You are on page 1of 7

Arteriosklerosis

1. Definisi
Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang intima arteri
besar dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium.
komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri.
Penimbunan tersebut dikenal sebagai aleroma atau plak. Karena aterosklerosis
merupakan penyakit arteri umum, maka bila kita menjumpainya di ekstremitas, maka
penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh yang lain. (Brunner & Suddarth,
2002).
Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena
mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah
suatu proses berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase
tidak stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak
terduga berkaitan dengan rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala
klinik. Seringkali rupture plak segera pulih, dengan cara inilah proses plak
berlangsung. (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997).
2. Etiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari
aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan
bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul,
menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma,
terisi dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak,
terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar
di dalam arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di
daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera
pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena
ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma
mengumpulkan endapan kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah.
Dan kemudian darah bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga
ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan
memicu pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan
mempersempit bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan
mengalir bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain
(emboli).
Ada 7 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu:

 Tekanan darah tinggi


 Kadar kolesterol tinggi
 Perokok
 Diabetes (kencing manis)
 Kegemukan (obesitas)
 Malas berolah raga
 Usia lanjut

Pria memiliki resiko lebih tinggi dari wanita. Penderita penyakit keturunan
homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini
mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri yang
menuju ke jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia
familial, kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang
lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan arteri lainnya.

3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung
koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan
mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi
terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya.
Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian
tubuh yang diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang
memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan.
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi
pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala
aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri
oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi
secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya
akan timbul secara mendadak.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aterosklerosis
yaitu dengan cara:
 ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan
kaki dan lengan.
 pemeriksaan doppler di daerah yang terkena skening ultrasonik duplex
 CT scan di daerah yang terkena arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di
daerah yang terkena,
 IVUS (intravascular ultrasound).
5. Kompikasi aterosklerosis
Komplikasi yang dapat akibatkan oleh aterosklerosis antara lain adalah:
 Penyakit jantung koroner atau tersumbatnya pembuluh jantung
 Kerusakan organ seperti ginjal, otak, hati dan usus.
 Angina atau serangan jantung
 Stroke
 Terlalu sedikit aliran darah di tungkai
 Serangan iskemik sesaat seperti transient ischemic attack atau TIA
6. Penatalaksanaan
Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis.
Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan
dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk aterosklerosis. Denyut nadi berkurang
pada daerah yang terserang arteriosklerosis. Penanganan yang dapat dilakukan antara
lain:
a. Farmakologik
 Bisa diberiksn obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan
kolesterol dalam darah, contohnya Colestyramine, kolestipol, asam
nikotinat, gemfobrozil, probukol dan lavostatin.
 Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti koagulan bisa diberikan
untuk mengurangi resiko terjadinya bekuan darah.
 Angioplasti balon dapat dilakukan untuk meratakan plak dan
meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.
 Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat
endapan.
 Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, diman
arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat
jembatan guna menghindar arteri yang tersumbat.
b. Non Farmakologik
 Berhenti merokok
Merokok dapat menyebabkan plak lebih banyak pada dinding arteri ,
walaupun sebenernnya asapnya tidak terserap semua, akan tetapi
beberapa limbah atau senyawa rokok tersebut dapat mengendap dalam
jumlah banyak pada dinding arteri.
 Periksa pola makan
Pola makan yang salah juga dapat memicu plak menjadi bertumpuk
bnayak di didnding arteri.jika sering mengonsumsi makanan yang
banyak mengandung lema, minyak dan makanan manis, maka mulai
sekarang harus menghindari makanan-makanan semacam itu karena
makanan tersebut dapat memicu munculnya plak menjadi semakin
parah pada dinding arteri di dalam tubuh,
 Olahraga secaa teratur
Olahraga merupakan aktivitas yang sangat baik untuk kesehatan tubuh
kita, karena dengan melakukan olahraga secara rutin minimal 30
menit sehari, sistem peredaran darah pada arteri bisa berjalan lebih
baik, sehingga hal ini akan membantu pengelupasan atau
pengangkatan plak pada bagian arteri tersebut.
 Memantau kesehatan secara rutin
Dengan memantau kesehatan secara rutin, hal ini bertujuan agar
penumpukan plak pada bagian dinding arteri tidak semakin parah,
misalnya dengan memeriksa tekanan darah seacara rutin setiap harinya
untuk memantau perkembangan kesehatan penyakit arteriosklerosis
yang di derita.
7. Patofisiologi

Faktor resiko : usia, jenis Nyeri/kram otot Nyeri akut/kronis


kelamin, diet, tinggi
lemak,DM, Merokok.
Penumpukan metabolit
ototdan asam laktat Kulit dingin pucat/ sianosis
arteriosklerosis

Sirkulasi darah terganggu Suplai O2 dan nutrisi


terganggu

Arteri koroner Otak Ekstermitas/ perifer

Infark miokard Stroke Sirkulasi perifer


terganggu

Resiko penurunan Hambatan mobilitas fisik Denyut nadi terganggu


perfusi jaringan jantung

Ketidakefektifan
perfusi perifer

Modifikasi gaya hidup Rencana pembedahan

Kuang informasi Post op Pre op

Defisiensi pengetahuan Luka operasi Prosedur tindakan yang


komplek

- Nyeri akut Ansietas


- Resiko infeksi
- Kerusakan
integritas
kulit
8. Konsep dasar asuhan keperawatan arteriosklerosis
a. Pengkajian Keperawatan
Data yang harus dikaji pada pasien yang mengalami aterosklerosis atau
arteriosklerosis sangat tergantung pada lokasi yang terkena. Bila pembuluh
darah koroner yang terkena maka tanda dan gejala klinisnya sesuai dengan
tanda da gejala klinis angina pectoris atau infark miokard akut. Bila otak yang
terkena maka tanda dan gejala klinis yang dikaji sesuai dengan kasus stroke.
Penyakit angina pectroris, infark miokard dan stroke akan dibahas tersendiri.
Pengkajian keperawatan yang akan kami fokuskan disini adalah gangguang
perfusi perifer selain yang mengenai organ tersebut di atas.
Data subyektif yang mungkin didapat : nyeri mendnadak atau
dirasakan pilu, kram, kelelahan atau kelemahan. Nyeri istirahat bersifat
menetap, ngilu, dan tidak nyaman dan biasanya terjadi di bagian distal
ekstremitas. perasaan dingin atau baal pada ekstremitas terjadi akibat
penburunan aliran arteri. Kaji pula tingkat pengetahuan pasien tentang
perawatan penyakitnya.
Data obyektif yang mungkin di dapat : ekstremitas yang terkena akan
tampak pucat saat ditingggikan dan sianosis saat tergantung. Perubahan warna
dan suhu ekstremitas. Perubahan kulit dan kuku, ulkus, ganggren dan atropi
otot bisa tampak jelas. Kuku mungkin menebal dan keruh, kulit mengkilap,
atropi dan kering disertai pertumbuhan rambut yang jarang. Denyut nadi
perifer dapat melemah atau hilang sama sekali.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko penurunan perfusi jaringan jantung b.d penurunan sirkulasi
darah ke jantung (kororner)
2) Nyeri akut b.d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan
3) Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi
4) Ansietas b.d rencana pembedahan yang kompleks
5) Resiko infeksi b.d adanya port de antry akibat luka operasi
(pembedahan)
c. Rencana Intervensi Keperawatan
1) Monitor adanya perubahan tekanan darah
2) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
3) Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
4) Berikasn obat untuk mengurangi kecemasan
5) Berikan terapi antibiotik bila perlu infection protection (proteksi
terhadap infeksi)
d. Evaluasi Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan : suplai darah arteri ke akstremitas
meningkat (teraba hangat, warna kemerahan/tidak pucat).
2) Nyeri akut : nyeri pasca bedah terkontrol.Kerusakan intergitas kulit :
integritas kulit terjaga, tidak terjadi trauma dan iritasi kulit.
3) Risiko kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik, integritas
kulit terjaga.
4) Ansietas : tanda dan gejala ansietas menurun
5) Risiko infeksi : infeksi luka operasi tidak terjadi.

You might also like