You are on page 1of 17

A.

Pengkajian

Anamnesis

1. Biodata
a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnostic medic.
b. Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien.
2. Riwayat kesehatan:
a. Keluhan utama,
Merupakan gambaran yang dirasakan klien sehingga dating ke RS untuk
menerima pertolongan dan mendapatkan perawatan serta pengobatan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menguraikan keluhan secara PQRST. Misalnya : pasien (biasanya wanita tua)
mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk mengangkat , pasien
menyatakan nyeri beberapa lama ,letak nyeri,dll.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Merupakan riwayat kesehatan yang berkaitan dengan penyakit sebelumnya
dan riwayat pemeriksaan klien.apakah alergi terhadap zat
makanan,cuaca,obat-obatan,dsb.
Misalnya pada kasus cystitis yang perlu dikaji yaitu : riwayat menderita
infeksi saluran kemih sebelumnya,riwayat pernah menderita batu ginjal
,riwayat penyakit DM, dan jantung.
d. Riwayat kesehata keluarga
Memuat riwayat adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
adakah anggota keluarga yang menderita penyakit akut / kronis serta
melampirkan genogram klien
e. Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah dikonsumsi
atau pernahkah klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim. Terkena zat-zat
kimia atau bahan iritan lain, memakai sabun mandi baru, minyak wangi atau
kosmetik yang baru, terpapar sinar matahari.
f. Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien,
lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan
bahan-bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-minuman keras,
olah raga atau rekreasi, pola kebersihan diri klien)
g. Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan

Menurut Bursaids (1998), disamping menggali keluhan-keluhan diatas, anamnesis harus


menyelidiki 7 ciri lesi kulit yang membantu anda membuat diagnosis, yaitu :

1. Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.

2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.

3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang berkaitan.

4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali.

5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.

6. Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan.

7. Efek terpapar sinar matahari.

3. Pemeriksaan Fisik, Meliputi:


a. Keadaan Umum
a) Keadaan fisik : sedang,ringan,berat
b) Tanda-tanda vital : tekanan darah,nadi,suhu,pernafasan
c) Tingkat kesadaran : composmentis,apatis,spoor,somnolent

b. Pemeriksaan Kulit
a. Peubahan menyeluruh

Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan umum klien dapat
diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna kulit.

1. Turgor kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada klien yang dehidrasi dan
lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit mencerminkan hilangnya
elastisitas kulit dan keadaan kekurangan air ekstrasel.
2. Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit dapat
berubah-ubah di bawah pengaruh banyak variabel. Jenis tekstur kulit dapat meliputi
kasar, kering atau halus.
3. Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variabel. Gangguan pada
melanin dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang dapat menyebabkan kulit
menjadi gelap atau lebih terang dari pada kulit yang lainnya. Kondisi tanpa
pigmentasi terjadi pada kasusalbino. Ikterus adalah warna kulit yang kekuningan yang
disebabkan oleh endapan pigmen empedu didalam kulit, sekunder akibat penyakit
hati atau hemolisis sel darah merah.Sianosis adalah perubahan warna kulit menjadi
kebiruan; paling jelas terlihat pada ujung jari dan bibir. Sianosis ini disebabkan oleh
desiturasi hemoglobin.

Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit dan
kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan keadaan teksturnya.
Secara normal, tekstur kulit halus, lembut dan lentur pada anak dan orang dewasa. Kulit
telapak tangan dan kaki lebih tebal, sedangkan kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor
dengan mencubit kulit pada punggung tangan atau lengan bawah lalu lepaskan. Perhatikan
seberapa mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit segera kembali ke posisi awal
pada area pitting tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan lepaskan. Catat kedalaman
pitting dalam millimeter, edema +1 sebanding dengan kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding
dengan kealaman 4 mm.

b. Perubahan setempat

Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh tubuh. Selanjutnya, anjurkan


klien untuk membuka pakaiannya dan amati seluruh tubuh klien dari atas kebawah, kemudian
lakukan pemeriksaan yang lebih teliti dan evaluasi distribusi, susunan, dan jenis lesi kulit.
Distribusi lesi dan komposisi kulit sangat bervariasi dari satu bagian tubuh kebagian tubuh
lainnya. Lesi yang timbul hanya pada daerah tertentu menandakan bahwa penyakit tersebut
berkaitan dengan keistimewaan susunan kulit daerah tersebut. Pada daerah kulit yang lembab
permukaan kulit bergesekan dan mengalami maserasi dan mudah terinfeksi jamur superficial.
Kondisi ini banyak kita jumpai pada daerah aksila, lipat paha, lipat bokong, dan lipatan di
bawah kelenjar mamae.
Pada daerah kulit yang kaya keratin, seperti siku, lutut, dan kulit kepala, sering tejadi
gangguan keratinisasi. Misalnya psoriasis, yaitu kelainan kulit pada bagian epidermis yang
berbentuk plak bersisik.

Mengenai susunan lesi, tanyakan bagaiman pola lesinya. Lesi kulit dengan distribusi
sepanjang dermatom menunjukan adanya penyakit herpes zoster. Disini, lesi vesikuler timbul
tepat pada daerah distribusi saraf yang terinfeksi. Linearitas merupakan lesi yang terbentuk
garis sepanjang sumbu panjang suatu anggota tubuh yang mungkin mempunyai arti tertentu.
Garukan pasien merupakan penyebab tersering lesi linear. Erupsi karenapoison iny, seperti
dermatitis kontak, berbentuk linear karena iritannya disebabkan oleh garukan yang bergerak
naik-turun. Peradangan pembuluh darah atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi linear
berwarna merah. Sedangkan parasit scabies dapat membuat liang-liang pendek pada lapisan
epidermis, terutama pada kulit di antara jari-jari tangan, kaki, atau daerah lain yang memiliki
lapisan epidermis tipis dan lembap sehingga akan membentuk lesi linear yang khas berupa
garis kebiru-biruan.

Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang sangat besar yang dikelilingi oleh dua atau lebih lesi
serupa tetapi lebih kecil yang menunjukan asal lesi dan penyebarannya, seperti yang dijumpai
pada melanoma malignum atau infeksi jamur. Tapi lesi merupakan cirri penting yang berguna
dalam menegakkan diagnosis. Lesi berbatas tegas adalah lesi yang mempunyai batas yang
jelas, sedangkan lesi terbatas tidak tegas adalah lesi kulit yang menyatu tanpa batas tegas
dengan kulit yang normal.

c. Ruam kulit

Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan pengetahuan tentang ruam
kulit atau ilmu yang mempelajari lesi kulit. Ruam kulit dapat berubah pada waktu
berlangsungnya penyakit. Kadang-kadang perubahan ini dapat dipengaruhi oleh keadaan dari
luar, misalnya trauma garkan dan pengobatan yang diberikan., sehingga perubahan tersebut
tidak biasa lagi. Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang ruam primer atau ruam
sekunder untuk digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian serta membuat
diagnosis penyakit kulit secara klinis.

Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula, papula, plak, nodula,
vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor.
Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion, ekskoriasio, ulkus,
dan parut.

Tabel 1.1 bentuk-bentuk ruam primer

Jenis Lesi Keterangan Gambar


Bula Lesi yang berisi cairan, diameter
>2cm (disebut juga blister).
Disebabkan oleh keracunan getah
pohon ek (jenis pohon yang
batangnya keras), dermatitis lvy
(sejenis tanaman menjalar), bullous
pemfigoid bulosa, luka bakar derajat
2.
Komedo Disebabkan karena tertutupnya
duktus pilosebaceous, eksfoliatif,
terbentuk dari sebum dan keratin.
Komedo hitam komedo terbuka ,
komedo putih komedo tertutup.

Kista Massa semi padat atau kapsul yang


berisi cairan yang berada dalam
kulit (misalnya jerawat).

Macula Datar, berpigmen, bentuknya


melingkar, luasnya < 1cm
(misalnya, bekas rubella).
Nodul Lesi berupa tonjolan, lebih tinggi
dari jaringan sekitar dan lebih dalam
dari pada papula. Meluas hingga
lapisan dermal, berdiameter 0,5 –
2cm.

Papula Inflamasi dengan lesi naik hingga


0,5 cm. Warnanya bisa sama atau
berbeda dengan warna kulit.

Tumor Lesi padat, lebih tinggi dari kulit


sekitar, meluas hingga jaringan
dermal dan subkutan.

Vesikel Permukaan kulit naik, berbatas


jelas, terisi cairan, diameternya <
0,5cm.

Tabel 1.2 Bentuk-bentuk ruam sekunder

Jenis Lesi Keterangan Gambar


Atropi Penipisan kulit pada bagian
tubuh tertentu (misalnya
proses penuaan).
Krusta Sebum yang mongering,
eksudat serosa, purulen, atau
sanguineous di bawah kulit
yang mengalami erosi
sehingga muncul
kepermukaan kulit sebagai
vesikel, bula atau pustula.
Erosi Lesi berbatas tidak tegas,
kehilangan lapisan jaringan
epidermis superficial.

Ekskoriasi/Abrasi Garukan / goresan linear,


dengan daerah sekitarnya
mengalami abrasi. Biasanya
dilakukan oleh diri sendiri.

Likenifikasi Lapisan kulit yang menebal,


kulit yang tampak sering
digaruk (misalnya, atopic
dermatitis kronis).

Fisura Belahan pada kulit yang


bertepi rata, dapat meluas ke
lapisan dermal.
Skar Jaringan ikat yang disebabkan
oleh trauma, inflamasi dalam,
atau pembedahan. Berwarna
merah jika baru terjadi, jika
sudah lama akan tampak
berwarna lebih muda dan
datar.
Ulkus Kerusakan pada lapisan
epidermal dan dermal, dapat
meluas ke jaringan subkutan.
Biasanya sembuh dengan
menyisakan skar.

Pemeriksaan kulit yang harus dilakukan

1. Lakukan pemeriksaan kulit secara menyeluruh, periksa tekstur, elastisitas, warna


dan turgor kulit.
2. Jika terdapat lesi, amati jenis lesi, lokasi, distribusi, ukuran, dan bagaimana
permukaan serta tepi lesi.
3. Periksa bagaimana permukaan kulit yang ada disekitar lesi. Apakah ada
kemerahan? Jika ada apakah local atau menyeluruh?
4. Amati apakah timbul lesi akibat garukan klien.
5. Apakah ada perubahan temperature pada daerah lesi baik panas maupun dingin?
6. Jika terdapat sekret pada daerah lesi, perhatikan karekteristik, warna, viskositas,
maupun jumlahnya.
7. Apabila diperlukan data penunjang, konsultasikan untuk melakukan pemeriksaan
kulit lain sesuai dengan ketentuan dan catat hasilnya

Data objektif yang mungkin ditemukan

1. Terjadi perubahan warna kulit, turgor, elastisitas, kelembapan, kebersihan, dan


bau.
2. Terdapat lesi primer misalnya macula, papula, vesikula, pustule, bula, nodula,
atau urtikaria.
3. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi, atau lkus.
4. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri, kalor/panas,
tumor/benjolan dan fungsieolesa/perubahan bentuk).
5. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau pemeriksaan
darah) didapatkan kelainan.

Keluhan :

1. Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar, tidak rata,
terkelupas, lepuh, panas, dingin, perubahan warna kulit dan timbul borok.
2. Adanya riwayat alergi, kontak dengan bahan-bahan tertentu (kosmetik, sabun,
obat, tanaman, bahan kimia)
3. Riwayat keluarga atau tetangga dengan penyakit kulit.
4. Adanya perubahan pola kebiasaan sehari-hari.
5. Ditemukan data psikologis yang berkaitan dengan masalah kulit (rasa malu,
dikucilkan orang lain, harga diri rendah, takut tidak sembuh, dan cemas).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Biopsi kulit. Mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Apabila
jaringan yang diambil cukup dalam, kita perlu menggunakan anestesi local.
Digunakan untuk menentukan ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh
bakteri dan jamur. Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan
mikroskopik dengan cara eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skin
punch) dengan mengambil bagian tengah jaringan.
2. Uji kultur dan sensitivitas. Untuk mengetahui adanya virus, bakteri, atau jamur
pada kulit yang diduga mengalami kelainan. Uji ini juga digunakan untuk
mengetahui mikroorganisme tersebut resisten terhadap obat-obatan tertentu. Cara
pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat yang
terdapat pada permukaan lesi. Alat yang digunakan untuk mengambil eksudat
harus steril.
3. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus. Mempersiapkan
lingkungan pemeriksaan dengan pencahayaan khusus sesuai dengan kasus yang
dihadapi. Hindari ruangan pemeriksaan yang menggunakan lampu berwarna-
warni karena hal ini akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pada kasus tertentu,
pencahayaan dengan menggunakan sinar matahari (sinar untraviolet) justru sangat
membantu dalam menentukan jenis lesi kulit.
4. Uji temple. Dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan faktor imunologis, juga untuk
mengidentifikasi respon alerginya. Misalnya, untuk membedakan apakah klien
menderita dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Uji ini
menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit. Selanjutnya, kita lihat
bagaimana reaksi local yang ditibulkan. Apabila ditemukan kelainan atau ada
perubahan pada kulit, hasil uji ini positif
5. Patch Test
Untuk mrngenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah plester
khusus ( exclusive putches ).
Iindikasi
- Dermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi +
lemah.
- Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang.
- Blister/bullae,nyeri,ulserasireaksi + kuat.

Penjelasan pada pasien sebelum dan sesudah pelksanaan patch test :

- Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum tgl
pelaksanaan
- Sample masing – masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan
pada plester berbentuk cakaram kemudian ditempel pada
punggung,dengan jumlah ynag bervariasi.( 20 – 30 buah.)
- Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih
menempel.
- Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit.
- 2- 3 hari setelah tes plester dilepas kemudian lokasi dievaluasi.
6. Pengerokan Kulit
Sampel kulit dikerok dari lokasi lesi, jamur, yang dicurigai.dengan
menggunakan skatpel yang sudah dibasahi dengan minyak sehingga jaringan
yang dikerok menempel pada mata pisau hasil kerokan dipindahkan ke slide
kaca ditutup dengan kaca objek dan dipriksa dengan mikroskop.
7. Pemeriksaan Cahaya Wood ( Light Wood)
Menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang disebut black light yang
akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas.cahaya
akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan untuk memebedakan
lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan hiperpigmentasi.
8. Apus Tzanck
Untuk memeriksa sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan.
Indikasi
- Herpes zoster,varisella, herpes simplek dan semua bentuk pemfigus.
- Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca diwarnai dan
periksa.

d. Kepala
Rambut :
1. Inspeksi
 Perhatikan penyebaran rambut di seluruh tubuh, penyebaran rambut akan tampak
lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Lihat kebersihannya, catat adanya
tinea kapitis, tinea korporis, kutu, dan lain-lain. Lihat warnanya, warna rambut
berbeda-beda tergantung suku bangsanya.
2. Palpasi
 Rasakan apakah rambut berminyak. Tarik sedikit rambut, catat jika ada
kerontokan rambut atau alopesia (rontok berlebihan).

e. Wajah
1. Inspeksi : apakah ada luka di wajah,apakah wajah tampak pucat atau tidak.
2. Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.

f. Mata
1. Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah konjungtiva pucat atau tidak,
apakah palpebra oedema atau tidak.
2. Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.

g. Hidung
1. Inspeksi : apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka
2. Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan

h. Telinga
1. Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen
2. Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa / benjolan.

i. Mulut
1. Inspeksi : apakah bibir tampak kering atau sariawan
2. Palpasi : apakah ada nyeri tekan

j. Leher
1. Inspeksi : apakah ada kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
2. Palpasi : apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfe

k. Ketiak
1. Inspeksi : apakah tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening
2. Palpasi : apakah teraba adanya pembesaran getah bening

l. Dada dan pernapasan


1. Inspeksi : bentuk dada normal/abnormal,apakah simetris kiri dan kanan
2. Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan
3. Perkusi : apakah suara paru soror,redup,pekak,atau tympani
4. Auskultasi : suara nafas apakah vesikuler atau broncovesikuler, apakah ada suara
tambahan, misalnya : roles, ronchi.

m. Jantung
1. Inspeksi : untuk mengetahui denyut dinding toraks yaitu ictus cordis pada
ventrikel kiri ICS 5 linea clavikularis kiri
2. Palpasi : untuk meraba dengan jari II,III,IV yang dirasakan pukulan/ kekuatan
getar dan dapat dihitung frekuensi jantung (HR) selama satu menit penuh.
3. Perkusi : untuk mengetahui batas-batas jantung
4. Auskultasi : untuk mendengar bunyi jantung

n. Abdomen
1. Inspeksi : apakah ada jaringan parut striase, apakah permukaan abdomen datar,
pengembangan diafragma simetris kiri dan kanan.
2. Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa/benjolan
3. Perkusi : apakah ada sura tympani atau tidak
4. Auskultasi : apakah ada suara bising usus atau tidak.apakah peristltik ususnya
normal atau tidak.
o. Genetalia dan anus
1. Inspeksi : apakah ada benjolan atau tidak
2. Palapsi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan.

p. Ekstermitas

Ekstermitas atas

1. Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot


2. Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
3. Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan tonus
kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
4. Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
5. Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa ,
gerak dan tekanan.

Ekstermitas bawah

1. Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki,dan kekuatan otot


2. Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
3. Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan tonus
kekuatan otot, dan tes keseimbangan.
4. Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
5. Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa ,
gerak dan tekanan.
Kuku

Kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan,


dan tingkat perawatan diri seseorang, bahkan status psikologis juga dapat
diungkapkan dari adanya bukti – bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji, kondisi kuku
mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan, dan tingkat
perawatan diri seseorang bahkan status psikologis juga dapat diungkapkan dari
adanya bukti – bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji kuku, perawat mengumpulkan
riwayat singkat. Bagian kuku yang paling dapat dilihat adalah plat kuku, lapisan
transparan sel epitel yang menutupi bantalan kuku. Vaskularitas bantalan kuku
member warna lapisan di bawah kuku. Semilunar, area putih dibagian dasar bantalan
kuku disebut lunula, yaitu merupakan dari nama plat kuku terbentuk.

1. Inspeksi
 Perhatikan bentuk kuku dan warna dasar kuku. Normalnya dasar kuku berwarna
merah muda cerah karena mengandung banyak pembuluh darah.
 Sudut normal antara kuku dengan pangkalnya adalah 160 derajat.
 Perhatikan sekitar kuku, apakah ada lesi atau perlukaan.
2. Palpasi
 Tekan ujung jari untuk memeriksa Capillary Refil Time (CRT) yaitu waktu
pengisian balik kapiler. Normalnya akan kembali dalam waktu < 2 detik.

Beberapa kelainan pada kuku :

Jenis Keterangan Gambar


Jari gada Terjadi karena kondisi
(clubbing hipoksia dalam waktu yang
finger) lama.
Sudut antara kuku dengan
dasarnya > 180 derajat.
Koilonika Bentuk kuku seperti sendok,
(koilonychia) disebabkan karena anemia
dalam jangka waktu yang
lama.

Paronikia Ditandai dengan adanya


(paronychia) edema pada dasar kuku.
Diakibatkan karena trauma
atau infeksi yang bersifat
local.

Garis Beau Biasa terjadi karena penyakit


infeksi yang kronis. Ditandai
dengan garis transversal pada
permukaan kuku.

Onikomikosis Terjadi karena adanya infeksi


jamur pada kuku.
Onycholysis Proses terlepasnya kuku
karena onikomikosis yang
tidak ditangani.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/248195203/Makalah-Pemeriksaan- Fisik-Sistem- Integumen-


FREE# anggun aslama di 21.46

Potter, Patricia A. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 2. Jakarta : Salemba


Medika

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

You might also like