You are on page 1of 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi adalah factor risiko terbesar ketiga yang menyebabkan

kematian dini (Handayani & Sartika 2013). Hipertensi sering disebut pembunuh

gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai

dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan korbannya. Kalaupun

muncul, gejala tersebut sering dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya

terlambat menyadari akan datangnya penyakit. (Sustrani, Alam & Hadibroto

2008)

Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan

darah. Hipertensi yaitu suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang

sering terdapat pada usia setengah umur atau lebih tua batasan lain mengenai

hipertensi yaitu kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan

diastolik lebih dari 90 mmHg dianggap tinggi tetapi bagi usia 60-70 tahun,

tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normal (Sudarta, 2013). Akibat

tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu yang cukup lama

dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi sedini

mungkin yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara rutin (Udjianti, 2010).

Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia yang didapat

melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen,

1
2

sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang

minum obat hipertensi sendiri. sebesar 9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen

penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis

hipertensi oleh nakes.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada

umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen,

sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis.

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur

≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti

Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat

(29,4%).

Berdasarkan hasil prevalensi hipertensi dari Riskesdas (2013), dengan

menggunakan cara analisis individu/dengan cara wawancara, bahwa hasil dari

Riskesdas (2013) secara nasional penderita hipertensi adalah sebanyak 25.8%

atau sebanyak 65.048.110 jiwa penduduk Indonesia menderita hipertensi .

Didapatkan juga pada provinsi Jawa Barat yang menderita hipertensi terdapat

sebanyak 29,4% atau sebanyak 13.612.359 jiwa yang menderita hipertensi di

provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan hasil prevalensi hipertensi dinas kesehatan Kota Bandung

pada tahun 2012, angka kesakitan di Kota Bandung sendiri yang didapatkan

dari laporan puskesmas dan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan,

didapatkan prevalensi penderita hipertensi di Kota Bandung yaitu sebanyak

12,10% (Dinkes, 2012), kemudian didapatkan juga data prevalensi hipertensi di


3

Kota Cimahi khususnya di Cimahi Selatan berdasarkan hasil pendataan

keluarga sehat dipuskesmas Cimahi Selatan didapatkan data penderita

hipertensi di wilayah kerja puskesmas Cimahi Selatan pada bulan Januari 2018

adalah sebanyak 58,8% atau sebanyak 182 jiwa penduduk didaerah binaan

Puskesmas Cimahi Selatan 2018)

Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga

timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak

pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan

pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada

otot jantung). Selain penyakit-penyakit tersebut, hipertensi dapat pula

menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain, diabetes mellitus dan lain-

lain. (Sugiharto, 2008)

Menurut Prasetyaningrum, 2014. Dampak dari masalah hipertensi

apabila tidak ditangani dengan segera makan akan menimbulkan dampak buruk

bagi penderita hipertensi itu sendiri seperti serangan jantung, stroke, gangguan

ginjal, serta kebutaan, maka masalah ini harus segera ditangani dan dicegah

agar tidak berkelanjutan dan menimbulkan dampak-dampak dari masalah

tersebut. Perlu dilakukan dengan segera tentang penanganan dan pencegahan

masalah tersebut supaya prevalensi hipertensi di Indonesia tidak terjadi

peningkatan. Proses penanganan dan pencegahan ini bisa dilakukan melalui

proses pendekatan keluarga dimana tenaga kesehatan memberikan pelayanan

kesehatan langsung kepada keluarga.


4

Pelayanan yang diberikan seorang perawat berupa tindakan promotif,

preventif dan tanpa mengabaikan tindakan kuratif atau rehabilitatif. Pencegahan

hipertensi bisa dilakukan dengan cara menghindari faktor pemicu timbulnya

hipertensi (kecuali faktor yang tidak bisa dihindari seperti faktor keturunan dan

usia). Salah satu upaya pencegahannya yaitu dengan cara memeriksakan

tekanan darah secara teratur untuk pemantauan sebagai pencegahan dini dan

mengurangi makan-makanan yang siap saji atau makanan yang bergaram tinggi

(Sudarmoko, 2015).

Keluarga sebagai sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri

atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait

dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi

sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga

(Whall, 1986 dalam Harnilawati, 2013)

Fungsi keluarga adalah mengidentifikasi lima tugas fungsi dasar

keluarga, dimana keluarga memberikan perawatan kesehatan kepada anggota

keluarga yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota

keluarga yang sakit. Keinginan keluarga dalam melaksanakan perawatan dan

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari lima tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan. (Friedman, 1998)

Tugas- tugas kesehatan keluarga dengan masalah hipertensi (Achajar,

2010) yaitu ; 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga persepsi keluarga

tentang tingkat keparahan penyakit hipertensi, pengertian hipertensi, tanda

gejala hipertensi, factor penyebab hipertensi, dan pandangan keluarga terhadap


5

masalah hipertensi 2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

dengan masalah hipertensi yaitu sejauh mana keluarga mengetahui sifat

luasnya masalah hipertensi, dan bagaimana keluarga merasakan masalah

hipertensi tersebut, apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah

hipertensi yang di hadapinya. 3) Memberi perawatan pada keluarga yang sakit

dengan masalah hipertensi, yaitu tentang keluarga mengetahui keadaan

penyakit hipertensi, sifat penyakit hipertensi dan perkembangan perawatan

yang dibutuhkan keluarga dalam merawat atau mengatasi masalah hipertensi,

memanfaatkan sumber-sumber yang ada didalam keluarga serta sikap keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi. 4) Memodifikasi

lingkungan rumah yang sehat yaitu seperti personal hygiene, sanitasi,upaya

pencegahan masalah hipertensi, dan upaya pemeliharan lingkungan yang

berkaitan dengan masalah hipertensi yang dilakukan keluarga. 5)

Memanfaatkan fasilitas kesehatan yaitu terkait kepercayaan keluarga terhadap

pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada dalam membantu

keluarga mengatasi masalah hipertensi, serta keuntungan keluarga terhadap

penggunaan fasilitas kesehatan terhadap masalah hipertensi yang dihadapi

keluarga

Peran perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga

dalam merawat anggota keluarganya yang sakit, sehingga keluarga mampu

melakukan fungsi dan tugas kesehatan. Selain itu peran perawat keluarga yaitu

: sebagai pendidik, coordinator, pelaksana perawatan, pengawas kesehatan,


6

konsultan, kolaborasi, advokasi, fasilitator, penemu kasus, dan modifikasi

lingkungan. (Mubarak,2009)

Hasil studi pendahuluan pada bulan Januari 2018 didapatkan data pada

saat melakukan pengkajian tentang lima tugas-tugas kesehatan keluarga

kepada Ny.R, pada saat dikaji tentang tugas kesehatan keluarga yang pertama

yaitu keluarga tidak mampu mengenal masalah. Ny.R tidak mampu menjelaskan

tentang pengertian hipertensi dan faktok penyebab hipertensi hanya dapat

menyebutkan tanda hipertensi saja, dan pada saat dikaji tugas kesehatan

keluarga yang kedua yaitu keluarga Ny.R tidak mampu mengambil keputusan,

pada saat dikaji tentang tugas tersebut Ny.R tidak mampu mengambil

keputusan tindakan kesehatan yang tepat terhadap masalah hipertensi yang

dihadapinya dan Ny.R merasa pasrah dengan masalah hipertensi yang di

hadapinya maka dapat disimpulkan bahwa keluarga Ny.R tidak mampu merawat

anggota keluarga yang sakit dengan masalah hipertensi.

Dikarenakan Ny.R menderita hipertensi kurang lebih 1 tahun kebelakang

lalu berulang dan sering kambuh. Gejala yang dirasakan oleh Ny.R yaitu

pusing,mata perih,pundak belakang kaku,sakit kepala, hasil pengukuran

160/110 mmHg. Untuk mengatasi masalah itu Ny.R kadang-kadang berobat ke

klinik terdekat tetapi kadang-kadang membiarkan begitu saja atau dengan

membeli obat warung saja.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada keluarga Ny.R dari lima tugas

keluarga yang belum terpenuhi adalah keluarga tidak mampu mengenal

masalah, keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga yang sakit.


7

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dalam

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.R Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler Dengan Masalah Hipertensi Di RT 002 RW

006 Desa Bobojong Kelurahan Utama Kecamatan Cimahi Selatan Kabupaten

Bandung”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan pemberian asuhan

keperawatan keluarga secara komprehensif dengan masalah hipertensi di

wilayah kp.Bobojong RT 02 RW 06 Kelurahan Utama Kec.Cimahi Selatan

Kab.Bandung yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dalam

berusaha membantu masalah klien dengan melalui pendekatan proses

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penelitian, penulis mampu :

1. Melakukan dan melaksanakan tahap pengkajian keperawatan keluarga

dengan masalah hipertensi

2. Merumuskan diagnose keperawatan keluarga dari hasil pengkajian

dengan masalah hipertensi

3. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan keluarga dengan

masalah hipertensi

4. Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun


8

5. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan keluarga dengan masalah

hipertensi

6. Menyusun dokumentasi keperawatan keluarga dengan masalah

hipertensi

C. Kerangka penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan :

a. Wawancara

Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

bertanya langsung maupun tidak langsung kepada keluarga tentang

keluhan yang dirasakan. Data yang diambil dengan metode

wawancara ini yaitu pada saat melakukan pengkajian seperti

menganamnesa keluhan kepada keluarga.

b. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati

keadaan keluarga dan lingkungan sekitarnya untuk memperoleh data

tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan keluarga.

Data yang diambil dengan metode observasi ini yaitu seperti

memeriksa tanda-tanda vital, mengobservasi keadaan keluarga,

keadaan rumah serta lingkungan sekitanya yang berhubungan

dengan masalah yang di rasakan keluarga.


9

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan metode pengumpulan data yang

sistematis dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),

mengetuk (perkusi), dan mendengar (auskultasi) yang bertujuan

untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau

organ dalam tubuh. Data yang diambil dengan metode pemeriksaan

fisik yaitu pada saat melakukan pengkajian fisik untuk mendapat data

objektif mengenai keadaan fisik.

d. Studi Literatur

Cara melakukan pengumpulan data yang dilakukan melalui

pencaiansember-sumber baik berupa buku atau jurnal, dengan

menggunakan akses (browsing internet) atau sumber lain yang

diijinkan. Data yang diambil dengan metode studi literatur yaitu

dengan mengunakan buku-buku sumber sebagai landasan terori

yang berhubungan dengan masalah hipertensi dan masalah

keperawatan keluarga.

2. Tempat dan waktu

Penelitian kasus ini dilakukan di Desa Bobojong RT 002 RW 006

kelurahan Utama dimulai bulan febuari 2018

3. Manfaat penulisan

karya tulis imliah ini diharapakan dapat memberikan manfaat diantaranya

:
10

1. Manfaat teoritis

Secara teori, dalam penyusunan kayra tulis ilmiah ini

diharapakan dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan acuan

untuk mengembangkan asuhan keperawatan keluarga dengan

masalah hipertensi dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan

masalah hipertensi

2. Manfaat praktis

1) Bagi Penulis

Menambah wawasan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan keluarga secara komprehensif pada keluarga

dengan masalah hipertensi.

2) Bagi perawatan di puskesmas

Penyusuanan karya tulis ilmiah ini diharapakan dapat

menjadi pedoman serta informasi dalam melakukan asuhan

keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi terhadap

keluarga, sehingga dapat melakukan pelayanan keperawatan

kepada keluarga yang berada pada daerah binaan puskesmas

terkait masalah hipertensi yang lebih baik.

3) Bagi dinas kesehatan

Sebagai acuan dalam melaksanakan, mengevaluasi dan

menentukan kebijakan dalam penanganan masalah hipertensi

yang ada pada keluarga dan masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik

lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 80 mmHg

(Muttaqin, 2009).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan secara terus menerus

hingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah140/90 mmHg

(Reeves, 2001 dalam Manurung, 2016).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg

atau lebih atau tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih, berdasarkan

rata-rata tiga kali pengukuran atau lebih yang diukur secara terpisah

(NHLBI, 2004 dalam LeMone, Burke, Bauldoff, 2016)

Dari beberapa teori diatas dapat disimpukan bahwa hipertensi

adalah gangguan system peredaran darah yang ditandai dengan

peningkatan tekanan darah secara terus menerus atau menetap hingga

melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah tekanan darah

sistoliknya 120-140 mmHg dan tekanan darah diastolicnya 80-90 mmHg

11
12

dan dapat dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik dan tekanan

diastoliknya melebihi batas normal.

2. Anatomi Fisiologi System Kardiovaskuler

Anatomi dan fisiologi system kardiovaskuler menurut Saifudin 2009,

meliputi :

a. Jantung

Jantung adalah organ muscular berongga yang berbentuk

menyerupai jantung pisang dan merupakan pusat sirkulasi darah ke

seluruh tubuh. Jantung dalam rongga thorak pada bagian mediastinum.

Hubungan jantung dengan alat sekitarnya :

1) Dinding jantung berhubungan dengan sternum (rongga dada) dan

kartilago kostalis setinggi kosta ke- 3 sampai ke- 4.

2) Dinding sampai berhubungan dengan paru-paru dan fasies

mediastinalis.

3) Dinding atas setinggi torakal ke- 6 sampai servikal ke-2 dan

berhubungan dengan aorta, pulmonalis, bronkus dekstra, serta

bronkus sinistra.

4) Dinding belakang berhubungan dengan alat-alat mediastinum

posterior, esofagus, aorta desendens, vena aziogos, dan kolumna

vertebralis.

5) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.


13

Jantung memiliki dua peranan yaitu :

1) Menerima darah yang kurang oksigen dari seluruh tubuh dan

mengirimnya ke paru-paru untuk mendapatkan oksigen.

2) Memompakan darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru ke

seluruh tubuh.

b. Pembuluh darah

Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah ke

seluruh tubuh.Saluran darah ini merupakan sistem tertutup dan jantung

sebagai pemompanya. Fungsi pembuluh darah adalah mengangkut

darah dari jantung keseluruh tubuh dan mengangkut kembali darah

yang sudah di pakai kembali ke jantung. Fungsi ini disebut sirkulasi

darah. Darah mengangkut gas-gas, zat makanan, sisa metabolism,

hormone, antibody, dan keseimbangan elektrolit.

Pembuluh darah terdiri dari :

A. Sirkulasi darah

1. Aliran Darah Tubuh

a) Aliran Darah Koroner

Ada tiga pembuluh darah utama yang mendistribusikan

darah didalam otot jantung yaitu arteri kolonaria dekstra,

arteri intravertikel anterior, dan arteri sirkumfleksa sinistra.

2. Aliran Darah Portal

Adalah aliran darah balik atau aliran darah vena yang

berasal dari usus halus, usus besar, lambung, limpa, dan hati.
14

Aliran darah system portal ini mempunyai pintu keluar yaitu

vena porta, menuju hati melalui arteri hepatica dan keluar

melalui vena hepatica, lalu masuk kejantung melalui vena kava

inferior. Hati merupakan organ terbesar yang memproses

bermacam-macam reaksi kimia dan menerima zat makanan

dari system pencernaan. Jika terjadi kerusakan struktur jaringan

hati maka akan menghambat aliran darah Karena jaringan hati

mengerut sehingga darah tidak bisa dialirkan.

3. Aliran Darah Pulmonal

Aliran darah berawal daru ventrikel kanan menuju arteri

pulmonalis kemudian bercabang ke paru-paru kiri, paru-paru

kanan, dan ke alveoli (kapiler alveoli) yaitu tempat terjadinya

difusi oksigen dan karbon dioksida.

4. Aliran darah sistemik

Aliran darah sistemik berawal dari ventrikel kiri lalu masuk

keseluruh tubuh melalui aorta dan bercabang menjadi arterior

kemudian menjadi kapiler dan mask kedalam jaringan/sel

kemudian keluar menjadi vena (venous) menjadi vena kava

superior tubuh bagian atas, dan vena kava inferior tubuh bagian

bawah. Selanjutnya masuk ke jantung melalui vena kava.


15

3. Etiologi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 Menurut Smeltzer dan Bare

(2000) dalam Triyanto, 2014 yaitu :

a. Hipertensi Esensial atau hipertensi Primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih

belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi

tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi

sekunder hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun.

Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana

penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan penyakit

(Lewis,2000). Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit

aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya.

Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya

hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor

stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan

gaya hidup.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertesi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan

kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi


16

adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih

banyak ditunjukan ke penderita hipertensi esensial.

4. Tanda dan gejala

klien yang menderita hipertensi biasanya tidak menampakan

gajala hingga bertahun-tahun. Gejala jika ada menujukkan adanya

kerusakan vascular, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ

yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan

patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan

urinaria pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea dan

kreatinin).

Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah tinggi, tetapi tetap ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada

kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau

serangan sistemik transien yang bermanisfestasi sebagai paralisis

sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan

(Smeltzer, 2002 dalam Aspiani, 2015)

Gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi tidak sama pada

setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejalan

hipertensi yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :


17

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat.

5. Telinga berdenging

Crowin, 2000 dalam Aspiani, 2015 menyebutkan bahwa sebagian

besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun

berupa :

1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah,

akibat dari peningkatan tekanan darah intracranial.

2. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina akibat

hipertensi.

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadinya kerusakan

pada susunan saraf pusat.

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus.

5. Edema dependen dan pembangkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Gejalan lain yang umumny terjadi pada penderita hipertensi,

yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung

secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dal lain-lain. (Novianti, 2006

dalam Aspiani, 2015)


18

5. Patofisiologi

Gambar 2.1 Patofisiologi Hipertensi

Pusat akselerasi gerak


jantung dihambat
Penurunan
RESPONS curah jantung
REFLEKS Pusat penghambat gerak
Stimulasi jantung distimulasi
baroreseptor

Pusat vasomotor Terjadi Penurunan


dihambat vasodilatasi tekanan darah
GANGGUAN
HOMEOSTASIS
Tekanan darah HOMEOSTASIS
lebih tinggi dari HOMEOSTASIS DIPERTAHANAN
batas normal Tekanan darah
dalam batas
normal HOMEOSTASIS
GANGGUAN
DIPERTAHANAN
HOMEOSTASIS
Tekanan darah
dibawah batas
normal Pusat vasomotor Terjadi Peningkatan
distimulasi vasokontriksi tekanan darah

RESPONS
Pusat penghambat gerak
REFLEKS
jantung dihambat
Baroreseptor Peningkatan
dihambat curah jantung
Pusat akselerasi gerak
jantung distimulasi

Sumber : Mutaqqin, 2009


19

6. Pemeriksaan penunjang

Menurut Aspiani, 2016 pemeriksaan penunjang hipertensi dibagi menjadi

tiga yaitu :

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Albuminuria pada hipertensi karena terjadi kelainan pada

parenkim ginjal

2. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena

parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.

3. Darah perifer lengkap

4. Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)

b. Pemeriksaan EKG (Elektro Kardio Grafi)

1. Hipertrofi ventrikel kiri

2. Iskemia atau infark miokard

3. Peningkatan gelombang P

4. Gangguan konduksi

c. Pemeriksaan Foto Rontgen

1. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.

2. Pembendungan, lebarnya paru.

3. Hipertrofi parenkim ginjal.

4. Hipertrofi vascular ginjal.


20

7. Penatalaksanaan umum

Tujuan penatalaksanaan dan deteksi hipertensi adalah menurunkan

risiko penyakit kerdiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang

berkaitan dengan hipertensi. Tujuan terapi adalah memcapai dan

mempertahankan tekanan darah sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan

darah diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat

dicapai melalui modifkasi gaya hidup saja, atau dengan obat anti hipertensi

(Mansjoer, 2002 dalam Aspiani, 2015)

Menurut Manurung, 2016, penatalaksanaan hipertensi adalah :

1. Diet rendah lemak dan rendah garam.

2. Latihan atau olahraga

3. Penurunan berat badan

4. Penurunan stress

5. Pengobatan anti hipertensi : diuretic, penyekat beta adrenergic,

penyekat saluran kalsium, penghambat enzim pengubah angiotensin

(ACE).
21

8. Pathway

Gambar 2.2 Pathway Penyakit Hipertensi

Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin,


merokok, stress, kurang olahraga,
genetik, alkohol, konsetrasi garam, Aliran darah makin cepat
obesitas. Beban kerja jantung ke seluruh tubuh
sedangkan nutrisi dalam
sel sudah mencukupi
Kerusakan vaskuler Hipertensi Tekanan sistematik kebutuhan
pembuluh darah darah

Metode koping tidak


Perubahan Krisis situasional
efektif
Perubahan struktur situasi

Informasi yang Defisiensi Ketidakefektifan koping


Penyumbatan pembuluh
minim pengetahuan
darah
Resistensi
Vasokonstriksi pembuluh darah Nyeri kepala
otak

Gangguan sirkulasi Suplai O2 ke otak Risiko ketidakefektifan


Otak perfusi jaringan otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Penurunan koping
Vasokontriksi pembuluh Spasme arteriol keluarga
darah ginjal Sistemik

Risiko cedera
Vasokonstriksi
Blood flow darah Ketidakmampuan
Penurunan koping keluarga
curah jantung Afterload
Respon RAA
Kesiapan untuk
Kelebihan Fatigue
meningkatkan koping
Merangsang aldosteron volume cairan keluarga
Intoleransi aktivitas
Retensi Na Edema

Sumber : Nursrif dan Kusuma, 2015


22

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu

tempat atau dibawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.

Departemen Kesehatan RI (1988)

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan

melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 1969 dalam

Harnilawati, 2013).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan,adaptasi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya umum, meningkatkan perkembangan fisik,mental

dan emosial serta social individu yang ada didalamnya,dilihat interaksi yang

regular dan ditandai dengan adanya ketergantunga dan hubungan untuk

mencapai tujuan umum. Duval (1972)

Berdasarkan pengertian keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga adalah sekumpulan sebuah kelompok yang saling berhubungan

satu sama lain yang dihubungkan melaui ikatan perkawinan, adaptasi, dan

kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan fisik, mental,

dan emosional serta social individu yang ada didalamnya.


23

2. Tipe keluarga

Friedman, 1986 dalam Ali, 2010, membagi tipe keluarga seperti berikut :

1. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang

masih menjadi tangunggannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah

dari sanak keluarga lainnya.

2. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari satu

atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling

menunjang satu sama lain.

3. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala

keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih

bergantung kepadanya.

4. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa

anak, tinggal satu rumah yang sama.

5. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan

pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak

hasil dari perkawinan terdahulu.

6. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu

kakek, nenek, bapak, ibu,dan anak dalam satu rumah.

7. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu

orang dewasa yang hidup didalam rumahnya.

8. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang

suami istri paruh baya.


24

3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur

keluarga atau tentang sesuatu apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat

beberapa fungsi keluarga menurut Friedman, 1998 dalam Ali, 2010 yaitu :

1. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga

yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk memenuhi kebutuhan psikososial. Anggota keluarga

mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan

baik, dan penuh kasih sayang.

2. Fungsi sosialisasi

Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui oleh individu

yang menghasilkan interaksi social, dan individu tersebut

melaksanakan perannya dalam lingkungan social. Keluarga

merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota

keluarga dan belajar disiplin, norma budaya, dan perilaku interaksi

dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan didalam

masyarakat.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan oleh keluarga dengan masalah hipertensi.


25

Tugas- tugas kesehatan keluarga dengan masalah hipertensi

menurut Achajar, 2010 yaitu ; 1) Mengenal masalah kesehatan

keluarga persepsi keluarga tentang tingkat keparahan penyakit

hipertensi, pengertian hipertensi, tanda gejala hipertensi, factor

penyebab hipertensi, dan pandangan keluarga terhadap masalah

hipertensi 2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

dengan masalah hipertensi yaitu sejauh mana keluarga mengetahui

sifat luasnya masalah hipertensi, dan bagaimana keluarga merasakan

masalah hipertensi tersebut, apakah keluarga merasa menyerah

terhadap masalah hipertensi yang di hadapinya. 3) Memberi perawatan

pada keluarga yang sakit dengan masalah hipertensi, yaitu tentang

keluarga mengetahui keadaan penyakit hipertensi, sifat penyakit

hipertensi dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan keluarga

dalam merawat atau mengatasi masalah hipertensi, memanfaatkan

sumber-sumber yang ada didalam keluarga serta sikap keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi.

4) Memodifikasi lingkungan rumah yang sehat yaitu seperti personal

hygiene, sanitasi, upaya mempertahankan kesehatan, dan upaya

pemeliharan lingkungan yang berkaitan dengan masalah kesehatan

yang dilakukan keluarga. 5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan yaitu

terkait kepercayaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan

tenaga kesehatan yang ada dalam membantu keluarga mengatasi

masalah hipertensi, serta keuntungan keluarga terhadap penggunaan


26

fasilitas kesehatan terhadap masalah hipertensi yang dihadapi

keluarga.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

sandang,pangan,papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan

sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi

kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga,menabung

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi biologis

Fungsi biologis,bukan hanya ditujukan untuk meneruskan

keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk

kelanjutan generasi selanjutnya.

6. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan

kasih sayang dan rasa aman,memberikan perhatian diantara anggota

keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan

memberikan identitas keluarga.

7. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka

memberikan pengetahuan keterampilan,pengetahuan,membentuk

perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,

mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.


27

4. TAHAPAN DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall & Miller (1985) ;

Carter & Mc Goldrick (1988), mempunyai tugas perkembangan yang

berbeda seperti :

a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru

Tugas perkembangan keluarga pemula anatara lain membina

hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan

membangun perkawinan yang saling memuaskan,membina

hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan

persaudaraan yang harmonis, merencanakan kehamilan dan

mempersiapkan diri menjadi orang tua.

b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai

umur 30 bulan )

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu

membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit,mempertahankan

hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan

dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek

dan nenek mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar

masing-masing pasangan.

c. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua

berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,


28

mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang

sehat dalam keluarga,menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai

mengenalkan kultur keluarga,menanamkan keyakinan beragama,

memenuhi kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV, kkeluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-

13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV, yaitu

mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,

memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar

teratur, memperhatikan anak pada saat menyelesaikan tugas

sekolah.

e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20

tahun)

Tugas perkembangan pada tahap V yaitu, menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi deawasa

mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,

berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-anak,

memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan

tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.


29

f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan

rumah)

Tugas perkembangan keluarga tahap VI yaitu, memperluas

siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yang

didapat dari perkawinan anak-anaknya, melanjutkan untuk

memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut

usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri, membantu anak

mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan

keluarga anatara orang tua dengan menantu, menata kembali peran

dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.

g. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII, menyediakan

lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan

hubungan yang memuaskan dan penuh arti para orang tua dan lansia,

memperkokoh hubungn perkawinan, menjaga keintiman,

merencanakan kegiatan yang akan dating, memperhatikan kesehatan

masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-

anak.

h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII, yaitu

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang


30

menurun,mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri

terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga

antara generasi,meneruskan untuk memahami eksistensi

mereka,saling memberi perhatian yang menyenangkan antar

pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti

olahraga, berkebun, mengasuh cucu.

5. Struktur dalam keluarga

Friedman (via Effendy 1998 dalam Bakri, 2015) menjelaskan bahwa

sturktur keluarga terbagi menjadi empat yaitu : 1) pola komunikasi keluarga;

2) struktur peran; 3) struktur kekuatan; dan 4) nillai-nilai keluarga.

Struktur ini didasarkan pada pengorganisasian dalam keluarga, baik

dari sisi prilaku maupun dalam pola hubungan antara anggota keluarga.

Hubungan yang terjadi ini bisa jadi sangat kompleks, tidak terbatas pada

anggota keluarga tertentu, bahkan bisa melebar pada anggota keluarga

besar, yang saling membutuhkan, memiliki peran dan harapan yang

berbeda.

Pola hubungan dalam keluarga turut membentuk kekuatan dan

struktur peran keluarga. Struktur ini pun bisa fleksibel, diperluasa atau

dipersempit tergantung pada sebuah keluarga dalam merespon interaksi

dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel

dapat menggangu atau merusak fungsi keluarga. Struktur dan fungsi


31

merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu

sama lain.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

Proses keperawatan adalah inti dari esensi keperawatan yang

merupakan pusat dari semua tindakan keperawatan,yang dapat diterapkan

pada semua tatanan dalam kerangka konsep dan teori. Langkah-langkah

proses keperawatan ini meliputi ; tahap pengkajian, diagnose, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi yang saling berhubungan dalam membentuk siklus

berfikir dan betindak secara dinamis dan berkelanjutan (Doengoes, dkk 2012)

1. Pengkajian
Proses pengkajian kepada keluarga ditandai dengan pengumpulan

data informasi yang terus menerus dan keputusan profesional yang

mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan. Data dikumpulkan

secara sistematik menggunakan alat pengkajian keluarga, kemudian

diklasifikasikan dan dianalisis untuk menginterprestasikan artinya

(Friedman, dkk, 2014).

Proses pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber: (1)

Wawancara terhadap satu anggota keluarga atau lebih tentang peristiwa

peristiwa yang lalu dan saat ini (bertanya, mendengarkan, genogram,

ecomap). (2) Temuan Objektif (observasi rumah, observasi interaksi

keluarga, dll). (3) Penilaian Subjektif (pengalaman anggota keluarga yang


32

dilaporkan, dll). (4)Informasi tertulis dan lisan dari rujukan, berbagai agensi

yang bekerja dengan keluarga dan anggota kesehatan tim lain.

Pengkajian data focus pada klien hipertensi menurut Doenges, 2014

adalah sebagai berikut :

a. Aktivitas/istirahat

Klien mengalami keletihan, kelemahan, ketidakmampuan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari karena sakit kepala dan pusing,

kesulitan untuk tidur, dan frekuensi jantung meningkat.

b. Sirkulasi

Klien mempunyai riwayat hipertensi dan mengalami peningkatan

tekanan darah sampai 170/120 mmHg.

c. Makanan dan cairan

Makanan yang disukai klien mencakup makanan yang tinggi

garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol (seperti makanan yang digoreng,

ikan asin, telur), kandungan tinggi kalori dan tinggi garam.

d. Nyeri atau ketidaknyamanan

Nyeri hilang timbul pada bagian kepala dan pundak, sakit kepala

berat, mata terasa perih, pandangan terasa tidak jelas dan kaku kuduk.

e. Riwayat hipertensi

Klien mempunyai riwayat hipertensi dan didalam keluarganya

juga ada yang mempunyai riwayat hipertensi.

Sedangkan menurut Padila, 2012. Pengkajian merupakan suatu

tahapan dimana perawat mengambil data secara terus menerus


33

kepada keluarga yang dibinanya. Hal-hal yang perlu di kumpulkan

data-datanya dalam pengkajian keluarga adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian Data umum

Pengkajian data umum meliputi :

a) Identitas

Pengkajian KK, alamat, dan no telepon, pekerjaan

kepala keluarga, dan pendidikan kepala keluarga.

b) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga menjelaskan anggota keluarga

yang diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.

Komposisi keluarga tidak hanya mencantumkan penghuni

rumah tangga, tetapi juga anggota keluarga lain yang menjadi

bagian dari keluarga tersebut.

Genogram keluarga adalah sebuah diagram yang

menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga).

Genogram merupakan alat pengkajian yang informative yang

di gunakan untuk mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-

sumber keluarga.

c) Tipe keluarga

Menjelaskan tipe/jenis keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga

tersebut.
34

d) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan

e) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan uang dapat mempengaruhi kesehatan.

f) Status social ekonomi

Status social ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik

dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga yang

lainnya.

g) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja

keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat

rekreasi tertentu, namun dengan menonton tv dan

mendengarkan music juga merupakan aktivitas rekreasi.

2. Riwayat dan tahap perkembangan

a) Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan

anak tertua dari keluarga tersebut.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan

keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-


35

kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

terpenuhi.

c) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,

meliputi riwayat penyakit, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga.

d) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga dari

pihak sumai atau pihak istri.

3. Pengkajian lingkungan

a) Karakteristik rumah

Didefinisikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah,

jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septi tank dengan

sumber air, sumber air minum, dilengkapi dengan denah

rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau

kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat

yang mempengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan

melihat kebiasaan keluarga berpindah tempat.


36

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

mana interaksi keluarga dengan masyarakat.

4. Struktur keluarga

a) System pendukung keluarga

Yang termasuk system pendukung keluarga adalah

jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas

keluarga yang dimiliki untuk menunjang kesehatan berupa

fasilitas fisik.

b) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar

keluarga

c) Struktur kekuatan keluarga

Kemempuan keluarga untuk mengidentifikasi dan

mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

d) Struktur peran

Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga

baik secara formal maupun informal.

e) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.


37

5. Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu mengenai gambaran diri

anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam

keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga

yang lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota

keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap

saling menghargai.

b) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,

norma, budaya, serta perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan

makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota

keluarga yang sakit dan terdapat 5 tugas kesehatan keluarga

yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan mengenai hipertensi

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang

tepat mengenai hipertensi

3. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang

sakit dengan masalah hipertensi

4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat


38

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di

masyarakat untuk mengatasi hipertensi.

d) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji dari fungsi reproduksi adalah

berapa jumlah anak, apakah rencana keluarga yang

berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang

digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah

anggota kelurga .

e) Fungsi ekonomi

Dari fungsi ekonomi yang dikaji adalah sejauhmana

keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan,

dan sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada

dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga.

6. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari enam bulan.

2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

lebih dari enam bulan. Sumber stressor dapat berupa :

1) Lingkungan, 2) Diri sendiri, dan 3) pikiran.


39

a. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap

stressor. Dampak stressor dapat dipengaruhi oleh berbagai

factor diantaranya :

1) Sifat stressor : pengetahuan keluarga terhadap stresor

dan pengaruhnya terhadap keluarga tersebut.

2) Jumlah stressor : banyaknya stressor yang di terima

keluarga dalam waktu yang bersamaan.

3) Lama stressor : seberapa sering keluarga menerima

stressor yang sama, makin sering keluarga mengalami

hal yang sama maka akan timbul kelelehan dalam

mengatasi masalah tersebut.

4) Pengalaman masalah lalu : pengalaman keluarga yang

lalu mempengaruhi keluarga menghadapi masalah .

5) Tingkat perkembangan : tiap keluarga tingkat

perkembangannya berbeda .

b. Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga

dalam menghadapi masalah. Strategi koping terbagi

menjadi 2 yaitu :

1. Strategi koping keluarga internal

Dalam strategi ini ada 3 jenis strategi koping

intra-keluarga yang umum yaitu :


40

a) Strategi hubungan : mengendalikan kelompok

keluarga, kebersamaan yang lebih besar

(memperkuat kohesi keluarga), fleksibilitas peran.

b) Strategi kognitif : normalisasi, pengendalian makna

masalah dengan membingkai ulang dan penilain

pasif, mendapatkan informasi dan pengetahuan.

c) Strategi komunikasi : terbuka dan jujur,

menggunakan humor dan tawa.

2. Strategi koping keluarga eksternal

Dalam strategi koping ini ada 3 jenis strategi koing yaitu

a) Strategi komunitas : memelihara jalinan aktif

dengan komunitas. Kategori ini merujuk pada upaya

koping keluarga yang terus menerus, jangka

panjang, dan umum, bukan upaya seseorang

meyesuaikan untuk mengurangi stressor khusus

siapapun.

b) Memanfaatkan system dukungan social : sumber

dukungan social, tujuan dukungan social,

penggunaan sdukungan social yang tidak adekuat.

c) Dukungan spiritual : keyakinan ini adalah kekuatan

yang besar dalam meningkatkan resiliency

keluarga.
41

c. Strategi adaptasi fungsional

Menjelaskan mengenai strategi adaptasi

disfungsional yang digunakan keluarga bila

menghadapi masalah. Adaptasi merupakan upaya

koping.

7. Pemeriksaan fisik

pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

Pemeriksaan fisik ini sama seperti pemeriksaan fisik klinik

meliputi :

1) Keadaan umum

a) Kaji tanda-tanda vital

b) Perhatikan sikap tubuh, cara berjalan, postur tubuh,

eksrpresi wajah.

c) Kaji tingkat kesadaran : Tingkat kesadaran bisa

composmentis sampai mengalami penurunan kesadaran

kehilangan sensasi.

d) System penginderaan

Pada kasus hipertensi biasanya terdapat gangguan

penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total,

kehilangan daya ingat sebagian (kebutaan monokuler),

penglihatan ganda (diplopia), ukuran reaksi pupil tidak

sama, serta kesulitahan melihat objek .


42

e) System penciuman

Biasanya terdapat gangguan pada system

penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.

f) System pernafasan

Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara

nafas, terdengar ronchi (aspirasi sekresi).

g) System kardiovaskuler

Nadi, frekuensinya dapat berpariasi (karena ketidak

stabilan fungsi jantung atau kondisi jantung), perubahan

EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau

penyakit jantung vaskuler. Sudarta, 2013.

1. Inspeksi : mengmati gerakan jantung pada titik impuls

maksimum (PMI) dengan posisi supinasi lihat daerah

PMI pada garis mid claviculasris intercostalis, ke 5 kiri.

2. Palpasi : untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika

darah mengalir melalui katup.

3. Perkusi : untuk mengetahui batas jantung dilakukan

mulai dari lateral ke garis tengah.

4. Auskultasi :

- Untuk menentukan irama jantung dan denyut jantung

- Bunyi jantung terdengar jelas pada daerah aorta,

pulmonal, trikuspidalis.
43

- Bunyi jantung I (S1) : dihasilkan oleh menutupnya

katup atrio ventrikuler, didengan diawal sistolik

ventrikel.

- Bunyai jantung II (S2) : menutupnya katup semilunar

: terdengar permulaan relaksasi ventrikel.

- Bunyai jantung III (S3) : disebut irama gallop/gallop

ventrikel.

- Bunyi jantung IV (s4) disebut gallop atrium terdengan

sebelum bunyi jantung I akibat kurangnya

peregangan dinding ventrikel atau peninggian volume

ventrikel.

h) System penceranaan

Ketidakmampuan menelan, mengunyah, tidak

mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.

i) System perkemihan

Terdapat perubahan system berkemih seperti

inkontinensia.

j) System musculoskeletal

Kaji kekuatan tonus otot dan gangguan otot, pada

pasien hipertensi biasanya merasa kesulitan untuk aktivitas

karena kelemahan, kesemutan atau kebas.

k) System integument

Keadaan turgor kulit, adanya lesi, oedema .


44

Pada pengkajian hipertensi anamnesis biasanya

didapatkan adanya riwayat peningkatan tekanan darah, adanya

riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan riwayat

meminum obat antihipertensi.

Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk menglkaji

gejala yang menunjukan sitem tubuh lainnya telah pengaruhi oleh

hipertensi. Hal itu meliputi seperti perdarahan hidung, nyeri

angina, nafas pendek, perubahan ketajam penglihatan, vertigo,

sakit kepala, dan nokturia (muttaqin, 2009)

8. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan

keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada .

D. Analisa Data

Setelah pengumpulan data pengkajian keluarga yang telah didapatkan,

langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisa data adalah pemilihan

data rangka proses klasifikasi dan validasi informasi untuk mendukung

penegakan diagnose keperawatan keluarga yang akurat. Menghubungkan data

dari pengkajian yang berpengaruh kepada munculnya suatu masalah.

(Setiawati, dkk 2009).

Berikut adalah analisa data yang berkaitan dengan hipertensi menurut

Nurarif dan Kusuma, 2015 :


45

Tabel 2.1. Analisa data

Karakteristik Etiologi Masalah

Ds : Ketidakmampuan Risiko Cedera

Do : keluarga mengenal

a) Cara masalah

pemindahan/transport

b) Usia perkembangan

c) Disfungsi imun-autoimun

d) Fisik, misalnya : integritas

kulit tidak utuh, gangguan

mobilitas.

e) Psikologis

f) Disfungsi sensorik

g) Hipoksia jaringan

Ds : Ketidakmampuan Penurunan curah jantung

Do : keluarga merawat

1) Perubahan frekuensi/irama anggota keluarga

jantung.

2) Perubahan kontraktilitas

3) Perilaku/emosi
46

Ds : Ketidakmampuan Defisiensi pengetahuan

Do : keluarga mengenal

a. Perilaku hiperbola masalah

b. Ketidakakuratan mengikuti

perintah

c. Ketidakakuratan melakukan

tes

d. Pengungkapkan masalah

Ds : Ketidakmampuan Nyeri akut/ kronis

Do : keluarga merawat

1) Perubahan selera makan anggota keluarga

2) Perubahan tekanan darah

3) Perubahan frekuensi

pernapasan

4) Mengekspresikan perilaku

(misalkan gelisah,

merengek, menangis)

5) Sikap melindungi area nyeri

6) Indikasi nyeri yang dapat

diamati

7) Perubahan posisi untuk

menghindari nyeri

8) Sikap tubuh melindungi


47

9) Melaporkan nyeri secara

verbal

10) Gangguan tidur

Ds :

Do : Ketidakmampuan Intoleransi aktivitas

1) Respon tekanan darah keluarga mengenal

abnormal terhadap aktivitas masalah

2) Ketidaknyamanan setelah

beraktivitas

3) Dispnea setelah beraktivitas

4) Menyatakan merasa letih

5) Menyatakan merasa lemah

Ds :

Do : klien tampak Ketidakmampuan Penurunan koping

mengungkapkan sesuatu keluarga merawat keluarga

yang ingin anggota keluarga

Ds :

Do : klien tampak atusias ingin Ketidakmampuan Kesiapan untuk

berkumpul dengan orang- memodifikasi meningkatkan koping

orang yang memiliki kondisi lingkungan keluarga

serupa
48

E. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosis

ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian

keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan

aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan

mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan

pengalaman (Gordon, 1994, 2001, dalam Friedman, dkk, 2014).

Diagnosis tersebut digunakan sebagai dasar intervensi perencanaan, dan

evaluasi hasil yang dicapai.

Berikut adalah diagnosa keperawatan keluarga yang berkaitan dengan

gangguan hipertensimenurut (Nurarif & Kusuma, 2015) :

1) Resiko cidera

2) Penurunan curah jantung

3) Defisiensi pengetahuan

4) Nyeri akut

5) Intoleransi aktivitas

6) Penurunan koping keluarga berhubungan dengan Ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga.

7) Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga berhubungan dengan

Ketidakmampuan memodifikasi lingkungan.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan keluarga, tahap

berikutnya adalah menentukkan diagnosa mana yang menjadi diagnosa

prioritas. Penentuan prioritas diagnosa keperawatan keluarga


49

menggunakan teori Baylon & Maglaya (1978) dalam Saraswati, (2013)

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Skoring Prioritas Masalah

Kriteria Skor Bobot

a. 1. Sifat masalah

a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3

b. Ancaman kesehatan 2 1

c. Keadaan sejahtera 1

b. 2. Kemungkinan masalah dapat diubah

a. Mudah 2

b. Sebagian 1
2
c. Tidak dapat 0

d. 3. Potensi masalah untuk dicegah

a. Tinggi 3

b. Cukup 2 1

c. Rendah 1

e. 4. Menonjolnya masalah

a. Masalah berat dan harus segera ditangani 2

b. Ada masalah, tidak perlu segera ditangani 1 1

c. Masalah tidak dirasakan 0


50

Skor yang ada kemudian dihitung dan dijumlahkan. Diagnosis keperawatan

dengan nilai tertinggi merupakan masalah utama yang akan diselesaikan terlebih

dahulu. Adapun rumus perhitungan skor yang digunakan adalah sebagai berikut:

Skor
Skoring = × Bobot
Angka Tertinggi

F. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan mengacu pada lima tugas

keluarga menurut Friedman 1986 dalam Maglaya, et al 2009 yang terdiri dari: 1)

keluarga mampu mengenal masalah tentang hipertensi, 2) keluarga mampu

mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi, 3)

keluarga mampu merawat anggota keluarganya yang sakit dengan masalah

hipertensi, 4) keluarga mampu memodifikasi lingkungan keluarga, dan 5)

keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk

membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga dengan hipertensi.

Intervensi yang terkait dengan diagnosa gangguan hipertensi menurut

Nurarif dan Kusuma (2015), & Achjar, 2010 yaitu:


52

Tabel 2.3. Intervensi

TUJUAN EVALUASI
NO DIAGNOSA INTERVENSI
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR

1. Risiko cedera Setelah Setelah dilakukan Respon Keluarga mampu 1. Diskusikan dengan

berhubungan dilakukan kunjungan selama 1x45 verbal : keluaga tentang

dengan perawatan menit diharapkan 1. Menyebutkan pengertian hipertensi dan

ketidakmampuan selama 5 x : pengertian anjurkan kepada

keluarga 45 menit 1. keluarga mampu hipertensi keluarga untuk

mengenal diharapkan mengenal masalah a. Hipertensi adalah mengungkapkan kembali

masalah Risiko meliputi : suatu keadaan di pengertian.

cedera dapat - Definisi hipertensi mana tekanan darah 2. Diskusikan tanda dan

teratasi. - Tanda dan gejala sistolik lebih dari 120 gejala yang biasanya

hipertensi mmHg dan tekanan terjadi pada hipertensi

- Penyebab hipertensi darah diastolic lebih


53

dari 80 mmHg 3. Diskusikan bersama

(Muttaqin, 2009). keluarga tentang

2. Menyebutkan penyebab penyebab hipertensi.

hipertensi Motivasi keluarga untuk

a. Stress mengulang kembali

b. Merokok penyebab hipertensi.

c. Factor keturunan Jelaskan kembali hal-hal

3. Menyebutkan tanda dan yang telah didiskusikan.

gejala

1. Pusing

2. Cepat marah

3. Susah tidur

4. Kaku kuduk
54

2. Mengambil keputusan Respon Keluarga mampu : 1. Identifikasi akibat atau


untuk mengatasi dampak dari hipertensi.
Verbal menjelaskan dampak dari
hipertensi : Motivasi keluarga untuk
hipertensi, yaitu bisa
a. menjelaskan akibat mengungkapkan kembali
atau dampak menyebabkan : akibat atau dampak dari
hipertensi hipertensi.
1) Penyempitan pembulu
b. mengambil 2. Gali pendapat keluarga
darah
keputusan untuk bagaimana cara mengatasi
2) Penyakit jantung
mencegah dan hipertensi.
3) Gagal ginjal
mengatasi hipertensi 3. Motivasi keluarga untuk
4) Stroke
memutuskan mengatasi
5) Penurunan penglihatan
hipertensi secara tepat.
4. Beri reinforcement atas
Keluarga mampu
keputusan yang diambil
mengambil keputusan untuk
keluarga.
pencegahan dan mengatasi
hipertensi :
1. Diit rendah lemak dan
rendah garam
2. Latihan atau olahraga
3. Penurunan berat badan
55

4. Penurunan stress
5. Pengobatan obat anti
hipertensi

3. Merawat anggota
Respon 1. Ketidakmampuan
Keluarga mampu
keluarga yang
verbal menyebutkan cara merawat merawat anggota
mengalami hipertensi :
anggota keluarga dengan
a. Menjelaskan cara keluarga yang sakit
hipertensi :
merawat hipertensi
a. Motivasi keluarga
1. Pengobatan tradisional
b. Mendemonstrasikan
seperti untuk bertanya
cara perawatan
a. Membuat sari
hipertensi mengenai apa yang
mentimun
ingin diketahui
b. Rebusan daun seledri
c. Membuat sari b. Diskusikan bersama
belimbing
keluarga tentang
2. Terapi modalisas seperti
perawatan hipertensi
a. Senam hipertensi
56

3. Beri motivasi c. Demontrasikan cara

Pengobatan tradisional pembuatan obat

seperti tradisional dengan

a. seperti jus belimbing alat dan bahan yang

yaitu : sudah ditentukan

1. ½ kg buah d. Meminta keluarga

belimbing dicuci untuk kembali

bersih melakukan apa yang

2. Dikupas kulitnya telah dicontohkan.

bagian atas lalu

di jus/ diparut

3. Saring airnya

menggunakan

penyaring/kain

bersih
57

4. Diminum setiap

hari ± 1 kg untuk

2 kali minum

pagi dan sore

hari

Keluarga mampu: 1. Diharapkan klien dan


4. Memodifikasi lingkungan
keluarga memahami
Respon 1. Jelaskan kepada
dengan cara
tentang pengaruh garam
verbal keluarga tentang
membiasakan diri setiap terhadap hipertensi.
pengaruh garam 2. Diharapkan klien dan
hari mengkonsumsi
keluarga dapat
terhadap hipertensi.
makanan yang rendah
menghindari makanan
2. jelaskan kepada
garam kriteria hasil : yang banyak mengandung
keluarga jenis makanan garam.
a. Klien dan keluarga
3. Dengan diberi motivasi
yang banyak
dapat menjelaskan
diharapkan klien dan
mengandung garam.
manfaat makanan keluarga mau merubah
sikapnya dari yang tidak
yang rendah garam.
sehat menjadi sehat.
58

b. Klien dan keluarga 3. Motivasi kepada

dapat menjelaskan keluarga bahwa mereka

jenis makanan yang mampu untuk merubah

banyak mengandung kebiasaan yang kurang

garam. baik.

5. Keluarga mampu
Fasilitas kesehatan terdekat a. Gali penyebab keluarga
memanfaatkan fasilitas
yang bisa digunakan : tidak mampu
kesehatan, dengan
kriteria hasil : Puskesmas,klinik,rumah menggunakan fasilitas
a. Membawa anggota
Respon sakit. Pelayanan Kesehatan pelayanan kesehatan
keluarga yang sakit
verba yang bisa didapat pada b. Jelaskan bahwa
ke pelayanan
kesehatan fasilitas kesehatan tingkat keberadaan fasilitas

pertama,sebagai berikut : kesehatan adalah

- mendapat pemeriksaan diperuntukkan untuk

kesehatan,pengobatan keluarga atau masyarakat


59

dan melakukan agar tidak jauh untuk

konsultasi medis pergi ke berobat ke rs

- Mendapat tindakan c. jelaskan pada keluarga

medis yang tidak masuk manfaat fasilitas

dalam bidang pelayanan kesehatan

kompetensi dokter yang ada di masyarakat

spesialis d. motivasi keluarga untuk

- Mendapat pemeriksaan menggunakan fasilitas

penunjang diagnostik pelayanan kesehatan di

laboratorium tingkat masyarakat

pertama

- Mendapat pelayanan

rawat inap tingkat

pertama sesuai indikasi

medis
60

2. Penurunan curah Setelah Setelah dilakukan Respon Keluarga mampu 1. Diskusikan dengan

jantung dilakukan kunjungan selama 1x45 verball : keluaga tentang

berhubungan perawatan menit diharapkan 1. Menyebutkan pengertian hipertensi dan

dengan selama 5 x : pengertian anjurkan kepada keluarga

ketidakmampuan 45 menit 6. keluarga mampu hipertensi untuk mengungkapkan

keluarga diharapkan mengenal masalah a. Hipertensi adalah kembali pengertian.

merawat anggota Penurunan meliputi : suatu keadaan di 2. Diskusikan tanda dan

keluarga yang curah - Definisi hipertensi mana tekanan gejala yang biasanya

sakit jantung - Tanda dan gejala darah sistolik lebih terjadi pada hipertensi

dapat hipertensi dari 120 mmHg 3. Diskusikan bersama

teratasi. - Penyebab hipertensi dan tekanan darah keluarga tentang

diastolic lebih dari penyebab hipertensi.

80 mmHg Motivasi keluarga untuk

(Muttaqin, 2009). mengulang kembali

penyebab hipertensi.
61

2. Menyebutkan penyebab Jelaskan kembali hal-hal

hipertensi yang telah didiskusikan.

a. Stress

b. Merokok

c. Factor keturunan

3. Menyebutkan tanda dan

gejala

a. Pusing

b. Cepat marah

5. Susah tidur

6. Kaku kuduk
62

2. keluarga mampu Respo Keluarga mampu : 1. Identifikasi akibat atau


dampak dari hipertensi.
mengambil keputusan verbal menjelaskan dampak dari
Motivasi keluarga untuk
untuk mengatasi hipertensi, yaitu bisa
mengungkapkan kembali
hipertensi : menyebabkan : akibat atau dampak dari
hipertensi.
- menjelaskan 1) Penyempitan pembulu
2. Gali pendapat keluarga
darah
dampak dari
bagaimana cara mengatasi
2) Penyakit jantung
hipertensi. hipertensi.
3) Gagal ginjal
3. Motivasi keluarga untuk
- Mengambil 4) Stroke
memutuskan mengatasi
5) Penurunan penglihatan
keputusan untuk
hipertensi secara tepat.
mencegah dan 4. Beri reinforcement atas
Keluarga mampu
keputusan yang diambil
mengatasi mengambil keputusan untuk
keluarga.
pencegahan dan mengatasi
hipertensi
hipertensi :
1. Diit rendah lemak dan
rendah garam
2. Latihan atau olahraga
3. Penurunan berat badan
63

4. Penurunan stress
5. Pengobatan obat anti
hipertensi

3. Merawat anggota Respon Ketidakmampuan merawat


Keluarga mampu
keluarga yang verbal menyebutkan cara merawat anggota keluarga yang sakit
anggota keluarga dengan
mengalami hipertensi : a. Motivasi keluarga
hipertensi :
- Menjelaskan cara untuk bertanya
1. Pengobatan tradisional
merawat hipertensi seperti mengenai apa yang
1. Membuat sari
- mendemonstrasikan ingin diketahui
mentimun
cara perawatan b. Diskusikan bersama
2. Rebusan daun
hipertensi seledri keluarga tentang
3. Membuat sari
perawatan hipertensi
belimbing
c. Demontrasikan cara
2. Terapi modalisas seperti
a. Senam hipertensi pembuatan obat
64

3. Beri motivasi tradisional dengan

Pengobatan tradisional alat dan bahan yang

seperti sudah ditentukan

a. seperti jus belimbing d. Meminta keluarga

yaitu : untuk kembali

1. ½ kg buah melakukan apa yang

belimbing dicuci telah dicontohkan.

bersih

2. Dikupas

kulitnya bagian

atas lalu di jus/

diparut

3. Saring airnya

menggunakan
65

penyaring/kain

bersih

4. Diminum setiap

hari ± 1 kg untuk

2 kali minum

pagi dan sore

hari

4. memodifikasi Respon Keluarga mampu: 1. Diharapkan klien dan


keluarga memahami
lingkungan dengan verbal 1. Jelaskan kepada
tentang pengaruh garam
cara membiasakan diri keluarga tentang
terhadap hipertensi.
setiap hari pengaruh garam 2. Diharapkan klien dan
keluarga dapat
mengkonsumsi terhadap hipertensi.
menghindari makanan
makanan yang rendah 2. jelaskan kepada
yang banyak mengandung
garam kriteria hasil : keluarga jenis makanan garam.
66

- klien dan keluarga yang banyak 3. Dengan diberi motivasi


diharapkan klien dan
dapat menjelaskan mengandung garam.
keluarga mau merubah
manfaat makanan 3. Motivasi kepada
sikapnya dari yang tidak
yang rendah garam. keluarga bahwa mereka sehat menjadi sehat.

- Klien dan keluarga mampu untuk merubah

dapat menjelaskan kebiasaan yang kurang

jenis makanan yang baik.

banyak

mengandung

garam.

a. Gali penyebab keluarga


5. Keluarga mampu Respon Fasilitas kesehatan terdekat
memanfaatkan fasilitas tidak mampu
verbal yang bisa digunakan :
kesehatan, dengan
menggunakan fasilitas
Puskesmas,klinik,rumah
kriteria hasil :
pelayanan kesehatan
sakit. Pelayanan Kesehatan
67

- membawa anggota yang bisa didapat pada b. Jelaskan bahwa

keluarga yang sakit fasilitas kesehatan tingkat keberadaan fasilitas

ke pelayanan pertama,sebagai berikut : kesehatan adalah

kesehatan - mendapat pemeriksaan diperuntukkan untuk

kesehatan,pengobatan keluarga atau masyarakat

dan melakukan agar tidak jauh untuk

konsultasi medis pergi ke berobat ke rs

- Mendapat tindakan c. jelaskan pada keluarga

medis yang tidak masuk manfaat fasilitas

dalam bidang pelayanan kesehatan

kompetensi dokter yang ada di masyarakat

spesialis d. motivasi keluarga untuk

- Mendapat pemeriksaan menggunakan fasilitas

penunjang diagnostik pelayanan kesehatan di

masyarakat
68

laboratorium tingkat

pertama

- Mendapat pelayanan

rawat inap tingkat

pertama sesuai indikasi

medis
69

G. Implementasi

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan

program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga,

memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak

diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi (Achjar,

2010).

H. Evaluasi

Evaluasi ditujukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan

keluarga dan program apa yang dibutuhkan keluarga, apakah media yang

digunakan tepat, ada tidaknya program perencanaan yang dapat

diimplementasikan, apakah program dapat menjangkau keluarga, siapa yang

menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat

memenuhi kebutuhan keluarga. Evaluasi juga bertujuan untuk mengidentifikasi

masalah dalam perkembangan program dan penyelesaiannya (Achjar, 2010).

You might also like