You are on page 1of 8

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan kegiatan
Mahasiswa profesi Ners kelompok stase manajemen keperawatan USM di
ruang RB 3 melakukan role play pada tanggal 24 januari 2018 sampai 10
februari 2018. Role play dilaksanakan pada 3 kamar yaitu kamar III.4, kamar
III.5 dan kamar III.6. Kelompok membuat penjadwalan role play sehingga
setiap anggota kelompok mendapat peran sebagai Karu, Katim, dan perawat
pelaksana. Dalam pembagian kelompok terdapat 1 karu, 3 katim, 7 perawat
pelaksana yang diberitanggungjawab untuk melakukan asuhan keperawatan.

Kegiatan yang dilakukan mahasiswa setiap hari adalah mengikuti pre-


conference bersama dengan pegawai, handover pasien dari dinas malam, dan
handover pasien ke dinas sore. Selama role play setiap anggota kelompok
bekerja sesuai peran masing-masing.

Kelompok manajemen mengelola kamar kelolaan dengan menjalankan asuhan


keperawatan meliputi pengkajian, penegakan diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi dan juga pendokumentasi asuhan keperawatan.
Kelompok juga melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
pasien yang sedang dirawatdan yang akan pulang dengankebutuhan masing-
masing pasien.

Pelaksanaan kegiatan praktek manajemen di ruang RB 3 dilakukan tanggal


15 Januari s/d 10 februari 2018, dan kelompok telah melakukan pengkajian
pada tanggal 15 s/d 20 januari 2018 sehingga mendapatkan beberapa masalah.
Dari rumusan masalah tersebut kelompok sudah melakukan implementasi
berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, antara lain:
1. Mengadakan DRK ( diskusi refleksi kasus )
Kelompok bekerjasama dengan kepala ruangan dan CI RB3 untuk
mengadakan DRK. Adapun materi DRK adalah manajemen Nyeri dan
discharge planning yang bertujuan melakukan penyegaran.

142
2. Membuat denah kamar ruang RB 3 yang baru
3. Melakukan edukasi kepada keluarga pasien tentang cuci tanggan
menggunakan handrup
4. Melakukan sosialisasi cara pengisian dischange planning kepada perawat.
5. Pemberian nomor bed disetiap kamar
6. Menempel nomor bed di status pasien
7. Mengganti form yang rusak
8. Mengganti stempel yang rusak
9. Membuat Satuan Asuhan Keperawatan (SAK) 10 diagnosa terbesar di ruang
RB3 menggunakan NANDA NIC NOC terbaru
10. Memberikan bukusaku discharge planning tentang kanker
11. Memberikan poster relaksasi hipnotis 5 jari

B. Analisa kesenjangan Teori dan Pembahasan Manajemen Keperawatan


Ruangan Inap Instalasi Rindu B3
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa
pendidikan profesi Ners Universitas sari Mutiara Indonesia medan mengenai
manajemen keperawatan pada tanggal 15 s/d 20 januari 2018 di ruangan RB3
pada fungsi manajemen, maka ditemukan beberapa masalah pada ruangan
RB3 yang telah dianalisa berdasarkan analisa SWOT,setelah data ditabulasi,
dianalisi dan dirumuskan terdapat beberapa masalah yang muncul terkait
dengan manajemen yang dapat diitervensi oleh mahasiswa.

Berdasarkan masalah yang muncul, kelompok manajemen RB 3 menyusun


beberapa perencanaan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan telah
diimplementasikan pada tanggal 27 Januari s/d 07 Februari 2018. Setelah
dilakukan implementasi, kelompok mengevaluasi kinerja dan
membandingkannya kembali konsep teoritis untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian kelompok. Setelah implementasi selanjutnya kelompok
melakukan evaluasi dan membandingkan kembali hasil yang didapatkan
dengan teori yang ada berdasarkan hasil yang telah dicapai.

143
1. Fungsi Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kelompok pada perawat di
ruang RB3 yang melakukan manajemen nyeri non farmakologi yaitu
35,7%. Maka kelompok melakukan penyegaran melalui DRK
manajemen nyeri non farmakologi. Kelompok telah berkoordinasi dan
bekerjasama dengan kepala ruangan dan clinical Instruktur untuk
mengadakan diskusi refleksi kasus (DRK) manajemen nyeri non
farmakologi yang bertujuan sebagai penyegaran kembali manajemen
nyeri non farmakologi, sehingga diharapkan perawat dapat
menerapkan kembali manajemen nyeri non farmakologi pada pasien.

Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan


nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa
(Sjamsuhidajat, 2005). Perawat berperan dalam mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasien
dalam memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dalam manejemen
nyeri (Lawrence, 2002). Secara garis besar ada dua manajemen untuk
mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non
farmakologi.

Dalam pelaksanaan diskusi refleksi kasus manajemen nyeri non


farmakologi mahasiswa manajemen mendatangkan nara sumber Ns.
Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J, DRK ini dihadiri oleh 11
orang perawat dari RB 3 dan 8 orang perawat dari ruang kemoterapi, 6
orang perawat dari RB2A, 2 orang perawat dari RB2B dan 1 orang
perawat dari RB1.
Hasil evaluasi 1 hari setelah dilakukan DRK ditemukan 60,8% perawat
telah menerapkan manajemen nyeri non farmakologi pada pasien
binaan kelompok. Kelompok mendapatkan kendala dimana evaluasi
tidak mencapai target dikarenakan jarak antara evaluasi dan DRK
waktunya terbatas.

144
2. Fungsi Pengorganisasian
Denah merupakan sebuah peta berukuran kecil yang menunjukan dan
menggabarkan detail lokasi suatu bangunan yang berfungsi untuk
menunjukan susunan ruang, sehingga dengan melihat denah dapat
dengan mudah melihat letak susunan ruang. Kondisi denah yang
terdapat di ruang RB3 kondisinya sudah tidak baik dan kurang rapi
sehingga kelompok membuat denah baru yang lebih baik dan efesien
dalam penggunaanya.

3. Fungsi Pengarahan
Kepatuhan keluarga pasien Mencuci Tangan
Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat rentan terhadap infeksi,
Infeksi dapat disebabkan oleh tindakan keperawatan, tindakan medis
dan kondisi lingkungan disekitar rumah sakit. Penularan dapat terjadi
dari pasien ke pasien, pasien kepada petugas, dan dari pasien kepada
keluarga atau pengunjung kepada pasien. Infeksi dapat
memperpanjang lama rawat, meningkatkan morbilitas dan mortalitas
serta menambah biaya rumah sakit (damari 2010).

Salah satu strategi pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit


yaitu menerapkan kewaspadaan untuk memutus rantai penularan.
Tahap kewaspadaan standar yang paling efektif dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah hand hygiene ( damai, 2010).

Hasil obsevasi pada tanggal 19 Januari 2018 kelompok mendapatkan


sebesar 100% pasien dan keluarga pasien tidak tau dan kurang peduli
mencuci tangan 6 langkah cuci tangan yang benar, yang harus
dilakukan pada five moment sesuai ketentuan JCI. Berdasarkan hasil
observasi tersebut kelompok melakukan sosialisasi hand hygene pada
tanggal 27 Januari 2018.

145
Saat melakukan pendidikan kesehatan kelompok memberikan
penyuluhan tentang enam langkah cuci tangan dan kelompok
mendemonstrasikan langkah cuci tangan, kemudian mengevaluasi
kembali pengetahuan dan kemampuan keluarga pasien dengan
bertanya kembali kepada pasien atau keluarga dan menganjurkan
untuk mencoba ulang cara hand hygene yang telah diajarkan, 17 orang
atau 34,8% keluarga pasien dapat melakukan tehnik hand hygene
dengan benar. Evaluasi hari pertama tanggal 29 Februari 2018 yang
melakukan hand hygene dengan benar 20 orang (43,5%) dan hari
kedua evaluasi yang melakukan hand hygene dengan benar 23 orang
(50%).

4. Fungsi Pengawasan
Kepatuhan Mengisi Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang berisi data
tentang keadaan pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan
akan tetapi juga dilihat dari jenis kualitas dan kuantitas dari layanan
yang telah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Ali,2010).

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam system


pelayan kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik informasi
keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan.
Disammping itu, dokumentasi merupakan dokumentasi legal tentang
pemberian asuhan keperawatan.

Salah satu dari dokumentasi keperawatan yaitu mengisi discharge


planning. Discharge planning adalah mekanisme untuk memberikan
perawatan kontinu, informasi tentang kebutuhan kesehatan
berkelanjutan setelah pulang, perjanjian evaluasi, dan instruksi
perawatan diri (Russel Swanburg, 2000). Jackson (1994, dalam The
Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning

146
merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu
pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain.

Hasil pengkajian kelompok didapatkan dalam hal pendokumentasian


discharge planning belum dijalankan secara maksimal dimana dari 46
status pasien diperoleh hanya terisi 2 RM 12.2 (form discharge
planning) dan belum optimal. Berdasarkan pengkajian ini kelompok
mengadakan diskusi refleksi kasus dan sosialisasi kepada perawat
untuk pengisian RM 12.2 (form discharge planning) pada status pasien
pada tanggal 6 Februari 2018.

Setelah dilakukan DRK tentang discharge planning pada tanggal 7


Februari 2018 didapatkan 11 (23,9%) form discharge planning yang
terisi. Kelompok memiliki hambatan dalam melakukan evaluasi,
dikarenakan jarak antara evaluasi dan DRK waktunya terbatas. RM
12.2 (form discharge planning) yang terisi 11 (23,9%) form discharge
planning

147
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pelaksanan kegiatan praktek manajemen di Ruangan RB3 dimulai pada
tanggal 15 Januari s/d 10 Februari 2018. Kelompok melakukan pengkajian
selama 7 hari dari tanggal 15 Januari s/d 21 Januari 2018 kemudian data
diolah/analisa dan merumuskan masalah dimana kelompok menemukan
beberapa masalah yang perlu diintervensi. Dari masalah – masalah tersebut
kelompok sudah melakukan intervensi yaitu :
1. Mengadakan DRK ( diskusi refleksi kasus )
Kelompok bekerjasama dengan kepala ruangan dan CI RB3 untuk
mengadakan DRK. Adapun materi DRK adalah manajemen Nyeri yang
bertujuan melakukan penyegaran.
2. Membuat denah kamar ruang RB 3 yang baru
3. Melakukan edukasi kepada keluarga pasien tentang cuci tanggan
menggunakan handrup
4. Melakukan sosialisasi cara pengisian dischange planning kepada perawat.

Beberapa masalah lain yang ditemukan kelompok di ruangan RB3 tidak dapat
diintervensi karena keterbatasan kemampuan kelompok dalam mengatasi
masalah tersebut, seperti perekrutan tenaga perawat dan peningkatan SDM
untuk runagan RB3, membuat penomoran/ penamaan pada setiap ruangan
sesuai dengan aturan JCIA, pengadaan beberapa bahan logistik fisik dan
material yang dibutuhkan beberapa ruangan RB3 yang disesuaikan dengan
standart JCI, dan lain – lain.

148
B. Saran
1. Pihak perawat ruangan RB3 RSUP H. Adam Malik Medan
a. Perawat diharapkan mampu melakukan perannya dengan optimal
sebagai pemberi asuhan keperawatan advocat, educator, koordinator
dan kolaborasi dalam melaksanakan dicharge planning untuk
mempersiapkan pasien dan keluarga sehingga siap menghadapi
pemulangan dan melakukan perawatan lanjutan dirumah
b. Perawat seharusnya melakukan proses dischart planning pada pasien di
mulai dari awal masuk dan sebelum pulang.
c. Perawat mampu menerapkan menejemen nyeri non farmakologi pada
pasien
2. Pihak keluarga pasien
Bagi keluarga lebih mengoptimalkan pentingnya pelaksanaan hand hygene
sebelum dan sesudah tindakan keperawatan untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan diri sendiri dengan mengikuti prosedur yang
ditetapkan oleh rumah sakit.

C. Kesan

1. Kelompok mendapatkan pengalaman yang berharga selama dinas di ruangan


RB3 dimana kelompok mendapat pengetahuan bagaimana memanajemen
suatu ruangan rawat inap serta proses-proses yang berjalan dalam sebuah
ruangan.
2. Perawat di RB3 dapat menerima kehadiran tim manajemen Ners F.Kep USM
dengan terbuka, perawat juga banyak memberikan masukan dan bimbingan
yang berharga bagi kelompok baik dari Karu, CI, Ka.Grup dan perawat
lainnya.

149

You might also like