You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

Psoriasis adalah suatu penyakit autoimun yang bersifat kronik residif, dan ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar dan
berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin, auspitz, dan
kobner.1

Psoriasis vulgaris makin sering dijumpai di Indonesia. Insidens terbesar


didominasi oleh orang-orang kulit putih di Eropa dan Amerika, semakin ke Asia
semakin menurun insidennya. Di Eropa dilaporkan sebesar 3-7%, di Amerika serikat
sebesar 1-25% dan di Jepang sebesar 0,6%.1,2

Psoriasis vulgaris juga kerap disebut dengan psoriasis, maka bila disebutkan
sekedar psoriasis itu adalah psoriasis vulgaris. Penyakit ini disebabkan oleh kelainan
autoimun, dan memiliki sifat kronik dan residitif.1

Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, namun hampir semua pasien


bermasalah dengan gangguan kosmetik yang tak jarang menimbulkan kendala dalam
kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi perjalanan penyakit ini bersifat menahun dan
residif, dengan demikian pengobatan simptomatik dan berkesinambungan menjadi
sangat penting.1,2

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2012), Psoriasis Vulgaris adalah kasus


dengan tingkat kemampuan 3A, yaitu lulusan dokter mampu mendiagnosis klinis dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat, dan
menentukan rujukan yang tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Oleh karena itu,
laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dan bahan belajar pada stase Kulit Kelamin di
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi1

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetik yang kuat
karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis disertai
manifestasi vaskuler, juga diduga adanya pengaruh sistem saraf. Patogenesis psoriasis
digambarkan dengan gangguan biokimiawi, dan imunologik yang menerbitkan
berbagai mediator perusak mekanisme fisiologis kulit dan mempengaruhi gambaran
klinis. Umumnya lesi berupa plak eritematosa berskuama berlapis berwarna putih
keperakan dengan batas yang tegas. Letaknya dapat terlokalisir, misalnya pada siku,
lutut atau kulit kepala (skalp) atau menyerang hampir 100% luas tubuhnya.

2.2 Epidemiologi1

Psoriasis menyebar di seluruh dunia tetapi prevalensi usia psoriasis bervariasi


setiap wilayah. Prevalensi anak-anak berkisar dari 0% di Taiwan sampai dengan 2,1 %
di Itali. Sedangkan pada dewasa di Amerika Serikat 0,98% sampai dengan 8%
ditemukan di Norwegia. Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh sepuluh RS
besar dengan angka prevalensi tahun 1996, 1997, dan 1998 berturut-turut 0,62%;
0,59% dan 0,92%. Psoriasis terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan ke
layanan kesehatan di banyak daerah di Indonesia. Remisi dialami oleh 17-55% kasus,
dengan beragam tenggang waktu.

2.3 Etiologi1,3

Penyebab psoriasis vulgaris adalah belum jelas, tetapi yang pasti adalah
pembentukan epidermis yang dipercepat. Faktor lain seperti Faktor lingkungan jelas

2
berpengaruh pada pasien dengan predisposisi genetik. Beberapa faktor pencetus
kimiawi, mekanik, dan termal akan memicu psoriasis melalui mekanisme koebner,
misalnya garukan, aberasi superfisial, reaksi fototoksik, atau pembedahan. Ketegangan
emosional dapat menjadi pencetus yang mungkin diperantarai mekanisme
neuroimunologis. Beberapa macam obat misalnya beta-bloker, Ace inhibitor,
antimalaria, litium, nonsteroid antiinflamasi, gembfibrosil dan beberapa antibiotik.

2.4 Patogenesis1

Perubahan morfologik dan kerusakan sel epidermis akan menimbulkan akumulasi


sel monosit dan limfosit pada puncak papila dermis dan di dalam stratum basalis
sehingga menyebabkan pembesaran dan pemanjangan papil dermis. Sel epidermal
bertambah luas, lipatan di lapisan bawah stratum spinosum bertambah banyak, proses
ini menyebabkan pertumbuhan kulit lebih cepat dan masa pertukaran kulit lebih
pendek dari normal dari 28 hari menjadi 3-4 hari. Stratum granulosum tidak terbentuk
dan di dalam stratum korneum terjadi parakeratosis.

2.5 Gambaran Klinis1

Gambaran klasik berupa plak eritematosa diliputi skuama putih disertai titik-titik
perdarahan bila skuama dilepas, berukuran seujung jarum sampai plakat menutupi
sebagian besar area tubuh, umumnya simetris. Penyakit ini dapat menyerang kulit,
kuku, mukosa, dan sendi tetapi tidak mengganggu rambut. Penampilan berupa infiltrat
eritematosa, eritema yang muncul bervariasi dari yang sangat cerah (hot psoriasis)
biasanya diikuti gatal sampai merah pucat (cold psoriasis). Fenomena koebner adalah
peristiwa munculnya lesi psoriasis setelah terjadi trauma atau mikrotrauma pada kulit
pasien psoriasis. Pada lidah dapat dijumpai plak putih berkonfigurasi mirip peta yang
disebut lidah geografik. Fenotip psoriasis dapat berubah-ubah, spektrum penyakit pada
pasien yang sama dapat menetap atau berubah dari asimtomatik sampai dengan
generalisata. Stadium akut dapat dijumpai pada orang muda, tetapi dalam waktu tidak

3
terlalu lama dapat berjalan kronik residitif. Keparahan memiliki gambaran klinik dan
proses evolusi yang beragam, sehingga tidak ada kesesuaian klasifikasi variasi klinis.

Gambar 1. Predileksi Psoriasis

2.6 Variasi Klinis3

Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis:

1. Psoriasis vulgaris, bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris,
dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.

2. Psoriasis gutata, diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya


mendadak dan diseminata, umumnya setelah infeksi streptococcus di saluran
napas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada anakdan dewasa
muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun
viral.

3. Psoriasis inverse, yaitu psoriasis yang mempunyai tempat predileksi pada daerah
fleksor sesuai dengan namanya.

4
4. Psoriasis eksudativa, bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering,
tetapi pada bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.

5. Psoriasis seboroik, yaitu gambaran klinik psoriasis seboroik merupakan gabungan


antara psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi
agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga
terdapat pada tempat seboroik.

6. Psoriasis pustulosa, terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa yaitu bentuk lokalisata


dan bentuk generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa
palmo-plantar (Barber). Sedangkan bentuk generalisata contohnya psoriasis
pustulosa generalisata akut (Von Zumbusch).

7. Eritroderma, disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh
penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak
tampak lagi karena eritema dan skuama yang tebal dan universal. Ada kalanya lesi
psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih
meninggi.

2.7 Histopatologik1

Pada pemeriksaan histopatologis psoriasis dijumpai tanda spesifik berupa


penebalan (akantosis) dengan elongasi seragam dan penipisan epidermis di atas papila
dermis. Masa sel epidermis meningkat 3-5 kali dan masih banyak dijumpai mitosis di
atas lapisan basal. Ujung rete ridge sering bertaut dengan rete ridge sekitarnya. Tampak
hiperkeratosis dan parakeratosis dengan penipisan atau menghilangnya stratum
granulosum. Pembuluh darah di papila dermis yang membengkak tampak memanjang,
melebar dan berkelok-kelok. Pada lesi awal di dermis bagian atas tepat di bawah
epidermis tampak pembuluh darah dermis yang jumlahnya lebih banyak daripada kulit
normal. Infiltrat sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit dan sel mast terdapat sekitar
pembuluh darah. Pada psoriasis yang matang dijumpai limfosit tidak saja pada dermis

5
tetapi juga epidermis. Gambaran spesifik psoriasis adalah bermigrasinya sel radang
granulosit-neutrofilik berasal dari ujung kapiler dermal mencapai bagian atas
epidermis yaitu lapisan parakeratosis stratum korneum yang disebut mikroabses munro
atau pada lapisan spinosum yang disebut spongioform pustules of kogoj.

2.8 Diagnosis Banding2,3

Pada diagnosis banding hendaknya selalu diingat, bahwa pada psoriasis terdapat
tanda-tanda khas yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetesan
lilin, fenomena Auspitz, dan koebner.

1. Dermatitis seboroik2,3

Biasanya menunjukkan kulit yang beminyak tanpa skuama yang berlapis-lapis

2. Pitiriasis rosea2

Biasanya berjalan subakut, lesi berbentuk oval, tepi sedikit meninggi dan
ditutupi skuama halus. Predileksi biasanya di daerah badan yang tertutup pakaian.2

2.9 Komplikasi1

Pasien dengan psoriasis memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang meningkat
terhadapgangguan kardiovaskular terutama pada pasien psoriasis berat dan lama.
Risiko infark miokard terutama sekali terjadi pada pasien psoriasis muda usia yang
menderita dalam jangka waktu panjang. Pasien psoriasis juga mempunyai peningkatan
risiko limfoma malignum. Gangguan emosional yang diikuti masalah depresi
sehubungan dengan manifestasi klinis berdampak terhadap menurunnya harga diri,
penolakan sosial, merasa malu, masalah seksual, dan gangguan kemampuan
profesional. Semuanya diperberat dengan perasaan gatal dan nyeri, dan keadaan ini
menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien.

2. 10 Pengobatan1,4

6
Pengobatan psoriasis kronik memerlukan pengetahuan tentang berbagai metode
pengobatan, kesabaran dokter serta perawat yang berpengalaman. Penyakit yang
terlokalisasi diobati dengan kortikosteroid topikal pada wajah dan daerah intertriginosa
dan pada anak-anak digunakan steroid yang lemah seperti hidrokortison 1,5%. Steroid
lain yang lemah adalah aclometason dan desonid. Sedangkan pada tubuh, ekstremitas
dan kulit kepala dianjurkan pemakaian steroid potensi kuat golongan III, seperti
triamcinolone, mometason, betametason valerat, dan flutikason. Steroid kuat seperti
fluosionida, halsinonida, klobetasol, halobetasol, dan betametason dipropionat dipakai
hanya untuk plak yang resisten. Steroid topikal yang kuat lebih efektif dibandingkan
dengan steroid berkekuatan sedang namun dapat menyebabkan atrofi kulit yang
ireversibel dan penekanan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal. Tidak dianjurkan
pengobatan dengan steroid topikal yang kuat melebihi 2 minggu, dan dosis total tidak
boleh melebihi 50 gram krim perminggu.4

Ter berasal dari destilasi destruktif bahan organik, misalnya kayu, batu bara, dan
fosil ikan (iktiol). Contoh ter kayu ialah minyak cemara tidak bersifat fotosensitasi
namun lebih alergenik dibandingkan ter batu bara. Ter merupakan senyawa aman
untuk pemakaian psoriasis ringan sampai sedang, namun pemakaiannya dapat
menyebabkan kulit lengket, mengotori pakaian, berbau, kontak iritan, terasa terbakar,
dan terjadi fotosensitasi.

Antralin disebut juga ditranol mempunyai efek antimitotik dan menghambat enzim
proliferasi. Biasanya dimulai dengan konsentrasi yang rendah 0,05% sekali sehari,
kemudian ditingkatkan menjadi 1 % dengan kontak singkat 15-30 menit setiap hari.
Obat ini mampu membersihkan lesi psoriasis. Efek samping yang ditimbulkan adalah
dapat menyebabkan iritasi.1

2.12 Prognosis1

Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, namun psoriasis bersifat kronis


dan residif.

7
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama :Ny. F
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur :28 tahun
TTL :Palembang, 14 September 1989
Alamat :OPI Jakabaring Palembang
Pekerjaan :PNS
Agama :Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : S1
Tanggal Berobat :Senin, 19 Februari 2018

3.2 Anamnesis
Autoanamnesis (Tanggal 19 Januari 2018, pukul 12.30 WIB)
Keluhan Utama :
Timbul bercak kemerahan pada lengan, tangan, tungkai, kaki, sejak 1 bulan yang lalu.

Keluhan Tambahan :
Gatal

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di tungkai
bawah sebanyak kurang lebih 3 buah, bentuknya bermacam-macam dari ukuran
sebesar biji jagung, bulat seperti uang logam dan tidak beraturan, bercak dilapisi
lapisan seperti sisik putih disertai rasagatal. Saat gatal pasien menggaruknya. Saat

8
digaruk sisik putih tersebut mudah lepas seperti ketombe. Pasien sudah mendapatkan
pengobatan di dokter praktik klinik, pasien diberikan obat salap racikan dan obat
makan. Obat salap racikan berwarma putih dioleskan 3x sehari, digunakan sampai obat
salap tersebut habis. Obat makan diberikan 2 macam, bulat kecil berwarna hijau dan
putih. Seterlah diberikan pengobatan tersebut, keluhan bercak masih tetap ada dan
bertambah ke lutut kanan dan kiri serta punggung kaki kanan dan kiri namun rasa gatal
sedikit berkurang.
Sejak 2 minggu yang lalu, pasien merasa keluhan bercak kemerahan semakin
banyak pada tungkai kanan dan kiri, punggung kaki kanan dan kiri serta lutut kanan
dan kiri serta rasa gatal tidak berkurang. Keluhan gatal seperti biasa dan dirasakan
menyebar ke daerah tubuh lain seperti lengan bawah kanan dan kiri serta punggung
tangan kanan dan kiri. Pasien tidak dapat menahan rasa gatal tersebut dan akhirnya
pasien berobat ke RSUD Palembang Bari.
Hari ini pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Palembang Bari
untuk kontrol mengenai penyakit pasien. Keluhan gatal masih dirasakan namun sudah
berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah merasakan keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat alegi tidak ada.

Riwayat penyakit dalam keluarga


Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
Riwayat penyakit kulit dalam keluarga tidak ada.
Riwayat atopi dalam keluarga tidak ada.
Riwayat alergi dalam keluarga tidak ada.

9
Riwayat Kebersihan:
 Pasien mandi 2 kali sehari menggunakan air PDAM
 Pasien jarang mengganti pakaian, hanya setelah mandi saja terutama ketika
berkeringat pasien hanya mengelap bagian tubuhnya.

Riwayat Sosial Ekonomi


 Pasien bekerja sebagai pegawai negeri sipil.

3.3 Pemeriksan Fisik (Tanggal 19 februari 2018)


Status Generalis
Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,5 C
Berat badan : 55 Kg
Tinggi badan : 157 cm

B. Status Generalisata
Keadaan Spesifik
Kepala
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
- Hidung : Sekret (-/-), Hipertrophy (-/-)
- Telinga : Sekret (-/-), Deformitas (-/-)

10
Leher
- JVP 5-2 cmH2O
- Pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-/-)
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris kanan=kiri, retraksi sela iga (-/-).
Palpasi : Stem fremitus kanan =kiri.
Perkusi : Sonor kedua lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-).
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Teraba iktus kordis ICS IV linea aksilaris anterior sinistra
Perkusi : Batas jantung paru normal
Auskultasi : S1/S2 normal, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, lemas, simetris.
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Ekstremitas Superior : Tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun
deformitas
Ekstremitas Inferior : Tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun
deformitas

11
3.4. Status Dermatologis
Pada regio cruris anterior dextra et sinistra, patella dextra et sinistra, dorsum
pedis dextra et sinistra, dorsum dan dorsum manus dextra et sinistra terdapat plak
eritem multipel irreguler dengan ukuran 2,5-17cm x 2-8cm x 0,3-0,4cm diskret
sebagian konfluens dengan sebagian skuama berwarna putih.

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Regio Dorsum


Regio Anterbrachii Regio Antebrachii Manus Dextra et Sinista
Dextra Sinistra

Gambar 4. Gambar 5.
Regio Patella Regio Cruris Gambar 6.
Dextra Anterior Sinistra Regio Dorsum
Pedis Sinistra
12
3.5 Diagnosis banding
 Psoriasis Vulgaris
 Dermatitis Seboroika
 Pitiriasis Rosea

3.6 Diagnosis Kerja


Psoriasis Vulgaris

3.7 Pemeriksaan Anjuran


Histopatologi

3.8 Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan konseling dan edukasi
kepada pasien:
1) Menjelaskan bahwa penyakit kulit yang diderita pasien adalah penyakit
autoimun atau penyakit yang disebabkan oleh sistem pertahanan yang
menyerang tubuh.
2) Menjelaskan bahwa tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan
penyakit bukan untuk menyembuhkan, sehingga menerangkan perlunya
kontrol ke dokter secara teratur.
3) Memberitahukan kepada pasien tentang peran stress dalam
menyebabkan psoriasis.
4) Memberikan saran untuk memperbaiki gaya hidup seperti olahraga,
menghindari alkohol, dan mengendalikan stress.

13
2. Farmakologi
 Obat sistemik
Cetirizine tab 10 mg 1x sehari
 Terapi topical
Fluticasone Propionate 0,005% ointment 15 g dioleskan 1 kali sehari
selama 2 minggu

3.9 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

14
BAB IV
ANALISA KASUS

Pada pasien Ny. F, perempuan, berusia 28 tahun, dengan keluhan timbul bercak
kemerahan, gatal yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, dan munculnya sisik pada
lengan, tangan, lutut, tungkai dan kaki. Pasien sudah berobat namun keluhan hilang
timbul. Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa. Pasien tidak memiliki
faktor pencetus seperti minum alkohol, merokok dan gangguan psikis. Hal ini sesuai
dengan teori dimana didapatkan keluhan gatal ringan, kemudian disetai dengan
skuama dan eritema yang bersifat kronik residif. Psoriasis vulgaris merupakan
kelainan herediter, namun pada kasus ini penderita mengaku tidak ada keluarga yang
menderita keluhan serupa. Faktor pencetus berupa alkohol, merokok, gangguan psikis
yang tidak ditemukan pada pasien ini.
Pemeriksaan fisik status dermatologis tampak plak eritema, irregular, multiple,
lentikuler-plakat, diskret dan dilapisi skuama berwarna putih. Sesuai dengan teori
bahwa psoriasis vulgaris tergolong penyakit eritroskuamosa, dengan ciri khas skuama
tebal seperti mika, berwarna keperakan. Pada pemeriksaan goresan lilin akan tampak
gambaran seperti lilin saat dilakukan goresan di atas lesi, tes Autspitz akan tampak
gambaran bintik perdarahan ketika skuama dicabut dan koebner akan tampak
gambaran yang sama (isomorfik) disekitar tempat memberi goresan di kulit sehat, dan
pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan karena pasien menolak.
Tabel 1. Perbandingan Teori dan Kasus Psoriasis Vulgaris
Anamnesis
Teori Kasus
 Psoriasis adalah penyakit  Keluhan dirasakan sejak 1
peradangan kulit kronik dengan minggu yang lalu
dasar genetik yang kuat  Plak eritema, irregular,
karakteristik perubahan multiple, lentikuler-plakat, diskret
pertumbuhan dan diferensiasi sel dan dilapisi skuama berwarna

15
epidermis disertai manifestasi putih.
vaskuler, juga diduga adanya  Gejala mengeluh gatal sekali.
pengaruh sistem saraf.  Letak lesi lengan, tangan, lutut
 Penyebab psoriasis salah satunya dan tungkai.
adalah adanya predisposisi genetik.
Beberapa faktor pencetus lainnya
adalah kimiawi, mekanik, dan
termal akan memicu psoriasis.
melalui mekanisme koebner,
misalnya garukan, aberasi
superfisial, reaksi fototoksik, atau
pembedahan. Ketegangan
emosional dapat menjadi pencetus
yang mungkin diperantarai
mekanisme neuroimunologis.
 Gejala gatal
 Lesi berupa plak eritematosa
diliputi skuama putih disertai
titik-titik perdarahan bila skuama
dilepas, berukuran seujung jarum
sampai plakat menutupi sebagian
besar area tubuh, umumnya
simetris
 Penyakit ini dapat menyerang kulit,
kuku, mukosa, dan sendi tetapi
tidak mengganggu rambut.
Letaknya dapat terlokalisir,
misalnya pada siku, lutut atau kulit

16
kepala (skalp) atau menyerang
hampir 100% luas tubuhnya.

Diagnosis banding psoriasis adalah dermatitis seboroik, hanya saja gambaran


dermatitis seboroik adalah skuama berminyak, berwarna kuning. Tempat
predileksinya pada tempat seboroik, glandula sebasea yang aktif, biasanya batasnya
kurang tegas, ketombe berbau tidak sedap, debris-debris terkumpul dan melekat pada
wajah, kelopak mata, dahi, leher, sternum, area mammae, diagnosa banding lainnya
adalah pitiriasis rosea yang gambarannya papul eritematous dengan skuama halus,
berbentuk koin, gambaran herald patch , hipopigmentasi pada daerah sentral,
bentuknya seperti pohon cemara, dapat timbul di badan, lengan, dan paha, sembuh
dalam 3-8 minggu. Untuk perbandingan diagnosis banding pada kasus dapat dilihat
pada tabel berikut ini;
Tabel 2. Diagnosis Banding Kasus
Kasus Psoriasis Vulgaris Dermatitis Pitiriasis Rosea
Seboroik
Anamnesis Adanya rasa Rasa gatal Rasa gatal yang Dapat ditemukan
gatal. Rasa gatal ringan-berat menyengat, dan gejala konstitusi
yang ringan. disertai dengan dapat juga berupa gejala flu,
kemerahan pada dijumpai ketombe termasuk malese,
sebagian besar yang merupakan nyeri kepala,
tubuh. tanda awal nausea, hilang
dermatitis nafsu makan,
seboroik. demam dan
artralgia, dan gatal
ringan.
Predileksi Lokasinya di Lokasinya Lokasi yang sering Lokasi di badan,
lengan bawah, terlokalisir terkena seringkali lengan, dan

17
tangan, lutut, misalnya pada di daerah kulit tungkai atas yang
tungkai dan kaki, siku, lutut, atau kepala berambut; tersusun sesuai
kulit kepala wajah; alis; lipat dengan lipatan
(Skalp) atau nasolabial; telinga kulit.
menyerang hampir dan liang telinga;
100% luas bagian atas-tengah
tubuhnya. dada; dan
punggung; lipat
gluteus; inguinal;
genital dan ketiak.
Efloresensi tampak plak plak eritematosa Dapat ditemukan Lesi berbentuk
eritema, dengan diliputi skuama skuama kuning eritema dan
jumlah multipel, putih keperakan berminyak, skuama halus
irreguler dengan dengan batas yang eksematosa ringan, dipinggir. Lesi
batas tegas tegas disertai dapat juga pertama dimulai
(sirkumskrip) titik-titik dijumpai dengan (herald
berukuran perdarahan bila kemerahan patch), soliter,
lentikular-plakat, skuama dilepas. perifolikular yang berbentuk oval dan
diskret dan pada tahap lanjut anular,
sebagian menjadi plak diameternya
konfluens eritematosa kira-kira 3 cm.
dilapisi skuama berkonfluensi, Lesi berikutnya
tebal berwarna bahkan dapat timbul 4-10 hari
putih membentuk setelah lesi
rangkaian plak. pertama,
memberikan
gambaran yang
khas sama dengan

18
lesi pertama hanya
lebih kecil,
susunannya sejajar
dengan kosta,
sehingga
menyerupai pohon
cemara terbalik.
Pada penderita ini diberikan tatalaksana umum untuk psoriasis vulgaris berupa
terapi non farmakologi berupa edukasi dan farmakologi berupa pengobatan topikal
dan sistemik.
Edukasi yang diberikan yaitu memberikan penjelasan mengenai penyakitnya,
berusaha menghindari stress dan memperbaiki gaya hidup seperti berolahraga
menghindari alkohol dan rokok. Pada penatalaksanaan farmakologi diberikan obat
anti histamin cetirizin tab 1 x 10 mg untuk menghilangkan keluhan gatal, dan
kortikosteroid topikal (potensi tinggi) fluticasone propionate 0,005 % ointment 15 g
dioleskan 1 kali sehari. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah sesuai dengan teori
dimana untuk psoriasis vulgaris yang ringan (<10% dari luas tubuh), pegobatan lini
pertamanya dapat diberikan kortikosteroid topikal dan pelembut permukaan kulit
dengan bahan dasar vaselin atau minyak kelapa yang dioleskan secara teratur pada
kulit yang kering, fungsinya untuk meninggikan daya penetrasi per kutan.

19
Untuk menghitung jumlah KT yang diresepkan, sebaiknya menggunakan
ukuran “fingertip unit” yang dibuat oleh Long dan Finley. Satu “fingertip unit” setara
dengan 0,5 gram krim atau salep.5

Gambar 5. Fingertip Unit

Pada laki-laki satu fingertip unit setara dengan 0,5 gram, sedangkan pada
perempuan setara dengan 0,4 gram. Bayi dan anak kira-kira 1/4 atau 1/3 nya. Jumlah
krim atau salep yang dibutuhkan per hari dapat dikalkulasi mendekati jumlah yang
seharusnya diresepkan.
Pada kasus ini, diperlukan 6 FTU pada lengan bawah kanan dan kiri (2,4
gram) dan kiri, 2 FTU punggung kanan dan kiri (0,8 gram), dan 12 FTU pada tungkai
bawah kanan dan kiri (4,8 gram). ). Perkiraan jumlah yang dibutuhkan adalah 8 gram
per hari untuk satu kali pengolesan.
Pengolesan KT yang dianjurkan adalah 1-2 kali per hari tergantung dermatosis
dan area yang dioles. Pengolesan lebih dari 2 kali tidak memberikan perbedaan
bermakna, bahkan dapat mengurangi kepatuhan pasien. Teknik aplikasi pengolesan
KT, aplikasi sederhana oleskan salep tipis merata pijat perlahan-lahan.

Prognosis pada pasien ini bonam namun dapat mengganggu kosmetika karena
perjalanan penyakitnya bersifat kronis dan residif. Sehingga berdasarkan teori

20
prognosis pasien ini untuk Quo ad vitam et quo ad functionam adalah bonam
sedangkan, quo ad sanationam dubia ad malam.

21
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada penderita didapatkan


diagnosa pada kasus ini adalah psoriasis vulgaris. Pengobatan pada kasus ini, selain
diberikan edukasi mengenai penyakitnya, berusaha menghindari stress dan
memperbaiki gaya hidup seperti berolahraga menghindari alkohol dan rokok. Pasien
diberikan pengobatan secara oral dan topikal. Untuk obat oral diberikan antihistamin
cetirizin tab 1 x 10 mg, dan kortikosteroid topikal (potensi tinggi) fluticasone
propionate 0,005 % ointment 15 g dioleskan 1 kali sehari (8 g/hari). Prognosis pada
kasus ini untuk Quo ad vitam et quo ad functionam adalah bonam sedangkan, quo ad
sanationam dubia ad malam.

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, A (ed.). 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam.
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Siregar, R. 2010. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC

3. Kartowigno, S. 2012. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit. Palembang:


Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
4. Price, S.A, Wilson, L.M. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC.
5. Movita, T. 2013. Acne vulgaris. Jakarta: Kalbemed Continuing Medical
Education. Hal: 269-272.

23

You might also like