Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
LILIK SIYAGA
E1E008039
SKRIPSI
Oleh :
LILIK SIYAGA
E1E008039
Oleh:
LILIK SIYAGA
E1E008039
Para penguji/pembimbing/
Mengetahui,
Dekan
NIM : E1E008039
karya saya, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya, kecuali yang tersebut di dalam
daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
jiplakan, atas perbuatan tersebut maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
LILIK SIYAGA
NIM. E1E008039
ABSTRAK
Salah satu faktanya dapat dilihat dalam kasus yang terjadi dalam
Surat Putusan No.55/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, dalam kasus ini telah terjadi
suatu tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak yang bernama
Agus Panca Rotama terhadap seorang teman yang bernama Yoga Afriaji.
Principles and norms that live in society which has function to fortify
society’s behavior in doing their daily deed, however, by moving the time , then
changing of society’s behavior also is more appeard, the norms that before
obeyed by society’s is more lived behind, the society’s behavior recently reflect
the regressof society’s culture.
One of the facts can be seen in a case that occurred in Court Decision No.
55/Pid.Sus/2011/PN.Pwt. In this case, has happened a criminality act of murder
which is done by child of under age named Agus Panca Rotama on purpose doing
the murder to a friend named Yoga Afriaji.
In this research, the writer attends to observe about, this is precisely the
application of the elements of article 338 of the Penal Code which serve as the
legal basic for accountability regarding the child acts in a criminal act against
another person’s life in accordance with is it right if the rules of legislation which
is become as basic of law for responsibility of what the child of under age did, in
doing criminality act of murder to a friend appropriate with court decision no
55/Pid.Sus/2011/PN.Pwt? Legal reosoning of judges in deciding criminal cases
against the life of another person by a child?
The research method used was descriptive-analytical, with juridical-
normative approach method, that is, a research conducted by literature concept.
The data were obtained from literature study, so that the data were in form of
secondary data. The data analysis method used was juridical-normative.
From this research it could be concluded that the child named Agus Panca
Rotama as suspected has done the criminal act of murder which broke the
legislation as follow, that is break the section 338 book of prophecy . that even
has caused some victim who is a friend died.
aku tidak akan pernah diam karena aku tahu pemenang itu
bukan pendiam”
SUKSES”
( Ir. Soekarno )
PERSEMBAHAN
cantik...
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Segala Puji dan syukur hanya bagi ALLAH SWT seru sekalian alam,
karena atas rahmatnya dan ridho-Nya, maka skripsi ini yang berjudul “TINDAK
strata satu (S1) Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
mungkin. Namum penulis mengerti bahwa hasil penelitian ini masih perlu untuk
disempurnakan lagi, mohon para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun.
tidak terlepas dari pikiran dan budi baik banyak orang, dengan kesungguhan hati
penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orangtua yang senantiasa penulis
hormati, karena merekalah penulis bisa seperti sekarang ini dan tak lupa untuk
orang yang sangat spesial dalam hidupku yaitu istriku tersayang Raisha Putri
rasa syukur menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada yang
terhormat Sunaryo, S.H., M.Hum selaku Pembimbing I dan Dr. Setyo Wahyudi,
S.H., M.H selaku Pembimbing II, yang selalu menjadi panutan dalam keilmuan
Soedirman Purwokerto;
Pidana serta dosen Penguji pada Seminar skripsi dan Ujian skripsi;
Soedirman Purwokerto;
Semoga Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah
Wasaalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
ABSTRAKS .......................................................................................................... iv
ABSTRACT ..............................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
D. Kegunaan Penelitian................................................................ 16
C. Pemidanaan........................................................................... 43
1. Teori-teori pemidanaan..................................................... 43
2. Tujuan pemidanaan............................................................ 50
A. Hasil Penelitian..............................................……….............57
B. Pembahasan ............................................................................79
A. Simpulan ...............................................................................114
B. Saran .....................................................................................115
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak
mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak
yang terlahir harus mendapatkan hak haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal
ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of
orang lain. Tingkah laku yang demikian disebabkan karena dalam masa
pertumbuhan, sikap dan mental anak belum stabil, dan juga tidak terlepas dari
1
http://anjarnawanyep.wordpress.com-konsep-restorative-justice, diakses melalui
internet pada tanggal 26 desember 2012
lingkungan pergaulannya. Disamping itu keadaan ekonomi pun juga bisa
melakukan pelanggaran hukum, karena ada juga kasus dimana anak sebagai
pelaku ternyata memiliki keluarga yang harmonis. Hal ini dikarenakan begitu
lebih berpotensi untuk mencari sendiri lingkungan diluar keluarga yang bisa
Sebaliknya, jika lingkungan negatif yang didapat, inilah yang justru akan
2 anak&&nomorurut_artikel=390
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=kriminalitas ,
diakses melalui internet tanggal 26 desember 2012
kenakalan dalam masyarakat dan tidak jarang menjurus ke arah tindakan
pemabuk, emosional.
pengetahuan yang telah mengubah cara hidup manusia dan akhirnya hanya
tersebut secara efektif dan intensif. Maka sulit kalau dikatakan Negara akan
3
B. Simanjuntak. Kriminologi. Bandung : Tarsito, 1984, hlm. 55.
melenyapkan kejahatan secara total. Emile Durkheim menyatakan bahwa
kejahatan adalah:4
Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk
bersumber dari alam nilai, maka ia memiliki pengertian yang sangat relatif,
yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu. Jadi apa yang
disebut kejahatan oleh seseorang belum tentu diakui oleh pihak lain sebagai
sesuatu itu merupakan kejahatan tapi berat ringannya perbuatan itu masih
akan tetapi memiliki pola yang sama. Gejala kejahatan terjadi dalam proses
4
Ninik Widiyanti dan Panji Anoraga, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya,
Jakarta:Pradya Paramita, 1987, Hal. 1.
5
Digitized by USU digital library, 2003.
yang ditimbulkannya atau karena bersifat amoral, melainkan lebih dipengaruhi
merupakan suatu persoalan yang paling serius atau penting yang bersumber
tersebut, walaupun secara tidak langsung. Oleh karena itu untuk mencari
6
H. R. Abdussalam, Prospek Hukum Pidana Indonesia dalam Mewujudkan Rasa
Keadilan Masyarakat Jilid II, Jakarta: Restu Agung , 2006
7
Edwin H. Sutherland, Azas-Azas Kriminologi, Bandung , Hal. 106
8
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002, Hal. 214.
Pengertian penjahat dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya.9
diputus oleh pengadilan atas pelanggarannya dan telah dijatuhi hukuman, dan
namun anak juga turut andil dalam melakukan suatu kejahatan yang tidak kalah
bahwa prilaku kriminalitas dilakukan oleh anak, karena masa anak adalah
dimana anak seharusnya bermain dan menuntut ilmu, tapi pada kenyataannya
anak zaman sekarang tidak kalah bersaing dengan orang dewasa untuk
dilakukan oleh orang dewasa dan yang dilakukan oleh anak, Negara lebih
meringankan tindak pidana yang dilakukan oleh anak karena anak merupakan
tunas bangsa dan generasi penerus bangsa sehingga setiap anak pelaku tindak
9
A. Gumilang, Kriminalistik, Bandung: Angkasa, 1993, Hal. 4.
Agus Panca Rotama bin Sukiswo yaitu seorang anak yang berumur 17 Tahun
dan telah melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap salah seorang teman
yaitu yang bernama Yoga Afriaji bin Sukardi, dalam putusan Pengadilan
bersalah karena telah menghilangkan nyawa orang lain sesuai dengan Pasal
338 KUHP. Pada awalnya bermula dari rasa jengkel Agus terhadap Yoga yang
Jatisaba Kec. Cilongok Kab. Banyumas sekitar pukul 24.00 Wib Agus turun
selanjutnya Yoga turun dari kendaraan dan langsung menyerang Agus dengan
memukul dengan tangan kosong ke arah pelipis sebelah kiri Agus satu kali dan
memukul ke arah pipi kiri satu kali, kemudian Agus mengambil bambu
sepanjang setengah meter yang ada, lalu Agus memukul ke arah kepala Yoga
sebelah kiri sebanyak satu kali, sehingga dari kepala Yoga sebelah kiri keluar
darah dan langsung sempoyongan, pada saat sempoyongan Yoga masih sempat
sampai tertunduk, pada saat kepala Agus ditekan ke bawah oleh Yoga, Agus
langsung mengambil parang / bendo yang sudah di bawa dan disimpan di balik
bendo kearah leher sebelah kiri, akan tetapi di tangkis oleh Yoga dengan
menggunakan tangan kanan, sehingga melukai tangan kanan Yoga hingga tiga
itu ke arah leher sebelah kiri dan melukai leher Yoga sebelah kiri, selanjutnya
sebelah kanan dan juga melukai leher sebelah kanan, kemudian Yoga jatuh
senderkan di PAL/PATOK, pada saat itu melihat kalau Yoga masih hidup,
kemudian Agus mengambil tangan kiri Yoga lalu ditaruh di atas PAL
zaman sekarang, Agus merupakan salah satu contoh anak nakal yang telah
10
Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor 55/Pid.Sus/2011/PN.Pwt
sesuai dengan amanat dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak diatur bahwa apabila anak melakukan tindak
pidana pada batas umur yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tetapi diajukan
tersebut namun belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, maka tetap
bukti mengenai kelahiran serta umur dari anak yang bersangkutan, dalam
kekeluargaan.11
11
Braithwaite, John. Restorative Justice and Responsive Regulation. Ofxord: Oxford
University Press, 2002.
12
Ibid.
menyikapi dan menyelesaikan akibat dari pelanggaran dan
implikasinya untuk masa depan.”,
Pada dasarnya terdapat banyak definisi dari restorative justice. Dan pada tahun
encourages those who have caused harm to acknowledge the impact of what
they have done and gives them an opportunity to make reparation. It offers
those who have suffered harmthe opportunity to have their harmor loss
restorative justice pada mulanya berangkat dari usaha Albert Eglash yang
berusaha melihat tiga bentuk yang berbeda dari peradilan pidana. Yang
pada penghukuman pelaku atas apa yang mereka lakukan. Yang kedua
14
Liebmann, Marian. Restorative Justice: How It Works. London: Jessica Kingsley
Publisher, 2007.
dianggap sebagai orang pertama yang menghubungkan tiga hal tersebut dengan
tindakan pelaku kejahatan dengan berusaha untuk secara aktif melibatkan, baik
korban dan pelaku, dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengamankan
berikut:
dari kedua belah pihak dan tokoh pemuka dalam masyarakat), dan victim
awareness work (suatu usaha dari pelaku untuk lebih peduli akan dampak dari
perbuatannya).16
15
Ibid
16
Ibid.
Peradilan Anak merupakan suatu pengkhususan pada lingkungan
perkara yang sama jenisnya dengan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam
(KUHP). Oleh karena hal tersebut, maka secara sistematika hukum (recht
sistematisch) isi kewenangan Peradilan Anak tidak akan dan tidak boleh.
Peradilan Umum.
pada standard minimum Rules for the Adminitration of Juvenile Justice (The
peradilan pidana.
17
United Nation Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice (the
Beijing Rules) Adopted by General Assembly resolution 40/33 tanggal 29 November 1985.
5. Tindakan diversi dilakukan dengan persetujuan anak atau orang
tua/wali.
perlindungan hukum sebagai salah satu cara melindungi tunas bangsa di masa
seperti ini, antara lain dapat berupa cara melindungi anak dari berbagai
ancaman baik dari luar maupun dari dalam dirinya, mendidik, membina,
perlindungan anak secara tidak langsung adalah kegiatan yang tidak langsung
18
Harkristuti Harkrisnowo. Menelaah Konsep Sistem Peradilan Pidana Terpadu (dalam
Konteks Indonesia). Seminar Keterpaduan Sistem Peradilan Pidana di Danau Toba. Medan .
Tanggal 4-5 April 2002, hlm. 3.
ditujukan kepada anak, melainkan orang lain yang terlibat atau melakukan
1. Segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang ataupun
sosial anak dan remaja yang sesuai dengan kepentingan dan hak asasinya.
jasmani anak yang berusia 0-21 tahun, tidak dan belum pernah nikah,
orang dewasa serta melindungi anak dari penerapan hukum orang dewasa.21
19
Maidin Gultom. Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Bandung, PT Refika Aditama,
2008, hlm,.2.
20
Irma Setiyowati Sumitro. Op.cit., hlm. 4.
21
Anthony M. Platt. 1997. The Child Savers: the invention of Delinquency. Chicago dan
London: The University of Chicago Press. Second Edition, Englanrge, hlm. 54.
Dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
benar-benar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar sesuai dengan hak
mengenai hak-hak dan kewajiban anak yang berupa : hukum adat, hukum
perdata, hukum pidana, hukum acara perdata, hukum acara pidana, maupun
yang berjudul Hukum dan Hak-Hak Anak, mantan hakim agung, Bismar
di mana masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis saja tetapi
juga perlu pendekatan yang lebih luas, yaitu ekonomi, sosial dan budaya.22
22
Bismar Siregar dkk. Hukum dan Hak-Hak Anak. Jakarta : Rajawali, 1986, hlm. 22.
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Tinjauan Yuridis Terhadap
B. Perumusan Masalah
dilakukan oleh anak dalam perkara Nomor : 55 / Pid. Sus / 2011 / PN.
Pwt?
pidana terhadap nyawa manusia yang dilakukan anak pada perkara Nomor
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari skripsi ini adalah sebagai
berikut :
Undang Hukum Pidana pada tindak pidana terhadap nyawa manusia yang
dilakukan oleh anak dalam perkara Nomor : 55 / Pid. Sus / 2011 / PN.
Pwt.
perkara tindak pidana terhadap nyawa manusia yang dilakukan anak pada
baik secara teorits maupun praktis sebagai bagian yang tak terpishkan, bagi
1. Manfaat Teoritis:
2. Manfaat Praktis:
menjadi berbagai macam arti, dan para sarjana itu mempunyai batasan dan
pidana menurut pakar dan ahli hukum pidana seperti tersebut di bawah ini:
menjadi:
2) Peristiwa Pidana
3) Perbuatan Pidana
4) Tindak Pidana
mengatakan bahwa:26
25
Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana dan Penerapannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
1990,
26
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
1994, Hlm 172.
Adapun menurut J.E.Jonkers, yang dikutip oleh Martiman
yaitu:27
yang dilarang dan diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar
perbuatan itu juga harus memenuhi unsur formil dan materil, unsur formil
materil adalah yang bersifat melawan hukum atau tidak sesuai dengan
27
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, 1994, Hlm. 15-16
mencakup pengertian melakukan atau perbuatan atau pengertian tidak
pidana”.
28
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986,
Hlm. 55.
29
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia.
yang sangat penting di dalam usaha mengemukakan adanya suatu tindak
pidana.
yang melekat pada si pelaku tindak pidana dalam hal ini termasuk juga
30
Leden Marpaung, Hukum Pidana Bagian Khusus, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, Hlm. 9
Adapun istilah unsur-unsur tindak pidana menurut Moeljatno,
31
J.B.Daliyo ,Pengantar Hukum Indonesia, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2001, Hlm. 14
kalau tindakannya nyata-nyata bertentangan dengan
aturan hukum.
beberapa hal yang penting yaitu, unsur-unsur tindak pidana yang dilihat dari
delik itu dapat dibedakan atas pelbagai pembagian tertentu seperti tersebut
dibawah ini :
segala cara untuk mendapat apa yang mereka inginkan, keadaan tersebut
nyawa orang lain dengan melanggar hukum, apabila dilihat dari kamus
(Belanda : Doodslag) itu dincam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun (Pasal 338 KUHP). jika pembunuhan itu telah direncanakan
yang diancam dengan pidana penjara selama waktu tertentu paling lama
dua puluh tahun atau seumur hidup atau pidana mati (Pasal 340 KUHP).33
(Doodslag).34
338-350. Arti nyawa sendiri hampir sama dengan arti jiwa. Kata jiwa
mengandung beberapa arti, antara lain; pemberi hidup, jiwa, roh (yang
(pembunuhan/murder).
34
Lade Marpung. Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta. Sinar Grafika,
1999, hlm. 4.
b. Berdasarkan unsur kesengajaan (dolus) Dolus menurut teori kehendak
perbuatan.35
a. Teori Aequivalensi yang dianut oleh Von Buri atau dikenal dengan
pemberat)
b. Teori Adaequato yang dipegang oleh Van Kries atau lebih dikenal
35
Adami Chazawi.Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. PT RajaGrafindo, Jakarta,
2001, hlm. 50
menyebabkannya, sementara menurut teori nyawa atau generalisasi
KUHP
yaitu:
2). Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah
ibu (janin), dimuat dalam Pasal 346, 347, 348, dan 349 KUHP.
36
Ibid., hlm 63-64
Kejahatan terhadap nyawa ini disebut delik materiil yakni delik
yang hanya menyebut sesuatu akibat yang timbul tanpa menyebut cara-
perbuatan itu telah menimbulkan akibat yang terlarang ataukah belum atau
pembunuhan (338).
37
Ibid
b. Tindak pidana materiil yang dalam rumusannya mencantumkan unsur
perbuatan atau tingkah laku. Juga disebutkan pula unsur akibat dari
bahwa:39
38
Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung,
1982, Hlm.21-25.
39
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Eresco, Bandung, 1992,
Hlm.23.
40
Ibid.
“Penyimpangan tingkah laku atau deviant merupakan
gejala dari suatu struktur masyarakat di mana aspirasi
budaya yang sudah terbentuk terpisah dari sarana yang
tersedia di masyarakat”.
Hal ini biasanya dapat dilihat dari ciri-ciri kepribadian itu sendiri,
b. Faktor Ekonomi
sebagian besar disebabkan dari pergaulan dan kondisi ekonomi yang tidak
c. Faktor lingkungan
yang diliputi dengan ajaran yang Islami tentunya berbeda dengan keluarga
orang lain, bahkan apabila suatu saat seseorang dipisahkan dari kelompok
orang dan hidup sendirian, maka kemungkinan besar orang tersebut akan
41
ibid,
terlalu bebas tanpa adanya pengawasan dari orang tua, maka akan
42
Adami Chazawi.Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa.PT RajaGrafindo, Jakarta,
2001, hlm. 55.
Rumusan Pasal 338 KUHP dengan menyebutkan unsur tingkah
Untuk dapat terjadi atau timbulnya tindak pidana materil secara sempurna,
itu merupakan percobaan pembunuhan (338 jo 53), dan belum atau bukan
KUHP.43
Ajaran Von Buri yang dikenal dengan teori conditio sine qua non,
yang pada pokoknya menyatakan bahwa semua faktor yang ada dianggap
akibat. Oleh karna itu setiap faktor sama pentingnya, maka satu faktor
dasarnya teori-teori tersebut mencari batasan antara mana faktor syarat dan
mana faktor penyebab atas suatu akibat, teori-teori ini dapat dikelompokan
43
Ibid., hlm. 57-58.
44
Ibid., hlm. 60
a. Teori yang mengidividualisir (individualiserede theorien), atau
yang menyamakan.
menentukan faktor sebab, hanyalah melihat pada faktor mana yang paling
mencari untuk menentukan faktor sebab hanya melihat pada faktor mana
yang normal adalah adequat (sebanding) atau layak dengan akibat yang
timbul, yang faktor ini diketahui atatu didasari oleh yang bersangkutan
45
Ibid.,hlm. 62
Apabila teori adequat sebyektif dari J Von Kries dalam hal
melihat dari sudut subyektif, dan oleh karna itu pandangan Von kries ini
(peramalan yang obyektif). Menurut teori ini, dalam hal mencari faktor
ada setelah (post factum) timbulnya akibat yang dapat dipikirkan secara
Pidana Lain .
46
Ibid.
47
Ibid., hlm. 63-64
dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun
untuk memastikan penguasaan benda yang
diperolehnya secara melawan hukum, pidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau
sementara waktu, paling lama 20 tahun.”
c. Pembunuhan Berencana
Hal ini diatur oleh Pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:
48
Leden Marpaung, Tindak Pidana., hlm.31
49
Tirtaamidjaja. Pokok-pokok Hukum Pidana. Jakarta. Fasco. 1995.
1) Pembunuhan Bayi Oleh Ibunya (kinder-doodslag)
Hal ini diatur oleh Pasal 341 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :
seorang ibu dengan sengaja merampas nyawa anaknya sendiri pada saat ia
Sedangkan unsur yang penting dalam rumusan Pasal tersebut adalah bahwa
Hal ini diatur oleh Pasal 342 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :
Pasal 342 KUHP dengan Pasal 341 KUHP bedanya adalah bahwa
50
Chidir Ali, Respons., hlm. 76
melakukan pembunuhan itu dan mempersiapkan alat-alatnya. Tetapi
hanya si ibu tersebut yang mengetahuinya dan baru dapat dibuktikan jika
Hal ini diatur oleh Pasal 344 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:
yang tegas dan sungguh/nyata, artinya jika orang yang minta dibunuh itu
permintaanya tidak secara tegas dan nyata, tapi hanya atas persetujuan
saja, maka dalam hal ini tidak ada pelanggaran atas Pasal 344, karena
sebuah perang, dimana kalau salah seorang prajurit menderita sakit parah
51
Ibid.
tidak suka membebani kawan-kawannya dalam mencapai tujuan; di dalam
Hal ini diatur oleh Pasal 345 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut:
menganjurkan atau memberi daya upaya kepada orang lain, untuk bunuh
diri dan kalau bunuh diri itu benar terjadi. Jadi seseorang dapat terlibat
upaya untuk bunuh diri; dan baru dapat dipidana kalau nyatanya orang
yang digerakkan dan lain sebagainya itu membunuh diri dan mati
karenanya.53
Hal ini diatur oleh Pasal 346 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :
52
Ibid,.hlm.77
53
Ibid.
54
Ibid.
“Perempuan dengan sengaja menyebabkan gugur atau
mati kandungannya atau menyuruh orang lain
menyebabkan itu dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya empat tahun”.
Hal ini diatur oleh KUHP Pasal 347 yang bunyinya sebagai
berikut :
Mengandungnya
Hal ini diatur oleh Pasal 348 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
C. Pemidanaan
1. Teori Pemidanaan
Pemerintah dalam menjalankan hukum pidana senantiasa
Penganut dari teori ini ialah Immanuel Kant dan Leo Polak. Teori ini
bahwa konsekuensi tersebut adalah suatu akibat logis yang menyusul tiap
kejahatan. Menurut rasio praktis, maka tiap kejahatan harus disusul oleh suatu
pidana. Oleh karena menjatuhkan pidana itu sesuatu yang menurut rasio
55
Utrecht,Hukum Pidana I,Peenerbit Universitas,Bandung,1967,hlm.158-159.
dilakukan, maka menjatuhkan pidana tersebut adalah sesuatu yang dituntut oleh
keadilan etis.56
Leo Polak tidak dapat menerima teori Kant, karena teori itu
paksaan saja. Etika dan sebagainya tidak perlu diperhatikannya. Akan tetapi
kepada etika. Pidana itu bukan penderitaan, karena pidana hendak memaksa.
Sebaliknya, pidana itu bersifat memaksa supaya pidana itu dapat dirasakan
Menurut Leo Polak, maka pemidanaan harus memenuhi tiga syarat ialah :
hukum objektif;
b) Pidana hanya boleh memperhatikan apa yang sudah terjadi. Pidana tidak
boleh memperhatikan apa yang mungkin akan atau dapat terjadi. Jadi,
56
Djoko Prakoso dan Nurwachid,Studi Tentang Pendapat-Pendapat Mengenai Efektivitas Pidana
Mati Di Indonesia Dewasa Ini,Ghalia Indonesia,Jakarta,1984,hlm.19.
Menurut ukuran-ukuran objektif berarti sesuai dengan beratnya delik yang
dilakukan penjahat;
Beratnya pidana tidak boleh melebihi beratnya delik. Hal ini perlu supaya
“Pada masyarakat Jawa ada semboyan “hutang pati nyaur pati”, yang
ب فِيهَا َٰ َخلِ ًۭدا َجهَنَّ ُم فَ َجزَ ٓا ُؤ ۥهُ ُّمتَ َع ِّم ًۭدا ُم ْؤ ِم ًۭنا يَ ْقتُلْ َو َمن َّ َع َذابا لَ ۥوُ َوأَ َع َّد َولَ َعنَ ۥوُ َعلَ ْي ِو
ِ ٱَّللُ َو َغ
َ ض
َظ ًۭيما
ِ ع
tertib masyarakat. Oleh sebab itu, tujuan dari pemidanaan adalah menghindarkan
ialah jika seseorang terlebih dahulu mengetahui bahwa ia akan mendapat suatu
pidana apabila ia melakukan suatu kejahatan, maka sudah tentu ia akan lebih
berhati-hati akan tetapi, penakutan tersebut bukan suatu jalan mutlak (absolut)
untuk menahan orang melakukan suatu kejahatan. Sering suatu ancaman pidana
belum cukup kuat untuk menahan mereka yang sudah merencanakan melakukan
suatu kejahatan, yaitu khususnya mereka yang sudah biasa tinggal dalam penjara,
Pembela teori prevensi khusus adalah Van Hamel. Van Hamel membuat
suatu gambaran tentang pemidanaan yang bersifat prevensi khusus itu sebagai
berikut :
59
Djoko Prakoso dan Nurwachid,Loc Cit.
b) Pemidanaan harus memuat suatu anasir yang memperbaiki bagi terpidana,
hukum.60
pidana adalah merupakan sasaran utama yang akan dicapai. 61 Sebab tujuan
berarti dengan pidana itu ia harus dibina sedemikian rupa sehingga setelah selesai
mendapat pidana.
c. Teori Gabungan
teori tujuan, maka timbullah golongan ketiga yang mendasarkan pada jalan
yang ada.
60
Ibid,hlm.23.
61
Sudarto,Op Cit,hlm.89.
1) Teori gabungan yang menitikberatkan pembalasan, tetapi membalas itu
tidak boleh melampaui batas apa yang perlu dan sudah cukup untuk dapat
ketaatan pada hukum. Oleh sebab itu, pidana baru dijatuhkan jika memang
masyarakat, tetapi tidak boleh lebih berat daripada suatu penderitaan yang
pidana itu ialah kesejahteraan umum. Untuk adanya pidana maka harus
ada kesalahan pada pelaku, dan kesalahan (schuld) itu hanya terdapat pada
pidana merupakan sifat umum dari pidana, tetapi bukan tujuan pidana,
masyarakat;
3) Teori gabungan yang menganggap kedua asas tersebut harus
dititikberatkan sama.
pidana harus disusun sedemikian rupa sebagai suatu hukum pidana yang
adil, dengan ide pembalasannya yang tidak mungkin diabaikan baik secara
2. Tujuan Pemidanaan
merendahkanmartabat manusia.
2008.
62
Djoko Prakoso dan Nurwachid,Op Cit,hlm.24.
BAB III
METODE PENELITIAN
informasi yang relevan terhadap judul dan perumusan masalah serta identifikasi
masalah, untuk itu agar diperoleh data yang akurat, penulis menggunakan metode
A. Metode pendekatan
penelitian yang menekankan pada ilmu hukum, tetapi di samping itu juga
yang lalu dan saat ini diberlakukan, agar mendapatkan gambaran yang
B. Spesifikasi penelitian
digunakan”.64
C. Tahapan Penelitian
akan dibahas, kemudian mencari teori dan konsep, kemudian mencari dan
menelusuri dan mengumpulkan data primer dan data skunder yang relevan
setelah itu diolah dan dituangkan dalam skripsi ini, untuk mendapatkan
yaitu :
64
Martin Steinman dan Gerald Willen, Metode Penulisan Skripsi dan Tesis, Angkasa,
Bandung. 1974, hlm. 97.
65
Ibid, Hlm. 11.
66
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif “Suatu Tinjauan Singkat”, Rajawali
Pers, Jakarta, 1985, hlm. 11.
Pidana67, UU No. 4 Tahun 1979,UU No 3 Tahun 1997, UU No
23 Tahun 2002
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder
yang diperoleh dari kepustakaan dan data primer dari lapangan yang
67
Ibid, hlm. 14.
68
Ronny Hanitijo Soemantiro, Op.Cit, hlm. 116.
1. Studi kepustakaan ( library Research ), yaitu melalui penelaahan
dengan aturan lain atau tidak, sehingga data yang diperoleh lebih
atau data sekunder yang berupa bahan hukum primer, sekunder dan
dalam praktek.
Perlindungan Anak.
E. Lokasi Penelitian
lain:
1. Perpustakaan
1).Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Jl. Prof.
2. Penelitian Lapangan
F. Analisis Data
positif:
tinggi kedudukannya.
C. Hasil Penelitian
1. Duduk Perkara
Agustus 2011 sekira jam 00.30 WIB atau setidaknya pada waktu lain dalam
Bulan Agustus 2011 atau setidaknya masih dalam tahun 2011 bertempat di
Pada awalnya bermula dari rasa jengkel Agus terhadap Yoga yang sering kali
Kec. Cilongok Kab. Banyumas sekitar pukul 24.00 Wib Agus turun dari
Yoga turun dari kendaraan dan langsung menyerang Agus dengan memukul
dengan tangan kosong ke arah pelipis sebelah kiri Agus satu kali dan
memukul ke arah pipi kiri satu kali, kemudian Agus mengambil bambu
sepanjang setengah meter yang ada, lalu Agus memukul ke arah kepala Yoga
sebelah kiri sebanyak satu kali, sehingga dari kepala Yoga sebelah kiri keluar
bawah sampai tertunduk, pada saat kepala Agus ditekan ke bawah oleh
Yoga, Agus langsung mengambil parang / bendo yang sudah di bawa dan
mengayunkan parang / bendo kerah leher sebelah kiri, akan tetapi di tangkis
kanan Yoga hingga tiga jari putus, kemudian Agus menyerang lagi dengan
pada saat itu melihat kalau Yoga masih hidup, kemudian Agus mengambil
tangan kiri Yoga lalu ditaruh di atas PAL kemudian menebas tangan kiri
dengan parang/bendo sebanyak dua kali, sehingga dia tidak bergerak lagi dan
mengakibatkan meninggal.
pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Margono Soekarjo
Luka bacok di kepala dan telinga kiri dan kanan akibat trauma tajam;
2. Dakwaan Jaksa
KESATU :
PRIMAIR :
Tahun 1997.
SUBSIDIAIR :
Tahun 1997.
LEBIH SUBSIDIAIR :
diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP jo Pasal 1 angka 1 UU RI
No 3 Tahun 1997.
ATAU:
KEDUA :
Tahun 1997.
3. Barang Bukti
berupa :
- 1 (satu) unit SPM Yamaha Mio warna hijau, thn 2011 No.Pol.R.5636.WE,
Nosin.28D2497928, Noka.MH328D305BK503945.
- 1 (satu) buah STNK An. NUR HARTATI Alamat Ds, Kasegeran
dan
milik dari Yoga Afriaji dan Nurhartati, maka dikembalikan kepada ahli
- 1 (satu) buah celana jeans warna abu-abu merk “ Nevada” kondisi bekas
dibakar.
- 1 (satu) buah celana jeans ukuran ¾ warna abu-abu merk LEAD jeans dan
- 1 (satu) buah ikat pinggang warna hitam dengan timang gambar garuda.
- 1 (satu) pasang sandal japit warna hitam bertuliskan “Rotex”. Oleh karena
untuk dimusnahkan.
4. Alat Bukti
a. Keterangan Saksi
- Bahwa saksi mengetahui adik saksi meninggal dunia pada hari Rabu
adalah warga.
- Bahwa adik saksi meninggal dunia di hutan jati ikut Grumbul Wadas
- Bahwa nama adik saksi yang meninggal dunia namanya Yoga Afriaji
165 cm, badan sedang, kulit sawo matang, rambut pendek hitam lurus.
- Bahwa adik saksi tinggal satu rumah dengan saksi dan dengan kedua
- Bahwa saksi tidak pernah melihat adik saksi bertemu dengan terdakwa.
- Bahwa adik saksi pergi terakhir dan tidak kembali lagi pada hari Selasa
- Bahwa saksi masih ingat pakaian yang dipakai adik pada saat adik pergi,
adik saksi memakai jemper warna coklat, celana jeans panjang ¾ warna
- Bahwa pada waktu adik saksi mau pergi adik saksi Yoga Afriaji pamit
dengan saksi.
- Bahwa setahu saksi adik saksi Yoga Afriaji meninggal dunia karena
Agustus 2011 sekitar pukul 18.15 wib sehabis Yoga Afriaji buka puasa
dengan saksi dan ibu saksi, adik saksi Yoga Afriaji berpamitan hendak
pergi ke Tanjung Purwokerto, waktu itu ibu saksi melarang karena sudah
waktunya sholat tarawih, akan tetapi adik saksi Yoga Afriaji tetap
memaksa pergi dan meminta uang kepada ibu saksi sebesar Rp.15.000,-.
- Bahwa pada waktu itu adik saksi Yoga Afriaji berpamitan hendak pergi
- Bahwa pada hari Selasa tanggal 9 Agustus 2011 sekitar pukul 23.00 wib
karena sudah malam dan adik saksi Yoga Afriaji belum pulang saksi
kawatir, maka saksi SMS adik saksi Yoga Afriaji dengan maksud untuk
Afriaji akan pulang jam 22.00 wib dan oleh adik saksi Yoga Afriaji
- Bahwa pada hari Selasa tanggal 9 Agustus 2011 sekitar pukul 24.00 wib
saksi SMS lagi ke adik saksi lagi Yoga Afriaji “ Yoga jam segini kok
kamu belum pulang ini kan sudah malam, besok mau sekolah,” dan
dipikirkan terus “.
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2011 sekitar pukul 01.07 wib
ada SMS ke HP saya darti HP milik adik saksi Yoga Afriaji yang isinya “
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2011 sekitar pukul 03.00 wib
saksi coba telepon adik saksi Yoga Afriaji tetapi HP milik adik saksi
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2011 sekitar pukul 06.47 wib
ada SMS lagi ke HP saksi dari HP milik adik saksi Yoga Afriaji yang
isinya sama seperti SMS pada pukul 01.07 wib yaitu Mba Yoga kabur
ke Jawa Timur, Yoga ada masalah menghamili anak orang, Yoga
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2011 sekitar pukul 07.01 wib
katanya dia takut karena ada masalah, dia takut kalau dimarahi
aktif.
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2011 sekitar pukul 07.10 wib
setelah saksi menerima telepon dari HP adik saksi Yoga Afriaji, ibu dan
- Bahwa pada hari rabu tanggal 10 Agustus 2011 sekitar pukul 11.00 wib
- Bahwa saksi tidak tahu kenapa adik saksi dibunuh oleh terdakwa.
kaos lengan pendek warna cokelat bertuliskan “arrange” dan ada noda
darah, 1 (satu) buah celana jeans ukuran ¾ warna abu-abu merk LEAD
jeans dan ada noda darah, 1 (satu) buah ikat pinggang warna hitam
dengan timang gambar garuda, 1 (satu) pasang sandal japit warna hitam
- Bahwa adik saksi kalau pergi main selalu pamit sama saksi dan kalau
- Bahwa saksi tidak pernah melihat adik saksi membawa dan minum-
minuman keras.
2. Saksi. WARYANTO.
- Bahwa awal mula saksi melihat mayat adalah pada hari Rabu 10 Agustus
2011 sekitar pukul 05.30 wib, pada saat saksi jalan kaki melintasi jalan
tersebut, melihat darah segar berceceran dipinggir jalan dan saat itu
saksi merasa curiga, berhubung saat itu sedang mengantar anak saksi ke
sekolah jadi saksi tidak berhenti dan saksi langsung berjalan kearah
utara, dan saksi pulang juga melewati jalan terebut dan sekaligus mampir
hutan jati banyak berceceran darah , dan saksi langsung nderes kelapa,
sekitar pukul 10.00 wib saksi bertujuan mencari rumput dan saksi
merasa penasaran adanya darah tersebut dan saksi cek dan saksi telusuri
didalam hutan tersebut ternyata ada sesosok mayat laki-laki yang tidak
saksi kenal dan saksi merasa takut dan saksi pulang menghubungi Pak
dimungkinkan dibunuh, dan saat itu pula saksi bersama pak RT dan
warga lainnya mengecek lagi adanya mayat tersebut namun saksi tidak
- Bahwa yang pertama kali melihat mayat yang diketahui bernama Yoga
adalah darah orang yang habis dibunuh, saksi langsung lapor pak RT.
Agustus 2011 sekitar pukl 10.00 wib di jurang hutan kayu jati Wadas
Banyumas.
- Bahwa yang pertama kali melihat mayat adalah saksi sendiri, saat itu
setelah beberapa saat kemudian ada beberapa orang yang paham yang
diseret
lampu penerangan.
- Bahwa didekat pal ditemukan juga potongan tangan dan potongan jari.
- Bahwa setahu saksi rumput yang rusak adalah dari pal sampai ke tempat
ditemukannya mayat.
pembunuhan.
et repertum.
/bedah mayat .
- Bahwa saksi melakukan autopsi pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2011
- Bahwa saksi melihat, luka memar di dahi, luka bacok di kepala dan
telinga kiri dan kanan, luka lecet di kaki, luka amputasi di pergelangan
tangan kiri, luka bacok pada tangan kanan dan pendarahan di bawah
selaput laba-laba.
- Bahwa Luka memar di dahi dan perdarahan di bawah selaput laba-laba
karena trauma tumpul, sedangkan luka bacok di kepala, telinga kiri dan
kanan serta luka amputasi di pergelangan tangan kiri akibat trauma tajam.
laba-laba dan luka bacok di bagian kepala, telinga kiri dan telinga kanan
makanan besar dan pada saat di autopsi tidak ditemukan adanya tanda-
tanda pembusukan.
- Bahwa saksi membenarkan foto mayat yang waktu itu diotopsi oleh
saksi.
- Bahwa mayat bisa diketahui kapan matinya setelah dilihat dari makanan
terakhir yang masuk sudah sampai dimana baik makanan besar maupun
makanan kecil/ringan.
- Bahwa saksi tidak bisa membedakan makanan besar atau makanan kecil
terdakwa mempunyai rasa sakit hati karena sering dibilangi dengan kata-
kata kotor “bangsat, Bajingan “ timbul emosi dan mempunyai niat untuk
membunuh.
emosi “ dan saya jawab “ Ya jelas saya emosi, karena setiap ketemu saya
memang berani kita keatas (maksudnya kebukit hutan jati saba ikut
- Bahwa setelah sampai di bukit wadas Plasa terdakwa turun dari motor
dan korban langsung melepas helm, lalu turun dari motor langsung
kali dan kearah pipi sebelah kiri satu kali, mengetahui terdakwa langsung
kearah leher sebelah kiri, akan tetapi ditangkis oleh korban dengan
kanan korban tepatnya kena bagian telapak tangan, setelah tangan kanan
korban kena selanjutnya terdakwa serang lagi leher sebelah kiri sampai
leher korban kena, dan kemudian terdakwa serang lagi leher sebelah
bagian belakang sebanyak satu kali dan juga dapat melukai, kemudian
terdakwa serang lagi kearah telinga sebelah kiri dan dapat melukai,
jurang.
- Bahwa waktu nenek terdakwa melihat ada darah dipakaian dan celana
- Bahwa terdakwa ditangkap polisi sekitar jam 14.00 wib pada saat
milik nenek terdakwa dan pada saat terdakwa mengambil parang atau
yang lalu.
- Bahwa terdakwa kalau berkelahi dengan korban tidak membawa parang
terdakwa kalah.
sendiri dan saudara Rahmat Triatman masih tiduran di kasur, waktu itu
pintu.
- Bahwa alasan terdakwa menjual sepeda motor milik korban adalah untuk
- Bahwa terdakwa tahu bahwa korban sudah mati, pada waktu malam itu
juga.
hijau, HP merk Nokia, Dompet dan helm warna hitam yang waktu
membunuh korban.
pada saat dibunuh adalah jamper warna hitam, kaos warna coklat
warna hitam.
menyesal.
membalasnya.
- Bahwa terdakwa kenal dengan korban baru sekitar 6 bulan yang lalu.
- Bahwa awalnya terdakwa kenal sama korban yaitu pada waktu itu
terdakwa mau menonton acara musik rock di GOR, pada saat terdakwa
korban.
terdakwa, karena kalau dilukai saja nanti temannya akan balas dendam.
emosi.
tetap ditahan ;
6. Putusan Hakim
hakim yaitu:
benar-benar terjadi.
c) terdakwalah yang bersalah melakukannya.
jawab, maka terdakwa harus dinyatakan bersalah atas tindak pidana yang
didakwakan dan berdasarkan Pasal 193 ayat (1) KUHAP terhadap diri
diharapkan agar membawa manfaat dan berguna pula bagi diri pribadi
terpidana itu sendiri, oleh karena itu penjatuhan pidana tidaklah bertujuan
sebagai balas dendam dan untuk duka nestapa bagi terdakwa, melainkan
masyarakat.
boleh menolak perkara dengan alasan hukum tidak ada. Oleh karena itu
menurut doktrin hakim dianggap tahu hukum (ius curia novit) dan putusan
hakim dianggap benar res judicata pro veritate habetur, dalam mengadili
perkara pidana anak maka dasar pertimbangan hukum adalah berpijak pada
legal justice yang termuat dalam norma hukum yang berlaku (hukum
positif)69.
b. Putusan Hakim
pidana “PEMBUNUHAN”
D. Pembahasan
69
Seminar Nasional “Optimalisasi Perlindungan Anak danTantangannya di
Indonesia”,Atas Kerjasama Universitas Atmajaya Yogyakarta, UNICEF dan Kejaksaan Agung
Republik Indonesia, Yogyakarta, 29 Oktober 2009
atas diri Terdakwa seperti dinyatakan oleh Leo Polak, maka pemidanaan
tidak boleh memperhatikan apa yang mungkin akan atau dapat terjadi.
Beratnya pidana tidak boleh melebihi beratnya delik. Hal ini perlu
55/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.
kepentingan anak.70
hukum acara yang berlaku dalam acara pengadilan anak ialah Kitab
70
Agung Wahyono dan Ny. Siti Rahayu , Tinjauan Tentang Peradilan Anak Di
Indonesia, SinarGrafika, Jakarta, 1993, Hal. 14
71
Purnianti, Mamik Sri Supatmi, dan Ni Made Martini Tinduk, mengutip Harry E. Allen
and ClifffordE. Simmonsen, dalam Correction in America : An Introduction, Analisa Situasi
Sistem Peradilan Pidana Anak ( Juvenile Justice System ) di Indonesia, UNICEF, Indonesia, 2003,
Hal.2
2) Juvenile Deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila
pelanggaran hukum.
ditentukan lain dalam undang-undang ini”, ini berarti hukum acara yang
anak tersebut.
kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja (opzet/dolus)
yang dimaksud dalam Pasal 338 adalah perbuatan sengaja yang telah
sengaja dalam Pasal 340 adalah suatu perbuatan yang disengaja untuk
menghilangkan nyawa orang lain yang terbentuk dengan direncanakan
terlebih dahulu72
terdakwa serta terkandung suatu kesengajaan, oleh karena itu unsur sengaja
dikenai sanksi yang lebih berat karena telah membunuh dengan sengaja
nyawa sendiri tidak termasuk perbuatan yang dapat dihukum, karena orang
72
P.A.F. Lamintang, Delik-delik., hlm. 30-31.
73
Ibid. hlm., 31
74
Ibid. hlm., 35.
yang bunuh diri dianggap orang yang sakit ingatan dan ia tidak dapat
dipertanggung jawabkan.75
parang/bendo.
24.00 Wib Agus turun dari motor sedangkan Yoga langsung melepas
ke arah pelipis sebelah kiri Agus satu kali dan memukul ke arah pipi
setengah meter yang ada, lalu Agus memukul ke arah kepala Yoga
sebelah kiri sebanyak satu kali, sehingga dari kepala Yoga sebelah
75
M. Sudradjat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam KUHP, cet. ke-2,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986, hlm. 122.
sempoyongan Yoga masih sempat menarik kepala Agus dengan
pada saat kepala Agus ditekan ke bawah oleh Yoga, Agus langsung
melukai tangan kanan Yoga hingga tiga jari putus, kemudian Agus
leher sebelah kiri dan melukai leher Yoga sebelah kiri, selanjutnya
leher sebelah kanan dan juga melukai leher sebelah kanan, kemudian
meninggal.
c) Bahwa Terdakwa menghilangkan nyawa korban saudara Yoga
korban.
kesal karena bermula dari rasa jengkel Agus terhadap Yoga yang
YOGA tersebut.
kepentingan yang harus dijaga, agar supaya tidak dilanggar dan yang
(Vermogen)
dalam kepentingan hukum yang dilindungi oleh suatu norma tindak pidana
pelaporan.
dapat ditunjuk atas permintaan penderita, hal ini lazim disebut pengaduan.
Delik aduan diatur secara tersebar dalam Buku II KUHP dan hanya berlaku
76
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah dan Pendapat-Pendapat
Para ahli Hukum Terkemuka Bagian Satu, Balai Lektur Mahasiswa Tanpa Kata dan Tahun, hlm
79
2. Pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara tindak
Kehakiman.
benar-benar terjadi.
berikut:
bersesuaian dan keterangan terdakwa serta alat bukti surat yang diajukan di
2011 sekitar pukl 00.30 wib di jurang hutan kayu jati Wadas Plasa ikut
terdakwa kalah.
emosi “ dan saya jawab “ Ya jelas saya emosi, karena setiap ketemu saya
memang berani kita keatas (maksudnya kebukit hutan jati saba ikut
- Bahwa setelah sampai di bukit wadas Plasa terdakwa turun dari motor
dan korban langsung melepas helm, lalu turun dari motor langsung
kali dan kearah pipi sebelah kiri satu kali, mengetahui terdakwa langsung
satu kali, dan kepala korban sebelah kiri langsung keluar darah dan
tepatnya kena bagian telapak tangan, setelah tangan kanan korban kena
selanjutnya terdakwa serang lagi leher sebelah kiri sampai leher korban
kena, dan kemudian terdakwa serang lagi leher sebelah kanan dan
sebanyak satu kali dan juga dapat melukai, kemudian terdakwa serang
lagi kearah telinga sebelah kiri dan dapat melukai, kemudian korban
jurang.
- Bahwa terdakwa ditangkap polisi sekitar jam 14.00 wib pada saat
2011 tertanggal 18 Agustus 2011 yang dibuat dan ditanda tangani oleh
ATAU:
berbunyi:
1. Barang Siapa;
2. Dengan sengaja;
sebagai subjek hukum selaku pendukung hak dan kewajiban yang secara
hari Jumat Pon, tanggal 13 Agustus 1993 dari seorang ibu bernama
KARIYAH dan ayah SUKISWO, serta hasil Laporan Petugas Pembimbing
Tahun 1997;
dengan keadaan dalam jiwa / bathin pelaku, yang hanya dapat diketahui dari
rangkaian perbuatannya;
jika perbuatan itu dilakukan akan menimbulkan akibat yang dilarang oleh
hukum pidana;
c. Teori gabungan adalah gabungan dari kedua teori diatas, suatu perbuatan
dikehendaki pelaku;
korban, waktu itu terdakwa bilang “ Maksudnya apa kamu setiap ketemu
kenapa kamu emosi “ dan saya jawab “ Ya jelas saya emosi, karena setiap
ketemu saya kamu bilang “ Bangsat, Bajingan “ kemudian saya bilang lagi “
kalau memang berani kita keatas (maksudnya kebukit hutan jatisaba ikut
wadas Plasa terdakwa turun dari motor dan korban langsung melepas helm,
kearah pelipis sebelah kiri satu kali dan kearah pipi sebelah kiri satu kali,
yang ada disekitar situ, kemudian terdakwa pukulkan kearah kepala korban
sebelah kiri sebanyak satu kali, dan kepala korban sebelah kiri langsung
kearah leher sebelah kiri, akan tetapi ditangkis oleh korban dengan
korban tepatnya kena bagian telapak tangan, setelah tangan kanan korban
kena selanjutnya terdakwa serang lagi leher sebelah kiri sampai leher
korban kena, dan kemudian terdakwa serang lagi leher sebelah kanan dan
sebanyak satu kali dan juga dapat melukai, kemudian terdakwa serang lagi
kearah telinga sebelah kiri dan dapat melukai, kemudian korban terdakwa
terdakwa ambil tangan kirinya terdakwa taruh diatas pal kemudian terdakwa
AFRIAJI yaitu pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2011 sekitar jam 00.30
sebelah kiri, akan tetapi ditangkis oleh korban dengan menggunakan tangan
terdakwa serang lagi leher sebelah kiri sampai leher korban kena, dan
kemudian terdakwa serang lagi leher sebelah kanan dan melukai, kemudian
ketanah terdakwa serang lagi kearah bagian belakang sebanyak satu kali dan
juga dapat melukai, kemudian terdakwa serang lagi kearah telinga sebelah
korban meninggal;
korban YOGA AFRIAJI, yang diambil dari rumah neneknya pada hari
selasa tanggal 9 Agustus 2011 jam 15.00 wib.di Desa Jatisaba, Kecamatan
emosi yang timbul dari diri terdakwa akibat kepalanya ditarik oleh tangan
kiri korban serta dalam mengayunkan bendo kearah korban hanya asal sabet
terpenuhi;
Karena salah satu unsur dari Dakwaan Kesatu Primair tidak terpenuhi
maka Dakwaan tersebut haruslah dinyatakan tidak terbukti secara sah dan
1. Barang Siapa;
2. Dengan sengaja;
dan unsur-unsur tersebut telah terpenuhi, maka Majelis Hakim tidak akan
adalah akibat dari tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku adalah
- Adanya hubungan sebab dan akibat antara pebuatan dan kematian (orang
lain);
dalam putusan ini Majelis Hakim tetap berpegang dengan Berita Acara
Pemeriksaan Penyidik terhadap terdakwa sebab sesuai dengan ketentuan
Pasal 187 huruf a KUHAP secara hukum menyatakan “alat bukti surat”
sebagaimana diatur pada Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP, termasuk juga
SpKF, Msi Med., dokter pada rumah sakit Umum Daerah Prof. Dr.
tanggal 10 Agustus 2011 sekitar jam 00.30 Wib bertempat di Hutan Jatisaba
merasa jengkel dan marah kepada korban kalau ketemu selalu memanggil “
Bangsat, Bajingan, oleh karena itu dari pada dibuat malu maka lebih baik
AFRIAJI, bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Agustus sekitra jam 00.30
Wib, Terdakwa bersama-sama dengan korban menggunakan sepeda motor
Yamaha Mio milik korban warna hijau No. Pol : R 5636 WE menuju
kenapa kamu emosi “ dan saya jawab “ Ya jelas saya emosi, karena setiap
ketemu saya kamu bilang “ Bangsat, Bajingan “ kemudian saya bilang lagi “
kalau memang berani kita keatas (maksudnya kebukit hutan jatisaba ikut
wadas Plasa terdakwa turun dari motor dan korban langsung melepas helm,
kearah pelipis sebelah kiri satu kali dan kearah pipi sebelah kiri satu kali,
yang ada disekitar situ, kemudian terdakwa pukulkan kearah kepala korban
sebelah kiri sebanyak satu kali, dan kepala korban sebelah kiri langsung
kearah leher sebelah kiri, akan tetapi ditangkis oleh korban dengan
kena selanjutnya terdakwa serang lagi leher sebelah kiri sampai leher
korban kena, dan kemudian terdakwa serang lagi leher sebelah kanan dan
sebanyak satu kali dan juga dapat melukai, kemudian terdakwa serang lagi
kearah telinga sebelah kiri dan dapat melukai, kemudian korban terdakwa
terdakwa ambil tangan kirinya terdakwa taruh diatas pal kemudian terdakwa
dalam unsur-unsur dari dakwaan kesatu subsidair oleh Majelis Hakim, maka
(LITMAS) yang ada dalam perkara ini, yaitu dari Balai Pemasyarakatan
Hakim dalam perkara anak Nakal, baik di dalam maupun di luar sidang anak
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, terhadap anak nakal yang telah
Pidana Pokok terdiri dari : pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda;
- Berat ringannya tindak pidana atau kenakalan yang dilakukan oleh anak;
- Keadaan anak;
- Keadaan rumah tangga orang tua, wali atau orang tua asuh;
Anak),
yuridis harus mendapat perhatian khusus, salah satu hal yang harus
yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak sebagaimana Pasal 64
persidangan.
KUHP yang diancam dengan hukuman paling lama 15 (lima belas) tahun,
1997, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Terdakwa dalam
tindak pidana tergolong berat dan bukan berupa kenakalan remaja an sich,
Terdakwa;
bukan ditujukan pada upaya balas dendam semata, akan tetapi lebih
ditujukan pada upaya perbaikan diri pelaku, agar kelak di kemudian hari
tersebut.
dijatuhkan hakim tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat para pelaku
sikap jiwa yang positif dan konstruktif bagi usaha pencegahan dan
tersebut dirasakan adil baik oleh terhukum maupun oleh korban ataupun
masyarakat .
Hakim akan memperhatikan sifat yang baik dan sifat yang jahat dari
dan hal-hal yang meringankan bagi diri Terdakwa sesuai dengan ketentuan
dilakukan Terdakwa, dan telah sesuai pula dengan rasa keadilan hukum dan
keadilan sosial.
melakukan tindak pidana, dan oleh karena Terdakwa pernah ditahan dalam
proses perkara a quo, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (4)
putusan dan untuk memenuhi kepastian hukum sesuai pasal 197 Ayat 1
huruf (k) KUHAP (UU Nomor 8 tahun 1981), maka memerintahkan agar
Terdakwa ditahan;
didakwakan dan berdasarkan Pasal 193 ayat (1) KUHAP terhadap diri
agar membawa manfaat dan berguna pula bagi diri pribadi terpidana itu
masyarakat.
bagi anak disamping itu juga kepastian hukum. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan efek jera bagi anak maupun pihak lain sehingga bermanfaat
bahwa sikap Hakim pemutus perkara kental atau dipengaruhi oleh alam
fikiran positivis/legalistik 77 Artinya suatu hukum baru dinyatakan sebagai
hukum apabila terumus dalam undang-undang. Atau dengan kata lain, apa
anak yang diancam pidana penjara, kurungan, dan denda, maka ancamannya
orang dewasa.
terdakwa.
ini sangat penting bagi hukum, karena banyak yang meyakini bahwa
77
W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum : Telaah Kritis atas Teori-Teori Hukum
(Susunan I), Rajawali Press, Jakarta, 1996, hal. 170
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
yaitu :
dan kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
orang dewasa.
B. Saran
Sumber Buku
Barda Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT. Citra
Aditya Bakti: Bandung, 2002.
Bismar Siregar dkk. Hukum dan Hak-Hak Anak. Jakarta : Rajawali, 1986,
Dwidja Priyatno, Kapita Selekta Hukum Pidana, STHB Press, Bandung, 2005,
Esmi Warassih. Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis. PT.
Suryandaru Utama: Semarang, 2005
G.W. Bawengan, Masalah Kejahatan Dengan Sebab dan Akibat, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta, 1997
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid I, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2003,
Sumber Lain
RUU-KUHAP
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=kriminalitas
anak&&nomorurut_artikel=390, diakses melalui internet tanggal 26
desember 2012
http://anjarnawanyep.wordpress.com-konsep-restorative-justice, diakses
melalui internet pada tanggal 26 desember 2012