Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Tujuan Umum
1
Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
3
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999 dan Lap. UPF
bedah, 1994).
B. ETIOLOGI
4
C. MANIFESTASI KLINIS
D. PATOFISIOLOGI
Flail Chest , yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi
mempunyai kontinuitas dengankeseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut
5
terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan
dua atau lebih garis fraktur. Adanyasemen fail chest (segmen mengambang)
menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan
parenkim paru di bawahnya terjadisesuai dengan kerusakan pada tulang maka
akan menyebabakan hipoksia yangserius.Sedangkan trauma dada/ thorax
dengan benda tajam seringkali berdampaklenih buruk daripada yang
diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Bendatajam dapat langsung menusuk
dan menembus dinding dada dengan merobek pembuluh
darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisitusukannya.
Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada(Hemothorax), dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan peningkatantekanan didalam rongga baik
rongga thorax maupun rongga pleura jikatertembus. Kemudian dampak negatif
akan terus meningkat secara progresifdalam waktu yang relatif singkat seperti
Pneumothorax ,
penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal
nafas dan jantung. Adapungambaran proses perjalanan patofisiologi lebih
lanjut dapat dilihat pada skema
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
6
F. PENATALAKSANAAN
Terapi :
a. Nyeri biasanya berkurang dengan analgetik oral, seperti :
Hidrokodon atau kodein dengan kombinasinya aspirin atau asetaminofen
setiap 4 jam.
b. Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat
akibat fraktur iga.
1. Bupivakain (Marcaine), 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar
n. interkostalis pada iga yang fraktur, serta iga-iga di atas dan di
bawah yang cidera.
2. Tempat penyuntikan dibawah tepi bawa iga, antara tempat fraktur dan
prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah
interkostales dan parenkim paru.
c. Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi
pernapasan. Sabuk iga yang mudah dilepas, dikaitkan dengan Velcro dapat
memberikan rasa nyaman, tetapi pasien harus diingatkan tentang perlunya
bernapas dalam dan panjang secara periodic untuk mencegah hipoaerasi,
retensi secret, dan pnemounia.
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun
relaksan otot merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cidera yang lebih
hebat, perawatan rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan rasa nyeri,
penanganan batuk, pengisapan endotrakeal.
1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif
(analgetika)
2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks,
pneumotoraks)
3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit
pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ
7
intratoraks lain, adalah:
• Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
• Bronchial toilet
• Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
• Cek Foto Ro berkala
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera
toraks yang lain, namun tidak perlu identifikasi fraktur iga.
pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
Pemeriksaan jumlah darah lengkap
Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
8
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Apa yang menjadi alasan pasien datang ke RS atau tempat
pelayanan kesehatan. Biasanya pasien dengan fraktur mengeluh nyeri
didaerah yang mengalami fraktur.
2. Riwayat Keluhan Utama
Apa yang menjadi penyebab keluhan utama, yang memberatkan dan
meringankan, seberapa berat keluhan dirasakan, seberapa sering
terjadinya, lokasi keluhan serta apakah terjadi mendadak atau bertahap.
Biasanya pasien merasa nyeri pada saat mobilitas, pada daerah fraktur.
3. Riwayat Kesehatan yang dulu
Keadaan yang dapat berhubungan dengan dihadapi pasien saat ini,
seperti keadaan umum kesehatan yang berupa penyakit-penyakit yang
pernah dialami.
9
ginetik, namun fraktur tidak ada hubungan dengan herediter karena
faktornya hanya kecelakaan.
5. Riwayat Psikososial
Mengkaji situasi lingkungan, separti kebiasaan hidup pasien, pola
aktivitas, keadaan mental pasian. Bisanya pasien dengan fraktur
marasa kurang percaya diri, karena adanya perubahan status
kesehatan.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernapasana.
a. Sesak napas
b. Nyeri, batuk-batuk
c. Terdapat retraksi klavikula/dada
d. Pengambangan paru tidak simetris
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara
sonor/hipersonor/timpani,hematotraks (redup)
g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas
yang berkurang/menghilang
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal
d. Hipotensi.
10
3. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.
2. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.
3. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
4. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
a. Kemampuan sendi terbatas
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam
c. Terdapat kelemahan
d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub
kutan.
7. Sistem Endokrine :
a. Terjadi peningkatan metabolisme
b. Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
9. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
11
C. INTERVENSI
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIOANAL
Berikan posisi yang nyaman, Meningkatkan inspirasi maksimal,
biasanya dnegan peninggian kepala meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi
tempat tidur. Balik ke sisi yang pada sisi yang tidak sakit.
sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
Obsservasi fungsi pernapasan, catat Distress pernapasan dan perubahan pada
frekuensi pernapasan, dispnea atau tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress
perubahan tanda-tanda vital. fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa tindakan Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
12
tersebut dilakukan untuk menjamin mengurangi ansietas dan mengembangkan
keamanan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
13
sebagai pelindung yang
mencegah udara atmosfir masuk
ke area pleural.
Observasi gelembung udara
botol penempung.
Posisikan sistem drainage slang rasionalnya b: osisi tak tepat, terlipat atau
untuk fungsi optimal, yakinkan pengumpulan bekuan/cairan pada selang
slang tidak terlipat, atau mengubah tekanan negative yang diinginkan.
menggantung di bawah saluran
masuknya ke tempat drainage.
Alirkan akumulasi dranase bela
perlu.
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang Pengetahuan yang diharapkan akan
14
efektif dan mengapa terdapat penumpukan membantu mengembangkan
sekret di sal. pernapasan. kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik
Ajarkan klien tentang metode yang tepat Batuk yang tidak terkontrol adalah
pengontrolan batuk. melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kulit dan identifikasi pada tahap Rasionalnya : suhu tubuh yang
perkembangan luka. meningkat dapat diidentifikasikan
rasionalnya : mengetahui sejauh mana sebagai adanya proses
perkembangan luka mempermudah dalam peradangan.
melakukan tindakan yang tepat.
Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta
jumlah dan tipe cairan luka.
rasionalnya : mengidentifikasi tingkat
15
keparahan luka akan mempermudah
Pantau peningkatan suhu tubuh.
16
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. Effendy Christantie. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Buku kedokteran EGC.
Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.
Vol 3. Jakarta. EGC
18