Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKERIN
Lembar Pengesahan Laporan Praktek Kerja Lapangan di Satuan Kerja Quality Control
di PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. Persero UBPE Pongkor, Bogor.
Disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Tugas Prakerin Program Keahlian
Kelas XI PT 1 SMK Dharma Bhakti 1 Jambi Jurusan Geologi Pertambangan.
GEOLOGI PERTAMBANGAN
Mengetahui,
KEPALA SEKOLAH KETUA JURUSAN
SMK DHARMA BHAKTI 1 JAMBI GEOLOGI PERTAMBANGAN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga penyusunan Laporan PKL Geologi Pertambangan ini dapat diselesaikan.
Laporan ini disusun dengan judul “LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PT ANTAM Tbk. UBPE
PONGKOR”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi Penilaian Sekolah mata Jurusan Geologi Pertambangan serta
untuk memperdalam materi yang telah dipelajari selama ini. Dan semoga Laporan ini dapat memberi
motivasi bagi Penyusun khususnya dan Siswa Geologi Pertambangan pada umumnya.
1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan Karunianya sehingga Penyusun dapat
menjalankan Praktek Kerja Lapangan dan menyusun Laporan PKL ini dengan sempurna.
2. Bapak Kepala Sekolah SMK Dharma Bhakti 1 Jambi.
3. Ibu Ernie Eryawanti, S.T. Ketua Jurusan Geologi Pertambangan SMK Dharma Bhakti 1 Jambi.
4. Bapak / Ibu Guru Jurusan Geologi Pertambangan SMK Dharma Bhakti 1 Jambi.
5. Bapak / Ibu Guru Pembimbing SMK Dharma Bhakti 1 Jambi.
6. Pimpinan Perusahaan yang telah mengizinkan Penyusun untuk melaksanakan PKL di Kantor
dan Lapangan PT ANTAM. Tbk UBPE PONGKOR, Bogor.
7. Seluruh Staf Grade Control, Geotech, dan Pengukuran selaku Pembimbing.
8. Bapak - Bapak Pengawas di kantor / di tambang PT ANTAM. Tbk UBPE PONGKOR, Bogor.
9. Orang Tua yang selalu memberikan bantuan dukungan dan doa selama pelaksanaan PKL.
10. Teman - Teman Jurusan Geologi Pertambangan yang membantu dalam penyusunan Laporan
Praktek Kerja Lapangan.
Laporan yang telah disusun ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu Penyusun sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari seluruh pihak sebagai bahan
pembelajaran bagi Penyusun.
Dan Penyusun berharap semoga Laporan PKL Geologi Pertambangan ini dapat bermanfaat serta
menambah pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan bagi Penyusun dan Pembaca. Akhirnya
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf PT. ANTAM Tbk. UBPE Pongkor dan semua
Pihak yang telah membantu dan Siswa/Siswi SMK Dharma Bhakti 1 Jambi sehingga dapat
diselesaikan laporan ini sebagaimana mestinya.
PENYUSUN,
JOHAN EDWART L. H. [3354]
MELANI KOMALA DEWI [3322]
ARI MARIO [3302]
MIA NOVITA SARI [3356]
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. 3
BAB I........................................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 5
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................... 5
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN.................................................................................................................. 6
BAB II....................................................................................................................................................... 8
TINJAUAN PERUSAHAAN ....................................................................................................................... 8
2.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN .................................................................................................. 8
2.2 SEJARAH PERUSAHAAN PT ANTAM Tbk...................................................................................... 10
2.3 PRODUKSI PERUSAHAAN ............................................................................................................ 11
2.4 LETAK GEOGRAFIS ....................................................................................................................... 12
2.5 SISTEM VEIN DI DAERAH PONGKOR & SEKITARNYA ................................................................... 12
2.6 KEADAAN GEOLOGI, STRATIGRAFI, TOPOGRAFI DAN MORFOLOGI ........................................... 16
BAB III ................................................................................................................................................... 20
SISTEM PENAMBANGAN ...................................................................................................................... 20
3.1 TAMBANG BAWAH TANAH (UNDERGROUND MINE) ................................................................. 21
3.2 ALAT BERAT TAMBANG BAWAH TANAH .................................................................................... 25
3.3 SIKLUS PRODUKSI DAN DEVELOPMENT ...................................................................................... 26
BAB IV ................................................................................................................................................... 37
QUALITY CONTROL ............................................................................................................................... 37
4.1 GEOTEHNIK (GEOTECH) .............................................................................................................. 37
4.2 PENGAWASAN KADAR (GRADE CONTROL) ................................................................................. 46
4.3 PENGUKURAN (MINE SURVEY) ................................................................................................... 49
LAMPIRAN GAMBAR ............................................................................................................................ 52
BAB V .................................................................................................................................................... 62
PENUTUP .............................................................................................................................................. 62
5.1 PENUTUP ..................................................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 63
BAB I
PENDAHULUAN
2014
LATAR BELAKANG
MAKSUD DAN TUJUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia banyak terdapat kandungan bahan galian. Alangkah baiknya apabila kita memanfaatkan
semaksimal mungkin bahan galian tersebut. Negara Republik Indonesia dikenal memiliki dalam
jumlah yang cukup besar dan beragam berbagai macam sumber daya mineral. Salah satu sumber
daya yang patut diperhatikan adalah logam mulia Emas dan Perak. Beberapa provinsi memiliki
cadangan Emas yang cukup besar sehingga banyak perusahaan besar tertarik untuk melakukan
investasi di dunia pertambangan Emas, namun demikian beberapa daerah juga memilki sumberdaya
Emas tetapi cadangannya tidak terlalu besar sehingga apabila ditambang dengan skala besar
menjadi tidak menguntungkan.
Logam emas merupakan logam yang paling mulia dengan simbol Au, diturunkan dari Bahasa Latin
Aurum yang artinya “Shining Dawn”. Logam emas mempunyai sifat fisika dan kimia yang unik
diantaranya tidak berkarat, mempunyai duktilitas dan malleabilitas melebihi logam-logam lain,
artinya mudah dibentuk menjadi kawat atau lembar-lembar yang sangat tipis. Memilki daya hantar
listrik yang baik, dan sangat tidak reaktif.
Telah diketahui bahwa logam emas pada umumnya selain dipakai sebagai perhiasan,juga dipakai
sebagai alat perukaran diseluruh dunia. Mengingat sifat logam emas yang stabil artinya tidak mudah
bereaksi dan sulitnya memperoleh cadangan emas di dunia ini maka, emas dipakai sebagai
komoditas industry dan akhirnya dipakai untuk menjaga system moneter suatu Negara.
PT ANTAM. Tbk sebagai salah satu industri Pertambangan yang dimiliki BUMN, mengelola dan
memproduksi berbagi macam bahan galian. PT Antam Tbk adalah sebuah pertambangan emas yang
merupakan salah satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi mineral logam di Indonesia.
PT ANTAM. Tbk khususnya yang bergerak dibidang Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) yang
terletak di Gunung Pongkor, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat. Tambang Emas Pongkor adalah satu-satunya tambang bangsa Indonesia yang
diketemukan oleh putra-putra terbaik Indonesia dan dikelola oleh puta-putri Bangsa Indonesia.
Penambangan dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah (Underground Mine) dengan
menggunakan metode “Cut and Fill” dan “Shrinkage Stopping”, dimana alat utamanya adalah Jumbo
Drill, LHD (Load Haul Dump), Wheel Loader, Back Hoe, Dump Truck, Mine Truck, Excavator, dll.
Dalam melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL), didalamnya memiliki berbagai macam tujuan antara
lain :
1. Memenuhi salah satu kurikulum yang ditentukan oleh sekolah yang dilaksanakan dengan
Praktek Kerja Industri.
2. Menerapkan pelajaran teori dan Praktek Jurusan Geologi Pertambangan yang didapatkan di
sekolah dan kemudian diterapkan dilapangan industri.
3. Untuk mendapatkan keterampilan dan pengalaman kerja di perusahaan pertambangan.
Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dengan Profesional yaitu tenaga kerja yang
memiliki kemampuan baik dibidang pengetahuan maupun keterampilan kerja. Mendorong siswa
untuk berjiwa swasta dan mandiri. Untuk mendapat wawasan dan pengalaman sebagai bahan
perbandingan antara teori yang di dapat disekolah dengan di tempat praktek kerja yang
sesungguhnya.
Kegiatan siswa PKL dilapangan bertujuan agar para peserta PKL dapat melihat langsung kegiatan
pertambangan emas di daerah Pongkor dengan masuk langsung ke lokasi tambang untuk
memperoleh penjelasan dari para instruktur dan pembimbing lainnya yang beroperasi di daerah
tersebut.
BAB II
TINJAUAN
PERUSAHAAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2014
LATAR BELAKANG PERUSAHAAN
SEJARAH PERUSAHAAN PT ANTAM Tbk
PRODUKSI PERUSAHAAN
LETAK GEOGRAFIS
SISTEM VEIN PONGKOR
KEADAAN GEOLOGI, STRATIGRAFI,
TOPOGRAFI DAN MORFOLOGI
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN
PT ANTAM Tbk memiliki 9 unit produksi yaitu Penambangan Bauksit di Kijang Pulau Bintan Riau;
Penambangan Nikel di Pulau Gee, Gebe Tanjung Buli dan Pomala, Sulawesi Tenggara; Penambangan
Pasir Besi di Cilacap, Kutoarjo dan Lumajang, Jawa Tengah; dan Penambangan Emas dan Perak di
Pongkor, Bogor dengan nama Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor.
PT Antam didirikan pada tanggal 5 Juli 1968. Kegiatan Penambangan di PT ANTAM Tbk. UBPE
Pongkor menggunakan Sistem Penambangan Bawah Tanah (Underground Mine) dengan metode
Cut And Fill. Proses penambangan bawah tanah yang melibatkan kegiatan Penggalian, Pengeboran,
Peledakan, Pengangkutan, dan Penyanggaan jika tidak dikelola dengan baik maka dapat berpeluang
sangat besar untuk terciptanya berbagai permasalahan lingkungan dan keselamatan kerja.
Pendirian UBPE Pongkor ini di mulai ketika PT Aneka Tambang Tbk melalui salah satu unit kerjanya
yaitu Unit Geologi memulai eksplorasi pada tahun 1974 sampai dengan tahun 1981 di daerah
Pegunungan Limbung, sebelah barat Gunung Pongkor, tujuan utamanya adalah mencari cebakan biji
dasar (base metal) yang pada saat itu kebutuhannya masih sangat tinggi. Pada saat Eksplorasi di
daerah Gunung Limbung, akhir tahun 1979, diperoleh informasi adanya Mineralisasi Sulfide Pirit di
daerah Gunung Pongkor. Selanjutnya pada tahun 1981 Team Unit melakukan tinjauan ulang ke
daerah Gunung Pongkor dan menemukan Urat Kuarsa dengan kandungan logam Au(Emas) = 4ppm
dan Ag(Perak) = 126ppm dilokasi pasir jawa. Kemudian tahun 1992, sambil meneruskan daerah
Explorasi, di lakukan Study Kelayakan Tambang dan Perencanaan Tambang. Yang kemudiaan di
lakukan dengan Development.
Kantor Admin
Tambang GD.
HANDAK
Crushing Plant
Kantor Tambang
Tambang Level
Fasilitas Backfill 600 CIURUG
CIURUG
Tambang Level
700, 703 CIURUG
TAHUN KEGIATAN
1909 Penemuan Nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara
1924 Penemuan Bauksit di Bintan, Riau
1935 Produksi Bauksit dimulai di Bintan
1936 Tambang Emas Cikotok ditemukan
Penyulingan Logam Berharga, Logam Mulia, Emas dimulai dan Jasa
1937
Pemurnian Perak
1938 Produksi Nikel skala kecil dimulai di Pomalaa
1962 Produksi Nikel yang penting dimulai di Pomalaa
PT. Antam Persero Tbk didirikan sebagai gabungan dari beberapa
1968 Perusahaan komoditas tunggal milik negara. Tambang dan Kilang menjadi
Aset Antam
1976 FeNi I Smelter memulai operasi komersial
1979 Tambang Nikel di Pulau Gebe, Tenggara Halmahera, operasi dimulai
1981 Unit Geologi, Geomin, menemukan deposit Emas di Pongkor
1994 Memulai Produksi Emas Unit UBPE di Pongkor
1995 Smelter FeNi II memulai operasi komersial
1998 Tambang Nikel di Pulau Gebe, Maluku Utara, mulai diproduksi
2001 Tambang Nikel di Tanjung Buli, produksi dimulai
2004 Penutupan Tambang Nikel Gebe
Pengoperasian Tambang Emas Cikotok dialihkan ke anak perusahaan
2005
Antam
2005 Tambang Nikel Mornopo memulai produksi
2007 Smelter FeNi III mulai beroperasi secara komersial (Lih. Gambar Hal 13)
Sejarah Kegiatan Operasi di PT Antam Persero Tbk
Sejarah keberadaan Tambang Emas Pongkor dimulai dengan dilakukannya ekplorasi logam dasar (Pb
dan Zn) di bagian Utara Gunung Pongkor oleh para Geologiwan Aneka Tambang pada tahun 1974
sampai 1981. Survey pendahuluan yang dilakukan pada tahun 1981 di daerah Pongkor menemukan
endapan urat Kwarsa (quart vein) berkadar 4 gpt (gram per ton) emas dan 126 gpt (gram per ton)
perak. Karena Aneka Tambang sedang memfokuskan pada kegiatan ekplorasi di sekitar Tambang
Cikotok, maka antara tahun 1983 – 1988 kegiatan ekplorasi di Pongkor ditangguhkan, baru pada
tahun 1988 – 1991 dilanjutkan kembali dengan lebih sistematis dan lengkap. Studi kelayakan
kemudian dibuat dan Kuasa Pertambangan Eksploitasi yang pertama dengan nomor KP.DU
893/Jabar seluas 4.058 Ha diperoleh pada tahun 1991. Jalan masuk ke Pongkor sepanjang 12,5 km
dibangun pada tahun 1992 bekerjasama dengan ABRI dalam Program/Proyek AMD (ABRI Masuk
Desa).
Pada tahun 1993 dibangun pabrik yang pertama dengan kapasitas 2,5 ton emas/tahun. Pada tahun
yang sama dibangun pula Tailing Dam.
Pada tahun 1994 dilakukan Commisioning Pabrik Pengolahan Emas dan kemudian Proyek Tambang
Emas Pongkor resmi menjadi Unit Pertambangan Emas Pongkor. Tahun 1997 dilakukan
pengembangan tambang di daerah Ciurug, penambangan disini dilakukan dengan sistem mekanis.
Pabrik yang kedua dibangun sehingga kapasitas produksi menjadi 5 ton emas/tahun.
Tahun 1998 terjadi rusuh massa yang dipicu oleh para Penambang Tanpa Ijin (PETI), pada peristiwa
ini beberapa aset perusahaan dibakar dan operasi perusahaan terhenti selama 10 hari. Tambang
Ciurug mulai produksi tahun 2000 dan pada tanggal 1 Agustus 2000 diperoleh kuasa pertambangan
Ekploitasi yang baru dengan nomor KW 98 PP 0138 seluas 6.047 Ha.
Pada tahun 2000 sejalan dengan restrukturisasi Aneka Tambang Unit Pertambangan Emas Pongkor
berubah menjadi Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.Perubahan ini menandai beralihnya fungsi
unit-unit produksi dari Cost Center (pusat biaya) menjadi Profit Center (pusat laba).
Pada tahun yang sama yaitu tahun 2000 diperoleh sertifikat ISO 9002 yang berkaitan dengan
Manajemen Mutu serta dilakukannya Pembangunan Tunnel di Level 600 – 700 Ciurug, pada tahun
2001 dimulailah proses sertifikat ISO 14000 yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Lingkuangan,
dan pada tanggal 14 Oktober 2002 sertifikat ISO 14001 berhasil diraih oleh UBP Emas Pongkor.
Salah satu keunikan dari Tambang Emas Pongkor adalah keberadaannya yang bersebelahan dengan
Taman Nasional Gunung Halimun dan Hutan Produksi, sehingga memerlukan persyaratan yang lebih
berat untuk perijinannya antara lain diperlukannya rekomendasi Menteri Kehutanan, Menteri
Lingkungan Hidup, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta dari Tim Pengarah yang
beranggotakan Instansi terkait.
PT. ANTAM persero.tbk memiliki Arus Kas yang solid dan manajemen keuangan yang berhati-hati PT.
ANTAM persero.tbk didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara pada tahun 1968 melalui merjer
beberapa perusahaan pertambangan nasional yang memproduksi komoditas tunggal. Untuk
mendukung pendanaan proyek ekspansi feronikel, pada tahun 1997 Antam menawarkan 35%
sahamnya ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1999, PT. ANTAM
persero.tbk mencatatkan sahamnya di Australia dengan status Foreign Exempt Entity dan pada
tahun 2002 status ini ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat.
PT Antam UBPE Pongkor memproduksi Emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung dengan total
produksi Logam Emas sekitar ±5 ton per tahun. Jenis endapan emas yang berada di wilayah tambang
PT Antam UBPE Pongkor adalah jenis Endapan Primer.
Daerah KW 098 PP 0138/Jabar seluas 6.047 Ha disusun oleh daerah pegunungan dengan ketinggian
berkisar antara 300 meter sampai 900 meter dpl. Secara administrative PT. Antam juga memiliki ijin
penambangan dalam bentuk lahan kuasa penambangan (KP DU No. 562/Jabar), di area ini telah
ditemukan tiga unit Veining System yaitu Vein Ciguha Utama, Vein Kubang Cicau, dan Vein Ciurug.
Vein Gunung Pongkor terdiri dari sedikitnya sembilan Vein Subparalel Kuarsa-Adularia-
Karbonat yang kaya akan Oksida Mangan dan Limonit pada Zona Oksidasi dengan Sulfida
yang sangat rendah. Vein tersebut memiliki panjang 740 – 2700m, dengan ketebalan
beberapa meter, kedalaman >200m dan memotong tiga Vulkanik Unit Utama yang
distribusinya menyerupai Kipas.
Komponen bijih utama adalah Pirit, Kalkopirit, Galena, Spalerit, Elektrum, Akantit-Aguilarit
dan Polibasit-Pearsit, dengan sedikit Proustit, Tetrahedrit, dan Stromeyerit/Mckinstryte.
Sedikit Hessite ditemukan oleh (Marcoux & Milesi, 1994). Elektrum dalam bintik-bintik
Amoeboid dan sedikit Uytenbogaardtite merupakan Mineral Pembawa Emas yang paling
penting dan biasanya banyak terdapat sebagai inklusi pada Pirit dan sedikit pada Perak
Sulfosalt. Zona kaya Basemetal ditemukan pada level kedalaman 515m Vein Ciurug-Cikoret.
Kandungan Emas pada Elektrum sekitar 59 wt% (32-84 wt% Au).
Selain Vein Gunung Pongkor itu sendiri, penjelasan harus dibuat mengenai Silica Cap yang
mengandung Sulfide diatas 600 m ke arah utara dan kemiringan Gunung Pongkor ke timur
dan yang berasosiasi dengan Gossan Merah dan Tuff Sineritik Halus Corroded tersilisifikasi.
Kemunculan ini pada batas Kaldera bagian utara hingga barat laut dan merupakan batas
Zona Hidrotermal, yang mengandung Emas dengan kandungan yang rendah (kurang dari 3
ppm). Fasies-fasies ini mencirikan spesifik Vuggy Quartz hingga zona tinggi sistem
Hidrotermal Asam Sulfat. Ini berhubungan dengan Vein yang ditambang tidak dapat
dipungkiri.
Vein Pasir Jawa merupakan Vein Terkecil dan terletak paling Utara (2,5 ton Emas dan 44 ton
Perak, dengan rasio Ag/Au 17,60) dan ditandai dengan kontak antara Andesit dan Tuff “Block
Dan Lapili”. Vein ini mempunyai ketebalan rata-rata 3-4 meter, membesar hingga 10 meter
pada Stope II, teralterasi Argilik kuat, tersusun oleh Banded Kuarsa Putih (Sakaroidal
setempat), Vuggy, dan Kaya Mnox (MOQ Facies, Kuarsa Mangan Oksida), Adularia,
Montmorillonite Merah Muda (open pit), cabang tambahan mempunyai tipe yang menyebar
pada lapisan Epiklastik yang halus. Banding utama terlihat jelas di bagian Hanging Wall
Kuarsa, beberapa tempat ditemukan “Salband” Lempung Hitam, sedangkan bagian Foot
Wall setempat menujukkan tekstur Breccias. Manganese Oksida terkonsentrasi di lapisan
dengan ketebalan beberapa centimeter, atau di kantung-kantung Lentikular dengan
ketebalan beberapa decimeter sampai 1 meter dalam Vein tersebut. Lapisan kuarsa yang
kaya Hematit dan Limonit yang berwarna Abu-Abu Cerah merupakan bagian yang tinggi
kadarnya. Vein menunjukkan Zona Gradasi kuarsa bagian utara, semakin ke selatan
bergradasi dari Zona Kuarsa yang kaya akan Emas, MnOx dan Clay, dan kemudian mengarah
ke Zona Kuarsa-Kalsit yang rendah Au.
3) VEIN CIGUHA
Vein Ciguha merupakan Vein Utama (15 ton Emas dan 190 ton Perak, rasio rata-rata ag/au
12,39) yang saat ini ditambang dengan Stope di level 500 – 550m. Pada permukaan itu
ditandai dengan kuarsa yang tersingkap dengan ketebalan beberapa meter yang
membentuk alternatif Banded Zona Kuarsa, dengan Regular Vuggy atau Contorted Band,
Lapisan Manganiferous membentuk kantung pulverulent (MOQ fasies). Struktur Silica Band
ini menunjukkan bukti adanya pergerakan sinistral serentak dengan pembentukannya
(Offset Dari Veinlet), dan pergerakan Sesar Normal. “Lode” yang sangat tebal (mencapai 6
m), tersingkap di dalam tambang dengan kedalaman 200 meter di bawah singkapan.
“Lode” ini menunjukan Zoning Mineral dengan zona pengendapan Emas dengan Kuarsa-
Limonit-Clay dan Mangan Oksida dibagian utara bergradasi ke arah selatan menjadi Zona
Kuarsa-Kalsit-Mangan Oksida. Urutan ini menghilang ketika Ore berubah menjadi Zona
Karbonat. Oreshot di semua tempat memiliki Pitch ke arah utara.
Pada tepi dari “Lode”, Vein-Vein Kuarsa-Kalsit (dengan/tanpa Kutnohorit) yang Lentikular
terdapat di Footwall Andesitik atau Tufaan.
Pengisi Vein adalah Polifase. Pengendapan mineral pada umumnya dimulai dengan Breksi
Karbonat-Kuarsa (Fasies CQ) berkembang di Footwall yang menujukan Breksi Hidrolik dan
pada struktur Poket Breksia. Kadang-kadang ditemui Alterasi Band Kuarsa-Adularia-
Rhodonite-Rhodocrosite (ketebalan 1 – 10 cm panjang beberapa meter).
Fase Kuarsa Karbonat yang pertama ini (fasies CQ) merupakan pengisi Vein Utama (ekstensi
selatan di level 550m). Pada kondisi tersebut Karbonat memiliki bertekstur Clear Banded.
4) VEIN CIURUG
Vein Ciurug merupakan daerah paling penting, tetapi hanya bisa ditemukan melalui
pemboran. Sangat sedikit tersingkap dalam permukaan (hanya sekitar 500m), tetapi
pemboran menunjukkan bahwa Vein menyebar sepanjang lebih dari 980 m dan kedalaman
300 m dan mengandung 60 ton Emas dan 560 ton Perak dengan rasio rata-rata Ag/Au
sekitar 9, merupakan yang terendah dari Vein Pongkor. Ini dicapai pada Cross Cut pada
tahun 1996. Zona Mineral Subvertikal serupa dengan Vein lainnya.
Ketebalan maksimal Vein ini adalah 7 m, meskipun pada kedalaman setempat mencapai 4 m.
Ini hampir sama dengan Vein yang lain, dengan Fasies Kuarsa, Adularia, Kalsit dan
Disseminated Sulfida yang identik. Pada beberapa tempat Kalsit Putih Massif mencapai
beberapa meter (Zona Vein bagian utara). Mangan Oksida sangat jarang dan terbatas hingga
zona permukaan. Ujung awal Vein pada Intersection Bor tidak menunjukkan Silica Cap atau
Sinter.
Vein Kubang Cicau mengandung 25 ton Emas dan 228 ton Perak, dengan rasio rata-rata
Ag/Au adalah 9,20 dan hampir serupa dengan vein ciguha. Ditunjukkan oleh tekstur Banded
yang sama, dengan tipe Kuarsa, Adularia dan Mangan Oksida yang sama, serta pada skala
struktur Vein, yang menunjukkan Zona Mineral yang sama dengan Zona Kuarsa pada bagian
utara, Zona Kuarsa-Limonite-Clay-Mangan Oksida pada bagian tengah, ke selatan menjadi
Zona Kuarsa Kalsit kemudian Zona Clay, dengan kadar tinggi yang dapat ditemukan pada
Zona Kuarsa Limonit. Kemiringan Ore sangat menunjam ke arah selatan dan paralel dengan
Zona Mineralogi Vein.
Sejarah pengisian Vein identik dengan Ciguha, yang dimulai dengan Veinlet Stockwork
Kuarsa Kalsit dan Breksi Hidrolik, yang umumnya agak tebal (1 – 2m) pada Footwall, dan
berakhir dengan beberapa generasi Kuarsa (fasies MOQ dan BOQ, Kuarsa Sulfide Abu-Abu
(GSQ)), ini merupakan fasies terkaya, dan fase akhir adalah Kuarsa Geodic akhir (LGQ fasies).
pada Open Pit Kubang Cicau, Nugget Perak berasosiasi dengan fasies GSQ yang umumnya
terlihat sebagai titik dengan ukuran 0,2 – 0,8 mm pada rongga garis limonit; sampel
Limonitisasi pada fasies yang sama pada Open Pit Kubang Cicau mencapai mencapai 1200
gr/ton Au dan 1,2 % Ag. Penyebaran ke selatan Vein Kubang Cicau menunjukkan Boxwork
Kalsit acak, seperti pada level 550 Vein Ciguha. Pada awalnya, Stockwork Kalsit Putih dimulai
oleh Alterasi Hidrotermal Klorit dan Sulfide yang intensif yang mengubah Andesit.
Pabrik Smelter FeNi III Milik PT Antam Tbk di Pomalaa, Sulawesi Tenggara
Berikut ini adalah gambar penampang dari 3 Vein Utama di wilayah penambangan ini.
Vein Ciurug
Vein Kubang Cicau
Vein Ciguha
Level 700
Level 600
Level 500
Endapan Emas yang ditambang sendiri lebih tepatnya berada di bawah permukaan Gunung Pongkor.
Untuk memasuki tambang bawah tanah UBPE Pongkor dapat dilakukan melalui dua portal / jalan
utama, yaitu portal level 500 yang menembus vein Ciguha, Kubang Cicau,dan Ciurug. Lalu portal level
600 yang menembus vein Ciurug, kedua level tambang Ciurug tembus (saling berhubungan melalui
Ramp Up / jalan naik Spiral).
Mineralisasi emas dan perak pada daerah pongkor terdapat dalam urat kuarsa maupun zona urat
yang berasosiasi dengan ubahan Propilitasi ( khlorit, serisit, kalsit, dan pirit ), Argilik dan Silisifikasi.
Urat kuarsa yang ditemukan didaerah ini terdiri dari urat Pasir Jawa, Ciguha Timur, Ciguha, Kubang
dan Urat Ciurug dengan memperlihatkan penyebaran sebagai berikut :
a) Urat Pasir Jawa memanjang sekitar 1200 meter dengan lebar antara 2,0 sampai 18 meter dan
arah U 170˚ T kemiringan 70˚ sampai 75˚ kearah barat.
b) Urat Ciguha Timur memanjang 900 meter dengan lebar antara satu sampai 2,5 meter dan arah
U 170˚ T kemiringan 70˚ sampai 85˚ kearah barat
c) Urat Ciguha mempunyai bentangan panjang sekitar 1500 meter dengan lebar antara 1,0
sampai 7,5 meter arah U 142˚ T dengan sudut kemiringan antara 70˚ sampai 85˚ kearah barat.
d) Urat Kubang Cicau merupakan suatu sistim urat atau vein system terdiri dari urat utama
berarah utara – selatan dengan sudut kemiringan antara 65˚ sampai 75˚ kearah Timur dengan
lebar antara 2,0 sampai 10 meter dan beberapa urat lainnya dengan arah antara U 330˚ T
dengan sudut kemiringan 60˚ sampai 70˚ kearah timur. Penyebaran urat ini dapat di ikuti
sepanjang kurang lebih 2500 m.
e) Urat Ciurug memanjang kurang lebih 2500 m dengan arah U 330˚ T sampai U 350˚ T dengan
sudut kemiringan antara 55˚ sampai 70˚ kearah Timur dengan lebar urat antara 2,0 sampai 25
meter.
Perhitungan cadangan dengan metode IDS diperoleh total cadangan probable dari tiga urat utama
yaitu urat Ciguha, urat Kubang Cicau dan Ciurug sekitar 6.022.614 ton dengan kadar Au rata-rata
17,14 gram per ton, dan kadar Ag rata-rata 154,28 gram per ton, sedangkan apabila digunakan
metoda polygon diperoleh total total cadangan probable dari ketiga urat utama sekitar 5.414.840
ton dengan kadar Au rata-rata 21,47 gram per ton dan kadar Ag rata-rata 228,16 gram per ton.
Estimasi cadangan dilakukan berdasarkan data hasil eksplorasi dalam tunnel, bor inti dan puritan.
Metoda yang digunakan adalah metoda polygon dan IDS ( Inverse Distance Square) dengan jarak
pengaruh 35 sampai 70 meter, kadar minimum 4,0 gpt Au dan berat jenis bijih sebesar 2,5 ton per
meter kubik. Cadangan bijih dihitung untuk masing-masing stope dan blok sesuai dengan rencana
penambangan.
Cadangan bijih untuk masing – masing vein diatas elevasi portal level 500 adalah sebagai berikut :
a) Vein Ciguha, cadangan bijih vein utama adalah 265.636 ton dengan kadar rata – rata 18.72
gpt Au dan 222.87 gpt Ag. Cadangan bijih vein B timur adalah 78.237 ton dengan kadar rata –
rata 18.78 gpt Au dan 259.35 gpt Ag
b) Vein Pasir Jawa, cadangan bijih adalah sebesar 90.800 ton dengan kadar rata – rata 11.50 gpt
Au dan 155.25 gpt Ag
c) Vein Ciguha Timur, cadangan bijih sebesar 17.500 ton dengan kadar rata – rata 9,65 gpt Au
dan 71,98 gpt Ag.
A. KEADAAN GEOLOGI
Geologi daerah penelitian terdiri dari tiga unit vulkanik utama yang berumur Miosen-Pliosen
(Marcoux dan Milesi, 1994). Unit yang lebih bawah mempunyai karakteristik endapan andesit kalk-
alkalin bawah laut yang tergradasi secara lateral menjadi endapan epiklastik. Unit tengah dicirikan
oleh banyaknya batuan vulkanik dasitik letusan subaerial yang disusun oleh lapili tuff yang
ditumpangi lapili, blok tuff, tuff piroklastik berbutir halus dan batuan epiklastik. Unit atas terbentuk
dari aliran lava andesit dengan struktur meniang (columnar).
Pola struktur Geologi yang berkembang di daerah Pongkor dan sekitarnya antara lain Sesar - Sesar
seperti Sesar Normal Ciguha dan pola-pola kelurusan struktur yang berarah Barat Laut - Tenggara,
yang dipengaruhi oleh Sistem Tegasan yang bersifat Ekstensional. Mineralisasinya berupa Urat
Kuarsa dengan tekstur umum berupa Banded, Colloform, Crustiform, dan Cockade (Endapan
Epithermal). Temperatur Homogenitas dari analisa Fi 103° - 390° C, dengan Salinitas 0,78% NaCl.
Mineralogi Alterasi endapan Emas Pongkor adalah Low-Sulphidation (Adularia Sericite Epithermal
Vein Deposit).
B. KEADAAN STRATIGRAFI
Pongkor adalah bagian dari busur kontinental Sunda-Banda yang berumur Neogen yang berkembang
di batas selatan dari lempeng Eurasia yang menunjam ke arah utara dari lempeng Hindia-Australia.
Bagian barat dari Jawa merupakan host dari endapan logam mulia epitermal yang berumur Kenozoik
yang berasosiasi dengan vulkanisme aktif kalk-alkalin. Endapan ini terdiri dari 2 tipe utama yaitu
endapan Au-(Sn) tipe Cirotan dan endapan Au-(Mn) tipe Pongkor(Marcoux dan Milesi, 1994).
Pongkor berlokasi di sayap timur laut dari kubah Bayah, 80 km barat daya Jakarta. Singkapan geologi
seluas 40 x 80 km terdiri dari serpih berumur Paleozoik akhir dan basement batupasir yang
ditumpangi oleh sentral sabuk vulkanik yang berumur Oligosen-Miosen awal, berkomposisi batuan
vulkaniklastik berbutir kasar, dengan perselingan batugamping dan batupasir. Batuan intrusi
menerobos batuan berumur Paleogen dan Miosen Awal (Basuki, 1994).
- Satuan batuan Breksi yang merupakan Fm. Andesit Tua (Miosen Awal)
- Satuan batuan Tufa yang merupakan Fm. Cimapag (Miosen Bawah Bagian Atas)
- Satuan batuan Andesit berumur Miosen Atas
- Satuan batuan Breksi Tufa berumur Pliosen – Pistosen
- Aluvial
Daerah penelitian termasuk ke dalam Formasi Cimapag berumur akhir Miosen Awal, merupakan
breksi atau konglomerat, terendapkan pada lingkungan laut – darat. Karakteristik sedimentasi ini
dicirikan oleh endapan aliran gravitasi, dominan tersusun oleh fragmen batuan beku dan sedimen,
seperti andesit, basalt, tufa dan gamping. Ketebalan keseluruhan secara pasti sulit ditentukan, tetapi
diperkirakan lebih dari 7000 m (Martodjojo, 1994; dalam Prasetyo, 2010).
Topografi dan Morfologi daerah ini terdiri dari beberapa gunung yang terdapat di Zona Bogor Barat
yang terbentang bagian tengah Jawa Barat, diantara Gunung Halimun (1929 m dpl), Gunung Salak
(2212 m dpl) dan Gunung Kandeng (1764 m dpl). Komposisi dari daerah Pertambangan UBPE
Pongkor adalah sebagai berikut :
Lokasi penambangan terletak pada ketinggian ±500 m dpl-(dari permukaan laut) sampai dengan
ketinggian 700 m dpl. Kemiringan lerengan bervariasi yaitu antara 20° - 40°. Secara umum daerah ini
pada kawasan Hutan Produksi seluas ±50 Ha dan ±80 Ha berada pada kawasan Hutan Lindung serta
±6 Ha area Cagar alami. Geomorfologi daerah Pongkor (Gn. Pongkor) dan sekitarnya memiliki
Morfologi yang terjal yaitu pada ketinggian 500 – 750 m dpl, yang disusun oleh Litologi berupa
Tufalapilli, Tufa dan Breksi.
BAB III
SISTEM
PENAMBANGAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2014 TAMBANG BAWAH TANAH
(UNDERGROUND MINE)
ALAT BERAT TAMBANG BAWAH TANAH
SIKLUS PRODUKSI
SIKLUS DEVELOPMENT
BAB III
SISTEM PENAMBANGAN
Ilmu Pertambangan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang meliputi pekerjaan Pencarian
(Prospeksi), Penyelidikan (Eksplorasi), Penambangan (Mining), Pemurnian dan Pengolahan
(Extraction Metalurgy and Mineral Dressing), Penjualan (Marketing) terhadap mineral-mineral dan
batuan yang memiliki arti ekonomis (Berharga), sampai dengan proses Penutupan Tambang (Mine
Closed). Pekerjaan mengambil bahan tambang dari bumi disebut Penambangan, dan usahanya
disebut Pertambangan.
Pertambangan adalah suatu bentuk usaha dalam pengambilan endapan bahan galian yang
mempunyai nilai ekonomis dari bumi dan diangkut ke tempat pengolahan atau pemakai.
Sistem Penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk membebaskan atau
mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya untuk diolah
lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar dengan memperhatikan keamanan
dan keselamatan kerja yang terbaik serta meminimalisasi dampak lingkungan yang dapat
ditimbulkannya.
Merupakan suatu sistem penambang dimana seluruh aktifitas kerjanya berhubungan langsung
dengan atmosfer atau udara luar.
Yaitu metode penambangan dibawah air yang kegiatan penggaliannya dilakukan untuk endapan
bahan galian Alluvial, Marine Dangkal dan Marine Dalam. Peralatan penambangan bawah air
ialah Kapal Keruk Laut Dalam, Kapal Keruk Hidrolik, Kapal Keruk Jaring Tarik, Kapal Isap Laut
Dalam.
Yaitu metode penambangan yang dilakukan terhadap endapan mineral dan batuan yang
terbentuk secara khusus (model endapan geologi tertentu), dimana penambangannya langsung
dilakukan di tempat tersebut dengan cara khusus pula.
Merupakan suatu sistem penambangan dimana seluruh aktifitas kerjanya tidak berhubungan
langsung dengan udara luar dan kegiatannya dilakukan dibawah tanah dengan cara terlebih
dahulu membuat jalan masuk berupa sumuran (Shaft) atau terowongan bantu (Adit).
a) UNTUK BATUBARA
Longwall Methode, dibagi 2 yaitu Cara Maju (Advancing) dan Cara Maju (Retreating)
Supported Methode, seperti Cut and Fill, Stull Stoping, Shringk and Full Stoping
Caving Methode, seperti Top Slicing, Sub Level Caving, Block Caving
SILL DRIFT
DRILLING
RAMP
TRANSPORT DRIFT
UNDERGROUND MINE
Skema Penampang Sistem Penambangan Bawah Tanah dengan Metode Cut And Fill
Untuk membebaskan emas dan perak dari massa batuannya digunakan pemboran dan peledakan.
Alat bor yang digunakan yaitu jenis Jack Hammer dan Jumbo Drill. Hasil peledakan berupa broken
ore dimuat dengan menggunakan LHD (Load Hauling Dump) kedalam lori. Selanjutnya Troly menarik
semua lori keluar dari dalam tambang menuju ke Primary Crushing Plant. Pada Primary Crushing
Plant, Broken Ore direduksi ukurannya hingga 12 mm dan selanjutnya diangkut dengan Belt
Conveyor menuju Fine Ore Bin untuk diproses lebih lanjut sampai menghasilkan Dore Bullion (kadar
emas 6-8% dan perak 90-92%). Dore Bullion ini kemudian diangkut ke Logam Mulia Jakarta untuk
diproses menjadi emas murni berbentuk batangan dengan kadar emas 99,8%.
b) Kedalaman penggalian hampir tak terbatas karena tidak terkait dengan SR (Striping
Ratio*)
c) Secara umum beberapa metode tambang bawah tanah lebih ramah lingkungan (misal :
Cut and Fill, Shrinkage Stoping, Stope and Pillar)
*Striping Ratio adalah perbandingan antara Volume Over Burden (tanah penutup)
dalam Bank Cubic Meter (BCM) yang harus digali untuk dapat menambang satu ton
bijih. Pada tambang terbuka, penggalian yang semakin dalam akan menghasilkan nilai
SR yang semakin besar.
**Waste adalah sisa-sisa penggalian pada tambang bawah tanah yang tidak
bermaanfaat
d) Problem Ventilasi, Bahan Peledak harus yang Permissible Explossive*, debu, gas-gas
beracun
Notes :
*Permissible Explossive yaitu bahan peledak yang menghasilkan gas-gas tidak beracun,
dan dikhususkan pemakaiannya pada tambang bawah tanah
**Mining Recovery yaitu perbandingan antara bijih yang dapat ditambang dengan bijih
yang ada didalam perhitungan eksplorasi yang dinyatakan dalam persen
***Losses yaitu kehilangan bijih pada penambangan bawah tanah karena keterbatasan
metode yang diterapkan
1. DEVELOPMENT
Development merupakan segala jenis pekerjaan dalam rangka mempersiapkan Sarana dan
Prasarana ntuk menunjang kegiatan Produksi nantinya, yang terdiri dari beberapa macam metoda
bukaan yang akan diterapkan. Metoda Penambangan ini tergantung pada letak, posisi, kemiringan
badan bijih terhadap permukaan tanah serta pengaruh dari Topografi.
a) Mempersiapkan segala fasilitas yang diperlukan pada tahap penggalian bukaan (Opening)
b) Membuat Lubang Bukaan (Opening) pada permukaan bumi menuju Vein yang kelak
berfungsi sebagai jalan masuk (Entry/Portak) untuk operasi penambangan
Model jalan masuk utama yang dipakai di PT Antam Tbk. UBPE Pongkor adalah bukaan horizontal
berupa adit dan bukaan vertical berupa Raise.Pembuatan lubang bukaan ini dengan cara peledakan
yang disusul dengan pengamanan berupa pemasangan penyanggan pada daerah-daerah rawan
ambrukan di sekitar lubang bukaan.
2. TUNNELING (PENEROWONGAN)
Pembuatan tunneling ini sampai pada awal November 1994 telah mencapai ± 1254 meter, yang
telah memotong dua buah vein utama yaitu Ciguha Utama dan Kubang Cicau. Pada pembuatan
lubang bukaan utama (Main Haulage Level) dimensi yang diterapkan berukuran 3 × 3.5 m. Sistim
pembongkaran batuan dalam pembuatan lubang bukaan pada pada tambang emas pongkor ini
dengan menggunakan pemboran dan peledakan. Pola pemboran yang digunakan burn cut dengan
peledakan secara seri menggunakan delay. Kemajuan terowongan berdasarkan rencana dan realisasi
UPEP sejak awal Proyek 1992 sampai Mei 1994.
Apabila kegiatan pembuatan lubang utama telah selesai, maka dilanjutkan pembuatan Drift
Footwall, Cross Cut, Raise, Sill Drive (Drive Vein Atas), Raise (Lubang Naik), Ore Chute, dan Raise
Boring (Lubang Naik Tembus Permukaan) sebagai sarana ventilasi.
3. KEGIATAN PENAMBANGAN
Dengan berpedoman pada peraturan pemerintah dan pemikiran akan proses penambangan yang
tidak merusak lingkungan serta kenyataan bahwa sebagian cadangan bijih emas terletak di bawah
permukaan atau berdekatan dengan lokasi Taman Nasional Gunung Halimun, maka sejak awal
beroperasi PT. ANTAM persero.tbk UBPE Pongkor menggunakan Sistem Penambangan Tambang
Bawah Tanah sehingga dapat meminimalisir kerusakan lahan permukaan yang disebabkan oleh
proses penambangan itu sendiri.
Metode Penambangan yang digunakan adalah metode Cut And Fill. Gambaran secara umum metode
ini adalah dengan mengambil bijih emas dari perut bumi. Rongga maupun lubang kosong yang
terbentuk akibat pengambilan material ini kemudian diisi dengan suatu material (Filling) yaitu Slurry
hasil pengolahan material limbah atau Waste yang telah bersih dari unsur-unsur yang berbahaya.
Sehingga rongga tersebut kembali terisi dan dapat dijadikan pijakan untuk proses pengambilan
material selanjutnya. Demikian proses ini terus berulang dalam kegiatan penambangan.
Mill Tailings
from surface
SERVICE RAISE
Return Air Raise
UNBROKEN ORE
STOPE
Metode Penambangan “Cut and Fill”
Drill MUCKING Sand Fill
and Barricade
Shoot Drain
FILLED STOPE ORE PASS Raise
a) Pemboran Front kerja dengan Jack Leg / Jack Hammer Drill (Drilling).
b) Pengisian bahan peledak pada lubang peledakan (Charging).
c) Peledakan lubang maju yang akan dibongkar (Blasting).
d) Pembersihan asap hasil peledakan (Smoke Clearing).
e) Pencongkelan batu gantung (Scalling).
f) Pengangkutan bijih emas atau Waste hasil peledakan (Mucking).
g) Penyanggaan/pemasangan rel (Bila diperlukan) (Supporting).
h) Penimbunan kembali Stope yang habis (Backfilling).
Dalam Materi Bab Siklus Penambangan Tambang Bawah Tanah selanjutnya ini akan dijelaskan
mengenai kegiatan penambangan diatas lebih lanjut.
Berikut ini merupakan macam-macam alat berat tambang/kendaraan tambang yang sering
digunakan diluar maupun didalam tambang bawah tanah di PT Antam tbk UBPE Pongkor.
2. JUMBO DRILL
Alat berat tambang untuk mengebor dinding Front untuk tempat lubang peledakan dan juga
untuk memasang penyangga Rockbolt dengan ukuran panjang 2,4 meter. Alat berat ini
sering digunakan didalam tambang.
3. WHEEL LOADER
Alat berat tambang untuk mengangkut material ke dalam tambang dan juga untuk
mengeruk material mucking bekas blastingan. Alat berat ini sering digunakan didalam dan
diluar tambang.
4. NORMET
Alat berat tambang untuk tempat tank material Shotcrete.
5. JOHN DEER
Kendaraan tambang roda empat untuk Pengawas / Manager untuk mengawasi/mengatur
jalannya proses pekerjaan penambangan atau mengatur bawahannya dalam pekerjaan
tersebut.
6. MINE TRUCK
Alat berat tambang untuk mengangkut Bijih/Ore atau Waste keluar tambang.
7. DUMP TRUCK
Alat berat tambang untuk mengangkut/membawa Ore/Waste ke tempat yang diinginkan
diluar tambang.
8. GRANDBY CAR
Kendaraan tambang berupa kereta yang digerakkan oleh Lokomotif dengan tenaga Listrik
atau Baterai. Digunakan untuk mengangkut Material seperti Ore, Waste, dll untuk diangkut
keluar tambang bawah tanah.
9. BACK HOE
Alat berat tambang ini sering disebut dengan istilah excavator. Alat berat ini digunakan
untuk menggali tanah dan bantuan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah Front Shovel,
Back Hoe, Dragline, dan Clamshell.
DRILLING
BACKFILLING CHARGING
DRILLING
SUPPORTING CHARGING
SUPPORTING BLASTING
MUCKING BLASTING
SMOKELING
TRANSPORTING
- SCALING
SMOKELING
- SCALING MUCKING
1) Pemboran (Drilling)
Pengeboran menggunakan Jumbo Drill maupun dengan menggunakan Jack Hammer/Jack
Leg. Dalam proses Produksi ini, pengeboran dimaksudkan untuk membuat lubang-lubang
tembak untuk proses peledakan.
Alat Bor : [Lengan] Jumbo Drill Alat Bor : Jack Leg/Jack Hammer
Sifat-sifat Bahan Peledak yang mempengaruhi hasil peledakan adalah Kekuatan, Kecepatan
Detonasi, Kepekaan, Bobot Isi Bahan Peledak, Tekanan Detonasi, Ketahanan Terhadap Air,
Sifat Gas Beracun dan Permissiabilitas.
3) Peledakan (Blasting)
Setelah proses pengisian bahan peledak, selanjutnya adalah peledakan (Blasting). Peledakan
adalah proses menghancurkan Batuan dengan menggunakan Bahan Peledak dan Detonator.
Bahan peledak yang digunakan adalah Anfo dan Dinamit. Peledakan lubang maju yang akan
di bongkar. Pemicu dari bahan peledak seperti Detonator Elektrik, Sumbu Ledak.
Tahap Penyanggaan
(Supporting) - RoofBolting
Penyanggaan tambang
bawah tanah bagian atap
agar tidak runtuh
5) Penggerukan (Mucking)
Setelah lubang hasil peledakan aman untuk dilalui barulah kemudian dilakukan Mucking
menggunakan LHD (Load Haul Dump) atau Wheel Loader. Mucking adalah proses
pengerukan batuan dari hasil Blasting dengan menggunakan LHD atau Wheel Loader untuk
kemudian diangkut oleh Grandby Car atau Mine Truck ke luar tambang.
Alat Berat : LHD (Load Haul Dump) Alat Berat : Wheel Loader
6) Pengangkutan (Transportation)
Transportation adalah Pengangkutan material (Ore, Waste, dll) dari dalam tambang ke
keluar tambang begitupun juga sebaliknya. Dengan bantuan alat transportasi tambang
seperti Mine Truck, Grandby Car, dll.
- Lihat Lampiran (Gambar Wheel Loader sedang memuat Ore ke Grandby Car).
Alat Transportation Mine : Grandby Car Alat Transportation Mine : Mine Truck
7) Penyanggaan (Supporting)
Setelah peledakan dapat dilakukan penyanggaan apabila dibutuhkan. Fungsi penyanggaan
adalah untuk mengontrol masa batuan disekitar lubang bukaan.
Penyanggaan berfungsi untuk mengontrol masa batuan disekitar lubang bukaan, yaitu :
Menurut sifatnya, penyanggaan terbagi 2, yaitu Penyanggaan Aktif dan Penyanggaan Pasif.
Bersifat memperkuat masa batuan secara langsung (Reinforcement). Artinya jika penyangga
sudah dipasang, maka penyangga tersebut secara langsung menahan beban batuan.
Yang termasuk ke penyanggaan aktif adalah Rock Bolt, Weld Mesh, Wire Mesh, Rock Straps.
Fungsi Penahan :
- Penjangkaran Baut batuan harus pada
massa batuan yang relatif keras & stabil
yang berada diatas lapisan yang
berpotensial runtuh
Keuntungan :
- Lebih fleksibel, dapat digunakan dalam
bentuk geometri yang bervariasi.
Fungsi Penahan & Penguat RockBolt
- Memberikan reaksi penyanggaan yang
cepat setelah pemasangan.
- Pemasangannya dapat sepenuhnya dengan mekanisasi, sehingga relatif lebih cepat,
sehingga produktifitas kerja lebih meningkat.
- Tahan terhadap korosi & relatif murah
- Kerapatannya (jumlah baut batuan per satuan luas)
- Dengan mudah disesuaikan dengan kondisi batuan lokal
- Dapat dikombinasikan dengan penyangga seperti “Wire Mesh”, “Weld Mesh”, “ Rock
Straps“, dan “Penyangga Pasif”
Bermacam-macam baut batuan (RockBolt) telah digunakan saat ini diseluruh dunia. Banyak
diantaranya hanya memperlihatkan perbedaan yang kecil didalam rancangannya, namun konsep
dasarnya sama.
Kerugian :
- Penyimpanan atau penanganan harus hati-hati, karena dapat mempengaruhi kehandalan
pemasangan baut batuan.
- Resin mempunyai batas waktu pakai :
12 bulan pada temperatur 15 °C
6 bulan pada temperatur 25 °C
- Pemasangan baut batuan memerlukan pemantauan dan pengujian yang khusus serta
prosedur yang baik dan benar.
Batang RockBolt
- Dua jenis “Mesh” umumnya digunakan dengan kombinasi baut batuan (Rockbolt) yaitu “Wire
Mesh” dan “Weld Mesh”.
- “Wire Mesh” kuat dan fleksibel, umumnya digunakan pada permukaan, untuk mencegah
karyawan cedera dan kerusakan peralatan dari lepasnya serpihan batuan.
- “Weld mesh” digunakan untuk memperkuat beton tembak (Shotcrete) dan lebih kaku dari “Wire
Mesh”. “Wire Mesh” kurang cocok untuk penguatan Beton Tembak (Shotcrete).
Pemasangan RockBolt menggunakan Jumbo Drill atau Jack Leg. Pemasangan Wire Mesh
menggunakan Jack Leg, dan Weld Mesh menggunakan Jumbo Drill.
- Biasanya dibuat dari besi baja berukuran tebal 6 mm (1/4 in) dengan lebar sekitar 100 mm (4 in)
dan berbagai ukuran panjang “Rock Straps”
- digunakan dimana kondisi batuan jelek dan sering terjadi batuan lepas pada sekitar ujung baut
batuan.
I. H-BEAM
- Penyangga ini biasanya dipasang untuk
lubang yang bentuknya empat persegi
panjang dan umumnya digunakan didaerah
lubang-lubang produksi.
Keuntungan :
- Homogen dan mempunyai sifat elastisitas
yang tinggi
- Tidak dipengaruhi oleh kelembaban
- Lebih tahan lama dibandingkan dengan kayu
Kerugian :
- Mahal Harganya H-Beam dan Stappling
II. CRIBBING
- Mempunyai bentuk penampang yang lebar
Keuntungan :
- Ringan, mudah dibawa, dibentuk dan
dipasang
- Akan retak sepanjang seratnya sehingga
mudah dideteksi
- Sisa potongan dapat digunakan sebagai
pasak, dsb.
Kerugian : Cribbing
- kekuatan mekaniknya tergantung struktur
serat dan cacat alami
- Kelembaban dapat mempengaruhi
kekuatannya
- Mudah lapuk & Mudah terbakar
- Campuran antara semen, pasir dan air yang kadang-kadang ditambah CaCl2 (calsium chlorida)
yang berfungsi mempercepat waktu pengerasan (curing time).
- Biasa digunakan sebagai bahan penyangga di tempat yang dipertahankan dalam waktu lama,
seperti mulut terowongan, lubang bukaan vertikal dan ruang mesin.
- Jika lokasi penyanggaan Beton (Shotcrete) sangat jauh dari permukaan, maka material Shotcrete
dibawa dalam tangki Kendaraan Tambang yaitu Normet
Keuntungan :
- Mempunyai kuat tekan yang tinggi,
- Tahan terhadap pengaruh cuaca,
- Bahan-bahan mudah didapat.
Kerugian :
- Mempunyai kuat tarik rendah,
- Dapat hancur tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda,
- Hancuran beton tidak dapat digunakan lagi.
Shotcrete
Backfilling adalah proses pengisian lubang bukaan yang terjadi selama proses Lining dan
penggalian Shaft dan Tunnel. Metode Backfill pada tambang bawah tanah yang
menggunakan metode Cut And Fill dilakukan secara Cyclic Backfill, dimana proses Backfill
termasuk dalam siklus produksi. Backfill Material ditempatkan ke dalam stope yang telah
ditambang untuk menyediakan suatu Platform stabil bagi pekerja tambang untuk bekerja di
atasnya dan untuk Ground Support bagi dinding dari Adit yang berbatasan sebagai kemajuan
tambang dengan jalan mengurangi jumlah ruang terbuka yang bisa berpotensi terisi oleh
suatu runtuhan Pillar disekitarnya. Penggunaan Backfill pasta bawah tanah bukan hanya
menyediakan Ground Support terhadap pilar dan dinding, tetapi juga membantu mencegah
Caving dan ambrukan atap, dan meningkatkan perolehan pilar, yang mana meningkatkan
produktivitas.
a. Waste disposal
Stope diisi dengan Waste atau Tailing sehingga dampak lingkungan diminimalkan.
Backfill dilakukan secara cyclic backfill dan diterapkan pada metode tambang bawah
tanah underhand cut and fill. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam fungsi
backfill sebagai penyangga atap dan dinding samping yaitu persen solid, kandungan
semen, dan penempatan backfilling material dalam stope. Kombinasi dari ketiga hal
tersebut memungkinkan backfilling material memiliki kekuatan yang cukup untuk
melindungi pekerja di bawahnya. Selain itu, backfill dapat mengatasi tekanan yang
diakibatkan oleh rockburst yang mungkin terjadi dan efek yang timbul dari proses
peledakan.
BAB IV
QUALITY
CONTROL (QC)
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2014
GEOTEHNIK (GEOTECH)
PENGAWASAN KADAR (GRADE
CONTROL)
PENGUKURAN (MINE SURVEY)
BAB IV
QUALITY CONTROL
Definisi Quality Control (Pengendalian Mutu) adalah semua usaha untuk menjamin (Assurance) agar
hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan Quality Control adalah
agar tidak terjadi barang yang tidak sesuai dengan standar mutu yang diinginkan (Second Quality)
terus-menerus dan bisa mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa
puas dan perusahaan tidak rugi. Tujuan Perusahaan menjalankan QC (Quality Control) adalah untuk
memperoleh keuntungan dengan cara yang fleksibel, investasi bisa kembali, serta perusahaan
mendapat keuntungan untuk jangka panjang. QC terbagi atas Geotech, Grade Control, Mine Survey,
Pengolahan.
c) Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas massa batuan
Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk mencari
hubungan antara desain galian batuan dengan parameter massa batuan. Banyak dari metode-
metode tersebut telah dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk
penelitian awal atau bahkan untuk desain akhir. Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal
saat ini adalah :
e. Q-System
Metode ini diperkenalkan oleh Laufier pada tahun 1958. Metode ini bahwa dengan
bertambahnya Span terowongan akan menyebabkan berkurangnya waktu berdirinya
terowongan tersebut tanpa penyanggaan. Stand Up Time berhubungan langsung dengan Mus.
Metode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan klasifikasi massa batuan selanjutnya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Stand-Up Time adalah : arah sumbu terowongan,
bentuk potongan melintang, metode penggalian, dan metode penyanggaan. MUS juga
berhubungan dengan Klasifikasi ini.
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada perhitungan
persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih. Dalam hal ini, inti terambil
yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung walaupun mempunyai panjang lebih dari 10 cm.
Diameter inti optimal yaitu 47,5mm. Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan
penyanggaan terowongan. Saat ini RQD sebagai parameter standar dalam pemberian inti
pemboran dan merupakan salah satu parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR
dan Q-System.
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan cepat, akan tetapi metode
ini tidak memperhitungkan faktor orientasi bidang diskontinyu, material pengisi, dll. Sehingga
metode ini kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.
Metode RMR (Rock Mass Rating) dari Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi masa
batuan yang disebut Rock Mass Rating (RMR). Metode ini telah dikenal luas dan banyak
diaplikasikan pada keadaan dan lokasi yang berbeda - beda seperti tambang pada batuan kuat,
terowongan, tambang batubara, kestabilan lereng, dan kestabilan pondasi.
6 Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan menggunakan Sistem RMR yaitu :
Kualitas massa batuan di daerah penelitian menurut metode RMR dari Bieniawski (1992) dibagi
menjadi empat kelas, yaitu baik, cukup, buruk, dan sangat buruk.
35 17 20 35
RQD *100 55 %
200
200 - 600
Spacing of Discontinuites >2m 0.6 - 2 m < 60 mm
mm
Rating 20 15 10 5
Tabel Rating Spacing of Discontinuites
Apabila terdapat lebih dari satu set kekar dan spasi tiap set bervariasi, maka dapat
diberikan nilai bobot (rating) terendah.
1) Kemenerusan (CONTINUITY)
Panjang dari suatu kekar dapat dikuantifikasi secara kasar dengan mengamati panjang
jejak kekar pada suatu bukaan. Pengukuran ini masih sangat kasar dan belum
mencerminkan kondisi kemenerusan kekar yang sebenarnya. Seringkali panjang jejak
kekar pada suatu bukaan lebih kecil dari panjang kekar sesungguhnya, sehingga
kemenerusan yang sesungguhnya hanya dapat ditebak.
Kondisi air tanah juga mempengaruhi proses penggalian, termasuk penggaruan. Misal
pada Shale, semakin tinggi kadar air maka semakin rendah kekuatan batuan, tetapi
dalam kondisi kering Shale dapat menjadi sulit digaru. Kondisi air tanah yang ditemukan
pada pengukuran kekar diidentifikasikan sebagai salah satu kondisi berikut : kering
(completely dry), lembab (damp), basah (wet), terdapat tetesan air (dripping) atau
terdapat aliran air (flowing).
Aliran
0 <10 10 - 25 25 - 125 >125
(lt/mnt)
Kondisi Kering (Completely Lembab Basah Menetes Mengalir
Umum Dry) (Damp) (Wet) (Dripping) (Flowing)
Rating 15 10 7 4 0
Tabel : Pembobotan Kondisi Air Tanah
6. ORIENTATION
Parameter ini merupakan tambahan terhadap parameter lainnya. Orientasi kekar yang
dimaksud adalah strike dan dip kekar. Bobot yang diberikan untuk parameter ini sangat
tergantung pada hubungan antara orientasi kekar-kekar yang ada dengan metode
penggalian yang dilakukan. Oleh karena itu dalam perhitungan, bobot parameter ini
biasanya diperlakukan terpisah dari kelima parameter lainnya.
13
Pengukuran Dip adalah pengukuran kemiringan Vein/Ore Body. Caranya sebagai berikut :
Tempatkan kompas pada posisi Vertikal Tegak Lurus terhadap Strike/Arah Vein, tangkai
pengintai arahkan ke arah bawah kemudian putar alat pengatur gelombang nivo tabung
yang posisinya ada dibagian belakang kompas hingga posisi gelombang nivo ada ditengah
kemudian baca derajat kemiringan yang posisinya di bagian dalam kaca.
Pengukuran Strike adalah pengukuran jurus dari pada Vein / Ore Body. Caranya yaitu sbb :
Tempelkan kompas pada hanging wall dari pada vein dengan posisi kompas datar
(gelembung nivo kotak ada ditengah) kemudian baca angka derajat yang ditunjukan oleh
jarum kompas yang ujungnya berwarna putih/merah, tempelkan kompas pada sisi E (East).
ssssss
COG (Cut Off Grade) adalah batas kadar terendah/minimum dari suatu Ore yang masih
ekonomis/berharga yang dapat diproduksi. Kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian
yang masih memberikan keuntungan apabila endapan ditambang. Cut Off Grade (COG) akan
menentukan batas-batas cadangan sehingga dapat dihitung besar cadangan oleh karena itu akan
berakibat umur cadangan makin lama. Di PT Antam Tbk UBPE Pongkor mempunyai batasan
kadar terendah yang diizinkan untuk diproduksi adalah 2 ppm atau 2 gpt. (2gpt => 2 gram/ton).
SAMPLING
Sampling adalah pengambilan sebagian kecil dari suatu batuan / Lumpur yang jauh lebih besar,
tetapi cukup sebagai wakil yang betul-betul representatif. Juga merupakan kegiatan
pengambilan Sample batuan yang bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan logam
emas/perak dan lain-lain dari batuan tersebut. Sampling dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain : Channel Sampling, Grab Sampling, dan Chip Sampling.
Pengambilan Sample yang biasa kita lakukan di Unit Pertambangan Emas Pongkor untuk di
Stope, X-Cut dan Sill Drift adalah dengan cara Channel Chip Sampling gabungan antara Channel
Sampling dengan Chip Sampling sedangkan untuk di Stock Pile digunakan cara Grab Sampling.
1. METODE SAMPLING
a) Channel Sampling
Channel Sampling yaitu cara pengambilan Sample dengan pembuatan paritan pada Vein
dengan lebar dan jarak tertentu memotong tegak lurus arah Vien, ukuran parit lebar =
10 cm kedalaman = 5 cm dengan panjang parit = 100 cm biasanya pengambilan Sample
di lakukan di Stope, Drift atau Out Crop.
b) Chip Sampling
c) Grab Sampling
Grab Sampling yaitu pengambilan Sample secara sederhana (Jumputan) dari batuan
yang sudah lebih (Broken Ore, Boulder, Stok Pile, atau Ore yang ada pada Belt Conveyor).
2. KEGUNAAN SAMPLING
c) Untuk mengetahui kadar air kaya dan sisa yang terbuang (Sand Tailling) di Pabrik
Pengolahan.
3. PERALATAN SAMPLING
3) Pahat Geologi : Untuk memahat batuan yang keras sampai sangat keras.
5) Kantong Sample : Untuk tempat Sample batuan maupun lumpur biasanya berupa
6) Roll Meter Panjang : Untuk mengukur jarak panjang yg akan diambil Sample (30m dan 50m)
7) Roll Meter Pendek : Untuk mengukur lebar alur yg akan disample (3m dan 5m) baik di
9) Alat-Alat Safety : Alat Pelindung Diri (APD), MSL(Mine Spot Lamp / Lampu), Kaca Mata
10) Cat Spray (Pilok) : Untuk menandai jarak daerah yang akan di ambil sample.
Aluminium Tags, Kompas Geologi, Pahat Geologi, Palu Geologi, Cat Pylox
5) Pengambilan Sample dengan membuat parit-parit dengan ukuran parit panjang 1,00 m,
lebar 0,10 m, kedalaman 0,05 m.
6) Channel dibuat horizontal atau memotong tegak lurus Strike Vein (disesuaikan dengan
lokasinya) jarak antara alur ke alur untuk drift 2,00 m dan untuk stope 3,00 m.
7) Dilakukan pengambilan Sample pada batuan sampingnya, yang maksudnya adalah untuk
mengetahui faktor Dilusi (Pengotor).
8) Diberi nomor kode sample sesuai dengan urutan pengambilannya (dari Foot Wall ke
arah Hanging Wall).
Pengukuran merupakan bagian dari Satuan Kerja Quality Control yang melakukan memetakan
sebuah lokasi tambang, lokasi daerah baru, mengukur kemajuan Front Tambang Development dan
Produksi, membuat Peta Topografi, menghitung volume galian atau timbunan Ore atau Waste,
menghitung Lebar sebuah Vein, dll.
Pada umumnya, alat yang biasa digunakan untuk melakukan Pengukuran sebuah lokasi dilapangan
adalah :
1. Rambu Ukur
3. Paku Ukur
5. Disto Meter
6. Total Station
7. Kompas Geologi
1 2 3
4 5
[1] Roll Meter Panjang, [2] Roll Meter Pendek, [3] Kaki Prisma, [4] Disto Meter,
[5] Cat Pilox, [6] Tas Total Station-Leica
Total Station (Leica type TS15) Target (Prisma dan Kaki Prisma)
Data Pengukuran
Kemajuan Tunnel oleh
Total Station yg didapat
dilapangan dapat
langsung diplotkan ke
Peta Tambang atau
diplotkan dan disimpan di
Komputer (biasanya
menggunakan Program
AutoCad, DataMine)
LAMPIRAN
GAMBAR
LAMPIRAN GAMBAR
3
1
5
4
STOCK PILE
Settling Pond - Air Tambang Diendapkan untuk digunakan kembali di Pabrik Pengolahan
Merupakan tempat
penampungan
Lumpur sisa tambang.
Nantinya Lumpur ini
akan dijadikan bahan
Filling penutup Stope
Tambang.
Kapasitas :
2.141.383 m3
Koordinat :
106° 34’ 15,9’’ BT
6° 38’ 40,61’’ LS
Keadaan Front
Development setelah
di Blasting dan belum
di Mucking dan belum
dipasang Supporting
(Penyanggaan)
Alat Mesin Bor Inti untuk mengambil Sample Batuan (Core Log) yg terdapat di Ciurug L 700
Aktifitas melakukan Pengangkutan Ore ke Grandby Car untuk dibawa keluar Tambang
Loket Peminjaman/Pengisian Ulang Lampu Cas Tambang (MSL - Mine Spot Lamp)
Jumbo Drill sedang membuat lubang bor tempat bahan peledak yang akan diledakkan
BAB V
PENUTUP
2014
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB V
PENUTUP
5.1 PENUTUP
Dengan mengucapkan syukur atas segala rahmat dan karunianya yang telah diberikan Tuhan Yang
Maha Esa, bahwa Penulis telah mendapat dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan
laporan ini dengan baik tanpa mengalami hambatan berarti.
Keberhasilan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) ini sangat dibutuhkan oleh para siswa /
siswi agar bisa mengikuti salah satu syarat untuk menempuh UAS/UAN, sehingga dengan dibuatnya
Laporan PKL ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi kelancaran pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan, terutama pada tahap awal kerja berkaitan dengan keahlian yang ada di Dunia Usaha /
Dunia Industri.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan
membimbing dalam menyelesaikan laporan ini, walaupun masih terdapat banyak kekurangan,
namun Penulis berharap dengan adanya kekurangan-kekurangan tersebut dapat memacu semangat
adik-adik kelas agar lebih baik lagi dalam pembuatan laporan yang akan datang, serta besar harapan
Penulis agar Laporan yang telah Penulis susun dapat bermanfaat bagi adik-adik kelas jurusan Geologi
Pertambangan dan semua pihak, Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Johan, Melani, & Mia. (2013). Catatan Praktek Kerja Lapangan. Bogor, Jawa Barat: PT Antam tbk
UBPE Pongkor.
Elvis, Panji, Ivan, Yuda, Verdyan, & Sandoval. (2012). Aktifitas Penambangan Pada PT Antam UBPE
Pongkor. Bogor: SMK DB 1 Jambi.
Ir. Herian, S. H. (1990). Pengenalan Mineral dan Batuan. Bogor: PT Antam UBPE Pongkor.
Kasidi. (1993). Dasar - Dasar Pengetahuan Geologi. Bogor, Jawa Barat: Diklat Tambang Bawah Tanah
Angkatan 2.
PT Antam Tbk UBPE Pongkor. (2013, 5). Library of Books. Perpustakaan Buku PT Antam UBPE
Pongkor . Bogor, Jawa Barat, Indonesian: PT Antam Tbk UBPE Pongkor.
Usup, & Anwar. (2005). Modul Teknik Sampling. Bogor: PT Antam Tbk.