You are on page 1of 2

NAMA : TABITA NUR AMALINA

NIM : 20130310082

RS : RSUD WATES

1. Pengalaman
Seorang pria bernama Bapak Supardal, 70 tahun, merasakan rasa tidak nyaman di
perut bagian atas dan kembung. Kembung ini menyebabkan berbagai gejala penyerta
antara lain sesak nafas, sakit kepala dan dada yang berlangsung kumat-kumatan, serta
berkeringat dingin. Bapak Supardal didiagnosis mengalami dyspepsia, Bapak Supardal
dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung santan, makanan pedas dan
asam (kecut), dan kopi.
2. Masalah yang diangkat atau dikaji
Mengapa seorang penderita dyspepsia disarankan mengonsumsi makanan
bersantan, pedas, asam, dan atau kopi?
3. Analisis

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk) dan -peptein (pencernaan).
Berdasarkan International Panel of Clinical Investigators, dispepsia didefinisikan sebagai
rasa nyeri atau tidak nyaman yang terutama dirasakan di daerah perut bagian atas. Istilah
dispepsia menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh,
sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat
disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, tentunya termasuk juga di dalamnya
penyakit yang mengenai lambung, atau yang lebih dikenal sebagai penyakit maag.
Keluhan utama yang menjadi kunci untuk mendiagnosis dispepsia adalah adanya
nyeri dan atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas. Apabila kelainan organic
ditemukan, dipikirkan kemungkinan diagnosis banding dispepsia organik, sedangkan bila
tidak ditemukan kelainan organik apa pun, dipikirkan kecurigaan ke arah dyspepsia
fungsional.
Ferri et al. (2012) menegaskan bahwa patofisiologi dyspepsia masih belum
sepenuhnya jelas dan penelitian-penelitian masih terus dilakukan terhadap faktor-faktor
yang dicurigai memiliki peranan bermakna, seperti di bawah ini:
1. Abnormalitas fungsi motorik lambung, khususnya keterlambatan pengosongan lambung,
hipomotilitas antrum, hubungan antara volume lambung saat puasa yang rendah dengan
pengosongan lambung yang lebih cepat, serta gastric compliance yang lebih rendah. Kasus
dispepsia fungsional umumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi
basal maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata normal. Diduga terdapat
peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak
enak di perut.
2. Infeksi Helicobacter pylori
3. Faktor-faktor psikososial, khususnya terkait dengan gangguan cemas dan depresi.
Individu dengan konsumsi kafein berlebihan, minum minuman beralkohol,
merokok, konsumsi steroid dan OAINS, serta berdomisili di daerah dengan prevalensi
H.pylori tinggi lebih berisiko mengalami dyspepsia.

Kopi atau berbagai produk konsumsi yang mengandung kafein dipercaya dapat
meningkatkan asam lambung. Makanan yang mengandung cabai atau bahan-bahan lain
yang mengandung capsaicin juga berpotensi merangsang sekresi asam lambung. Selain itu,
makanan yang mengandung asam juga menambah asam dalam lambung.

4. Dokumentasi

5. Referensi

a. Djojodiningrat D. Dispepsia fungsional. In: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,


Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 354-
6.
b. Bonner GF. Upper gastrointestinal evaluation related to the pelvic fl oor. In: Davila GW,
Ghoniem GM, Wexner SD, editors. Pelvic Floor Dysfunction. 1st ed. Springer-Verlag London
Limited; 2006. p. 67-8.
c. Tack J, Bisschops R, Sarnelli G. Pathophysiology and treatment of functional dyspepsia.
Gastroenterology. 2004;127:1239-55.
d. Dispepsia, Murdani Abdullah, Jeffri Gunawan. Divisi Gastroenterologi, Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FK UI, Jakarta, Indonesia

Dosen Pembimbing Refleksi,

Dr. Habib Wicaksono, Sp.PD

You might also like