You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN REUMATIK (ARTRITIS

TREUMATOID) PADA LANSIA ISMAYADI

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


REUMATIK (ARTRITIS TREUMATOID) PADA LANSIA
ISMAYADI
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya
usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan
jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang
ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan
penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat
sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada
bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia
menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau
menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum
sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan
penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya
menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi,
reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga
keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,
serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.
(Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai
kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya
umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
Defenisi.
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan
yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh sehingga menimbulkan
rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem
muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat.
©2004 Digitized by USU digital library 2
Klasifikasi.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
3. Polimialgia Reumatik.
4. Artritis Gout (Pirai).
1. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis
rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama
mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia
pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut.
Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia
pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.
OSTEOARTRITIS
Defenisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang
dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko
untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering
pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
osteoartritis kurang lebih sama pada laki
©2004 Digitized by USU digital library 3
dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria
hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita
dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis
pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih
sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara
masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit
hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang
Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan
dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula).
Patofisiologi.
UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN
Kerusakan fokal tulang rawan pembentukan tulang baru pada
sendi yang progresif tulang rawan, sendi dan tepi sendi
Perubahan metabolisme tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
©2004 Digitized by USU digital library 4
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
OSTEOARTRITIS
©2004 Digitized by USU digital library 5
Menifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi,
pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.
Penatalaksanaan
Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena
patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu
dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik
yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena
kakai yang tertekuk (pronatio).
Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program
utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.
Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan
ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor
psikologis.
Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha
dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas
dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum
latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi
dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya
atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena
mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang
lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-
otot periartikular
©2004 Digitized by USU digital library 6
memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-
otot tersebut adalah penting.
Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata
dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy
untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

Definisi
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi serta simetris.
Insidens
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada sendi,
insidensnya sekitar 3% dari penduduk menderita kelainan ini dan terutama ditemukan pada umur
20-30 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini
menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar pada lutut,
panggul serta pergelangan tangan.
Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai
penyebab artritis reumatoid, yaitu :
• 1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
• 2. Endokrin
• 3. Autoimun
• 4. Metabolik
• 5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun
ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan
organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari
tulang rawan sendi penderita.
Kelainan pada sinovial
Kelainan artritis reumatoid dimulai pada sinovial berupa sinovitis. Pada tahap awal terjadi
hiperemi dan pembengkakan pada sel-sel yang meliputi sinovia disertai dengan infiltrasi limfosit
dan sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi pembentukan vilus yang berkembangan ke arah ruang
sendi dan terjadi nekrosis dan kerusakan dalam ruang sendi. Apda pemeriksaan mikroskopik di
temukan daerah nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh jaringan fibroblas membentuk garis radial
ke arah bagian yang nekrosis.
KELAINAN PADA TENDO
Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai dengan invasi kolagen yang dapat menyebabkan ruptur
tendo secara parsial atau total.
KELAINAN PADA TULANG
Kelainan yang terjadi pada daerah artikuler dibagi dalam tiga stadium, yaitu :
1. Stadium I (stadium sinovitis) - Pada tahap awal terjadi kongesti vaskuler, proliferasi sinovial
disertai infiltrasi lapisan sub-sinovial oleh sel-sel polimorf limfosit dan sel plasma. Selanjutnya
terjadi penebalan struktur kapsul sendi disertai pembentukan vili pada sinovium dan evusi dan
evusi pada sendi/pembungkus tendo.
2. Stadium II (stadium destruksi) - Pada stadium ini inflamasi berlanjut menjadi kronik serta
terjadi destruksi sendi dan tendo. Kerusakan pada tulang rawan sendi disebabkan oleh enzim
proteolitik dan oleh jaringan vaskuler pda lipatan sinovia serta oleh jaringan granulasi yang
terbentuk pada permukaan sendi (panus). Erosi tulang terjadi pada bagian tepi akibat invasi
jaringan granulasi dan akibat resorpsi osteoklas. Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai invasi
kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendo baik parial maupun total.
3. Stadium III (stadium deformitas) - Pada stadium ini kombinasi antara destruksi sendi,
ketegangan selaput sendi dan ruptur tendo akan menyebabkan instabilitas dan deformitas sendi.
Kelainan yang mungkin ditemukan pada stadium ini adalah ankilosis jaringan yang selanjutnya
dapat menjadi ankilosis tulang. Inflamasi yang terjadi mungkin sudah berkurang dan kelainan
yang timbul terutama oleh karena gangguan mekanik dan fungsional pada sendi.
KELAINAN PADA JARINGAN EKSTRA-SRTIKULER
Perubahan patologis yang dapat terjadi pda jaringan ekstra-artikuler adalah :
• OTOT- Pada otot terjadi miopati yang pada elektromiografi menunjukkan adanya degenerasi
serabut otot. Degenerasi ini berhubungan dengan fragmentasi serabut otot serta gangguan
retikulum sarkoplasma dan partikel glikogen. Selain itu umumnya pada artritis reumatoid terjadi
pengecilan/atrofi otot yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot (disuse atrophy) akibat
inflamasi sendi yang ada.
• NODUL SUBKUTAN - Nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian
sentral dan dikelilingi oleh lapisan sle mononuklear yang tersusun secara radier dengan jaringan
ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25%
dari seluruh penderita artritis reumatoid.
• PEMBULUH DARAH PERIFER - Pada pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika
intima, lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa. Terjadi perubahan pda pembuluh darah
sedang dan kecil berupa artritis nekrotik. Akibatnya terjadi gangguan respon arteriol terhadap
temperatur.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis artritis reumatoid sangat bervariasi tergantung dari onset, distribusi, stadium
dan progresivitas penyakit. Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli-artritis
reumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi
lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat
bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang artritis reumatoid dapat terjadi hanya pada satu sendi
dan disebut artritis reumatoid monoartikuler.
Stadium awal biasanya ditandai dengan gangguan keadaan umum berupa malaise, penurunan
berat badan, rasa capek pda sendi metakarpofalangeal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan tenosinovitis pada daerah ekstensor pergelangan
tangan dan fleksor jari-jari. Pda sendi besar (misalnya sendi lutut) gejala peradangan lokal
berupa pembengkakan, nyeri serta tanda-tanda efusi sendi. Kurang lebih 25% dari penderita akan
mengalami masa remisi, tetapi serangan akan timbul kembali seperti semula.
Pada stadium lanjut terjadi kerusakan sendi dan deformitas yang terjadi bersifat permanen,
selanjutnya timbul ketidakstabilan sendi akibat ruptur tendo/ligamen yang menyebabkan
deformitas reumatoid yang khas berupa deviasi ulnar jari-jari, deviasi radial/volar pergelangan
tangan serta valgus lutut dan kaki.
Gambaran ekstra-artikuler yang khas adalah ditemukannya nodul subkutan yang merupakan
tanda patognomonik dan ditemukan pada 25% dari penderita artritis reumatoid. Gejala-gejala
lain yang dapat dijumpai adalah atrofi otot, limfadenopati, skleritis, sindroma jepitan saraf, atrofi
dan ulserasi kulit.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan :
• 1. Peninggian laju endap darah.
• 2. Anemia normositik hipokrom
• 3. Reaksi C protein positif dan mukoprotein yang meninggi.
• 4. Reumatoid faktor positif 80% (uji Rose-Waaler) dan antinuklear faktor positif 80%, tetapi
kedua uji ini tidak spesifik.
• 5. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding
cairan sendi yang normal.
Pemeriksaan radiologis
• Foto polos - Pada tahap awal penyakti, foto rontgen tidak menunjukkan yang mencolok. Pada
tahap selanjutnya terlihat rarefaksi korteks sendi yang difus dan disertai trabekulasi tulang,
obliterasi ruang sendi yang memberikan perubahan-perubahan degeneratif berupa densitas,
iregularitas, permukaan sendi serta spurring marginal. Selanjutnya bila terjadi destruksi tulang
rawan, maka akan terlihat penyempitan ruang sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
• Pemeriksaan radio-isotop - Pada pemeriksaan radio-isotop, konsentrasi zat radio-isotop terlihat
meninggi pada daerah sendi mengalami kelainan.
Diagnosis
Kriteria diagnosis artritis reumatoid adalah terdapat poli-artritis yang simetris yang mengenai
sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria diagnosis artritis reumatoid menurut American Reumatism Association (ARA) adalah :
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning stiffness).
2. Nyeri pada pergerakkan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu sendi
secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
6. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis reumatoid.
8. Uji aglutinasi faktor reumatoid.
9. Pengendapan cairan musin yang jelek.
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia.
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
• Klasik, bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
• Definitif, bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
• Kemungkinan reumatoid, bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4
minggu .
Diagnosis banding
Artritis reumatoid harus dapat dibedakan dengan kelainan-kelainan yang menyebabkan
poliartritis yaitu :
• Ankilosing spondilitis.
• Penyakit Reiter.
• Artritis gout.
• Demam reumatik.
• Osteoartritis.
Pengobatan
Oleh karena kausa pasti artritis reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif
yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepda penderita
sehingga ia tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/gejala,
memperlambat progresivitas penyakit dan yang lebih penting mencegah terjadinya deformitas
sehingga penderita tidak harus mengalami kecacatan.
Pada prinsipnya pengobatan yang diberikan bertujuan untuk :
• Membantu penderita mengetahui/mengenal penyakit artritis reumatoid yang dideritanya.
• Memberikan dukungan psikologis.
• Meringankan rasa nyeri sehingga aktivitas penderita tidak terganggu.
• Menekan terjadinya reaksi inflamasi.
• Mempertahankan fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
• Mengoreksi yang telah ada.
• Membantu meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.
• Rehabilitasi penderita.
Penggunaan OAINS dalam Pengobatan AR
OAINS umumnya diberikan pada pasien AR sejak masa dini penyakit ini dimaksudkan untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum terjadi
proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi, OAINS juga memberikan
efek analgesik yang sangat baik.
Keterbatasan penggunaan OAINS adalah toksisitasnya. Toksisitas OAINS yang paling sering
dijumpai adalah efek sampingnya pada traktus gastrointestinal.
Penggunaan Kortikosteroid pada Pengobatan AR
Kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi dan imunosupresif, akan tetapi pada AR obat ini
tidak terbukti memiliki khasiat untuk mengubah riwayat alamiah penyakit. Karena efek
sampingnya yang sangat berat. Penggunaan kortikosteroid sistemik jangka panjang umumnya
hanya digunakan untuk pengobatan AR dengan komplikasi yang berat dan mengancam jiwa
seperti vaskulitis.
Rehabilitasi Pasien AR
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien AR dengan
cara :
• Mengurangi rasa nyeri.
• Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi.
• Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot. Mencegah terjadinya deformitas.
• Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri.
• Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Rehabilitasi dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang
terlibat, latihan serta menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan, pendinginan,
peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik. Manfaat terapi fisis dalam pengobatan AR
telah ternyata terbukti dan saat ini merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam
penatalaksanaan AR.

You might also like