You are on page 1of 26

PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK ANAK

OLEH:
KELOMPOK 1
A8-B

Desak Putu Putri Mardianti (14.321.2018 )


I Ketut Darma (14.321.2029 )
Ni Luh Putu Aptika Ratna Dewi (14.321.2043 )
Ni Putu Rima Sukmadevi (14.321.2048 )
Ni Made Yanthi Kumala Sari (14.321.2049 )
I Made Widnyana Putra (14.321.2028 )

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

PRODI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2014/2015

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat beliaulah kami bisa membuat dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penilaian Pertumbuhan Fisik Anak”
Makalah ini kami buat bertujuan untuk mengetahui apa saja yang
dimaksud dengan antropometrik,pemeriksaan fisik anak,pemriksaan
Lab(Spesimen) dan pemeriksaan radiologis yang merupakan bagian dari penilain
pertumbuhan fisik anak
Besar harapan kami agar karya tulis ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan penguasaan kompetensi mahasiswa sesuai dengan standar
kompetensi kelulusan yang diharapkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan sebagai upaya penyempurnaan makalah ini di masa mendatang dan
akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Denpasar, 11 April 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Antropometrik ............................................................................ 3
B. Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 4
C. Pemeriksaan Lab (specimen) ...................................................... 7
D. Pemeriksaan Radiologis ............................................................ 16
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 19
B. Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam be
sar,jumlah,ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang biasa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh) Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Penilaian tumbuh
kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh kembang
seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi
medis maupun statistic.
Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang
optimal,Apabila diberikan lingkungan bio-psiko-psikososial yang adekuat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Antropometrik?
2. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Fisik pada Anak?
3. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Lab(Spesimen)?
4. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan radiologis?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Antopometrik
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Fisik pada
Anak
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemeriksaan
Lab(Spesimen)
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemeriksaan radiologis

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANTROPOMETRIK
Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam
“Body measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada
tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai :
Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan ukuran komposisi
tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang
bebas lemak. Penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam
surveilan kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan
fisiologi, interpersonal, dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk
pada pertumbuhan anak. Alat yang sangat penting untuk penilaian
pertumbuhan adalah kurva pertumbuhan (growth chart) pada gambar
terlampir, dilengkapi dengan alat timbangan yang akurat, papan
pengukur, stadiometer dan pita pengukur.
Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah
teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan cara-
cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi
badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold)
diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak.
1. Berat dan Tinggi Badan terhadap umur :
a. Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa
kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju,
mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang pemeriksa pada papan
pengukur (infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan
berdiri diukur dengan stadiometer.
b. Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk
anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan
wanita.
c. Cara canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak
dengan kalkulasi skor Z (atau standard deviasi) dengan mengurangi
nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi

3
referens. Skor Z =atau > +2 (misalnya 2SD diatas median) dipakai
sebagai indikator obesitas.
2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita
pengukur yang tidak molor. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan
lingkaran kepala. Sedangkan lingkaran lengan menggunakan baku dari
Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki pada tahun 1969
3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan,
subskapula dan daerah pinggul., digunakan dalam menilai kegemukan (
alat Harpenden Caliper).
4. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai
secara luas, yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI
mulai disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva
persentil juga.Tingkat kelebihan berat badan harus dinyatakan
dengan SD dari mean BMI untuk populasi umur tertentu. Mean BMI juga
bervariasi seperti pada berat badan normal pada status gizi dan frekuensi
kelebihan berat pada rerata BMI dan standard deviasi yang dihitung.
Misalnya anak dengan rerata BMI +1 SD di suatu negara tidak harus sama
dengan rerata BMI +1 dinegara lain.
Zerfas Alfrend J, Jelliffe Derrick B. and Jelliffe Patrice E.F. Epidemiology
and Nutrion in Human Growth. : A comprehensive Treatise Edisi 2,
Methodology Ecological, Genetics, and Nutritional Effects on Growth.
Plenum Press New York. 1986(13):.475

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien
dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.
1. TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
a. Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera
b. Sebagai tindakan kesehatan preventif

4
c. Penerimaan di RS dan fasilitas perawatan jangka panjang
2. TUJUAN PEM. FISIK BAGI PERAWAT
a. Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
b. Menambah, menginformasikan atau menyangkal data yang diperoleh
dalam riwayat keperawatan
c. Mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan
d. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannya
e. Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
3. METODE PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan
merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai
pasien.
Proses observasi.
Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik
normal atau tanda fisik yang signifikan.
Rahasia inspeksi yg baik adalah perawat selalu memberikan perhatian
pada klien.
b. Palpasi
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah
langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk
menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksi sebelumnya.
Pengkajian lebih lanjut terhadap bagian tubuh yang dilakukan melalui
indera peraba. Melalui palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran
yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisik termasuk posisi, ukuran,
kekenyalan, kekasaran, tekstur dan mobilitas.
Jenis palpasi
1) Palpasi ringan : perawat memberikan tekanan perlahan, lembut dan
hati2, sedalam kira2 1 cm
2) Palpasi dalam : untuk memeriksa kondisi organ, penekanan
sedalam 2-4 cm

5
c. Perkusi
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk
permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi,
ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya.
Perkusi juga merupakan pengetukan tubuh dengan ujung2 jari guna
mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organ2 tubuh dan
menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh
Metode Perkusi
1) Perkusi langsung
permukaan tubuh secara langsung dengan satu atau dua jari tanpa
perantara
Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan
yang dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh
langsung
2) Perkusi tidak langsung
Dengan menempatkan jari tengah non dominan(disebut
pleksimeter) di atas permukaan tubuh dengan telapak tangan dan
jari2 lain tidak berada di permukaan kulit
d. Auskultasi
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada
paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera
abdomen.Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah
suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan
viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem
kardiovaskular. Auskultasi dilakukan dengan STETOSKOP
Manfaat Komponen Stetoskop
Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung alat
(endpiece),tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang ke telinga
(earpiece), menghilangkan suara gangguan eksternal dan demikian
memisahkan dan meneruskan satu suara saja.
Bagian endpiece harus memiliki diafragma dan bel.

6
Diafragma digunakan untuk meningkatkan suara yang tinggi-pitch-
nya., misalnya suara nafas yang terdengar dari paru-paru dan suara
usus melalui abdomen dan ketika mendengarkan suara jantung yang
teratur (S1 dan S2).
Bel dipergunakan khususnya untuk suara dengan pitch-rendah dan
mengamplifikasi suara-suara gemuruh murmur jantung, turbulensi
arteri (bruits) atau vena (hums), dan friksi organ.
PERHATIAN!!!
Ketika menggunakan stetoskop, kurangi suara-suara eksternal yang
mengganggu dan suara artefak. Tutup mulut anda dan, jika endpiece
telah diletakkan pada permukaan tubuh, tutup mata anda dan
berkonsentrasilah.

C. PEMERIKSAAN LAB (SPESIMEN)


Penatalaksanaan spesimen
Tanggung jawab perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:
 memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat
pengambilan spesimen
 menjelaskan tujuan pemeriksaan
 melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman
spesimen dengan benar
 mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran
dengan benar
 melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal
1. Pemeriksaan spesimen: urin
a. urin bersih (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk
pemeriksaan urinalisa rutin diperlukan:
1) Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama
cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan
memiliki pH lebih rendah.

7
2) Jumlah minimal 10mL
3) Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya
sendiri, dengan menampung urin pada wadah yang disediakan,
kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
4) Spesimen harus bebas dari feses
5) Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak
dapat diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari
es. Bila urin berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama
maka kristal urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta
berubah menjadi alkalin.
b. Urin tengah (clean-catch or midstream urin specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan
kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada kemungkinan
kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan
dengan menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.
Perlu mekanisme khusus agar spesimen yang didapat tidak
terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara:
1) bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan
tisue khusus lalu keringkan
2) biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong
dan mengeluarkan bakteri yang ada didistal, beberapa waktu
kemudian tampung urin yang ditengah. Hati-hati memegang wadah
penampung agar wadah tersebut tidak menyentuh permukaan
perineum.
3) Jumlah yang diperlukan 30-60mL

8
Langkah Rasional
1. ikuti kebijakan lembaga dalam Kebijakan lembaga dapat berbeda –beda dalam
pengambilan spesimen metode pengambilan
2. kaji status klien Dapat mengindikasikan penuhnya kandung
a. pada saat terakir kali klienberkemih kemih
b. tingkat kesadaran atau Menunjukan kemampuan klien dalam bekerja
tahap prkembangan sama selama prosedur
c. mobilisasi ,keseimbangan , dan Menentukan tingkat bantuan
keterbatasan fisik
3. kaji tingkat pengetahuan klien terhadap Informasi memungkinkan dapat
pemeriksaan mengklarifikasi kesalah pahaman dan
meningktkan kerjasa sama dari klien
4. persiapkan peralatan : Di gunakan untuk
a. sabun,lap basah,dan handuk membersihkan,membilas,dan mengeringkan
perineum
b. peralatan komersial untuk Membilas larutan antiseptik
mengambil irine dengan cara
bersih,gulungan kapas steril atau
bantalan kasa ukuran 2x2
c. larutan anti septik
d. air steril
e. wadah spesimen steril
f. sarung tangan steril dan non steril
g. pispot
h. label spesimen yang lengkap
5. jelaskan prosedur Mengurangi ansietas
a. alasan dibutuhkannya spesimen Membantu klien mengumpulkan spesimen urin
midstrem secara mandiri
b. cara agar klien dan keluarga dapat Feses dapat merubah karakteristik urindan
membantu dapat menyebabkan nilai pengukuran menjadi
c. cara mengambil spesimen yang salah
bebas dari feses
6. apabila klien tidak merasakan keinginan Meningkatkan kemampuan berkemih
berkemih yang mendesak, berikan air
minum 30 menit sebelum pengambilan
urin
7. Privasi klien Memungkinkan kline bersifat rileks

9
8. berikan sabun,lap basah , dan handuk
untuk membersihkan daerah perineum
9. Pakai sarung tangan non steril dan bantu Mencegah penularan mikroorganisme
perawatan perineum pada klien yang
tidak dapat berjalan
10. ganti sarung tangan Mengurangi transfer infeksi
11. buka peralatan steril atau persiapkan
peralatan steril
12. tuang antiseptik diatas bola kapas Bola kapas digunakan untuk membersihkan
perineum
13. buka wadah steril

14. Bantu dan biarkan klien membersihkan Mengurangi jumlah bakteri


perineum dan mengumpulkan spesimen Mencegah kontaminasi spesimen dengan
urin nya secara mandiri larutan antiseptik
a. Pria Urin yang pertama keluar membuang
1) pegang penis dengan satu mikroorganisme yangt dalam kondisi normal
tangan dan bersihkan ujung terakumulasi di meatus urinarius dan
penis dengan gerakan memutar mencegah bakteri terkumpul di dalam
dari arah tengah keluar dan spesimen
menggunakan swab antiseptik Memungkinkan akses kemeatus uretra
2) bersihkan daerah tersebut Mencegah kontaminasi spesimen dengan
dengan air sterildan keringkan larutan antiseptik
dengan bola kapas Urin yang pertama keluar membuang
3) setelah klien mulai mikroorganisme yangt dalam kondisi normal
mengeluarkan aliran urin terakumulasi di meatus urinarius dan
,letakan wadah pengumpul mencegah bakteri terkumpul di dalam
dibawah aliran urin dan spesimen
kumpulkan 30 – 60 ml
b. wanita
1) buka labia dengan ibu jari dan
jari telunjuk dari tangan yang
tidak dominan
2) bersihkan daerah tersebut
dengan bola kapas ,dari bagian
depan ke belakang
3) bantu klien membersihkan
daerah perineum dan
mengumpilkan secara mandiri

10
4) bersihkan daerah tersebut
dengan air sterildan keringkan
dengan bola kapas
5) dengan tetap memisahkan labia,
klien harus mulai mengeluarkan
urin , dan setelah aliran keluar
letakan wadah spesimen
dibawah aliran urin dan
kumpulkan 30 – 60 ml
15. pindahkan wadah spesimen sebelum Mencegah spesimen terkontaminasi oleh flora
aliran urin terhentidan sebelum kulit
melepaskan labia atau penis.klien
meyelesaikan berkemih dalam bedpend
tau toilet
16. tutup wadah spesimen dengan aman dan Mempertahankan sterilitas bagian dalam
kuat wadah
17. bersihkan urin yang mengenai bagian luar Mencegah transfer mikroorgani9sme dengan
wadah,dan letakan di kantung plastikn orang lain
spesimen
18. pindahkan bedpen dan bantu klien untuk Meningkatkan lingkungan yang rileks
dapat posisi yang nyaman
19. berikan label pada daftar spesimen Mencegah identifikasi yang tidak akurat
20. lepaskan sarung tangan dan cuci tangan Mencegah transfer mikroorgani9sme dengan
orang lain
21. kirim spesimen ke labort dalam 15 menit Bakteri dapat berkembang biak dalam urin
atau m,asukan dalam lemari es
22. catat tanggal dan waktu pengambilan Mendokumentasikan implementasi yang
spesimen dalam catatan keperawatan diprogramkan dokter

c. Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu)


Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang
dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam
– 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau
diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan
bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya

11
urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke
penampungan yang lebih besar.
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
1) mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi
urin
2) menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
3) menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase,
kreatinin, hormon tertentu)
Hal yang perlu dilakukan perawat:
1) Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
2) beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
3) setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang
bersih lalu segera masukan dalam wadah yang lebih besar
4) setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
5) perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum
defekasi
6) wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES
d. Spesimen urin acak
1. Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpil kan
dari urin klien saat berkemih secara alami atau dari kateter foley
atau kantong pengumpul urin yang mengalami diversi urinarius
2. Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
3. Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur
dilakukan,dan hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan yang akurat
4. Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan
ketat padsa wadah spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar
mengenai bagian wadah,meletakan wadah pada kantong
plastik,dan kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.
e. Spesimen Kateter Indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter
yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.

12
Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin
waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL
untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan
agar tidak terkontaminasi.
Pengambilan specimen urin

1) Pengambilan specimen
a) Wadah Spesimen
(1) Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
(2) Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
(3) Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
(4) Wadah berwarna terang.
b) Bahan Pengawet
(1) Formalin 37%.
(2) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).
c) Cara Pengambilan Spesimen
(1) Urine ditampung selama 24 jam
(2) Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml,
kemudian tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100
mg EDTA, kemudian kocok hingga homogen.
d) Identitas Spesimen.
diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat
dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal,
nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
2) Pengiriman Spesimen
a) Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam
wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat
yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara
(cool box).
b) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mudah terbalik atau tumpah.
c) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium
(tidak lebih dari 3 hari).

13
3) Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa
kadar Timah hitam dalam urine, antara lain metoda Dithizone dan
metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan
sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan
ataupun peralatan.
4) Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure
Index (BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi. Kadar Timah
hitam dalam darah 50 g/100ml. Kadar Timah hitam dalam urine
150 g/ml creatinine. Zinc protoporphynin dalam darah (setelah 1
bulan terekspos) 250 g/100 ml erythrocytes atau 100 g/100 ml
darah
5) Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.
2. Pemeriksaan Spesimen: Feses
Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
a. melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik
oleh perawat atau klien sendiri. Pemeriksaan ini menggunakan kertas
tes Guaiac.
b. analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung
banyak lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam
penyerapan lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah,
kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung empedu.
c. mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan
tiga hari berturut-turut.
d. mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan
jumlah feses sedikit untuk dikultur. Pengambilan perlu hati-hati agar
tidak terkontaminasi. Pada lembar pengantar perlu dituliskan antibiotik
yang telah dikonsumsi.

14
Sebelum pengambilan spesimen, perawat perlu mengingatkan klien akan
hal-hal berikut:
a. defekasi pada bedpan yang bersih
b. bila memungkinkan, spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau
darah menstruasi
c. jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah defekasi karena
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah feses
tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau 15-30mL
untuk cair. Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam
kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab untuk segera diperiksa.
3. Pemeriksaan Spesimen: Sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan
trakea. Individu yang sehat tidak memproduksi sputum. Klien perlu batuk
untuk memdorong sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea ke mulut dan
mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
a. kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap
obat
b. untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan
patologi sel. Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi kanker paru-
paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial 3 kali dari
sputum yang diambil di pagi hari.
c. pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-
turut di pagi hari, untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman
tuberkulosis. Beberapa rumah sakit, menggunakan wadah penampung
khusus untuk pemeriksaan ini.
d. menilai keberhasilan terapi.
Cara pengambilan umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien
mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak
dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah sebagai
berikut:

15
a. lakukan perawatan mulut
b. minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum
sebanyak 15-30mL
c. lakukan kembali perawatan mulut.
Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan
mengambil bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur
dilakukan untuk melihat mikoorganisme penyebab penyakit. Dalam
melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu ambil
bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan berwarna
kemarahan. Kadangkala timbul refleks gag, untuk mencegahnya saat
pemeriksaan posisi klien duduk dan minta klien membuka mulut seraya
berkata “ah” lalu kerjakan tindakan dengan cepat.
4. Pemeriksaan Spesimen: Darah
a. Pengambilan Spesimen Darah
1) Alat Dan Bahan
a) Spuit/disposible syringe
b) Blood lancet
c) Karet pengikat lengan/torniquet
d) Kapas
e) Alkohol 70%
2) Wadah Spesimen
a) Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau
tetap di dalam spuit.
b) Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
c) Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.
b. Bahan Anti Koagulan
1) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam
bentuk padat dengan perbandingan 1 : 1.
2) Heparin dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.
c. Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :

16
1) Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila
mengambil darah dalam jumlah sedikit atau tetesan (dipakai untuk
screning test).
2) Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil
darah dalam jumlah agak banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.
d. Cara Pengambilan Spesimen
1) Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga
untuk mengambil darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak
kecil dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih
tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah.
Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :
a) Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol
70% dan biarkan sampai kering.
b) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan
tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
c) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari
tusukkan dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit
jari dan tidak boleh sejajar. Bila yang akan diambil
spesimennya pada anak daun telinga tusukan pinggirnya dan
jangan sisinya sampai darah keluar.
d) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan
kapas beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.
2) Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada
bayi dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus
sagittalis superior. Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
a) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet,
kemudian tangan dikepalkan.
b) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan
kapas berakohol 70%.

17
c) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan
lengan.
d) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit
menjadi 30o dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-
lahan hingga volume yang diinginkan.
e) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian
tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum yang menempel
dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
f) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian
lengan ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
g) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti
koagulan yang disediakan, kemudian digoyang secara perlahan
agar bercampur.
h) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap
kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti
koagulan.
3) Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat
dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama
responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.
4) Pengiriman Spesimen Darah
a) Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/botol
kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar
dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
b) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mudah terbalik atau tumpah.
c) Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang meliputi :
tanggal pengiriman, jenis dan jumlah sampel, jenis pemeriksaan
yang diminta, jenis pengawet, dan tanda tangan pengirim.
d) Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan atau laboratorium
lainnya.

18
e) Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke
laboratorium, pengiriman spesimen maksimum 3 hari.
e. Pemeriksaan Spesimen Darah
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar
Timah hitam dalam darah, antara lain metoda Dithizone dan metoda
Spektrofotometrik Serapan Atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan
sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun
peralatan.
f. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index
(BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi. Menurut WHO (tahun
1977) nilai pada orang dewasa normal adalah 10 s/d 25 µg per
desiliter.
g. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang
5. Pemeriksaan Spesimen: Rambut
d. Pengambilan Spesimen
1) Wadah Spesimen
a) Wadah spesimen rambut harus bersih dan kering.
b) Wadah spesimen merupakan kantong plastik yang dapat
tertutup rapat
2) Cara Pengambilan Spesimen
a) Spesimen diambil di kepala bagian belakang.
b) Ikat rambut sebesar batang korek api dengan menggunakan
benang
c) Potong rambut pada bagian pangkalnya.
d) Spesimen disimpan dalam kantong plastik tertutup rapat.
3) Identitas Spesimen.
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap
dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal,
nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,

19
e. Pengiriman Spesimen
i. Setelah spesimen rambut terkumpul masing-masing dalam kantong
plastik tertutup, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang
lebih besar.
ii. Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium.
f. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar
Timah hitam dalam rambut, antara lain metoda Dithizone dan metoda
Spektrofotometrik Serapan Atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan
sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun
peralatan.
g. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index
(BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi.
h. Tindak Lanjut

D. Pemeriksaan Radiologis
1. Radiologi
Radiologi merupakan salah satu penunjang dalam dunia kedokteran .
Seiring perkembangan zaman di bidang Radiologi terus mengalami
perbaikan, baik pelaksanaan maupun peralatan.
USG ( Ultrasound ) merupakan pemeriksaan yang menggunakan
gelombang suara untuk menampilkan data bentuk gambar ( organ - organ
dalam tubuh). kami Pantai Bethany Care hadir untuk melengkapi
pemenuhan kebutuhan pemeriksaan dengan USG HD11 yang merupakan
peralatan yang memberikan kualitas sangat baik untuk hasil akurat dan
dapat diandalkan serta berpotensi meningkatkan efisiensi pemeriksaan.
USG HD11, lengkap dengan kemudahan penggunaan fitur yang dirancang
untuk berbagai macam kegunaan, seperti tehnik Color Doppler yang
menampilkan perbedaan warna pada pembuluh darah vena dan arteri yang
sangat dibutuhkan pada pemeriksaan organ jantung dan pembuluh darah,

20
disamping itu tampilan gambar dalam bentuk 4D pada kehamilan menjadi
keunggulan dalam melengkapi pelayanan pemeriksaan di Laboratorium
Kami.
Pelayanan Pemeriksaan USG meliputi :
a. Breast ( Payudara )

b. Abdomen ( Perut ), yang meliputi : Liver, Gall Bladder, Pancreas,


Spleen, Kidney, Urine Bladder, Uterus, Prostat

c. Vascular ( Pembuluh Darah )

d. Cardiovascular ( Pembuluh darah Jantung )

e. Musculoskeletal

f. Organ - Organ ( Testis, Thyroid )

g. Pregnancy ( Kehamilan ) dalam bentuk 3D dan 4D

h. Kepala bayi

2. X – Ray
Radiodiagnostic ( Rontgen ) merupakan pemeriksaan yang menggunakan
Sinar X untuk dapat menampilkan organ tubuh. kami Pantai Bethany
Care melengkapi pelayanan pemeriksaan dengan menghadirkan pesawat
X - Ray dengan kemampuan 630 mA yang dapat memberikan kualitas
gambar yang optimal. Pelayanan pemeriksaan X - Ray ( Photo Polos )
meliputi :
a. Organ Skull ( Kepala )

b. Organ Vertebrae ( Tulang Belakang)

c. Organ Respiratory ( Paru - paru )

d. Organ Abdomen ( Perut )

e. Organ Extremitas

3. CR ( Computer Radiografi)
Pelayanan pemeriksaan radiodiagnostic di Laboratorium kami di dukung
dengan tehnologi digital imaging, dimana pengolahan citra digital akan
meningkatkan kualitas dan efisiensi diagnostic radiografi.

21
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam
“Body measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada
tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai :
Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan ukuran
komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa
tubuh yang bebas lemak.
2. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung
kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang
klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.Metode
pemeriksaan fisik yaitu inspeksi,palpasi,perkusi,auskultasi.
3. Penatalaksanaan spesimen yaitu dengan pemeriksaan spesimen
urin,feses,sputum,darah dan rambut.
4. Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa cara yaitu USG (
Ultrasound ) merupakan pemeriksaan dengan gelombang suara,
Radiodiagnostic ( Rontgen ) merupakan pemeriksaan yang menggunakan
Sinar X, CR ( Computer Radiografi) merupakan Pelayanan pemeriksaan
radiodiagnostic di Laboratorium yang di dukung dengan tehnologi digital
imaging, dimana pengolahan citra digital akan meningkatkan kualitas dan
efisiensi diagnostic radiografi.

B. SARAN
Makalah yang telah disusun ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu di
harapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
sempurnanya makalah ini. Terima kasih.

22
Daftar Pustaka

http://id.scribd.com/doc/94530701/Penilaian-Pertumbuhan-Fisik-Anak
http://reviveblue007.wordpress.com/2011/11/15/pengukuran-
anthropometri/
http://weenbee.wordpress.com/2012/10/05/konsep-pemeriksaan-fisik/
Adeline. 2008. Pemeriksaan spesimen.
(http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2008/10/pemeriksaan-spesimen.html,
tanggal diakses 12 april 2015)
http://www.pantaibethanycare.com/radiology.html

23

You might also like