You are on page 1of 4

Skills Lab Nutrition Assesment

Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengenali kasus gizi buruk dan etiologinya serta mampu menatalaksananya secara tuntas sesuai panduan
WHO.

Must to Know Key Points

o Berbagai parameter/ indeks, indicator antropometri


o Cara pengukuran berbagai dimensi tubuh
o Penerapan dan interpretasi hasil pengukuran

Studi Kasus

Seorang anak laki-laki berusia 2 tahu. BB : 6.350 g, PB : 80 cm, dating dengan keluhanbadan semakin kurus sejak 6
bulan terakhi, tidak nafsu makan dan sering panas tetapi tidak tinggi Ayah pemulung dan sedang dalam pengobatan batuk
darah.

Penilaian

1. Tentukan status antropometri berdaarkan BB/PB atau BB/TB


2. Apa diagnosis anak ini ?
3. Diskusikan peyebab dan factor pencetus penyakit pada anak ini
4. Bagaimana tatalaksananya ?

PENUNTUN BELAJAR MEP BERAT


Kesempatan ke
No. Kegiatan / Langkah Klinik
1 2 3 4 5
I. ANAMNESIS
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan diri, jelaskan maksud Anda
2. Tanyakan keluhan utama
3. Sejak kapan tubuh makin kurus dan/atau timbulnya edema
4. Sejak kapan terjadi penurunan atau hilangnya nafsu makan
5. Riwayat makan sebelum sakit
6. Riwayat pemberian ASI dan MP-ASI
7. Gejala dan tanda yang mengarah ke penyakit lain, misalnya diare, TB, Batuk
kronik, cacingan, dan campak
8. Adakah kelainan pada kulit
9. Adakah kelainan pada mata
10. Kapan dieresis terakhir
11. Keadaan keluarga dan lingkungan (untuk memahami latar belakang sosial anak)
12. Riwayat tumbuh kembang
13. Riwayat imunisasi
II. PEMERIKSAAN JASMANI
1. Terangkan akan dilakukan pemeriksaan jasmani
2. Tentukan keadaan sakit : ringan/sedang/berat
3. BB (g), Tb atau PB (cm)
4. Kesadaran/status mental : sadar, apatis, cengeng
5. Tanda vital : nadi, tekanan darah, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi
6. Suhu tubuh : dapat dijupai hipotermia ( < 36⁰C, aksila)
7. Pucat/anemia
8. Tanda dehidrasi : turgor kulit, mata cekung, mukosa bibir/lidah kering
9. Rambut : perubahan warna (pirang), jarang, tekstur (kasar), mudah dicabut
dan/atau rontok
10. Mata : tanda defisiensi vitamin A
11. Mulut : tanda defisiensi vitamin B atau C (kheilosis, atrofi papil, stomatitis)
12. Dada : iga gambang
13. Paru : apakah ditemukan kelainan, bila ditemukan cari kemungkinan infeksi
tuberculosis
14. Jantung : adakah bising  penyakit jantung bawaan atau anemia
15. Abdomen : pembesaran hati, asites
16. Ekstremitas : hipotrofi samai atrofi otot
17. Edema : lokasi di bagian tubuh mana?
18. Dada : iga gambang
19. Jaringan lemak subkutis
20. Kulit : dermatosis
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gula darah sewaktu
2. Darah perifer lengkap
3. LED
4. Elekrolit : K, Na, Cl
5. Urinalisis
6. Analisis tinja
7. Analisis gas darah (atas indikasi)
8. Uji tuberculin
9. Foto thoraks
10. Fungsi hati
11. Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan indikasi
IV. DIAGNOSIS
1. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium
2. Penyakit penyerta
V. TATALAKSANA
1. Melaksanakan ke-3 fase dan 10 langkah
2. Merencanakan tindakan sesuai kondisi klinis
3. Merencanakan pemeriksaan lain yang diperlukan
4. Mempersiapkan pulang
VI. PENCEGAHAN
1. Melakukan tindakan agar tidak kambuh : penyuluhan orangtua
2. Melengkapi imunisasi
3. Melanjutkan pengobatan penyakit peserta

Tiga fase : o Lakukan pemulihan dengan keseimbangan


elektrolit
o Stabilisasi o Lakukan pengobatan dan pencegahan Infeksi
o Transisi o Pemberian makanan pada balita dengan KEP
o Rehabilitasi o Perhatikan masa tumbuh kembang atau kejar
balita
Sepuluh tata laksana o Penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
o Pengobatan dan pencegahan Hipoglikemia o Berikan stimulasi dan dukungan emosional
o Pengobatan dan pencegahan Hipotermi
o Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
o Pengobatan dan pencegahan Dehidrasi
1. Pengobatan dan pencegahan Hipoglikemia
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan,
usahakan memberikan makanan sering cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum)
berikan gua dengan sendok.
2. Pengobatan dan pencegahan Hipotermi
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah ( < 36⁰ C). Pada keadaan ini, anak harus dihangatkan
dengan cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus
anak dengan selimut tebal dan meletakkan lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan, dilakukan pengukuran
suhu anak pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan
selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan hipotermia.
3. Pengobatan dan pencegahan Dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi adalah ada riwayat diare sebelumnya,
anak sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu
cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan :

a. Jika anak masih disusui, teruskan ASI dan berikan setiap ½ jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat
minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit
dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.
b. Jika tidak ada ReSoMal, untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2x. Jika anak
tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5% dan NaCl dengan pebandingan 1:1.
4. Lakukan pemulihan dengan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :
a. Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
b. Defisiensi Kalium (K) dan Megnesium (Mg)

Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk pemulihan keseimbangan elektrolit
diperlukan waktu maksimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam. Untuk rehidrasi, berikan
cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2x (dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila
balita KEP bisa makan berikan bahan makan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan lumat.

5. Lakukan pengobatan dan pencegahan Infeksi


Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak.
Pada semua KEP berat secara rutin diberikan antibiotik spectrum luar.
6. Pemberian makanan pada balita dengan KEP
a. Pemberian makanan balita KEP berat
Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase.
b. Fase Stabilisasi (1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan … anak yang sangat
lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat
dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untukmemenuhi metabolism basal saja.
Formula khusus seperti seperti formula WHO 75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual pemberian
makanan harus disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sbb : porsi kecil, sering,
rendah serat dan rendah laktosa, energi 100kkal/kg/hari, protein 1-1,5gr/kgBB/hari, cairan 130ml/kgBB/hari
(jika ada edema berat, 100ml/kgBB/hari). Bila anak mendapat ASI , teruskan, dianjurkan memberi formula
WHO 75/pengganti/modisko ½ dengan gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan dengan sendok/pipet.
Pemberian formula WHO 75/pengganti/modisko ½ atau pengganti dan jadual pemberian makanan harus
sesuai dengan kebutuhan anak.
7. Perhatikan masa tumbuh kembang atau kejar balita
Fase ini meliputi 2 fase : transisi dan rehabilitasi.
a. Fase transisi (minggu II)
1) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan untuk menghindari resiko gagal
jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
2) Ganti formula khusus awal ( energi 75 kkal dan protein 0,9 – 1,0 gr/100ml) dengan formula khusus
lanjutan ( energi 100 kkal dan protein 2,9 gr/100ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi
bubur/makanan keluarga dapat digunakan asal kandungan energi dan protein sama.
3) Naikkan dengan 10ml setiap kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai
jumlah 30ml/kgBB/kali pemberian (200ml/kgBB/hari).
b. Fase rehabilitasi (minggu III-VII)
1) Formula WHO 135/pengganti/modisko 1 ½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
2) Energi : 150 – 220 kkal/kgBB/hari.
3) Protein : 4 – 6 gr/kgBB/hari.
4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan formula karena energi dan
protein ASI tidak akan mncukupi untuk tumbuh kejar.
5) Secara perlahan diperkenalkan dengan makanan keluarga.
8. Penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan
tergesa-gesa emberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan BBnya mulai naik (pada minggu II).
Pemberian Fe pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.

Berikan setiap hari :

o Tambahan multivitamin lain


o Bila BB mulai naik, berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup besi
o Bila anak diduga menderita cacingan, berikan pirantel pamoat dosis tunggal.
o Vitamin A oral 1 kali.
o Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul vitamin A.
9. Berikan stimulasi dan dukungan emosional
Pada KEP berat, terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya, diberikan : k asih
sayang, ciptakan lingkungan menyenangkan, lakukan terapi bermain terstruktur 15 – 30 menit/hari,
rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh, tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memmandikan,
bermain).
10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning, anak dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga
kesehatan puskesmas/bidan di desa.

You might also like