You are on page 1of 26

MAKALAH

Keperawatan Anak Hyperaktif

DISUSUN OLEH :
 AHMAD SYAMSUDIN
 GILANG GINANJAR
 INDRIYANI
 YESY MELINDA

D3 KEPERAWATAN TINGKAT 1A
STIKES KHARISMA KARAWANG
2016/2017 JL. Pangkalan Perjuangan KM 1 (By pass), kabupaten Karawang, Jawa Barat
41316
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Ramat dan
Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Anak ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Hyperaktif” ini dengan baik dan tepat waktu tanpa
hambatan apapun dalam pengerjaannya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, Penulis minta maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pengetikan maupun yang lainnya karena manusia tak lepas dari kesalahan dan mohon saran yang
membangun demi kesempurnaan Makalah ini.

Karawang, 21 Feb. 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................................


Daftar isi .........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang ................................................................................................................


Tujuan .............................................................................................................................
Manfaat ...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian .......................................................................................................................
Etiologi ...........................................................................................................................
Klasifikasi .......................................................................................................................
Manifestasi klinik ...........................................................................................................
Tanda dan gejala .............................................................................................................
Patofisiologi ....................................................................................................................
Komplikasi .....................................................................................................................
Pemeriksaan ....................................................................................................................
Penatalaksanaan ..............................................................................................................
Asuhan keperawatan .......................................................................................................
Pengkajian ......................................................................................................................
Diagnosa .........................................................................................................................
Intervensi ........................................................................................................................
Implementasi ..................................................................................................................
Evaluasi ..........................................................................................................................

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan


perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan
gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga
kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah
salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk
diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsensus pendapat professional menyatakan
bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin,
1998).

Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai
tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari
semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku,
datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di
beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di
Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di
Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari
300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum
diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).

(http://blogger-ardi30.blogspot.com/2013/04/askep-anak-dengan-attention-deficyt.html)

B. Tujuan

1.1 Tujuan Khusus

Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD.

1.2 Tujuan Umum


1. Mahasiswa dapat memahami pengertian ADHD
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi ADHD
3. Mahasiswa dapat memahami simptomatologi ADHD
4. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi ADHD
5. Mahasiswa dapat memahami komplikasi ADHD

1
6. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan ADHD
7. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan ADHD
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ADHD (Attention Deficit
Hiperaktivitas Disorder) serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.

2
BAB II PEMBAHASAN
1. TEORI

1.1 PENGERTIAN

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau
impulsif. Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku yang ditandai dengan
kurang konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas. Gangguan hiperaktivitas diistilahkan
sebagai gangguan kekurangan perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang
terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis, kerusakan
otak minimal atau disfungsi serebral minimal.

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficitand hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada
masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan
perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut
hingga dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“
mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah: Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola
perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam,
tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah
kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.

1.2 ETIOLOGI

Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :

1. Faktor neurologic

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal, persalinan

3
dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan
kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir
dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol
juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor
etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya
disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin
merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi
menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif,
yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya
sisi sebelah kanan

2. Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki


potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah
(lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi
alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

3. Faktor genetic

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan
anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.

4. Faktor psikososial dan lingkungan

Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara
orang tua dengan anaknya.

4
1.3 KLASIFIKASI

Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :

1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau


impulsif.Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri: tidak mampu memusatkan perhatian
secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari
satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat digambarkan sedang berada “diawang-
awang”, tidak bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus
berpindah-pindah, pelupa dan kacau.

2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.

Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa
memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak-anak kecil. Anak dalam
tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari kesana kemari, melompat
seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik. Ia juga impulsif: melakukan sesuatu
secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda
respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia
menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran

3. Tipe gabungan (kombinasi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan


anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut:
kurang mampu memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan
tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara
berlebihan dan impulsif.

Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang
menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan

5
impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak
pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain
seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang
lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.

1.4 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang dapat dilihat pada anak hiperaktif adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi awal anak hiperaktif umumnya terjadi pada anak usia taman kanak-kanak
atau sekolah dasar. Para guru mereka akan melaporkan bahwa anak tersebut tidak dapat
dikendalikan, tidak dapat duduk diam, memasuki ruangan-ruangan serta mengganggu
kegiatan anak-anak yang lain, suka ribut dan tidak mempunyai perhatian, tidak bersedia
mengikuti petunjuk atau perintah yang diberikan, seolah-olah tidak mendengar, tidak mau
belajar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat dimasa lalu serta tidak memberikan
tanggapan terhadap peraturan yang ada.
2. Ukuran obyektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini
memperlihatkan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anak-anak
control yang normal, tetapi gerakan-gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang
bertujuan serta mereka selalu resah dan gelisah.
3. Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat
impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau
merenungkan akibat tindakan mereka tersebut.
4. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan secara
emosional suasana hatinya sangat labil, beberapa menit terlihat gembira, mendadak
marah-marah dan ngambek serta mudah terangsang, perhatiannya gampang teralihkan,
tidak tahan fustasi, dan kurang dapat mengontrol diri.
5. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau bertentangan, mereka
kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap kaku, bersifat permusuhan
dan negatif.

6
6. Mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa
harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi.
7. Mengalami kegagalan dalam akademik dan kadang perkembangan motorik dan
bahasanya juga terlambat, seperti ketidakmampuan belajar membaca, matematika,
mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1-2 tahun dan lebih
sedikit daripada yang sesungguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
8. Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan, anak cepat sekali beralih dari satu
kegiatan ke kegiatan lainnya.
9. Gejala lainnya, adalah tidak mampu mengontrol gerakan, tidak bisa duduk tenang,
bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat duduk dan sepertinya tidak
kenal lelah, seakan energinya digerakan oleh mesin, kalau anak lain diam karena capek
sehabis berlarian, ia paling cuma minum lalu bergerak lagi.

1.5 TANDA DAN GEJALA

Sedangkan menurut Betz, Cecily, 1996 dalam buku Ilmu Keperawatan Anak, terdapat dua
macam gejala hiperaktif, yakni gejala kurang konsentrasi dan gejala hiperaktivitas impulsif,
adalah sebagai berikut :

1. Gejala kurang konsentrasi meliputi :

a) Gagal memberi perhatian secara penuh pada hal-hal yang mendetail atau
membuat kesalahan sembrono dalam tugas-tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas
lainnya.
b) Sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada tugas atau
aktivitas bermain.
c) Sering tampak tidak mendengarkan bila di ajak bicara langsung.
d) Sering tidak mentaati instruksi dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
rumah,tugas atau pekerkaan ditempat kerja (bukan karena sikap menentang atau
karena tidak mengerti intruksi).
e) Sering mengalami kesulitan dalam mengatur tugas-tugas aktivitas

7
f) Sering menghindar, tidak menyukai atau enggan terlibat dalam tugas-tugas yang
memerlukan usaha mental terus-menerus (seperti pekerjaan sekolah atau
pekerjaan rumah).
g) Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas atau
aktivitas (misal : mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau alat-alat sekolah )
h) Sering mudah terdistraksi oleh stimulus luar.
i) Pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

2. Gejala Hiperaktivitas impulsive, meliputi :

a) Tangan dan kaki sering tidak bisa diam karena gelisah atau menggeliat di tempat
duduk.
b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain atau dalam
situasi lain yang seharusnya tidak diperkenankan.
c) Sering berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak semestinya.
d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam aktivitas dalam
waktu senggang dengan tenang.
e) Sering tampak repot atau sering seperti diburu-buru.
f) Bicara sering berlebihan.
g) Sering menjawab pertanyaan tanpa pikir sebelum pertanyaan belum selesai.
h) Sering tidak sabar menunggu giliran.
i) Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (memotong percakapan atau
permainan orang lain)
1.6 PATOFISIOLOGI
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi,
sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu
mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang
berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan
tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,
sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan
mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik

8
serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,
mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta
impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik
menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka
memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

1.7 KOMPLIKASI

1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.


2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengejakan aritmatika
(sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan)

1.8 PEMERIKSAAN

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan
perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-
gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai
dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan
ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat
membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.

1.9 PENATALAKSANAAN

1. Keperawatan
1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami
gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan
ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan
psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai
keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.

9
2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut
jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya
selalu diberikan kata-kata pujian.
3. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah
dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah
bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras
4. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang
keras dan jungkir balik.
5. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-
barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6. Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan
memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga
mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.
2. Medis

a) Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan


hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat,
magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh
sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada
rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan
mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka
biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3
minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan
terdapat pengaruh obat itu atau tidak

10
b) Dosis:

Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya
memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.
1. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-
masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada
awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan
siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5
mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis
yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh
lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan
berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis.
Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih
dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi
yang diharapkan.
2. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg
dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan
satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira
sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam.
3. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75
mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan
dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat
tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi
hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
4. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan,
efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah
anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur,
anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak

11
jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian
maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu
dihentikan.

2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
A. Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt
Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain:
1. Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang
utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif
atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian
besar tidak berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motoric
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah
dikatakan.

12
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat
perkembangannya
3. Mood dan afek
a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan.
4. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari
anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan.
5. Sensorium dan proses intelektual
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau
tidak dapat berhenti memikirkan sesuati.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas.

6. Penilaian dan daya tilik diri


a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan
sering kali tidak berpikir sebelum bertindak

13
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,
seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali
bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, “tidak ada yang menyukaiku di
sekolah”, tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri.

7. Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga
diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan
mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa
terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh

8. Peran dan hubungan


a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan
memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.

14
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau
babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang
meningkatkan penolakan anak.

9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah
penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika
anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan hiperaktif
mencakup :

1. Rambut yang halus


2. Telinga yang salah bentuk
3. Lipatan-lipatan epikantus
4. Langit-langit yang melengkung tinggi serta
5. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
6. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis serta permasalahan-
permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.

C. Pemeriksaan penunjang

1. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan diagnosis gangguan
hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah
gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG
yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian
tentang ketidakmampuan belajar pada anak.
2. Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan gangguan ini.
1. Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean)

15
2. Daftar periksa gangguan (misal: Copeland symptom checklist for attention.
Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation Scale)
3. Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering digunakan,
sering terlihat kesulitan meniru rancangan.

2.2 DIAGNOSA

1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan


(hiperaktivitas).

2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.


3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan
pemusatan perhatian hiperaktivitas.
4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit mental
(hiperaktivitas), kurang konsentrasi

2.3 INTERVENSI

1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan


(hiperaktivitas).

NOC : Ketrampilan interaksi social

Tujuan : Pasien mampu menunjukan interaksi social yang baik.

Kriteria Hasil :

1. Menunjukan perilaku yang dapat meningkatkan atau memperbaiki interaksi social


2. Mendapatakan atau meningkatkan ketrampilan interaksi social (misalnya: kedekatan,
kerja sama, sensitivitas dan sebagainya).
3. Mengungkapkan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain.

Indicator skala :

16
1. Tidak ada
2. Terbatas
3. Sedang
4. Banyak

NIC : Peningkatan sosialisasi, aktivitas keperawatan :

1. Kaji pola interaksi antara pasien dan orang lain


2. Anjurkan pasien untuk bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain dan
menghargai hak orang lain.
3. Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik.
4. Bantu pasien meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
5. Berikan umpan balik yang positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.

NOC: Konsentrasi

Tujuan : Pasien dapat berkonsentrasi secara penuh terhadap obyek atau benda- benda
disekitarnya

Kriteria Hasil :

1. Menunjukan proses pikir yang logis, terorganisasi.


2. Tidak mudah terganggu / focus terhadap sesuatu
3. Berespon dengan baik terhadap stimulus.

Indikator skala :

1. Tidak pernah
2. Jarang

17
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten

NIC : Pengelolaan Konsentrasi, aktivitas keperawatan :

1. Berikan pada anak yang membutuhkan ketrampilan dan perhatian


2. Kurangi stimulus yang berlebihan terhadap orang-orang dan lingkungan dan
orang/bebda-benda disekitarnya.
3. Berikan umpan balik yang positif dan perilaku yang sesuai.
4. Bantu anak untuk mengidentifikasikan benda-benda disekitarnya seperti, memberikan
permainan-permainan yang dapat merangsang pusat konsentrasi.
5. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi obat stimulan untuk anak dengan gangguan
pusat konsentrasi.

3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan
pemusatan perhatian hiperaktivitas.

NOC : Menjadi orang tua

Tujuan : Orang tua mampu menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi terhadap anak
dengan hiperaktivitas.

Kriteria Hasil :

1. Mempunyai harapan peran orang tua yang realistis


2. Mengidentifikasi factor-faktor resiko dirinya yang dapat mengarah menjadi orang tua
yang tidak efektif.
3. Mengungkapkan dengan kata-kata sifat positif dari anak.

18
Indikator skala :

1. Tidak sama sekali


2. Sedikit
3. Sedang
4. Kuat
5. Adekuat total

NIC : Peningkatan Perkembangan, aktivitas keperawatan :

1. Berikan informasi kepada orang tua tentang bagaimana cara mengatasi perilaku anak
yang hiperaktif.
2. Ajarkan pada orang tua tentang tahapan penting perkembangan normal dan perilaku anak.
3. Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku anak yang positif.
4. Bantu keluarga dalam membuat perubahan dalam lingkungan rumah yang dapat
menurunkan perilaku negative anak.

4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)

NOC : Pengendalian Resiko

Tujuan : Klien dapat terhindar dari resiko cedera

Kriteria Hasil

1. Mengubah gaya hidup untuk mengurangii resiko.


2. Pasien/keluarga akan mengidentifikasikan resiko yang dapat meningkatkan kerentanan
terhadap cedera.
3. Orang tua akan memilih permainan, memberi perawatan dan kontak social
lingkungannya dengan baik.

Indikator skala :

1. Tidak pernah

19
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten

NIC : Mencegah Jatuh, aktivitas keperawatan :

1. Identifikasikan factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya: perubahan


status mental, keletihan setelah beraktivitas, dll.
2. Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk
mencegah cedera.
3. Berikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan karakteristiknya (misalnya : naik
tangga, kolam renang jalan raya, dll )
4. Hindarkan benda-benda disekitar pasien yang dapat membahayakan dan menyebabkan
cidera.
5. Ajarkan kepada pasien untuk berhati-hati dengan alat permainannya dan intruksikan
kepada keluarga untuk memilih permainan yang sesuai dan tidak menimbulkan cedera.

4. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan. penyakit mental


(hiperaktivitas), kurang konsentrasi.
NOC: Child Development
Tujuan: Pasien tidak mengalami keterlambatan perkembangan

Kriteria Hasil:

1. Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan yaitu tidak mengalami keterlambatan
25 % atau lebih area sosial/perilaku pengaturan diri atau kognitif , bahasa, keterampilan
motorik halus dan motorik kasar.

Indikator skala :

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang

20
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten

NIC: Meningkatan Perkembangan

1. Lakukan pengkajian kesehatan yang seksama (misalnya, riwayat anak, temperamen,


budaya, lingkungan keluarga, skrining perkembangan) untuk menentukan tingkat
fungsional.
2. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktivitas dengan anak lain.
3. Kaji adanya faktor resiko pada saat prenatal dan pasca natal.
4. Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada perkembangannya.
5. Berikan penguatan yang positif/umpan balik terhadap usaha-usaha mengekspresikan diri.
6. Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam perkembangan anak.

2.4 IMPLEMENTASI

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang


telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi
ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.

2.5 EVALUASI

1. Kemampuan interaksi sosial


2. Proses pikir
3. Fokus terhadap sesuatu
4. Respon terhadap stimulus
5. Harapan peran orang tua
6. Mengungkapkan dengan kata sifat positif
7. Gaya hidup untuk mengurangi resiko

21
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak Hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian dengan hiperaktivitas. Kondisi ini juga disebut hiperkinetik. Ciri-ciri
anak hiperaktif : tidak ada perhatian, impulsif, menentang, destruktif, tidak sabar,
usil, dll. Penyebab anak menjadi hiperaktif karena ingin mendapatkan perhatian
lebih dari orang disekitarnya, kurangnya disiplin dan pengawasan dari orang
dewasa, dan kepribadian anak yang berorientasi pada kesenangan. Bimbingan dan
Konseling menjadi sarana mengatasi anak hiperaktif baik bimbingan konseling
yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Selain itu perlu ada kerja sama
antara pihak sekolah dan orang tua dalam menangani anak yang hiperaktif. Kerja
sama yang baik antar semua pihak akan membantu memperbaiki kedepannya
demi masa depan anak tersebut.

B. Saran

Dengan adanya bantuan khusus dari orang tua, guru-guru, para dokter,
atau lingkungan bermain, anak-anak hiperaktif akan mampu menangani masalah
kurang pemusatan perhatian mereka atau hiperaktif dengan lebih baik. Mereka
juga dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif mereka dalam suasana yang
sesuai seperti latihan fisik atau senam. Oleh karena itu, lebih baik memilihkan
aktivitas yang memberi mereka kebebasan gerak. Atau membuat diagnosis
lengkap yang memerlukan penilaian dari seorang pakar yang berpengalaman
dalam mengevaluasi beberapa hal yang bisa menimbulkan sikap yang tidak dapat
memusatkan perhatian. Diagnosis dibuat dengan mempelajari corak tertentu
tingkah laku anak-anak serta laporan tingkah laku mereka di rumah, dan
disekolah. Beberapa kali perawatan hiperaktif yang berhasil melibatkan
pendekatan multidisiplin yang melibatkan bidang pengobatan, psikologi, social,
dan pendidikan. Untuk penanganan hiperaktif sebaiknya memiliki kelas khusus
yang bisa menanganinya secara benar dan tepat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Betz, Cecily L. Buku saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.

McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.

NANDA. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

23

You might also like