Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
AKADEMI KEPERAWATAN
PROVINSI JAWA TENGAH
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
KEJANG DEMAM SEDERHANA
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh
adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau
virus. (Price, 1995).
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Arif Mansjoer, 2000).
2. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan
penyebab utama kejang demam ialah demam yag tinggi. Menurut Arif Mansjoer.
2000) demam yang terjadi sering disebabkan oleh :
a. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
b. Gangguan metabolik
c. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.
d. Keracunan obat
e. Faktor herediter
f. Idiopatik.
Selain penyebab diatas ada 5 Faktor yang mempengaruhi kejang, faktor –
faktor tersebut adalah :
a. Umur
- Kurang lebih 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
mengalami kejang demam.
- Jarang terjadi pada anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
- Insiden tertinggi didapatkan pada umur 2 tahun dan menurun setelah berumur
4 tahun. Hal ini mungkin disebabkan adanya kenaikan dari ambang kejang
sesuai dengan bertambahnya umur. Serangan pertama biasanya terjadi
dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur.
b. Jenis kelamin
Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki-laki daripada anak
perempuan dengan perbandingan 2:1. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
karena pada wanita didapatkan kematangan otak yang lebih cepat dibanding
laki-laki.
c. Suhu badan
Adanya kenaikan suhu badan merupakan suatu syarat untuk terjadinya kejang
demam. Tingginya suhu badan pada saat timbulnya serangan merupakan nilai
ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar
antara 38.30C – 41.40C. Adanya perbedaan ambang kejang ini dapat
menerangkan mengapa pada seseorang anak baru timbul kejang sesudah
suhu meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak lainnya kejang sudah
timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi.
d. Faktor keturunan
Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam.
Beberapa penulis mendapatkan 25 – 50% daripada pada anak dengan kejang
demam mempunyai anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam
sekurang-kurangnya sekali.
3. KLASIFIKASI
Kejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam sederhana dan
kejang demam komplek.
a. Kejang Demam Sederhana
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun, kejang demam yang
berlangsung singkat, kejang berlangsung kurang dari 15 menit, sifat bangkitan
dapat berbentuk tonik, klonik, tonik dan klonik, umumnya akan berhenti
sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
b. Kejang Demam Komplek
Kejang demam dengan ciri kejang lebih lama dari 15 menit, kejang fokal atau
parsial satu sisi atau kejang umum disahului kejang parsial, berulang atau
lebih dari 1 kali 24 jam. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam
1 hari, di antara bangkitan kejang anak sadar.
4. PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan
terjadi kejang.
Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh
makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otak meningkat.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat
menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan,
karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
5. PATHWAY
Lampiran
6. KOMPLIKASI
Menurut Arif Mansyoer,2000) kejang demam dapat mengakibatkan :
a. Kerusakan sel otak
b. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit
dan bersifat unilateral
c. Kelumpuhan
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi
organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah
kejang.
b. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral,
dan Abses.
c. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis
d. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini
apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam. (Arif Mansyoer,2000).
8. PENATALAKSANAAN
Ada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :
a. Pengobatan Fase Akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan
untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar
oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan
darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan
dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5
mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu
sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam
intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal
5 mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit
kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20
mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah
pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena
fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital
diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1
tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat
jama kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama
dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari
berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan
belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral.
Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya
adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang
berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-
24 jam setelah dosis awal.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis
atau kejang demam berlangsung lama.
c. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau (2)
profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis
intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari
dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula
secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien
menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia,
mengantuk dan hipotonia.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang
demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat
mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus
setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat
lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40
mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang
terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria
(termasuk poin 1 atau 2) yaitu :
- Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau
perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
- Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist
sementara dan menetap.
- Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
- Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka
panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam
dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data subyektif
- Badan terasa panas
- Adanya mual dan muntah
- Merasa haus
- Adanya kesulitan saat bernafas
-Adanya aktivitas kejang berulang, pergerakan otot tidak terkoordinasi,
kelemahan
- Merasa tidak nyaman, gerah.
- Adanya kekhawatiran orang tua.
b. Data obyektif
- Suhu meningkat / tinggi
- Badan teraba panas
- Membran mukosa / kulit kering
- Perubahan tonus/kekuatan otot, gerakan involunter/ kontraksi sekelompok otot.
- Penurunan kesadaran, pernafasan stridor.
- Tingkah laku distraksi/gelisah
- Tampak kecemasan, kebingungan.
- Saliva keluar berlebih.
2. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan Carpenito (2001) dan Doenges, (2000), diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada pasien kejang demam adalah :
a. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadap infeksi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan oral
d. Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
e. Risiko terhadap cidera berhubungan dengan gerakan tonik/klonik sekunder
akibat kejang.
f. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit dan perawatan.
h. Risiko terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kejang berulang.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadap infeksi.
1) Tujuan : suhu tubuh normal : 36,5 – 37 0C
2) Intervensi :
- Kaji factor penyebab terjadinya hipertermi
Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hipertermi. Penambahan
pakaian/selimut dapat menghambat penurunan panas.
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan perawatan.
- Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional :suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu
lingkungan, kelembaban tinggi akan mempengaruhi panas atau dinginnya
tubuh.
- Beri kompres dingin
Rasional :perpindahan panas secara konduktif
- Longgarkan pakaian, berikan pakaian yang tipis yang menyerap keringat
Rasional :proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat.
- Beri ekstra cairan (air, susu, sari buah dll)
Rasional :saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
- Batasi aktivitas fisik
Rasional :aktivitas meningkatkan metabolisme sehingga meningkatkan
produksi panas
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik, antipiretik
Rasional :menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai
propilaksis.
- Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (darah lengkap)
Rasional : peningkatan kadar WBC merupakan indicator adanya infeksi