Breksi sesar Seperti breksi
Sedang Liniation Amphibole, kwarsa Amphibolit Hitam kehijauan
Halus Mylonitic Min. lmp., kl, klst, kw Mylonite Halus, kehijauan
Kwarsa Kwarsit Keras, warna beraneka
Kwarsa, mika Hornfels Warna gelap, butir halus
Dolomit, Kalsit Marble bereaksi dengan HCl, warna
Non - Foliasi
33
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
GAMBAR KETERANGAN
Warna
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Ciri Khas
Nama
Warna
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Ciri Khas
Nama
Warna
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Ciri Khas
Nama
Warna
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Ciri Khas
Nama
Warna
Tekstur
Struktur
Komposisi Mineral
Ciri Khas
Nama
34
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PROFIL TANAH
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Agar mahasiswa dapat memahami proses pembentukan tanah dan mendiskripsi (memeri)
profil tanah.
2. DASAR TEORI
Tanah mempunyai berbagai pengertian tergantung dari disiplin ilmu yang memandang. Bagi
ahli bidang pertanian, pengertian tanah adalah material di permukaan bumi yang memungkinkan
tanaman tumbuh. Bagi ahli teknik sipil, tanah merupakan bagian permukaan bumi yang dapat digali
tanpa melakukan peledakan, sedangkan bagi ahli geologi tanah merupakan hasil pelapukan batuan
yang belum mengalami pengangkutan.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat diambil pengertian umum, bahwa tanah
merupakan hasil pelapukan batuan yang dapat digali tanpa menggunakan peledakan dan
memungkinkan tanaman untuk tumbuh.
Dilihat dari cara terbentuknya tanah dapat dibedakan menjadi dua macam :
Tanah insitu (residual soil), yaitu tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan
masih berada di bagian atas batuan induknya. Tanah jenis ini pada umumnya mempunyai
perubahan warna dan tekstur secara gradual, dari bawah ke atas. Namun, beberapa macam
batuan meampunyai warna dan tekstur yang berubah secara mencolok, misalnya pada
batugamping.
Tanah terangkut (transported soil), yaitu tanah yang telah berpindah dari tempat asal
pembentukannya. Tanah jenis ini pada umumnya mempunyai perbedaan warna, struktur
dan tekstur yang mencolok dengan batuan atau tanah disekitarnya. Dalam pengertian
geologi tanah jenis ini sudah dimasukkan dalam batuan sedimen. Meskipun belum
terkonsolidasi.
Tanah vulkanik (vulkanik soil) adalah tanah yang terbentuk oleh hasil letusan gunungapi.
Ketebalan atau profil tanah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : macam batuan
induk, morfologi atau lereng, iklim dan kegiatan manusia yang berada diatas tanah. Profil tanah yang
ideal terdiri dari empat horison seperti yang digambarkan pada gambar dibawah. Di Indonesia, profil
tanah yang ideal jarang dijumpai, karena iklim di Indonesia memungkinkan proses pembentukan
tanah sangat cepat.
35
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
3. CARA PRAKTIKUM
Pada praktikum kali ini, mahasiswa ditugaskan untuk mencari singkapan profil tanah
di lapangan. Singkapan profil tanah mudah dijumpai pada tebing sungai terutama
sungai yang mengalir diatas batuan dasar atau lembah yang sangat curam. Setiap
kelompok lokasinya berbeda dan dapat memilih sendiri.
Singkapan tanah yang dijumpai, dibuat sketsa profil tanahnya dan bila perlu diambil
gambarnya dengan kamera. Dalam mengambil gambar dengan kamera supaya
digunakan pembanding, misalnya dengan meteran atau oeang yang sedang berdiri.
Dari singkapan profil tanah yang dijumpai, catatlah horison yang dijumpai, ketebalan
masing-masing horison, wara, kandungan organik atau ada tidaknya akar tanaman,
ukuran butir dominan dan beberapa hal lain yang dianggap perlu. Apabila batuan
dasarnya tersingkap, diskripsilah batuan dasarnya sesuai dengan cara mendiskripsi
batuan (acara 2 – 4).
36