You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geofisika merupakan bidang ilmu kebumian yang mempelajari struktur bumi
dilihat dari sifat dan aspek-aspek fisika. Untuk mempelajari struktur bumi,
geofisika melakukan pengambilan data di lapangan yang kemudian
diinterpretasikan berbarengan dengan data geologi agar mendapatkan hasil
interpretasi yang memuaskan dan akurat. Pengambilan data di lapangan dapat
dilalukan dengan metode geofisika. Metode ini menggunakan instrumen dengan
prinsip dan hukum fisika untuk mendapatkan data bawah permukaan bumi. Cara
mendapatkan data dibedakan menjadi dua bagian, yaitu metode aktif merupakan
metode yang harus menggunakan gangguan untuk mendapatkan data dan metode
pasif yang tidak perlu menggunakan gangguan yang dibuat. Metode pasif
menggunakan gangguan alam untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Salah
satu metode pasif adalah metode geomagnetik.
Metode geomagetik adalah salah satu metode pasif di metode geofisika yang
biasanya digunakan bersama metode gravitasi untuk melakulan eksplorasi awal.
Kegiatan eksplorasi yang dapat dilakukan dengan pengaplikasian metode
geomagnetik meliputi eksplorasi minyak bumi, geotermal, dan melihat struktur
geologi bawah permukaan. Metode ini dapat membedakan sifat fisis batuan yang
dilihat dari komposisi mineral batuan. Metode ini cukup mudah dalam melalukan
akuisisi dan pengambilan data di lapangan, tidak seperti metode geolistrik dan
elektromagnetik.
Salah satu aplikasi dari metode geomagnetik adalah untuk mengetahui
persebaran mineral yang ditinjau dari estimasi kedalaman daerah pengukuran.
aplikasi itu menerapkan dari konsep Fast Fourier Transform (FFT). Fast Fourier
Transform adalah sebuah metode dari fungsi algoritma yang dapat
menggambarkan perubahan bentuk sinyal ataugelombang dari domain waktu ke
dalam domain frekuensi.

1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembelajaran estimasi kedalaman (Fast Fourier Transform)
adalah untuk mengetahui pengolahan data dari data yang didapatkan di lapangan
maupun sisntetik salah satunya untuk mengetahui persebaran mineral dari
lapangan yang diinginkan. Selain itu, pembelajaran ini untuk lebih memahami
konsep dasar dari Fast Fourier Transform.
Tujuan dari pembelajaran estimasi kedalaman (Fast Fourier Transform)
adalah untuk menghasilkan dari peta TMI daan RTP pada target lokasi penelitian.
Kemudian, tujuan selanjutnya adalah untuk menghasilkan grafik analisis Fourier
yang dibuat dari konsep Fast Fourier Transform, peta Butterworth Regional dan
Residual dari target lokasi penelitian.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Metode Magnet Bumi


Metode Geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.Metode
ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi
yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di
bawah permukaan bumi.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet
raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan
medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan
bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu,
biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan
tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan
ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari
beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik
pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data
pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik
terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan
yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga
suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat
yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin
besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak.

3
Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode
gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga
keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari
segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar.
Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor
magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor
percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat residual
kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu
lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat,
laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada
pencarian prospek benda-benda arkeologi.

2.2. Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi (Gambar II.1), yang dapat diukur yaitu meliputi arah
dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
 Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen
horizontal yang dihitung dari utara menuju timur
 Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal
ke bawah.
 Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada
bidang horizontal.
 Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik
total.

4
Gambar 2.1. Tiga Elemen Medan Magnet Bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk


menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai
yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari
hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang
dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil
pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah
dengan luas lebih dari 106 km2.
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan
dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer,
maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal
(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite ( Fe 7 S 8 ), titanomagnetite

( Fe 2Ti O4 ) dan lain-lain yang berada di kerak bumi.

5
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari
pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan
(anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan
oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet
remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu
pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang
diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan
induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet
induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam
survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976),
sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :
   
HT  H M  H L  H A (2.1)

dengan : H T : medan magnet total bumi

H M : medan magnet utama bumi

H L : medan magnet luar

H A : medan magnet anomali

2.3. Variasi Medan Magnet Bumi


Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumi senantiasa
mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik ini dapat
terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-faktor
penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain:
1. Variasi sekuler
Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi
medan magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub
magnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan cara
memperbarui dan menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumi
yang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun sekali.

6
2. Variasi harian
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian
besar bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari
perputaran arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari
partikel-partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan
fluktasi arus yang dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi
ini hingga mencapai 30 gamma dengan perioda 24 jam. Selain itu juga
terdapat variasi yang amplitudonya berkisar 2 gamma dengan perioda 25
jam. Variasi ini diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal
dengan variasi harian bulan (Telford, 1976).

(Waktu di titik pengamatan−Waktu 𝑏𝑎𝑠𝑒)


H Var =
(Waktu 𝑙𝑜𝑜𝑝𝑖𝑛𝑔−Waktu 𝑏𝑎𝑠𝑒)
∗ Hmodus 𝑙𝑜𝑜𝑝𝑖𝑛𝑔 − Hmodus 𝑏𝑎𝑠𝑒 (2.2)

3. Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam
medan magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor
penyebabnya diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodanya acak tetapi
kejadian ini sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu
periode yang berhubungan dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai
magnetik secara langsung dapat mengacaukan hasil pengamatan.

2.4. Komponen Magnet Bumi


Nilai magnet bumi merupakan besaran vektor total magnet bumi (F) dan
dapat dinyatakan dalam komponen-komponennya. Komponen medan magnet
bumi dapat diuraikan sebagai berikut:

7
Gambar 2.2. Komponen-Komponen Kemagnetan Bumi

Keterangan:
1. Vektor X, Y, dan H terletak pada bidang horizontal dimana komponen X
berada disepanjang sumbu geografis, komponen Y pada timur geografis dan
H pada komponen horizontal.
2. Vektor Z merupakan komponen vertikal medan magnet bumi.
3. Vektor F merupakan komponen total medan magnet yang terletak pada
bidang vertikal yang memuat komponen H dan Z.
4. Sudut D merupakan sudut deklinasi yang dibentuk oleh arah utara sebenarnya
(X) dengan komponen horizontal (H).
5. Sudut I merupakan sudut inklinasi yang besarnya ditentukan oleh vektor H
dan F.
Hubungan medan magnet antar tiap komponennya dapat dinyatakan melalui
persamaan berikut:
Z = F Sin I (2.3)
H = F Cos I (2.4)
X= H Cos D (2.5)
Y= H Sin D (2.6)
F² = H²+Z² = X²+Y²+Z² (2.7)

Besarnya nilai komponen magnet X, Y, Z, D, dan H dapat diperoleh


melalui hasil pengukuran baik secara manual maupun digital. Sedangkan besarnya

8
komponen yang lain dapat diperoleh melalui hasil perhitungan. Hasil pengukuran
medan magnet bumi di suatu tempat dapat digunakan sebagai parameter dalam
mempelajari tentang precursor gempa bumi (tanda- tanda sebelum terjadinya
gempa).

2.5. Koreksi Data Magnetik


Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada
setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF
dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi
matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau
sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik
lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi
harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan
nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai
positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai
variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian (2.8)

9
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi,
medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama
tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan
dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan
cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang
telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis
yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat
dituliskan sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0 (2.9)
Dimana H0 = IGRF

3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat.Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak
mempunyai aturan yang jelas.Salah satu metode untuk menentukan nilai
koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi
menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988).
Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan
topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta.
Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan
IGRF) dapat dituliska sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 – ΔHtop (2.10)

Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang


terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di
topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan
sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang
mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta

10
kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang
memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.

2.6. Sifat-Sifat Kemagnetan Bumi


Kutub utara bumi yang selama ini merupakan kutub utara dari magnet
bumi begitupun dengan kutub selatan. Kutub selatan merupakan kutub selatan magnet
bumi. Namun demikian, kutub magnet bumi tidak berimpit dengan kutub bumi
secara geografis.
Di antara keduanya terdapat sudut yang menyebabkag garis-garis gaya
magnet bumi tidak tepat berada di kutub utara dan selatan bumi secara geografis, tetapi
sedikit mnyimpang. Garis gaya magnet bumi ini tidak selalu sejajar dengan permukaan
bumi. Ketidaksejajaran ini membentuk sudut yang disebut sudut inklinasi. Dengan
kata lain, sudut inklinasi dapat diartikan sebagai sudut yang dibentuk oleh medan magnet
bumi dengan garis horizontal. Besarnya sudut inklinasi di setiap permukaan bumi memiliki
besar yang berbeda-beda. Dan sudut inklinasi tersebut berada di daerah kutub utara dan kutub
selatan bumi. Di dalam batuan juga memiliki sifat kemagnetan, diantaranya :
 Diamagnetik
Dalam batuan diamagnetik atom – atom pembentuk batuan mempunyai
kulit elektron berpasangan dan mempunyai spin yang berlawanan dalam tiap
pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan
berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet
luar tadi mempunyai Susceptibilitas k negatif dan kecil dan Susceptibilitas k tidak
tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh : bismuth, grafit, gypsum,
marmer, kuarsa, garam.
 Paramagnetisme
Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh
yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan dan mengarah pada arah spin
yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, spin tersebut berpresesi
menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut
sehingga memperkuatnya.
Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi
termal, oleh karena itu bahan tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat:

11
Suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu.Suseptibilitas k bergantung
pada temperatur.Contoh : piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit dll.
Dalam benda-benda magnetik, medan yang dihasilkan oleh momen-
momen magnetik atomik permanen, cenderung untuk membantu medan luar,
sedangkan untuk dielektrik-dielektrik medan dari dipole-dipole selalu cenderung
untuk melawan medan luar, apakah dielektrik mempunyai dipole-dipole yang
terinduksi atau diorientasikan.
 Ferromagnetik
Terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh suatu elektron
sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.keadaan ini diperkuat lagi oleh
adanya kelompok-kelompok bahan berspin searah yang membentuk dipole-dipole
magnet (domain) mempunyai arah sama, apalagi jika didalam medan magnet luar.
Ferromagnetik. Mempunyai sifat susseptibilitas k positif dan jauh lebih besar dari
satu dan susseptibilitas k bergantung dari temperatur. Contoh : besi, nikel, kobalt
 Antiferromagnetik
Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipole
magnetik yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetik secara
keseluruhan sangat kecil.
Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan mengalami
medan magnet kecil dan suseptibilitasnya seperti pada bahan paramagnetik
suseptibilitas k seperti paramagnetik, tetapi harganya naik sampai dengan titik
curie kemudian turun lagi menurut hukum curie-weiss. Contoh : hematite
(Fe2O3).
 Ferrimagnetik
Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel
tetapi jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih
mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi dan
tergantung temperatur. Contoh : magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit
(FeS).

12
2.7. Fast Fourier Transform
Transformasi Fourier cepat (Fast Fourier Transform, biasa disingkat FFT)
adalah suatu algoritma untuk menghitung transformasi Fourier diskrit (DFT)
dengan cepat dan efisien. Transformasi Fourier Cepat diterapkan dalam beragam
bidang, mulai dari pengolahan sinyal digital, memecahkan persamaan diferensial
parsial, dan untuk algoritma untuk mengalikan bilangan bulat besar. Teknik Fast
Fourier Transform digunakan untuk mengekstrak komponen-komponen data pada
domain spektral atau frekuensi, dimana pada domain spasial ataupun domain
waktu komponen-komponen tersebut tidak dapat terlihat secara eksplisit.

2.8. Butterworth Filter


Butterworth filter adalah jenis pemrosesan sinyal filter yang dirancang
untuk memiliki flat respon frekuensi mungkin dalam passband. Hal ini juga
disebut sebagai maksimal datar penyaring besarnya. Ini pertama kali dijelaskan
pada tahun 1930 oleh insinyur Inggris dan fisikawan Stephen Butterworth dalam
makalahnya yang berjudul "Pada Teori Filter Amplifier"
Butterworth memiliki reputasi untuk memecahkan "tidak mungkin"
masalah matematika. Pada saat itu, desain filter diperlukan cukup banyak
pengalaman desainer karena keterbatasan teori kemudian digunakan. Filter itu
tidak umum digunakan selama lebih dari 30 tahun setelah publikasi. Butterworth
menyatakan bahwa: "Filter listrik yang ideal seharusnya tidak hanya benar-benar
menolak frekuensi yang tidak diinginkan, tetapi juga harus memiliki kepekaan
seragam untuk frekuensi yang diinginkan".

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Mulai

Data Lapangan

Oasis Montaj

Peta TMI

Peta Reduce to Pole

Sayatan peta Reduce to Pole

Surfer

MATLAB

Grafik Analisa FFT


Microsoft Excel
Peta Butterworth
Regional dan Lokal
Oasis Montaj

Analisis & Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir Pengolahan Data

14
3.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Gambar 3.1. menjelaskan mengenai proses pengerjaan dari salah satu aplikasi
metode geomagnetik menggunakan konsep dasar Fast Fourier Transform. Untuk
lebih jelas mengenai proses tersebut, di bawah ini akan dijelaskan mengenai dari
setiap proses yang berada pada diagram alir.
 Persiapan. Sebelum memulai pekerjaan, persiapkan beberapa
komponen yang dibutuhkan untuk mengolah data. Beberapa
komponen tersebut adalah laptop dan beberapa software, yaitu
Microsoft Excel, Surfer 10, Geosoft Oasis Montaj, dan MATLAB.
Jangan lupa untuk mempersiapkan data yang telah didapat di lapangan
berupan nilai korrdinat X dan Y, nilai anomai di setiap titik, deklinasi,
inklinasi, dan IGRF pada daerah pengukuran serta buat folder khusus
untuk menyimpan semua data pengolahan.
 Masukkan semua data yang diperoleh di lapangan ke dalam software
Microsoft Excel dan save as dengan format Microsoft Excel 1997-
2003.
 Lalu, buatlah peta TMI dan RTP menggunakan software Geosoft
Oasis Montaj. Langkah pertama adalah buka software Geosoft Oasis
Montaj dan klik file  project  new. Buat file dengan membuat
nama file sesuai dengan keinginan. Kemudian klik database  import
 ecxel spreadsheet  single sheet. Pilih file data hasil pengolahan
yang telah disimpan dengan format Microsoft Excel 1997-2003.
 Untuk membuat peta, klik grid and image  griding  minimum
curvatur. Pilih ΔH untuk channel to grid. Tulis nama file yang
diinginkan untuk menyimpan grid. Klik OK. Setelah itu akan muncul
grid peta TMI.
 Kemudian untuk membuat peta RTP, klik icon load menu. Pilih
magmap. Setelah itu, pilih MAGMAP  MAGMAP 1-Step Filtering.
Pilih peta TMI untuk dijadikan peta input dan tulis nama file yang
diinginkan untuk menyimpan peta output yang akan menghasilkan
pata RTP. Pilih _rangrid.con untuk name of filter control file.
Kemudian pilih SetConFile. Pilih reduce to magnetic pole di first

15
filter to apply. Selanjutnya, masukkan nilai inklinasi seusai dengan
tempat lokasi pengamayan.
 Setelah itu, buat grid pada semua peta yang telah dibuat dengan cara
klik maps tool  base map  draw base map  isi skala dan margin
sesuai dengan kebutuhan. Klik next  tuliskan judul peta sesuai
keinginan.. Munculkan skala warna dengan cara klik maps tools 
base map  symbols  colour legend bar.
 Buatlah sayatan pada peta RTP yang sebelumnya telah ditandai daerah
yang akan disayat dengan polyline serta buatlah database baru.
 Klik grid and image  utilities  grid profile. Masukkan peta RTP
pada kolom Grid1, L0 pada kolom new line name, serta masukkan
nilai sample interval sesuai dengan panjang sayatan.
 Sayatlah peta RTP sesuai dengan garis yang telah dibuat
menggunakan polyline. Kemudian, data sayatan tersebut otomasis
masuk ke dalam database.
 Klik database tools  channel tools  make distance channel untuk
membuat channel pada distance. Setelah itu database tersebut di-
export dalam format CSV.
 Buka software Surfer 10 untuk membuka data yang telah di-export.
Setelah itu, hapus data X dan Y yang berada pada kolom X dan Y
serta pindahkan data distance pada kolom X dan data G_RTP pada
kolom Y. lalu, data tersebut disimpan dalam bentuk.dat.
 Lalu, bukalah software MATLAB. Buka data FFT. Kemudian, muncul
script dan ganti nama file yang telah disimpan dalam format .dat pada
script data=load(“….dat”);. Setelah itu, run script tersebut dan
muncul grafik. Setelah itu tulis di command window beberapa hal
untuk mendapatkan data FFT, A, dan B dengan cara tulis FFT_1
kemudian enter, tulis A kemudian enter, dan lakukan hal yang sama
untuk mencari data B.
 Selanjutnya, buka software Microsoft Excel kembali untuk membuat
tabel pengolahan data grafik analisis Fourier. Kolom yang harus
dibuat adalah no, jarak, intensitas, ΔX, FFT, X, Y, X2, Y2, A, F, ln A,

16
dan K. Nilai jarak dan intensitas didapatkan dari data surfer. ΔX
adalah nilai dari sample interval pada sayatan. FFT, X, dan Y
merupakan nilai yang didapatkan pada pengolahan data menggunakan
MATLAB. A didapatkan dari rumus
𝐴 = √(𝑥 2 + 𝑦 2 ) (3.1)
 Kemudian, buat grafik analisis Fourier dari data K sebagai sumbu X
dan nilai ln A sebagai sumbu Y. Terlihat grafik yang simentris pada
sisi kanan dan kiri. Lalu, hapus grafik yang berada di sebelah kanan
dan pisahkan garis yang merupakan grafik residual, regional, dan
noise yang dilihat dari perbedaan gradien.
 Selanjutnya adalah membuat trendline dan munculkan persamaan
garis dari setiap grafik.
 Buat tabel untuk mencari estimasi kedalaman regional maupun
residual.
 Buka Geosoft Oasis Montaj untuk membuat peta Butterworth regional
dan residual. Cara untuk membuatnya adalah klik MAGMAP 
Interactive filtering  prepare grid. Masukkan peta RTP sebagai
acuan. Kemudian pilih menu forward FFT, Radial average spectrum,
Interactive spectrum filters. Pada menu interactive spectrum filters,
ubahlah jenis filter dengan Butterworth Filter dan masukkan nilai
batas awal K residual atau batas akhir nilai regional pada kolom filter
central wavenumber. Kemudian pilih menu Apply Filter. Lakukan hal
yang sama untuk membuat pet Butterworth residual, hanya saja pada
menu interacive spectrum filter, ubah regional menjadi residual.
 Jangan lupa untuk membuat basemap dari semua peta yang telah
didapat.
 Buat analisis dari peta dan grafik yang telah dibuat dari segi
kuantitatif dan kualitatif.
 Buatlah kesimpulan yang didapat dari cara pengolahan sampai dengan
hasil peta yang didapatkan. Jangan lupa membuat saran untuk tips dan
trik kepada pembaca pada saat melakukan pengolahan yang sama.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel Pengolahan Data

Tabel 4.1. Pengolahan data kelompok 5


No Jarak Intensitas ΔX FFT X Y X^2 Y^2 A F ln A K
0 10 102.722483 10 2.3507 + 0.0000i 2.3507 0 5.52579 0 2.3507 0 0.854713 0
1 20 102.85035 10 0.2271 - 0.3238i 0.2271 -323.825 0.051574 104862.4 323.8247 0.003226 5.780202 0.020276
2 30 102.531627 10 0.0671 - 0.0826i 0.0671 -82.5978 0.004502 6822.397 82.59783 0.006452 4.413983 0.040553
3 40 101.395142 10 0.0404 - 0.0150i 0.0404 -15.0143 0.001632 225.4292 15.01435 0.009677 2.709007 0.060829
4 50 99.8535169 10 0.0168 - 0.0186i 0.0168 -18.6039 0.000282 346.1051 18.60391 0.012903 2.923372 0.081106
5 60 97.7993516 10 0.0143 - 0.0178i 0.0143 -17.7911 0.000204 316.5232 17.79111 0.016129 2.878699 0.101382
6 70 95.3678647 10 0.0156 - 0.0094i 0.0156 -9.412 0.000243 88.58574 9.412013 0.019355 2.241987 0.121659
7 80 92.8269823 10 0.0113 - 0.0080i 0.0113 -7.976 0.000128 63.61658 7.976008 0.022581 2.076438 0.141935
8 90 89.9068705 10 0.0116 - 0.0059i 0.0116 -5.941 0.000135 35.29548 5.941011 0.025806 1.781879 0.162212
9 100 86.3487612 10 0.0106 - 0.0051i 0.0106 -5.1334 0.000112 26.3518 5.133411 0.029032 1.63577 0.182488
10 110 82.4333177 10 0.0091 - 0.0034i 0.0091 -3.4432 8.28E-05 11.85563 3.443212 0.032258 1.236405 0.202765
11 120 78.3183724 10 0.0095 - 0.0020i 0.0095 -2.0321 9.03E-05 4.12943 2.032122 0.035484 0.709081 0.223041
12 130 74.1181654 10 0.0080 - 0.0013i 0.008 -1.293 0.000064 1.671849 1.293025 0.03871 0.256984 0.243318
13 140 69.9195641 10 0.0076 - 0.0009i 0.0076 -0.9334 5.78E-05 0.871236 0.933431 0.041935 -0.06889 0.263594
14 150 66.9447125 10 0.0080 - 0.0013i 0.008 -1.3216 0.000064 1.746627 1.321624 0.045161 0.278861 0.283871
15 160 64.1707483 10 0.0075 + 0.0000i 0.0075 0.0485 5.63E-05 0.002352 0.049076 0.048387 -3.01438 0.304147
16 170 61.6852464 10 0.0076 + 0.0000i 0.0076 0 5.78E-05 0 0.0076 0.051613 -4.87961 0.324424
17 180 59.5002471 10 0.0075 - 0.0000i 0.0075 -0.0485 5.63E-05 0.002352 0.049076 0.054839 -3.01438 0.3447
18 190 57.745382 10 0.0080 + 0.0013i 0.008 1.3216 0.000064 1.746627 1.321624 0.058065 0.278861 0.364977
19 200 56.4509706 10 0.0076 + 0.0009i 0.0076 0.9334 5.78E-05 0.871236 0.933431 0.06129 -0.06889 0.385253
20 210 55.3045541 10 0.0080 + 0.0013i 0.008 1.293 0.000064 1.671849 1.293025 0.064516 0.256984 0.40553
21 220 53.8585637 10 0.0095 + 0.0020i 0.0095 2.0321 9.03E-05 4.12943 2.032122 0.067742 0.709081 0.425806
22 230 51.6775608 10 0.0091 + 0.0034i 0.0091 3.4432 8.28E-05 11.85563 3.443212 0.070968 1.236405 0.446083
23 240 50.2525597 10 0.0106 + 0.0051i 0.0106 5.1334 0.000112 26.3518 5.133411 0.074194 1.63577 0.466359
24 250 49.568281 10 0.0116 + 0.0059i 0.0116 5.941 0.000135 35.29548 5.941011 0.077419 1.781879 0.486636
25 260 50.7355495 10 0.0113 + 0.0080i 0.0113 7.976 0.000128 63.61658 7.976008 0.080645 2.076438 0.506912
26 270 53.5169372 10 0.0156 + 0.0094i 0.0156 9.412 0.000243 88.58574 9.412013 0.083871 2.241987 0.527189
27 280 57.2186188 10 0.0143 + 0.0178i 0.0143 17.7911 0.000204 316.5232 17.79111 0.087097 2.878699 0.547465
28 290 62.213066 10 0.0168 + 0.0186i 0.0168 18.6039 0.000282 346.1051 18.60391 0.090323 2.923372 0.567742
29 300 67.7415054 10 0.0404 + 0.0150i 0.0404 15.0143 0.001632 225.4292 15.01435 0.093548 2.709007 0.588018
30 310 73.5816665 10 0.0671 + 0.0826i 0.0671 82.5978 0.004502 6822.397 82.59783 0.096774 4.413983 0.608295
31 320 82.1794862 10 0.2271 + 0.3238i 0.2271 323.8246 0.051574 104862.4 323.8247 0.1 5.780202 0.628571

Regional Lokal
n 16 16
m 75.733 15.027
2π 6.28 6.28
h (m) 192.9503 38.28535

18
4.2. Peta TMI

nT

Gambar 4.1. Peta TMI

Gambar 4.1. merupakan peta TMI yang dibuat dari data yang diperoleh di
lapangan. TMI adalah singkatan dari Total Magnetic Intensity yang berarti nilai
total intensitas magnetik yang berada di suatu titik pengukuran tertentu. Peta TMI
dibuat dari data koordinat X, Y, dan nilai ΔH di semua titik pengamatan.
Banyaknya titik yang diukur pada daerah ini adalah 232 titik. pengambilan data
dilakukan di daerah Cianjur Selatan, Cianjur, Jawa Barat.
Ada variasi warna di peta tersebut yang menunjukkan adanya variasi nilai
ΔH di setiap titik pengukuran. Variasi warna beragam dari warna merah muda
yang menunjukkan nilai ΔH sangat tinggi dan warna biru yang menunjukkan nilai
ΔH sangat rendah. Range nilai ΔH di peta TMI adalah dari 54 nT sampai dengan
108,6 nT. Nilai ΔH tertinggi di daerah pengukuran kali ini sebesar 109,94 nT dan
nilai ΔH terendah mempunyai nilai sebesar 52,71 nT. Peta TMI ini menggunakan
skala 1:2000. Koordinat maksimum berada pada (731569,03; 9224611,79) dan
nilai koordinat minimal berada pada (731140,83; 9224381,36)
Pada bagian barat daya peta, sangat terlihat jelas bahwa nilai dari
suseptibilitas batuan di daerah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan

19
daerah yang lainnya. Pernyataan ini didukung oleh warna pada peta yang
berwarna merah muda hingga jingga. Pada bagian tenggara dan barat laut terlihat
gradasi warna dari biru muda hingga biru yang menunjukkan daerah tersebut
mempunyai nilai suseptibilitas yang sangat rendah daripada daerah lain. Untuk
bagian tengah, ada warna jingga dan hijau yang menandakan daerah tersebut
memiliki nilai suseptibilitas menengah. Dominasi nilai suseptibilitas pada daerah
tersebut adalah nilai dari tinggi hingga sangat tinggi dengan persentase kurang
lebih 45% dari keseluruhan daerah penelitian.
Berdasarkan sifat batuan, lokasi penelitian diprediksi mempunyai dominasi
batuan dan mineral yang mempunyai sifat paramagnetik. Dapat diprediksi
demikian karena rentan nilai dari nilai suseptibilitas batuan pada lokasi
pengamatan hanya berkisar dari 52,71 nT hingga 109,94 nT. Batuan yang
mempunyai sifat paramagnetik biasanya mempunyai nilai yang positif dan rendah.
Kemungkinan jenis mineral dan batuan yang berada pada daerah tersebut adalah
alumunium, olivin, piroksen, titan, natrium, ampibol, biotit, dan magnesium.

20
4.3. Peta RTP

nT

Gambar 4.2. Peta RTP

Gambar 4.2. menunjukkan peta TMI yang telah dilakukan filtering


menggunakan reduce to magnetic pole filter pada daerah penelitian di Cianjur
Selatan, Cianjur, Jawa Barat. Hasil dari peta tersebut dinamakan peta RTP atau
peta Reduce to Pole. Peta ini menujukkan peta dasar, yaitu peta TMI, dilakukan
reduksi ke dalam satu kutub yang sebelumnya di peta TMI dipengaruhi oleh dua
kutub. Banyaknya titik pengukuran pada lokasi penelitian adalah 232 buah titik.
Peta RTP ini memakai ketetapan inklinasi sebesar -23,476 dan deklinasi sebesar
0,1439. Nilai IGRF yang digunakan pada daerah pengamatan adalah sebesar
44210.
Terlihat veriasi warna dari warna merah muda hingga biru yang
menandakan adanya perbedaan nilai di setiap titik pengamantan. warna merah
muda menunjukkan nilai yang sangat tinggi dan warna biru menandakan nilai
yang sangat rendah. Range nilai di pet RTP ini dimulai dari nilai terendah sebesar
37,6 nT dan nilai tertinggi sebesar 117,7 nT. Peta ini menggunakan skala 1:2000.

21
Ada perbedaan yang cukup mencolok dari peta RTP dan peta TMI. Pada
bagian selatan, timur dan barat laut daerah pengamatan mempunyai nilai
suseptibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan nilai suseptibilitas yang lain
pada satu lokasi pengamatan. nilai suseptibilitas tersebut ditandai oleh adanya
warna dari merah hingga jingga. Sebelumnya hanya pada daerah selatan nilai
suseptibilitas lebih tinggi daripada nilai suseptibilitas yang lainnya. Pada bagian
timur laut, tenggara dan barat lokasi pengamatan, warna biru mendominasi yang
merupakan tanda jika pada daerah tersebut mempunyai nilai suseptibiltas yang
sangat rendah jika dibandingkan dengan besarnya suseptibilitas pada bagian lokasi
penelitian yang lain. Nilai menegah dari nilai suseptibilitas sebagai perantara
pemisah nilai tinggi dan rendah suseptibilitas pada bagian barat, timur laut dan
tenggara. Dominasi warna pada peta RTP adalah warna merah uda hingga merah
dengan kisaran 35% dari keseluruhan daerah pengamatan.
Ada sayatan A – A’ yang berada pada peta RTP. Sayatan A – A’
dibentangkan dari sebelah barat laut sampai ke timur laut lokasi penelitian dengan
barat laut. Sayatan tersebut mewakili dari persebaran nilai suseptibilitas batuan
yang bervariasi di daerah pengukuran karena sayatan ini memotong nilai
suseptibilas sangat tinggi hingga sangat rendah.
Jika peta RTP diinterpretasikan terhadap sifat batuan yang berada pada
bawah permukaan adalah diperkirakan daerah ini mempunyai sifat batuan
paramagnetik. . Dapat diprediksi demikian karena rentan nilai dari nilai
suseptibilitas batuan pada lokasi pengamatan hanya berkisar dari 31,6 nT hingga
117,7 nT. Batuan yang mempunyai sifat paramagnetik biasanya mempunyai nilai
yang positif dan rendah. Kemungkinan jenis mineral dan batuan yang berada pada
daerah tersebut adalah alumunium, olivin, piroksen, titan, natrium, ampibol, biotit,
dan magnesium.

22
4.4. Analisis Grafik FFT

Grafik Analisis Fourier


7
y = -75.733x + 7.3723
6

5 Regional
4 Residual

3 Linear (Regional)
Linear (Residual)
2

1 y = -15.027x + 4.1085

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
-1
Gambar 4.3. Grafik analisis Fourier

Gambar 4.3. merupakan grafik analisis Fourier yang dibentuk dari data K sebagai
sumbu X dan nilai dari ln A sebagai sumbu Y. Grafik ini menunjukkan estimasi
kedalaman dari daerah regional dan residual pada daerah pengukuran yang telah dibuat
dalam peta yang di-filter dengan Butterworth filtering. Ada dua pemisahan grafik di
dalam gambar tersebut, yaitu grafik regional dan residual. Perbedaan dari regional dan
residual pada grafik adalah terlihat dari nilai gradien persamaan garis tersebut. Untuk
nilai gradien regional, nilai gradien lebih besar jika dibandingkan dengan nilai gradien
residual. Ini ditunjukkan dari grafik regional lebih miring jika dibandingkan dengan
grafik residual yang lebih landai. Nilai gradien regional adalah -75,733 sedangkan nilai
gradien residual adalah -15,027.
Warna biru menunjukkan grafik regional yang mempunyai persamaan garis y = -
75,733x + 7,3723 dan warna merah menunjukkan gradik residual yang mempunyai
persamaan garis y = - 15,027x + 4,1085. Grafik regional terbuat dari tiga titik dengan
mempunyai estimasi kedalaman sebesar 192,9503 m. grafik residual dibentuk dari 10 titik
yang jika digaabungkan akan membentuk trendline yang lebih landai daripada regional.
Estimasi kedalaman pada residual adalah sebesar 38,28535 m. Nilai estimasi kedalaman
pada regional lebih dalam daripada residual karena sudut pandang dari regional lebih
dalam ketimbang residual.

23
4.5. Peta Butterworth Filter Regional

nT

Gambar 4.4. Peta Butterworth Filter Regional

Gambar 4.4. merupakan gambaran dari nilai perbedaan suseptibilitas pada


daerah Cianjur Selatan, Cianjur, Jawa Barat yang telah di-filter Butterworth secara
regional. Terlihat ada variasi dari nilai suseptibilias yang ditandai dengan
perbedaan warna di peta tersebut. Warna merah muda menandakan nilai
suseptibiliitas yang tinggi dan warna biru tua menandakan nilai suseptibilitas yang
rendah. Range nilai dari nilai suseptibilitas pada peta tersebut adalah dari nilai -
22,2 nT untuk nilai yang rendah sampai 27,2 nT untuk nilai suseptibilitas yang
tinggi. Skala yang dipakai dalam peta Butterworth Filter regional adalah 1:2000.
Persebaran dari perbedaan nilai suseptibilitas pada peta regional ini
menunjukkan suatu kecenderungan. Kecenderungan ini terlihat dari nilai rendah
yang lebih cenderung di sebelah barat dan nilai tinggi yang berada di sebelah
timur. Kemungkinan adanya kecenderungan besarnya suseptibilias batuan pada

24
tempat tertentu karena filter Butterworth Regional menggunakan bend pass filter
dengan sudut pandang yang lebih tinggi yang membuaat nilai suseptibilitas yang
tergambar tidak terlalu detail, tetapi cakupan dari persebaran setiap nilai
suseptibilitas lebih luas.

25
4.6. Peta Butterworth Filter Lokal

nT

Gambar 4.5. Peta Butterworth Filter Lokal

Gambar 4.5. merupakan gambaran dari nilai perbedaan suseptibilitas pada


daerah Cianjur Selatan, Cianjur, Jawa Barat yang telah di-filter Butterworth secara
lokal. Terlihat ada variasi dari nilai suseptibilias yang ditandai dengan perbedaan
warna di peta tersebut. Warna merah muda menandakan nilai suseptibiliitas yang
tinggi dan warna biru tua menandakan nilai suseptibilitas yang rendah. Range
nilai dari nilai suseptibilitas pada peta tersebut adalah dari nilai -17,4 nT untuk
nilai yang rendah sampai 22 nT untuk nilai suseptibilitas yang tinggi. Skala yang
dipakai dalam peta Butterworth Filter regional adalah 1:2000.
Terlihat adanya persebaran warna yang berbeda di tiap lokasi pengamatan
yang menggambarkan adanya variasi nilai suseptibilitas batuan yang berbeda-
beda. Warna merah muda menunjukkan nilai suseptibilitas yang tinggi sedangkan
warna biru tua menunjukkan nilai suseptibilitas yang rendah. Warna merah muda
hingga tua cukup mendominasi pada peta tersebut dengan perkiraan persentase
65%. Warna merah muda berada pada bagian barat daya dan timur laut pada

26
daerah pengamatan. Warna biru hingga biru muda berada pada bagian barat laut
dan tenggara pengukuran yang menandakan daerah tersebut mempunyai nilai
suseptibilitas batuan yang sangat rendah jika dibandingan dengan daerah lain.
Peta Butterworth Filter lokal dapat menginterpretasikan dan salah satunya
adalah untuk mengetahui persebaran mineral. Persebaran mineral ini dilihat dari
endapan porfiri yang terubahkan. Secara garis besar, endapan porfiri adalah
endapan yang berbentuk blok dengan cadangan besar, tetapi mempunyai kadar
yang sedikit. Berbeda dengan urat hidrotermal yang mempunyai cadangan sedikit,
tetapi mempunyai kadar yang cukup besar.
Untuk emas sendiri, emas biasanya dicari pada mineral yang berasosiasi
dengan emas tersebut. Biasanya, emas beasosiasi dengan mineral yang
mempunyai sifat paramagnetik atau diamagnetik. Untuk mineral yang mempunyai
sifat paramagnetik, emas dapat beasosiasi dengan mineral hematit, arsenopirit,
maupun pirit. Jika emas berasosiasi dengan mineral yang mempunyai sifat
diamagnetik, kemungkinn emas berasosiasi dengan mineral kuarsa, anhidrit, halit,
ataupun helena yang mempunyai nilai suseptibilitas yang rendah atau bernilai
minus.
Ada dua kemungkinan keberadaan emas pada daerah tersebut jika melihat
persebaran dari nilai suseptibilitas batuan. Pada daerah ini mempunyai dua sifat
batuan yaitu paramagnetik dan diamagntik. Untuk paramagnetik, nilai
suseptibilitas relatif kecil, tetapi masih mempunyai nilai positif. Sedangkan untuk
diamagnetik, niali susepbilitas bernilai negatif. Jika emas berasosiasi dengan
mineral yang bersifat paramagnetik, kemungkinan emas berada pada bagian barat
daya dan timur laut daerah pengukuran karena nilai dari suseptibilas pada daerah
tersebut kecil dan bernilai positif. Sedangkan jika emas beasosiasi dengan mineral
yang memepunyai sifat diamgnetik, kemungkinan emas akan berada pada daerah
bagian tenggara dan barat laut pengukuran. pada daerah barat laut dan tenggara
mempunyai nilai suseptibilias yang negatif.

27
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah mengerjakan semua proses dan menganalisis dari semua hasil peta
dan grafik yang didpatkan pada pengerjaan kali ini, ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan, yaitu:
 Banyaknya titik yang diukur pada daerah ini adalah 232 titik yang
digunakan untuk membentuk peta TMI. pengambilan data dilakukan di
daerah Cianjur Selatan, Cianjur, Jawa Barat. Nilai ΔH tertinggi di daerah
pengukuran kali ini sebesar 109,94 nT dan nilai ΔH terendah mempunyai
nilai sebesar 52,71 nT. Kemungkinan pada daerah tersebut mengandung
batuan yang bersifat paramagnetik.
 Peta RTP ini memakai ketetapan inklinasi sebesar -23,476 dan deklinasi
sebesar 0,1439. Nilai IGRF yang digunakan pada daerah pengamatan
adalah sebesar 44210. Sama dengan peta TMI, kemungkinan sifat batuan
yang berada pada peta RTP adalah paramagnetik.
 Grafik analisis Fourier digunakan untuk menentukan estimasi kedalaman
pada peta Butterworth Filter regional dan lokal. Estimasi kedalaman
untuk peta Butterworth Filter regional adalah sebesar 192,9502 m dan
lokal sebesar 38,28535 m. grafik ini juga yang memisahkan data estimasi
kedalaman regional dan lokal.
 Range nilai dari nilai suseptibilitas pada peta Butterworth Filter regional
adalah dari nilai -22,2 nT untuk nilai yang rendah sampai 27,2 nT untuk
nilai suseptibilitas yang tinggi. Ada kecenderungan nilai dengan
suseptibilitas tinggi berada pada bagian timur daerah pengukuran.
 Peta Butterworth Filter lokal dapat digunakan untuk mengetahui
persebaran mineral yang mengasosiasi endapan tertentu. Ada dua
kemungkinan persebaran emas di daerah tersebut jika dilihat dari sifat
magnet batuan. Jika emas berasosiasi dengan sifat mineral diamagnetik,
emas berada pada wilayah biru dan jika emas berasosiasi dengan sifat

28
mineral paramagnetik, emas berada pada wilayah peta yang berwarna
merah.

5.2. Saran
Penguasaan software Oasis Montaj sangat diperlukan untuk pengolahan
kali ini, khususnya pembuatan peta. Selain penguasaan, ketelitian dalam
memproses data juga diperlukan karena jika ada salah satu langkah yang terlewat
atau salah, akan berimbas kepada hasil peta yang didapat. Jangan lupa untuk teliti
juga dalam perhitungan pada software Microsoft Excel. Penguasaan terhadap ilmu
geologi juga dapat membantu dalam interpretasi dari keberadaan dan persebaran
mineral atau batuan yang berada pada lokasi penelitian.

29

You might also like