Professional Documents
Culture Documents
28
29
7. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH
29
30
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
GKA KONSEPTUAL MASALAH
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
akut yang berarti pada saat itu kita menghadapi gagal ginjal akut (IDAI,
2009).
a. Pemeriksaan penunjang
1) Darah
Darah perifer lengkap
Ureum, kreatinin
Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-
Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan Kussmaull)
Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus
(rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E. histolytica)
2) Feses
Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses
pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit).
7. Penatalaksanaan
a. Rehidrasi
Bila pasien keadaan umum baik tidak rehidrasi maka asupan cairan yang
adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan yang
lainnya. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi
penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral
dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula. Untuk
memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila
pasien kehilangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien
kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan
cairan 8-10% dari berat badan. Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui
oral, enteral melalui selang nasogastrik atau intravena (Simandibrata, K
dan Daldiyono., 2007).
b. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan untuk berpuasa, kecuali bila muntah-muntah
hebat. Pasien justru dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman
40
41
tidak bergas, makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi atau sup
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
c. Obat anti diare
1) Kelompok opioat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl
serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Efek
kelompok obat tersebut adalah menghambat propulsi, peningkatan
absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi diare. Bila digunakan secara benar maka obat
ini mampu mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
2) Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin
atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat
menyerap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut
maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang
dapat merangsang sekresi elektrolit.
3) Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat
membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan
mengurangi frekuensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.
4) Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria bila mengalami peningkatan jumlahnya do dalam
saluran cerna maka akan memiliki efek positif karena berkompetisi
untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah yang adekuat.
8. Pencegahan
41
42
42
43
secara teratur dan harus dibiasakan untuk menggunakan alas kaki bila
akan buang air besar.
f. Membuang tinja bayi yang benar
Tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tua,
sehingga pembuangan tinja harus benar. Bila tidak ada jamban, pilih
tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun
kemudian ditimbun.
g. Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting karena anak yang
sakit campak sering disertai diare. Imunisasi campak diberikan setelah
bayi berumur 9 bulan.
43
44
Air limbah pabrik atau rumah tangga harus dikelola agar tidak menjadi
sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak
memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikur, sehingga
dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis, dan
lain-lain.
44
45
C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara status gizi anak dengan kejadian diare pada
balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
2. Terdapat hubungan antara makanan yang dikonsumsi anak dengan
kejadian diare pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
3. Terdapat hubungan antara rutinitas mendapatkan suplementasi vitamin A
dengan kejadian diare pada balita di Kemranjen tahun 2016.
4. Terdapat hubungan antara perilaku ibu dalam penanganan diare dengan
kejadian diare pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
5. Terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan
kejadian diare pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
6. Terdapat hubungan antara kondisi rumah dengan kejadian diare pada balita
di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
7. Terdapat hubungan antara pendapatan per kapita dengan kejadian diare
pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
45