Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh
secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Bila
ginjal tidak bekerja sebagai mana mestinya, maka akan timbul masalah yang
mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium lima, atau dikenal dengan
gagal ginjal terminal, di mana laju filtrasi glomerolus <15 ml/menit, ginjal telah
tidak mampu lagi menjalani seluruh fungsinya dengan baik. Hingga saat ini terapi
Penyakit GGK menjadi masalah besar di dunia karena sulit disembuhkan, serta
membutuhkan biaya perawatan yang lama dan mahal. Hemodialisa merupakan salah satu
terapi untuk mengatasi fungsi ginjal yang rusak (Supriyadi, Wagiyo, & Widowati, 2011).
Terapi hemodialisa yang harus dilakukan pada pasien GGK biasanya berlangsung rutin
Menurut data dunia World Health Organization (WHO) dalam Ratnawati (2014),
secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit GGK. Artinya, sekitar 1,5
juta orang harus menjalani hidup bergantung pada terapi pengganti ginjal atau
hemodialisa (HD), dengan insidensi sebesar 8% dan terus bertambah setiap tahunnya.
2
diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk. Angka ini tidak
dengan perawatan dialisis (cuci darah) sekarang ini berkisar antara 4.000 sampai
5.000 orang setiap tahun. Data statistik rumah sakit tahun 2003 menyebutkan
jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan sekitar 49.203 orang yang sebagian
masuk dalam penyakit tidak menular berada di posisi terakhir dengan prevalensi
Tabel 1.1
Distribusi pasien rawat inap diruang kopri melati RSUD R.syamsyudin S.H kota
sukabumi periode desember 2016- febuari 2017
No Diagnosa Jumlah Presentasi
1. GEA 18 13,1%
2. CKD 16 11,7%
3. DHF 16 11,7%
4. Obs febris 15 11%
5. Gastritis 15 11%
6. Anemia 13 9,5%
7. Of 12 8,8%
8. Melena 12 8,8%
9. CkD on HD 10 7,2%
3
melati RSUD R.Syamsyudin S.H kota sukabumi periode desember 2016- febuari
akibat tidak berfungsinya ginjal. Kelemahan fisik yang dirasakan seperti mual,
muntah, nyeri, lemah otot, oedema adalah sebagian dari manisfestasi klinik dari
pasien yang menjalani hemodialisis (Stuart dan Sundeen, 1998). Oleh karena itu
pasien yang menjalani hemodialysis harus menjaga berat badan idealnya agar
tidak terjadi kelebihan cairan dan mengakibatkan oedema. Berat badan ideal dan
manajemen cairan bila dialisis pasien adekuat, maka pasien harus dapat mencapai
berat badan ideal tanpa gejala, tidak ada tanda-tanda oedema dan pertambahan
berat badannya masih rasional. Berat badan ideal adalah berat badan kering di
mana kondisi pasien normotensif, tidak mengalami oedema atau dehidrasi. Berat
badan ideal ini adalah berat badan yang harus dicapai pasien di akhir dialisis.
Berat badan di bawah berat badan ideal akan muncul gejala dehidrasi dan atau
deplesi volume misalnya hipotensi, kram, hipotensi postural atau pusing. Berat
badan dia atas berat badan ideal akan muncul tanda dan gejala kelebihan cairan
misalnya hipertensi, oedema, sesak nafas. Tanda-tanda ini harusnya tidak muncul
bila berat badan pasien hanya naik satu sampai dua kilogram di atas berat badan
idealnya. Dengan berat badan ideal bila pasien mengalami akumulasi cairan 1–2
4
pembatasan asupan cairan. Tanpa adanya pembatasan asupan cairan, akan mengakibatkan
cairan menumpuk dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh. Kondisi ini akan
membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung. Penumpukan cairan
juga akan masuk ke paru-paru sehingga membuat pasien mengalami sesak nafas. Secara
tidak langsung berat badan pasien juga akan mengalami peningkatan berat badan yang
cukup tajam, mencapai lebih dari berat badan normal (0,5 kg /24 jam) (Brunner &
Oleh karena itu, pasien GGK perlu mengontrol dan membatasi jumlah asupan
cairan yang masuk dalam tubuh. Pembatasan asupan cairan penting agar pasien yang
menderita GGK tetap merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi
hemodialisa. Pembatasan cairan sering kali sulit dilakukan oleh pasien, terutama jika
diuretik. Karena obat tersebut akan menyebabkan rasa haus yang berakibat adanya respon
untuk minum (Potter & Perry, 2008). Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering
merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan. Perubahan gaya
hidup dan pembatasan asupan makanan dan cairan pada pasien GGK, sering
profesional salah satu nya yaitu peran perawat sebagai pemberi asuhan
Kidney Disease (CKD) dalam hal ini perawat sebagai petugas kesehatan harus
dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dari aspek bio, psiko,
menjalankan perannya sebagai salah satu tenaga kesehatan yang paling dekat
dengan klien dimana peran perawat yang pertama sebagai peran pelaksana atau
care giver yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien
dengan memberikan kenyamanan dan rasa aman pada klien dan mengawasi dalam
6
mendorong peningkatan perawatan diri dan mandiri. Selain itu perawat juga
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
7
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah penulis mampu
aspek bio, psiko, sosial, spiritual, pada klien dengan gangguan sistem perkemihan
2. Tujuan khusus
ginjal kronik.
1.4 Manfaat
8
1. Bagi penulis
Karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan informasi penulis
tentang Chronic Kidney Disease (CKD) secara teori maupun praktek dan juga
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat menambah keilmuan keperawatan ilmu
pada pasien dengan gangguan perkemihan akibat Chronic Kidney Disease (CKD)
terutama untuk institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi sehingga dapat