You are on page 1of 12

1.

Pengertian Perdamaian Dunia


Perdamaian dunia dalam artian luas adalah sebuah gagasan kebebasan, perdamaian,
dan kebahagiaan bagi seluruh negara dan/atau bangsa.

Perdamaian dunia juga bisa diartikan suatu persetujuan dunia yang sepakat untuk
menghentikan peperangan, dan menjaga kedamaian tersebut bersama-sama, untuk
menciptakan suasana yang tenang dan damai pada dunia

2. Landasan Atau Dasar Hukum Perdamaian Dunia

1. Landasan Idiil

Landasan idiil merupakan suatu landasan yang menjadi ideologi suatu bangsa, dalam hal ini landasan
Idiil Indonesia adalah pancasila. Landasan Idiil hubungan internasional indonesia adalah Pancasila
sila kedua, yaitu "kemanusiaan yang adil dan beradab", yang mengandung makna bahwa bangsa
Indonesia menganggap dirinya sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Oleh karena itu, bangsa
indonesia harus mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain
(bekerjasama dengan sesama manusia).

2. Landasan Konstitusional

Landasan konstitusional merupakan landasan yang berkaitan dengan segala ketentuan dan aturan
tentang ketatanegaraan / undang-undang dasar suatu negara. Landasan Konstitusional hubungan
internasional indonesia adalah UUD 1945 terutama dalam pembukaan (alenia I dan IV).

Pembukaan UUD 1945 alenia 1 "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan".

Pembukaan UUD 1945 alenia 4 "… ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".

Kemudian terdapat pula pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 13 yang berbunyi:

1. Presiden mengangkat duta dan konsul.


2. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.
3. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.

Dan yang terakhir terdapat pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 11 yang berbunyi:

1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,


membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat
yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undangundang harus
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.

3. Landasan Operasional

Landasan Operasional merupakan suatu konsep dasar tujuan pengelolaan secara menyeluruh
dari kehidupan nasional suatu Negara. Terdapat 4 elemen landasan operasional hubungan
internasional indonesia yaitu sebagai berikut:

1. Ketetapan MPR, yaitu GBHN dalam bidang hubungan luar negeri. Menurut GBHN
(TAP MPR RI No. IV/MPR/1999) misi hubungan luar negeri Indonesia adalah
perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan pro aktif bagi
kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.
2. Undang-Undang, misalnya UU. No. 37 /1999 tentang hubungan luar negeri
3. Keputusan / Kebijakan presiden, yang dituangkan dalam Perpres.
4. Kebijakan / peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri luar negeri.

3. Politik Luar Negeri Indonesia Yang Bebas dan Aktif


Politik luar negeri merupakan suatu strategi, pola perilaku dan kebijakan suatu negara
berhubungan dengan negara lain ataupun dunia internasional yang berpijak pada kepentingan
nasional. Dengan politik luar negeri yang dianutnya suatu bangsa menentukan sikap bangsa
menentukan sikap dalam berhubungan dengan negara lain. Ada beberapa pengertian Politik
luar negeri yang bebas dan aktif telah disampaikan oleh para pakar, diantaranya adalah :

a. Menurut A. W. Wijaya merumuskan : bebas berati tidak terikat oleh satu ideology atau
oleh satu politik negara asing atau blok negaraa tertentu, atau negara adikuasa (super
power). Aktif artinya dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan
persahabatan dan kerja sama internasional dengan menghormati kedaulatan negara lain.

b. Menurut Mochtar kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai berikut :bebas berarti
Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif berarti di dalam
menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas
kejadian-kejadian intenasionalnya melainkan bersifat aktif.

Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada tujuan nasional negara itu
sendiri. Tujuan nasional bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea
keempat yang menyatakan ”… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial …”
Menurut Drs. Moh. Hatta, tujuan politik luar negeri Indonesia, antara lain sebagai berikut:

a. mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara;


b. memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar
kemakmuran rakyat;
c. meningkatkan perdamaian internasional;
d. meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa.
Tujuan politik luar negeri tidak terlepas dari hubungan luar negeri. Hubungan luar negeri
merupakan hubungan antarbangsa, baik regional maupun internasional, melalui kerja sama
bilateral ataupun multirateral yang ditujukan untuk kepentingan nasional.

4. Peranan Indonesia Dalam Organisasi Internasional

a. Konfrensi Asia Afrika (KAA)

KAA adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru
saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu
Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar
Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di
Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi
dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika
Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu
mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai
ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang
keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran
mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat;
keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok
dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya
pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan
Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai
Irian Barat.

Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila
Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan dan
kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB
dan prinsip-prinsip Nehru.

Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.

Pelopor KAA ialah :

1. Ali Sastroamidjojo, Indonesia


2. Mohammad Ali Bogra, Pakistan
3. Jawaharlal Nehru, India
4. John Kotelawala, Sri Lank
5. U Nu, Myanmar

Konferensi Asia-Afrika menghasilkan beberapa keputusan yang disepakati para


peserta sebagai berikut :

(a) Kerja sama ekonomi, antara lain mengusahakan kemajuan ekonomi, memajukan
perdagangan, saling memberikan bantuan teknik, dan mendirikan bank-bank.
(b) Kerja sama kebudayaan, antara lain memajukan kerja sama kebudayaan sebagai jalan
terpenting untuk mendapatkan pengertian antara bangsa-bangsa Asia-Afrika, memajukan
pendidikan dan pengajaran dengan pertukaran pelajar, pelatih, dan guru.
(c) Masalah hak asasi manusia, yakni menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia seperti yang
tercantum dalam Piagam PBB serta menentang ras diskriminasi.
(d) Masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka, yakni menentang adanya imperialisme
dan menuntut kemerdekaan bagi rakyat Aljazair, Maroko, dan Tunisia.
(e) Masalah-amasalah lain, yakni mengakui hak=hak bangsa Arab di Palestina dan menuntut
soal Palestina diselesaikan secara damai, menuntuk kembalinya wilayah Irian Barat (sekarang
Papua) kepada Indonesia serta menuntut hak wilayah Aden bagi Yaman.
(f) Mengusahakan perdamaian dan kerja sama di dunia dengan cara berikut.
1) Mendesak PBB untuk menerima nagara-negara yang telah memenuhi persyaratan yakni
Kamboja, Sri Lanka, Jepang, Yordania, Laos, Libya, Nepal, dan Vietnam.
2) Mengusulkan supaya diadakan pelarangan atas pembuatan, percobaan, dan penggunaan
senjata nuklir.
3) Mengusulkan diadakan kerja sama semua negara di seluruh dunia atas dasar
menghormati hak-hak manusia.
(g) Pernyataan mengenai usaha memajukan perdamaian dan kerja sama di dunia. Selain
keputusan KAA di atas, konferensi Asia-Afrika juga mengajak semua bangsa di dunia untuk
hidup bersama dalam perdamaian dan menjalankan kerja sama dalam suasana persahabatan
atas dasar sepuluh prinsip yang dikenal dengan “Dasasila Bandung” (Bandung Declaration)

b. Dasasila Bandung
Isi dari dasasila Bandung adalah :
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di
dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.

3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun
kecil.

4. Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam soalan-soalan dalam negeri negara
lain.

5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian
mahupun secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6.Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi
kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar, (b) Tidak melakukan campur tangan
terhadap negara lain.

7. Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi mahupun penggunaan kekerasan


terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.

8.Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti perundingan,


persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah hukum , ataupun lain-lain cara damai,
menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.

10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional

c. PBB
Sebelum organisasi internasional Perserikatan Bangsa- Bangsa ada, sebelumnya sudah
dikenal adanya LBB (Liga Bangsa-Bangsa atau Lembaga Bangsa-Bangsa). LBB ini terbentuk
karena didorong oleh rencana perdamaian 14 pasal dari Presiden Wilson (Wilson's Fourteen
Points).

Isinya antara lain:

1. Perjanjian rahasia harus dihapuskan.

2.Bangsa-bangsa harus diberi hak untuk menentukan nasib sendiri.


3. Pembentukan Liga Bangsa-Bangsa.
Karena itu pada tanggal 10 Juni 1920 lahirlah LBB. Tujuan utamanya untuk mengusahakan
perdamaian dunia. Tetapi, dalam perkembangannya LBB ini tidak mampu bekerja lebih baik,
karena lebih banyak dipengaruhi oleh negara-negara kuat. Perdamaian dunia belum dapat
diwujudkan. Menyusul kemudian Perang Dunia II.
Pada akhir perang dunia ke-2, Presiden F.D. Roosevelt (Amerika Serikat) dan Presiden
Winston Churchill mengadakan pembicaraan di geladak kapal Agusta, sehingga
melahirkan "Piagam Atlantik" (Atlantic Charter). Piagam Atlantik ini memuat pasal-
pasal, antara lain:
1. Setiap bangsa berhak menentukan nasibnya sendiri.
2. Membentuk perdamaian dunia yang merupakan syarat bagi bangsa-bangsa untuk hidup
bebas dari rasa ketakutan.
3.Menolak cara kekerasan untuk menyelesaikan perselisihan internasional, kecuali untuk
kepentingan umum.
Didorong oleh isi Atlantic Charter itu kemudian diadakan serangkaian pertemuan. Pada
tanggal 25 April-26 Juni 1945 diadakan Konperensi San Fransisco, yang dihadiri 51
negara. Pertemuan ini menghasilkan Piagam Perdamaian (Charter of Peace), yang
kemudian dijadikan Piagam PBB.
Piagam ini disahkan pada tanggal 24 Oktober 1945, pada tanggal dan tahun inilah secara
resmi berdirinya PBB.

Fungsi Badan badan PBB :


1. Majelis Umum
Majelis umum merupakan badan musyawarah utama PBB yang bersidang satu kali dalam setahun.
Bahasa resmi yang digunakan dalam sidang PBB adalah bahasa Inggris, Arab, Cina, Prancis, Rusia
dan Spanyol. Tugas majelis umum adalah :
a. memberi saran kepada Dewan Keamanan (DK) tentang usaha perdamaian dan keamanan
b. menerima atau menolak tentang keanggotaan negara baru
c. memilih anggota tak tetap DK PBB, Dewan Ekonomi, Dewan Perwalian
d. memilih Sekretaris Jendral PBB
e. menetapkan anggaran belanja PBB

2. Dewan Keamanan
Dewan keamanan PBB mempunyai 15 negara anggota yang terdiri dari 5 anggota tetap dan 10
anggota tidak tetap yang dipilih dalam sidang umum untuk masa jabatan 2 tahun. Ke-5 negara
anggota tetap dewan keamanan PBB adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, RRC dan Rusia. Ke-5
negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB mempunyai hak Veto yaitu hak yang dimiliki oleh
anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk membatalkan keputusan yang telah diambil. Tugas
Dewan Keamanan PBB yaitu :
a. memelihara perdamaian dan keamanan dunia
b. menyelidiki setiap persengketaan atau keadaan yang dapat membawa pertikaian dunia
c. mengusulkan cara-cara penyelesaian sengketa dengan cara damai
d. menngirim pasukan perdamaian untuk mengurangi ketegangan di daerah sengketa.

3. Dewan Ekonomi Sosial


Dewan ekonomi sosial berada di bawah pengawasan Majelis umum PBB. Tugas Dewan ekonomi
sosial adalah mempelopori kegiatan-kegiatan pembangunan, perdagangan, kependudukan, industri,
sumber daya alam, hak asasi manusia, kedudukan wanita dan lain-lain. Dewan ini beranggotakan 54
negara yang dipilih oleh majelis umum untuk masa jabatan 3 t ahun.

4. Dewan Perwalian
Dewan perwalian bertugas mendorong sebuah negara terjajah untuk mampu mencapai pemerintahan
sendiri atau mencapai kemerdekaan.

5. Mahkamah Internasional
Mahkamah internasional merupakan badan peradilan utama PBB yang berkedudukan di kota Den
Haag, Belanda. Tugas Mahkamah Internasional adalah mengadakan peradilan atas persengketaan
internasional.
Anggota Mahkamah Internasional terdiri dari 15 orang hakim yang dipilih oleh majelis umum untuk
masa jabatan 9 tahun. Tidak boleh ada 2 hakim dari negara yang sama.

6. Sekretariat
Sekretariat merupakan badan administrasi PBB yang dipimpin oleh seorang Sekretariat Jendral yang
dipilih oleh Majelis Umum atas usul Dewan Keamanan. Sekjen PBB yang sekarang adalah Ban Ki-
moon (2007 - 2011).

Peranan Indonesia dalam PBB


Republik Indonesia tidak hanya menerima bantuan dari PBB akan tetapi juga
berperan aktif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap PBB, yakni sebagai
berikut.
(a) Secara tidak langsung, Indonesia ikut menciptakan perdamaian dunia melalui kerja sama
dalam konferensi Asia Afrika, ASEAN, maupun Gerakan Non Blok.
(b) Secara langsung yakni Indonesia mengirimkan Pasukan Garuda atau Kontingen Garuda
(KONGA) sebagai sumbangan terhadap PBB untuk menciptakan perdamaian dunia.
(c) Pada tahun 1985 Indonesia membantu PBB yakni memberikan bantuan pangan ke
Ethiopia pada waktu dilanda bahaya kelaparan. Bentuan tersebut disampaikan pada
peringatan Hari Ulang Tahun FAO ke-40.
(d) Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun
1973-1974.
(e) Berdasarkan Frago (Fragmentery Order) Nomor 10/10/08 tanggal 30 Oktober 2008,
penambahan Kontingen Indonesia dalam rangka misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan.
(f) Peran serta Indonesia dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
(g) Indonesia telah berpartisipasi dalam 4 operasi pemeliharaan perdamaian PBB (UNPKO)
sejak UNEF (Un Emergency Forces) di Sinai tahun 1957.
(h) Penyumbang pasukan / Polisi / Troops / Police (Contributing Country) dengan jumlah
personil sebanyak 1.618. Saat ini Indonesia terlibat aktif 6 UNPKO yang tersebar di 5
Negara.
(i) Pengiriman PKD dibawah bendera PBB menunjukkan komitmen kuat bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang cinta damai.
(j) Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Mesir segera
mengadakan siding menteri luar negeri negara-negara Liga Ararb pada 18 Nove,ber 1946.
mereka menetapkan tentang pengakuan kemerdekaan TI sebagai negara merdeka dan
berdaulat penuh. Pengakuan tersebut adalah pengakuan De Jure menurut hokum
internasional.
(k) Awal pekan ini Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB pada pemilihan yang dilakukan Majelis Hukum PBB melalui pemungutan suara dengan
perolehan 158 suara dukungan dari keseluruhan 192 negara anggota yang memiliki hak pilih.

d. GNB
Sejarah Gerakan Non Blok
Perang Dunia II (1939–1945) telah menimbulkan berbagai akibat yang mengerikan bagi umat
manusia. Selain jutaan manusia mati, terjadi pula kehancuran berbagai bangunan, sarana produksi,
sarana transportasi, terjadi krisis ekonomi, dan penyebaran wabah penyakit. Peta politik dunia pun
ikut berubah. Dua kekuatan adidaya telah lahir yang menyebabkan terjadinya pertentangan di antara
keduanya.
Gerakan Non Blok (GNB) atau Non Alignment(NAM) merupakan gerakan yang tidak
memihak/netral terhadap Blok Barat dan Blok Timur.
Di sela-sela puing kehancuran akibat Perang Dunia II, muncullah dua negara adidaya yang saling
berhadapan. Mereka berebut pengaruh terhadap negara-negara yang sedang berkembang agar menjadi
sekutunya. Dua negara adidaya itu ialah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Persaingan kekuatan di
antara dua blok itu mengakibatkan terjadinya Perang Dingin (the Cold War).Mereka saling
berhadapan, bersaing, dan saling memperkuat sistem persenjataan.

Setiap kelompok telah mengarahkan kekuatan bomnya ke negara lawan. Akibatnya, situasi dunia
tercekam oleh ketakutan akan meletusnya Perang Dunia III atau Perang Nuklir yang jauh lebih
mengerikan dibandingkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Menghadapi situasi dunia yang penuh
konflik tersebut, Indonesia menentukan sistem politik luar negeri bebas aktif. Prinsip kebijak-sanaan
politik luar negeri Indonesia tersebut ternyata juga sesuai dengan sikap negara-negara sedang
berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk membentuk suatu kelompok baru yang
netral, tidak memihak Blok Barat ataupun Blok Timur. Kelompok inilah yang nantinya disebut
kelompok negara-negara Non Blok. Dengan demikian faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya
Gerakan Non Blok adalah sebagai berikut.
 Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah
Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
 Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang,
sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
 Ditandatanganinya “Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito
(Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), bertujuan
mempersatukan negara-negara non blok.
 Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba secara besar-
besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
 Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu: Presiden
Soekarno (Indonesia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), Presiden
Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana).
Berdirinya Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement)diprakarsai oleh para pemimpin negara dari
Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab–Mesir (Presiden Gamal Abdul Nasser),
India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru), Yugoslavia (Presiden Joseph Broz Tito), dan
Ghana (Presiden Kwame Nkrumah).

Tujuan Gerakan Non Blok :


Gerakan Non Blok mempunyai tujuan, antara lain:
1. meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan dua blok adidaya
yang bersengketa;
2. mengusahakan terciptanya suasana dunia yang aman dan damai;
3. mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis;
4. menentang kolonialisme, politik apartheid,dan rasialisme;
5. memperjuangkan kebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja sama atas dasar
persamaan derajat;
6. meningkatkan solidaritas di antara negara-negara anggota Gerakan Non Blok;
7. menggalang kerja sama antara negara berkembang dan negara maju menuju
terciptanya tata ekonomi dunia baru.

Dinamika/ Perkembangan GNB

Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok (KTT GNB) ke-15 diselenggarakan di


Sharm El-Sheikh, Mesir, dari tanggal 14-16 Juli 2009. Pada awalnya, GNB masih
merupakan gerakan yang terbatas, tetapi sekarang sudah berkembang dan melibatkan
ratusan negara di dunia. Ini merupakan suatu pertanda bahwa GNB didukung oleh banyak
negara di dunia ini karena visi dan misinya yang sejalan dengan negara-negara
anggotanya. Dewasa ini GNB sudah beranggotakan 118 negara yang kebanyakan berasal
dari negara-negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Negara-negara yang
tergabung dalam GNB merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir dua
pertiga keanggotaan PBB. Sejak tahun 1970, KTT GNB dilaksanakan setiap tiga tahun
sekali secara bergiliran di negara-negara anggota yang disepakati sebagai tuan rumah.
KTT GNB di Sharm El-Sheikh telah memustuskan bahwa KTT yang akan datang akan
dilaksanakan di Teheran, Iran.

Organisasi GNB bersifat lentur dalam arti tidak memiliki markas, konstitusi dan
sekretariat internal. Keputusan-keputusan dalam GNB dicapai melalui konsensus di
antara negara-negara anggota yang menghadiri KTT. Berhubung anggota GNB terdiri
dari berbagai negara yang mempunyai ideologi dan tujuan yang berbeda-beda, maka
konsensus yang dicapai dalam KTT dapat memperkuat solidaritas dan unitas GNB itu
sendiri. Ada 16 negara dan 9 organisasi yang berstatus sebagai pengamat dalam KTT
GNB.

Gagasan Pendirian GNB

Ide tentang pendirian GNB digagas pada tahun 1956 dalam suatu pertemuan antara
Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), Presiden Gamal Abdel Nasser (Mesir) dan PM
Pandit Jawaharlal Nehru (India). Ketiga pemimpin negara ini sangat prihatin dan cemas
terhadap meningkatnya konfrontasi militer antara Blok Barat yang dimotori oleh AS (AS)
dengan Blok Timur yang dikomandoi oleh Uni Soviet (US). Konfrontasi militer antara
Blok Barat dan Blok Timur telah mengakibatkan meningkatnya Perang Dingin yang
menyeret juga sekutu-sekutu kedua belah pihak. Salah satu puncak ketegangan yang
ditimbulkan oleh Perang Dingin ini adalah ’ancaman’ Presiden AS John F. Kennedy
terhadap pemimpin Uni Soviet Nikita Krushchev untuk membongkar pangkalan
nuklirnya di Cuba. Seandainya Krushchev tidak membongkar pangkalan nuklirnya di
Cuba, perang nuklir AS- US sudah pecah pada waktu itu.

Dalam suasana Perang Dingin seperti itulah GNB lahir, bergerak dan tampil memainkan
peranan strategisnya di pentas politik internasional. KTT GNB pertama dilaksanakan
pada bulan September 1961 di Belgrade atas inisiatif Yugoslavia, Mesir, India dan
Indonesia. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya embrio GNB berasal dari komitmen kuat
dari para pemrakarsa Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Bandung
pada tahun 1955.

Pencetus ide KAA adalah Joseph Broz Tito (presiden Yugoslavia), Soekarno (presiden
RI), Gamal Abdel Nasser (presiden Mesir), Pandit Jawaharlal Nehru (PM India) dan
Kwame Nkrumah (presiden Ghana). Negara-negara yang tergabung dalam KAA
menentang segala bentuk imperialisme dan kolonialisme Barat yang pada waktu itu
menguasai negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin. Negara-negara KAA juga
mendeklarasikan diri tidak memihak baik kepada kekuatan militer Blok Barat maupun
Blok Timur, tetapi berupaya aktif memelihara dan membina perdamaian dunia. Sejalan
dengan garis perjuangan negara- negara KAA yang netral dan berhaluan ’bebas aktif,’
GNB mendeklarasikan lima prinsip perjuangannya: (1) saling menghormati integritas
teritorial dan kedaulatan (2) perjanjian non-agresi (3) tidak mengintervensi urusan dalam
negeri negara lain (4) kesetaraan dan keuntungan bersama (5) memelihara perdamaian.

Agenda dan Isu Penting

Isu-isu politik sudah pasti menjadi perhatian KTT GNB. Di antaranya adalah resolusi
yang diambil dalam KTT Colombo tahun 1976 yang menyerukan penarikan pasukan AS
dari Semenanjung Korea dan pembubaran Komando PBB di kawasan itu. Dalam KTT
Havana tahun 1979, yang dipimpin oleh Fidel Castro, GNB menelorkan konsep aliansi
dengan Uni Soviet melawan kekuatan ’imperialis’ AS. Dalam kaitannya dengan
perjuangan rakyat Palestina untuk memperoleh haknya mendirikan negara yang merdeka
dan berdaulat, GNB memberikan dukungannya yang sangat kuat. Lebih jauh, GNB dalam
KTT-nya ke-8 tahun 1989 di Harare mengeluarkan resolusi mengutuk keras diskriminasi
rasial dan politik apartheid yang dilakukan oleh pemerintah kulit putih Afrika Selatan
pada waktu itu. Resolusi ini menjadi momentum bersejarah bagi pembebasan Nelson
Mandela (Oktober 1989) yang dipenjara selama lebih dari 25 tahun karena menentang
diskriminasi rasial dan politik apartheid di negaranya. GNB juga mendukung program
nuklir Iran untuk tujuan damai.

Isu ekonomi juga menjadi salah satu perhatian utama KTT GNB. Dalam KTT ke-9 tahun
1989 di Belgrade, GNB menyuarkan pentingnya dibangun tatanan ekonomi yang adil.
Tatanan ekonomi yang adil ini harus dicapai melalui dialog dan diskusi tentang isu-isu
ekonomi yang penting dan secara sinergis menggalang kerja sama antarnegara anggota
GNB di satu pihak dan menggalang kerja sama antara negara-negara GNB dengan
negara-negara maju di pihak lain. Isu ekonomi dan keuangan ini menjadi topik dan
agenda penting dalam KTT GNB ke-15 di Sharm el-Sheikh, Mesir, 14-16 Juli 2009.
Diharapkan dari KTT ini lahir pemikiran-pemikran strategis yang aplikabel dan solutif
dalam upaya menanggulangi krisis ekonomi dan keuangan yang memukul banyak negara,
termasuk negara-negara anggota GNB.

Memperkuat Diri

Dalam perjalanan sejarahnya yang cukup panjang, GNB bukannya tidak pernah
mengalami ’keretakan’ internal di kalangan negara-negara anggotanya yang menganut
ideologi dan paham politik yang berbeda-beda. Ketika Uni Soviet menginvasi
Afghanistan pada tahun 1979, negara-negara anggota GNB yang menjadi sekutu Uni
Soviet mendukung aksi militer dan invasi Uni Soviet itu. Akan tetapi, di pihak lain,
negara-negara anggota GNB yang berpenduduk mayoritas Muslim ’menentang’ invasi
Uni Soviet. Ketika Uni Soviet menarik pasukannya dari Afghanistan, keretakan ini dapat
diperbaiki kembali.

Dalam KTT-nya yang ke-10 pada tahun 1992 di Jakarta (KTT pertama pasca Perang
Dingin), GNB mengeluarkan keputusan penting agar GNB terus memperkuat diri,
kompak dan berpegang teguh kepada komitmen dan garis perjuangannya menyusul
ambruknya Uni Soviet pasca-Perang Dingin (1991). Tiadanya Uni Soviet sebagai kubu
kekuatan militer Blok Timur telah menempatkan AS (dan NATO) sebagai satu-satunya
panglima militer dan kekuatan tunggal dunia yang mendektekan kemauan dan
keinginannya terhadap negara-negara lain di dunia ini. Walaupun demikian, tiadanya
Blok Timur justru harus tidak mengendorkan posisi, kiprah dan peranan GNB dalam
mengusung perdamaian dunia. GNB harus berperan sebagai kekuatan politik dan gerakan
moral yang harus dapat mengerem dan – meminjam kata-kata Ketua Parelemen Kuwait
Jassem Al-Khorafi – menyetop AS menjadi ‘polisi dunia’.
s5. Peranan Indonesia Dalam Hubungan Internasional
1. Keikut sertaan dalam setiap Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP) dalam PBB.
2. November tahun 2006 Indonesia mengirim Konga ke Libanon.
3. Indonesia menjadi anggota di lebih dari 170 Organisasi Internasional.
4. Selama tahun 2004, Pemerintah telah mengadakan serangkaian perundingan untuk
mewujudkan MoU, yaitu :
a. Antara RI dan Uni Emirat Arab (UEA) mengenai penempatan TKI ke UEA yang
menegaskan hak dan kewajiban TKI dan pengguna jasa.
b. RI dan Malaysia mengenai penempatan TKI di Sektor Formal ke Malaysia yang disadari
oleh keinginan untuk menertibkan penempatan dan perlindungan TKI Sektor Formal di luar
negeri.
c RI dan Korea Selatan tentang pengiriman TKI ke Korea Selatan yang mengatur proses
rekrutmen, pengiriman dan pemulangan TKI.
5. Indonesia memainkan sejumlah peran dalam Percaturan Internasional.
6. Indonesia telah mengirimkan Kontingen Garudanya sampai dengan Kontingen Garuda
yang ke duapuluh tiga (XXIII) ke negara-negara konflik.
7. Peranan Indonesia menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung 18-24
April 1955
8. Indonesia menjadi sponsor dan sekaligus tuan rumah diselenggarakannya Konferensi
Asia Afrika di Bandung 1955, menjadi salah satu sponsor lahirnya Gerakan Non Blok, juga
sponsor lahirnya Organisasi Regional Asia Tenggara “ASEAN” pada tanggal 8 agustus 1967
di Bangkok, Thailand
9. Perselisihan antara Blok NATO dan fakta warsawa mendorong negara-negara Non Blok
untuk melakukan peranan :
a. Memperjuangkan perdamaian dunia
b. Hidup berdampingan secara damai
c. Memperkuat peranan negara-negara Non Blok di PBB
d. Perjuangan melawan kolonialisme
e. Menentang adanya pangkalan militer dan pasukan asing dari negara-negara besar di
wilayah negara lain.
10. Indonesia juga mempunyai sumbangan yang cukup berarti bagi penyelesaian sengketa
yang terjadi di Kamboja dengan menyelenggarakan Pertemuan Informal Jakarta
11. Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB
12. Indonesia menjadi anggota Badan Tenaga Atom Internanesia menjadi anggota Badan
Tenaga Atom Internasional

13. Salah satu putra terbaik Indonesia juga pernah memegang jabatan Presiden Majelis
Umun PBB yaitu Adam Malik pada tahun 197
Garuda II-nya ikut serta dalam pasukan pemelihara perdamaian PBB untuk meredakan
konflik di Kongo tersebut agar rakyat tidak lagi menjadi korban.
7. Ikut Serta dalam Pendirian ASEAN
Indonesia beserta negara-negara tetangga memiliki gagasan untuk mengadakan suatu forum
kerja sama di antara negara-negara kawasan Asia Tenggara. Nama forum tersebut ialah
Association of South East Asia Nation (ASEAN). Forum kerja sama tersebut lebih bersifat
kepada organisasi politik namun juga memungkinkan untuk melakukan kerja sama di bidang
lainnya, yang merupakan salah satu tujuan ASEAN. ASEAN awalnya terdiri dari sepuluh
negara Asia Tenggara hingga Timor Leste bergabung menjadi anggota kesebelas.
8. Pengiriman Kontingen Garuda III Ke Negara Kongo
Untuk kedua kalinya, di Kongo kembali terjadi perang saudara pada tahun 1962. Saat itu,
pasukan kontingen Garuda III yang dikirim ke Kongo jumlahnya lebih besar dari sebelumnya,
yaitu mencapai jumlah 3457 orang. Kontingen garuda III baru ditarik kembali ke Indonesia
pada tahun 1963.
9. Pendiri Gerakan Non-Blok pada 1961
Pada tahun 1960, terjadi perang dingin antara Amerika yang memiliki paham liberal (blok
barat) dan Rusia yang saat itu masih bernama Uni Soviet yang memiliki paham komunis (blok
timur). Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia tidak dapat mengambil resiko untuk
ada di tengah konflik kedua negara adidaya tersebut, sehingga terbentuklah gerakan non-
blok. Peran Indonesia dalam gerakan non blok ialah sebagai salah satu pendirinya.
10. Penugasan Kontingen Garuda IV Ke Perang Vietnam
Pada tahun 1970an, di Vietnam terjadi perang antar ideologi komunis dan ideologi liberal.
hal ini menyebabkan negara lain seperti Korea Selatan, Korea Utara, Amerika Serikat dan Uni
Soviet malah memperkeruh kondisi perang. Indonesia memutuskan untuk menugaskan
Kontingen Garuda IV ke Vietnam sebagai pasukan pemelihara kedamaian PBB.
Itulah artikel mengenai materi 10 bentuk perwujudan partisipasi politik bebas aktif Dalam
Perdamaian Dunia yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca dalam kesempatan yang

indah kali ini. Penulis berharap, dengan membaca artikel ini pembaca dapat memahami
secara lebih baik mengenai 10 bentuk

You might also like