Professional Documents
Culture Documents
PSORIASIS VULGARIS
1. PENDAHULUAN
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis
berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan
Kobner, Psoriasis ini juga disebut dengan psoriasis vulgaris.1,2
Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di
Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%.
Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula
bangsa indian di Amerika.1,2 Di Indonesia, jumlahnya belum diketahui pasti. Namun,
data dari sepuluh rumah sakit pusat di seluruh Indonesia tahun 2008 menyebutkan
pasien psoriasis mencapai 0,9%.3
Tempat prediksi pada Scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral.1,2
Etiopatogenesis psoriasis hingga saat ini belum diketahui Penyebab psoriasis
hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi secara pasti cara
diturunkan tidak diketahui.1,4,5 Psoriasis ini bisa juga disebabkan oleh faktor imunologik
yang mengakibatkan terjadinya proliferasi epidermis diawalin dengan adanya
pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogenoleh sel langerhans.1,2,3 biasa juga
disebabkan oleh stres psikik, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolik, obat,
juga alkohol dan merokok.
Variasi klinis pada psoriasi ini adalah lesi sangat khas, sering disebut dengan
plak karena terdapat peninggian pada kulit yang berwarna merah dan berbatas tegas.
Diatas plak tersebut terdapat skuama yang berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih
seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi : lentikular, numular atau
plakat, dapat berkonfluensi.1,2,3
Diagnosis psoriasis vulgaris didasarkan gambaran klinis, dan pemeriksaan yang
khas pada psoriasis diantaranya fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik),
psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku yang disebut pitting nail atau nail
pit berupa lekukan – lekukan miliar.1,2,3,4
Penatalaksaan secara umum perlu diberikan pengobatan sistemik seperti
Kortikosteroid, obat sitostatik, levodopa, DDS, Etretinat dan Siklosporin. Pengobatan
topikal biasa diberikan preparat tar, kortikosteroid topikal, ditranol, pengobatan dengan
penyinaran, calcipotriol, tazaroten, dan emolien.1,2,3,4
2. KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. Rafsian Zahni
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20 tahun
Pekerjaan :-
Alamat : Jln. D. Purbo RT 21 kec. Pematang sulur.
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku Bangsa : Melayu
Hobi : Olahraga
Tanggal Berobat : 11 Oktober 2013
Autoanamnesis (Tanggal 11 Oktober 2013)
Keluhan Utama : Bercak Kemerahan yang meninggi pada kulit yang
disertai rasa gatal dan bersisik tebal, berlapis- lapis
berwarna putih pada punggung, kedua lengan, siku,
kedua tungkai sejak ± 2 bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan : -
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya bercak – bercak
kemerahan pada kulit yang disertai rasa gatal di punggung, kedua lengan, siku dan
kedua tungkai. Awalnya pertama kali pasien mengeluhkan bercak kemerahan sebesar
uang koin 100 rupiah yang terdapat pada kedua lengan nya lama kelamaan bercak
tersebut semakin gatal, lama kelamaan bercak – bercak tersebut membesar sehingga
membentuk bercak – bercak kemerahan yang meninggi dan bersisik tebal dan berlapis
berwarna putih dan tidak berminyak. Jika bercak – bercak kemerahan terasa gatal pasien
mengaruk nya dan mengakibatkan jadi mengelupas. Bila keringatan dan pada malam
hari terasa lebih gatal sehingga menggaruknya sampai berdarah, kemudian pasien
berobat ke poli kulit Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher dan diberikan obat
dan salep.
± 2 bulan yang lalu pasien merasa keluhan tersebut berkurang sehingga pasien
tidak pernah berobat lagi dan tidak mengambil obat lagi, kemudian lama kelamaan
muncul kembali bercak – bercak kemerahan disertai dengan gatal dan bersisik tebal dan
berlapis berwarna putih sepertih serpihan ketombe jika di garuk, dan makin meluas ke
bagian punggung bercak – bercak kemerahan yang sedikit meninggi yang terasa gatal
dan mulai terdapat di kedua tungkai pasien, Pasien tidak demam sebelumnya. Akhir-
akhir ini pasien mengeluh sedang banyak pikiran. Pasin perokok aktif dan tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan akhirnya pasien memutuskan kembali untuk
berobat ke poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher kembali.
Kepala :
Bentuk : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-).
Pupil isokor kiri kanan
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering (-),
dinding faring hiperemis (-)
Telinga : Normal, tanda radang (-)
Thoraks :
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas kedua dada Simetris, lesi
kulit (-)
Palpasi : Vokal fremitus (+/+) simetris
Perkusi : Sonor dikedua paru
Auskultasi :
- Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : SN vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tampak lesi kulit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas Superior : akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
Status Dermatologis
1. Regio scapularis, vertebralis
skuama
Plak eritematosa
Makula
hipopigmentasi
Plak eritematosa
Makula
hipopigmentasi
Gambar 2. Regio antebrachii dextra
Tampak plak eritematosa, , ukuran θ 1,5-3 cm, multiple, anular, regular,
sirkumskrip, disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis).
Tampak makula hipopigmentasi, ukuran 0,7-2,5 cm, multiple, anular, regular
dan sirkumskrip.
3. Regio antebrachii sinistra
skuama
Makula
hipopigmentasi
Plak eritematosa
Plak eritematosa
skuama
Plak eritematosa
Resume
Tn. R laki-laki berumur 20 tahun, mengeluh timbulnya bercak – bercak kemerahan pada
kulit yang disertai rasa gatal di punggung, kedua lengan, siku dan kedua tungkai.
Awalnya pertama kali pasien mengeluhkan bercak kemerahan sebesar uang koin yang
terdapat pada kedua tangan nya lama kelamaan bercak tersebut semakin gatal, lama
kelamaan bercak – bercak tersebut membesar sehingga membentuk bercak – bercak
kemerahan yang meninggi dan bersisik tebal dan berlapis berwarna putih dan tidak
berminyak. Jika bercak – bercak kemerahan terasa gatal pasien mengaruk nya dan
mengakibatkan jadi mengelupas. Bila keringatan dan pada malam hari terasa lebih gatal
sehingga menggaruknya sampai berdarah, kemudian pasien berobat ke poli kulit Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Matter dan diberikan obat dan salep.
± 2 bulan yang lalu pasien merasa keluhan tersebut berkurang sehingga pasien
tidak pernah berobat lagi dan tidak mengambil obat lagi, kemudian lama kelamaan
muncul kembali bercak – bercak kemerahan disertai dengan gatal dan bersisik tebal dan
berlapis berwarna putih sepertih serpihan ketombe jika di garuk, dan makin meluas ke
bagian punggung bercak – bercak kemerahan yang sedikit meninggi yang terasa gatal
dan mulai terdapat di kedua tungkai pasien, Pasien tidak demam sebelumnya. Akhir-
akhir ini pasien mengeluh sedang banyak pikiran. Pasin perokok aktif dan tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan akhirnya pasien memutuskan kembali untuk
berobat ke poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Raden Matter kembali. Pernah
mengalamin penyakit yang sama, tidak ada riwayat DM, keluarga tidak ada penyakit
seperti pasien.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini meliputi pemeriksaan secara
umum dan pemeriksaan dermatologis. Pada pasien ini, secara umum tidak ada kelainan.
Pada status dermatologis, efloresensi terdapat pada regio scapularis, veterbre ; tampak
plak eritematosa, ukuran 2-5 cm, jumlah multiple, bentuk anular dan reguler,
sirkumkrip, disertai dengan skuama berlapis – lapis, tampak makula hipopigmentasi,
ukuran 0,5-2cm, anular, regular, sirkumkrip. Pada regio antebrachii dextra tampak plak
eritematosa, ukuran θ 1,5-3 cm, anular, multiple, regular disertai dengan skuama
berlapis - lapis diatasnya, tampak makula hipopigmentasi, ukuran 0,7-2,5 cm, anular,
multiple, regular dan sirkumskrip. Pada regio antebrachii sinistra terdapat Tampak plak
eritematosa, ukuran θ 2 - 2,5 cm, anular, multiple, regular disertai dengan skuama
berlapis - lapis diatasnya, tampak makula hipopigmentasi, ukuran 0,5-3 cm, anular,
multiple, regular dan sirkumskrip. Pada regio cruris dextra tampak plak eritematosa,
ukuran θ 2 - 4 cm, anular, multiple, regular disertai dengan skuama berlapis - lapis
diatasnya. Pada regio cruris sinistra tampak plak eritematosa, ukuran θ 2 - 5 cm, anular,
multiple, regular disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya.
Diagnosis Banding
1. Psoariasis vulgaris
2. Tinea coporis
3. Ptiriasis rosea
4. Liken simplek kronik
5. Parapsoriasis
Diagnosis Kerja
Psoriasis vulgaris
Penatalaksanaan
Umum
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien,
seperti:1,2,5,7
- menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
- Membersihkan serta memotong kuku.
- mencegah garukan dan gosokan
- cukup istirahat
- menghindari faktor pencetus.
- minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur
Khusus
Penatalaksanaan khusus yaitu dengan memberikasn farmakologi, berupa:
- Sistemik:
metilprednisolon 3 x 4 mg per hari 7 hari
cetirizine 1 x10 mg tablet per hari selama 7 hari jika gatal
Topikal:
Betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis – tipis pada lesi
yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.
Prognosis
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad functionam : Bonam
Quo Ad sanationam : Bonam
3. PEMBAHASAN
Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar,
berlapis-lapis dan transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz, dan
Kobner.1,2 Pada Pasien ini didapatkan dari anamnesis terdapat bercak – bercak
kemerahan yang meninggi yang disertai sisik tebal dan berlapis – lapis, dan pasien juga
pernah mengalamin penyakit yang sama jadi kemungkinan penyakit pasien ini bersifat
residif, dari hasil pemeriksaan penunjang nya dilakukan fenomena tetesan lilin dengan
menggoreskan penggaris pada lesi primer lalu tampak skuama putih seperti lilin yang
digores, pemeriksaan auspitz dengan cara lesi primer dikerok dengan penggaris ,
hingga skuama berlapis – lapis tersebut habis lalu akan tampak bintik – bintik
perdarahan, dan tidak dilakukan pemeriksan Kobner.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner (isomorfik)
kedua fenomena yang disebutkan lebih dahulu dianggap khas, sedangkan fenomena
kobner tidak khas, hanya kira – kira 47 % yang positif dan didapatkan pula penyakit
lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenils.
Secara epidemiologi dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara
20 – 30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 – 60 tahun.8 Insiden pada orang
kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Faktor-faktor lain yang
diduga menimbulkan penyakit ini antara lain genetik, imunologik, dan beberapa faktor
pencetus lainnya seperti stres psikik, infeksi lokal, truma, gangguan metabolik, obat,
juga alkohol dan merokok.2,3,4Pada kasus ini usia Tn.R 20 tahun merupakan faktor
dalam insiden tertinggi dan dari anmnesis didapatkan bahwa Tn. R mengeluhkan
banyak pikiran dan merupakan perokok aktif ini bisa menjadi faktor pencetus terjadinya
psoriasis vulgaris. Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama
seperti yang dialami oleh pasien, berdasarkan teori faktor genetik dan imunologik turut
berperan dalam etipatogenesis psoriasis. Bila orang tua tidak menderita psoriasis resiko
menederita 12%, sedangkan jika salah satu menderita psoriasis resiko mencapai 34 –
39%. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel
yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau keratinosit.
Pasien mengaku pernah berobat 3 bulan yang lalu kemudian pasien tidak
mengambil obat lagi dan penyakit nya kambuh lagi , hal ini terjadi kerena sifat penyakit
psoriasis yang residif.
Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang menonjol pada
kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang
bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-
gatal.3 Pada stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan
hanya terdapat di pingir.2,6 Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti
mika (mica-like scale), serta transparan. Plak eritematous yang tebal menandakan
adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan
inflamasi.2,6,8 Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat,
dan berkonfluensi. Pada kasus ini didapatkan dari pemeriksaan hanya di temukan plak
eritematosa multiple dengan ukuran numular disertai dengan skuama yang berlapis –
lapis (psoriaformis) jadi pada kasus ini sesuai dan didapatkan juga hipopigmentasi
multiple dengan ukuran numular disebabkan krn penyembuhan dari plak eritematosa
dari psoriasis vulgaris dalam teori nya seharusnya tahap penyembuhannya eritema yang
ditengahnya harusnya menghilang dan hanya dipinggir saja.
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,
lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp
dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta
kuku.1,2,5,6 Pada pasien ini hanya terdapat di punggung, kedua lengan atas dan bawah,
kedua tungkai atas bawah berarti sesuai dengan tempat predikleksi psoriasis.
AREA :
0%=0
< 10 % = 1
10 – 29 % = 2
30 % – 49 % = 3
50 % – 69 % = 4
70 % – 89 % = 5
90 % – 100 % = 6
Eritema ( E )
Scaling ( S )
Indurasi ( I )
Setiap parameter ini dihitung berdasarkan tingkat keparahan
Non = 0 Ringan = 1 Sedang = 2 Berat = 3 Amat Berat = 4
Total PASI di hitung dr penjumlahan :
1. Kepala : (E.kepala+S.kepala+I.kepala) x A.kepala x 0.1 = Total kepala = >(0.1)
x 0 x (3+3+1) = 0
2. Lengan : (E.lengan+S.lengan+I.lengan) x A.lengan x 0.2 = Total lengan =>(0.2)
x 4 x (2+1+1) = 3,2
3. Badan : (E.badan+S.badan+I.badan) x A.body x 0.3 = Totalbadan = >(0.3) x 4 x
(3+3+1) = 8,4
4. Kaki : (E.kaki+S.kaki+I.kaki) x A.kaki x 0.4 = Totalkaki =>(0.4) x 4 x (2+2+1)
=8
PENILAIAN PASI
Diagnosa banding pada kasus ini yaitu psoariasis vulgaris adalah tinea coporis,
ptiriasis rosea, liken simplek kronis, parapsoriasis.
Tinea Coporis
Tinea coporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang ditandai oleh baik lesi
inflamsi maupun non inflamasi pada glabrous skin ( kulit tubuh yang tidak berambut)
seperti muka, leher, badan, lengan, tungkai dan gluteal. Kelainan klinis merupakan
lesi bulat atau lonjong, terpisah satu dengan yang lain, berbats tegas terdiri atas
eritema, skuama, kadang – kadang dengan vesikel dan papul di tepi, dapat pla terlihat
sebagai lesi dengan pinggir yang polisiklik. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang,
kadang – kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan pada permulaan penederita
merasa sangat gatal, akan tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan
pada penderita. Pemeriksaan sediaan langsung KOH diperoleh positif.1,2,5,6 Pada
kasus ini tempat predileksi dari tinea coporis sama dengan psoriasis, pada psoriasis
didapatkan plak eritema dengan skuama yang tebal, kasar dan berlapis – lapis
sedangkan pada tinea coporis hanya terdapat eritema dengan skuama yang halus
untuk menyikirkan diagnosis banding dilakukan pada psoriasis fenomena tetesan
lilin, auspitz, kobner sedangkan untuk tinea coporis di lakukan pemeriksan dengan
KOH 10%.
Ptiriasis rosea
Ptiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai
dengan sebuah lesi insial berbentuk eritema dan skuama halus, kemudian disusul
oleh lesi – lesi yang lebih kecil dibadan, lengan dan paha atas dan dilipatan kulit
biasanya sembuh dalam waktu 3 – 8 minggu. Tempat predileksi pada daerah yang
tertutup seperti daerah dada, punggung, lengan atas dan paha. Penderita mengeluh
kan gatal ringan dan lesi nya umumnya eritema yang berbentuk oval dan anular
dengan skuama halus dipinggir, gambaran yang khas yang membedkan dengan
psoriasis vulgaris adalah lesi yang tersusun sejajar dengan kosta, sehingga
menyerupai pohon cemara terbalik.1,2,5,6 pada kasus ini ruam nya sama eritema
dengan skuama yang halus dan bisa tebal jika sering terjadi gesekan atau tekanan,
tempat predileksi nya hampir sama dengan psoriasis vulgaris, hanya yang mebedakan
nya adalah pada psoriasis skuama yang berlapis – lapis dan tedapat fenomena tetesan
lilin dan auspitz dan kobner sedang kan pada ptriasis rosea ruam nya skuama nya
halus dan biasanya menyerupai seperti pohon cemara terbalik dan terdapat papul –
papul milier.
Liken Simplek Kronis
Liken Simplek kronis atau juga dikenal dengan Neurodermatitis sirkumkripta
merupakan suatu peradangan kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak menonjol (likenifisikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.
Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu sampai bertahun-
tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan seringkali
bersifat paroxismal. Untuk membedakan dengan psoriasis vulgaris biasanya dari
lesiny tunggal pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun
edema dan eritema menghilang, bagan tengah berskuama dan menebal, terdapat
likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal
tidak jelas.1,2,5,6
Parapsoriasis
Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang blum diketahui penyebabnya, tempat
predikleksi nya badan, lengan atas dan paha, tidak terdapat pada kulit kepala, muka
dan tangan. Biasanya pasien mengeluhkan eritema dan skuama dapat hemoragik
sedangkan pada pasien psoriasis didapatkan skuama yang berlapis – lapis dan tebal,
kadang – kadang berkonfluensi dan umumnya simetrik.1,2,5,6
Penatalaksanaan dari psoriasis vulgaris secara primer adalah menghindari pasien
dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus. Ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti memotong kuku pasien, memberikan antipruritus,
glukokortikoid topical atau intralesional, obat sitostatik, levodopa, DDS, Etretinat,
Siklosporin, dan pemberian obat topikal seperti preparat tar, kortikosteroid, ditranol,
pengobatan dengan penyinaran, calcipotriol, tazaroten, emolien.
1. Pengobatan sistemik
Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, pada kortikosteroid ada yang
kerja singkat, sedang dan kerja lama. Pada psorisis bisa diberika
prednison dengan dosis ekuivalen 30 mg per hari, setelah membaik dosis
diturunkan perlahan – lahan, kemudian bisa diberika dosis pemeliharan,
bisa juga diberikan metilprednisolon dengan dosis mulai dari 4 mg – 48
mg perhari, dosis tunggal/ terbagi.
Obat sitostatik
Obat yang digunakan adalah metotreksat, mekanisme kerja obat ini yang
spesifik dalam menghambat terjadi inflamasi dan tidak menimbulkan
efek samping seperti obat-obat golongna NSAID. Dosis mulai dari 3 x
2,5mg dengan interval 12 jam dalam seminggi dengan dosis total 7,5 mg,
jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu.
Levodopa
Obat ini di pakai untuk parkinson , diantara nya penderita parkinson
sekaligus psoriasis, dengan dosis 2 x 250 mg – 3 x 500 mg, efek samping
nya berupa mual, muntah, anoreksia, hipotensi dan gangguan psikis.
DDS (Diaminodifenilsulfon)
Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa tipe barber dengan dosis 2
x 100 mg sehari. Efek samping nya anemia hemolitik,
methemoglobinemia dan agranulositosis.
Etretinat dan asitretin
Etretinat merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang
sukar di sembuhkan dengan obat – obat lain menginggat efek
sampingnya. Pada psoriasis obat tersebut mengurangin proliferasi sel
epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosis pada bulan pertama
diberikan 1mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikan
menjadi 1 ½ mg/kbb.
Asitretin merupakan metabolik aktif etetinat yang utama. Kelebihannya
hanya waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan
etretinat yang lebih dari 100 hari.
Siklosporin
Efeknya ialah imunosupresif, dosis nya 6 mg/kgbb sehari, bersifat
nefrototoksik dan hepatotoksik, hasil pengobtan untuk psoriasis baik,
hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi ke kambuhan.
2. Pengobatan topikal
Kortikosteroid1,2,3.5,6,10,11
Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan pengobatan.
Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian dibalut dengan perban
oklusif kering. Yang menjadi pilihan adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi
seperti Clobetassol Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat
0,05%, Fluocinolone 0.01% atau 0.025%, hidrokortison valerat 0,2%,
triamcinolone, fluocionida.
- Clobetasol
Topical steroid super poten kelas I, dengan menekan mitosis dan menambah
sintesi protein yang mengurangi inflamasi dan menyebabkan vasokontriksi.2
- Betametahasone dipropionate cream 0,05%
Merupakan anti inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonuklear
dan memperbaiki permeabilitas kapiler.2
- Triamcinolone 0,025%, 0,1%, 0,5% atau ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
memperbaiki permeabilitas kapiler. Pemberian kortikosteroid berupa
Triamcinolone secara intralesi, biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus
sangat diperhatikan karena pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atropi.2
- Fluocinolone 0.01% atau 0.025%
Topical kosrtikosteroid potensi tinggi yang mengahmbat proliferasi sel .
mempunyai sifat imunosupresif dan anti inflamasi.2
Preparat Ter1,2,3,8
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti
radang.Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
1. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis
oleh karena pemakaian pada lesi luas.
2. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang
bijaksana.
3. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit
sistemik.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih
efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh
lebih besar. Pada psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari
batubara, sebaliknya psoriasis akut dipilih ter dari kayu. Preparat tar seperti liquor
carbonis detergent 2-5% dalam salep dipakai untuk pengobatan psoriasis yang
kronis. Diduga mempunyai efek yang menghambat proliferasi keratinosit. Efeknya
akan meningkat bila dikombinasi dengan asam salisilat 2-5%, akan efektif jika
diaplikasikan pada daerah-daerah yang optimal misalnya lengan, dan kaki.
Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan
topikal, efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi
yang terganggu. Konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik yaitu
menunjang pembentukan keratin yang baru, konsentrasi tinggi 3 -20% bersifat
keratolitik dan dipake untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada kasus ini
asam salisiat diberikan hanya 3%, efek desmolitik asam salisilat ini terbukti
meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal.
Antihistamin1,2,3,4,6,8
Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi keluhan
pruritus dengan memblokir efek pelepasan anti histamine secara endogen.namun
peran dan keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangat rendah.
Beberapa obat antihistamin lainnya yaitu:2
- dipenhidramin,untuk mengurangi gejala pruritus yang disebabkan oleh
pelepasan histamine
- Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja cukup lama
(Long acting), mempunyai selektivitas tinggi pada reseptor histamin - H1
perifer dan tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik.
- chlorpheniramine, bekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1
pada sel efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori
- Hidroxyzine, reseptor H1 antagonis di perifer. Dapat menekan aktiviras
histamine diregio subkortikal sistem saraf pusat .
- Klonazepam, untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-
reseptor di SSP, termasuk system limbic dan pembentukan reticular. Efeknya
bisa dimediasi melalui reseptor GABA.
- Cetirizin HCl adalah antihistamin antagonis H1 generasi kedua, terbukti lebih
nyaman dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek mengantuk
sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien.
Ditranol (antralin)
Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 – 0,8 % dalam pasta, salep atau krim.
Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi,
penyembuhan dalam 3 minggu.
Tazaroten
Merupakan derivat vitamin A, misalnya etretinat atau acitretin. Mempunyai efek
menghentikan diferensiasi dan proliferasi keratinosit dan bersifat anti inflamasi,
dengan menghambat fungsi netrofil. Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa
generalisata ataupun lokalisata, dan eritroderma psoriatik.2,6
Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0.05 % dan 0,1%.
Bila dikombinasikan dengan steroid topical potensi sedang dan kuat akan
mempercepat penyembuhan dan mengurangin iritasi.
Pengobatan dengan sinar
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan
untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara
alamiah, tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan
memperparah psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya
sinar A yang dikenal sebagai UVA.2 Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri
atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut
PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan
cara Goeckerman.2,5,6,9,10,11
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik.
Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan
2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan
pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.1,2