You are on page 1of 24

IV.

KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH


IV. KERAN IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

A. Dasar Teori dan Pembahasan


1. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

B. Dasar Teori dan Pembahasan


2. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

C. Dasar Teori dan Pembahasan


3. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH
28

D. Dasar Teori dan Pembahasan


4. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

E. Dasar Teori dan Pembahasan


5. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

F. Dasar Teori dan Pembahasan


6. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

G. Dasar Teori dan Pembahasan

28
29

7. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

H. Dasar Teori dan Pembahasan


8. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

I. Dasar Teori dan Pembahasan


9. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

J. Dasar Teori dan Pembahasan


10. Definisi Diare

29
30

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
GKA KONSEPTUAL MASALAH

K. Dasar Teori dan Pembahasan


11. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

L. Dasar Teori dan Pembahasan


Definisi Diareatau setengah cair (setengah padat), kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih
dari 3 kali perhari. Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa
disertai lendir darah (Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

M. Dasar Teori dan Pembahasan


12. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

30
31

Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi


lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteriatau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain
memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali
perhari. Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir
darah (Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

N. Dasar Teori dan Pembahasan


13. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

O. Dasar Teori dan Pembahasan


14. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari

31
32

biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (set biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih
dari 3 kali perhari. Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa
disertai lendir darah (Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar encer tersebut bisa dapat
atau tanpa disertai lendir darah (Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar
encer lebih ).

32
33

Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi


lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setenga ).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setenga ).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setenga ).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setenga ).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setenga dari 3 kali perhari. Buang air besar encer tersebut
bisa dapat atau tanpa disertai xxxxxxxlendir darah (Simandibrata, K dan
Daldiyono., 2007
h pada).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setenga t), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air
besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., engah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain

33
34

memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali
perhari. Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir
darah (Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

P. Dasar Teori dan Pembahasan


15. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

Q. Dasar Teori dan Pembahasan


16. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Da

34
35

frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air
besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

R. Dasar Teori dan Pembahasan


17. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).

S. Dasar Teori dan Pembahasan


18. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
19. Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi lebih
dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. D

35
36

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Diare
akut apabila diare berlangsung kurang dari 14 hari. Diare lebih dari 14 hari
disebut diare persisten, namun jika berlangsung terus menerus lebih dari
tiga bulan disebut sebagai diare kronis. Cara penularan diare pada
umumnya adalah secara oro-fecal melalui 1) makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi oleh enteropatogen, 2) kontak langsung tangan
dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita,
atau tidak langsung melalui lalat. Di dalam bahasa Inggris maka terdapat 4
F di dalam cara penularan diare ini yaitu food(makanan), feces (tinja),
finger (jari tangan), and fly (lalat) (Thomas et al., 2003; Juckett and
Trivedi, 2011).
20. Etiologi Diare
Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena
diaremerupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara
berkembang,dimana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare
pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu
(host), dan factor lingkungan (environment) (Sinthamurniwaty, 2006).
Faktor penyebab (agent) yang dapat menyebabkan kejadian diare
padabalita diantaranya karena faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor
makanan (Olyfta, 2010). Sedangkan dari faktor penjamu (host) yang
menyebabkan diare pada balita yaitu dari faktor status gizi balita dan
faktor perilaku hygiene yang buruk misalnya dalam perilaku mencuci
tangan, kebersihan puting susu, kebersihan dalam botol susu dan dot susu
pada balita. Kemudian dari faktor lingkungan (environment) yang

36
37

menyebabkan balita terkena diare yaitu dari kondisi sanitasi lingkungan


yang kurang baik misalnya dalam penggunaan kebersihan air yang
digunakan untuk mengolah susu dan makanan balita (Purwidiana, 2009).
Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui
dengan pasti. Penyebab diare digolongkan menjadi dua penyebab yaitu
secara langsung dan secara tidak langsung. Penyebab langsung merupakan
penyakit langsung yang disebabkan antara lain melalui infeksi bakteri,
virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun
keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad ikan, buah dan sayuran.
Sedangkan penyebab tidak langsung merupakan faktor-faktor yang
mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti keadaan gizi,
sanitasi lingkungan, perilaku hidup besih dan sehat, kependudukan, sosial
ekonomi (Sinthamurniwaty, 2006).
Faktor penyebab (agent) diare dapat dibagi menjadi empat faktor
yaitu meliputi faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan dan
faktor psikologis. Faktor infeksi dibagi menjadi dua yaitu infeksi enternal
adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, disebabkan oleh bakteri E. Coli, rotavirus, cacing,
protozoa dan jamur, sedangkan infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat
pencernaan makanan seperti Tonsilitis, Bronkopneumonia dan Ensefalitis.
Faktor malabsorbsi misalnya malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein.
Selanjutnya faktor makanan yaitu apabila seseorang mengkonsumsi seperti
makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. Apabila seseorang
mengalami ketakutan atau rasa cemas itu merupakan faktor psikologis
yang juga dapat menyebabkan diare, biasanya terjadi pada orang yang
lebih besar (Olyfta, 2010).

Faktor penjamu (host) yang menyebabkan diare yaitu keadaan gizi


dan perilaku masyarakat (Purwidiana, 2009), faktor penjamu yang
menyebabkan terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai 2
tahun, keadaan gizi yang kurang, anak-anak yang sedang menderita

37
38

campak dalam waktu 4 minggu terakhir diakibatkan dari penurunan


kekebalan tubuh panderita, umur, dan perilaku manusia yang tidak sehat.
Faktor lingkungan (environment) yang merupakan epidemiologi
diare atau penyebaran diare sebagian besar disebabkan karena faktor
lingkungan yaitu sanitasi lingkungan yang buruk dan lingkungan sosial
ekonomi (Purwidiana, 2009).
21. Klasifikasi Diare
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Lama waktu diare (Akut dan Kronis)
b. Mekanisme patofisiologik (Osmotik dan Sekretorik)
c. Berat dan ringan diare (Kecil dan Besar)
d. Penyebab infeksi atau tidak (Infektif atau Non infektif)
e. Penyebab organik atau tidak (Organik atau Fungsional)
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
22. Patomekanisme Diare
Patofisiologi diare dapat dijelaskan sesuai dengan klasifikasinya masing-
masing, sebagai berikut.
a. Diare osmotik
Secara fisiologis, osmolalitas feses sama dengan osmolalitas
serum (290 mOsm/kg) yang dipengaruhi oleh kadar natrium, kalium,
klorida, dan bikarbonat. Terjadinya peningkatan osmotic gap lebih
dari 125 mOsm/kg menandakan bahwa diare disebabkan malabsorpsi
bahan yang bersifat osmotik aktif. Etiologi dari diare osmotik antara
lain defisiensi laktase, penggunaan laksatif berlebih, malabsorpsi
karbohidrat, dan sindroma malabsorpsi. Malabsorpsi karbohidrat
disertai distensi abdomen, kembung, dan flatus karena akumulasi gas
intralumen. Diare ini akan membaik dengan puasa (Thomas et al.,
2003; Juckett and Trivedi, 2011).
b. Diare sekretorik
Diare dengan volume lebih dari satu liter perhari disebabkan
peningkatan sekresi usus atau penurunan absorpsi, dimana osmotic
gap dalam batas normal (kurang dari 50 mOsm/kg). Etiologi dari diare

38
39

sekretorik antara lain tumor endokrin yang menstimulasi motilitas


usus/sekresi pankreas, malabsorpsi garam empedu, dan
penyalahgunaan laksatif. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara
lain pemeriksaan parasit maupun serologis untuk identifikasi Giardia
lamblia, Entamoeba histolytica, Yersinia, glukosa darah puasa, tes
fungsi thyroid, dan ujicoba kolestiramin (Thomas et al., 2003; Juckett
and Trivedi, 2011).
c. Diare inflamatorik
Diare ini dijumpai pada pasien dengan radang usus
(inflammatory bowel disease) seperti infeksi virus/bakteri, kolitis
ulseratif, penyakit Crohn, dengan gejala penyerta seperti hematokezia,
demam, penurunan berat badan, dan nyeri abdomen (Thomas et al.,
2003; Juckett and Trivedi, 2011).
23. Faktor Risiko Diare
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare
pada balita, yaitu (Depkes, 2007):
1) Faktor Anak
a) Status gizi
Hubungan yang sangat erat antara infeksi (penyebab diare)
dengan status gizi terutama pada anak balita karena adanya tekanan
interaksi yang sinergis. Mekanisme patologisnya dapat secara
sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi
akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorpsi, kebiasaan
mengurangi makan pada saat sakit dan peningkatan kehilangan
cairan/gizi akibat penyakit diare yang terus menerus sehingga
tubuh lemas. Kondisi tubuh saat masukan makanan atau zat gizi
kurang akan mengakibatkan terjadinya penurunan metabolisme
sehingga tubuh akan mudah terserang penyakit diare (Rosari,
2014).
Salah satu indikator status gizi adalah data antropometri
status gizi yang pada balita didapatkan dari Z – Score. Hubungan
antara gizi anak dan penyakit infeksi adalah hubungan dua arah,

39
40

yang berarti angka kejadian diare yang sering dapat mengganggu


status gizi dan status gizi yang buruk dapat meningkatkan risiko
kejadian diare (Alboneh, 2013)
b) Konsumsi makanan pada anak
Pada usia-usia perkembangan, anak mulai sering
mengkonsumsi makanan jajanan di luar rumah. Hal ini terjadi oleh
karena pada saat usia perkembangan, anak sudah mampu
menentukan pilihan apa saja yang mau dikonsumsi dan tidak
dikonsumsi. Periode ini merupakan periode yang cukup kritis oleh
karena anak belum mampu menentukan makanan yang bergizi
sehingga perlu perhatian khusus dari orang tua (Devi, 2012).
Selain berdasarkan keinginannya sendiri, masih banyak ibu
yang membeli makanan dari luar rumah untuk konsumsi anak-
anaknya. Hal ini sering kali berkaitan dengan ibu yang tidak
sempat memasak di rumah atau atas alasan lebih praktis. Konsumsi
makanan di luar rumah ini, apabila tidak diawasi atau dibatasi,
memiliki dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Salah satu
dampak yang sering ditemui adalah oleh karena kebersihan
makanan yang dibeli dari luar rumah tidak terjamin kualitasnya.
Dengan kata lain, keamanan makanan yang dibeli dari luar rumah
secara mikrobiologi maupun biokimiawi masih dipertanyakan
(Fitri, 2012).
c) Riwayat suplementasi vitamin A
Anak dengan defisiensi vitamin A cenderung mengalami
diare karena defisiensi vitamin A memperpanjang siklus sel dari
sel crypt dan menggangu kemampuan migrasinya, menekan
differensiasi sel goblet usus dan produksi mukus, menyebabkan
terjadi kerusakan atau atrofi vili usus, sehingga integritas epitel
usus terganggu, dan menjadi rentan terhadap infeksi. Selain itu,
defisiensi vitamin A menyebabkan gangguan respon antibodi
tubuh. Karena itu, pada tahun 1996, IVACG (International Vitamin
A Consultative Group) mengeluarkan Policy Statement on Vitamin

40
41

A, Diarrhea and Measles, yang merekomendasikan suplementasi


vitamin A sebagai strategi penting memperkecil konsekuensi dari
defisiensi vitamin ini (Marpaung, 2010).
2) Faktor Ibu
a) Perilaku ibu dalam penanganan diare
Diare merupakan masalah yang masih dianggap berbahaya di
Indonesia oleh karena angka kejadiannya dinilai masih tinggi.
Diare lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama usia balita.
Oleh karena sering terjadi pada balita inilah peran ibu sangat
penting untuk penatalaksanaan diare agar tidak terjadi dampak
yang lebih membahayakan. Salah satu penanganan yang penting
dilakukan oleh ibu saat anak diare adalah bagaimana mencegah dan
mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan
rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun
parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka
kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare
(Milasari et al, 2008).
b) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada ibu
Penyakit diare diakibatkan oleh penyebaran kuman secara
fecal oral. Oleh karena itu, kondisi ini bisa dicegah dengan
perilaku hidup yang sehat. Selain menjaga kebersihan pada balita,
kebersihan pada ibu sebagai orang yang banyak berperan dalam
tumbuh kembang balita perlu diperhatikan. Penilaian ini bisa
dilihat dari berbagai indikator yang termasuk ke dalam penilaian
PHBS. Indikator ini diantaranya adalah pemberian ASI eksklusif,
penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, serta penggunaan jamban sehat (Sari, 2012).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi umur 0-6
bulan sangat berpengaruh terhadap frekuensi kejadian diare. Bayi
yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama frekuensi
terkena diare sangat kecil bahkan mulai minggu ke-4 sampai bulan
ke-6. Keadaan ini menggambarkan seluruh produk ASI dapat

41
42

terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hasil penelitian Roesli


(2000) menunjukkan bahwa bayi yang tidak diberi ASI eksklusif
mempunyai kemungkinan 14,2 kali lebih sering terkena diare
dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Hal ini
dapat disebabkan karena ASI mengandung nilai gizi yang tinggi,
adanya antibodi, sel-sel leukosit, enzim, hormon, dan lain-lain yang
melindungi bayi terhadap berbagai infeksi (Fatmawati, 2008).
Salah satu literatur menyebutkan bahwa susu formula
merupakan formula pemula yang dapat memenuhi semua
kebutuhan nutrisi bayi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya.
Susu formula yang disesuaikan disusun agar komposisi dan kadar
nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan bayi secara fisiologis serupa
dengan komposisi ASI, namun beberapa peran ASI lainnya belum
mampu digantikan oleh susu formula misalnya peran
bakteriostatik, anti alergi, atau peran psikososial (Markum, 2002).
Perilaku mencuci tangan menjadi faktor resiko karena
kebersihan tangan sangat mempengaruhi segala sesuatu yang
masuk dalam tubuh, mencuci tangan sangat penting untuk
mencegah diare. Hal ini dibuktikan dengan penelitian pada tinja
anak yang menderita diare, dua belas persennya ditemukan
kuman-kuman seperti Shigella, Salmonella, Giardia, Amoeba dan
Eschericia coli, Enteropatogenik (Entjang, 2000).
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi
akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak
balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang
mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat
sanitasi. Kebiasaan membuang tinja balita di jamban yang tidak
sehat merupakan faktor risiko diare pada balita. Tinja merupakan
media transmisi bakteri enteral yang dapat mencemari lingkungan
dan menyebabkan terjadinya diare (Wibowo, 2004).
3) Faktor Lingkungan (Kriteria Rumah Sehat)

42
43

Sanitasi kebersihan lingkungan berperan penting dalam kejadian


diare. Lingkungan yang sehat membutuhkan tersedianya air bersih
yang tidak tercemar oleh kuman, tersedia tempat pembuangan sampah
serta pembuangan tinja yang higienis (Depkes RI, 2007).
Kondisi fisik dan sanitasi rumah memiliki peranan penting
terhadap kejadian diare. Beberapa diantaranya adalah jarak sarana
pembuangan air limbah, jenis jamban, pengelolaan sampah, dan jenis
lantai (Fatmawati, 2008). Beberapa perilaku penghuni rumah, terutama
terkait sanitasi juga mampu mempengaruhi angka kejadian diare.
Penilaian terhadap lingkungan sekitar rumah, sanitasi rumah, serta
perilaku penghuni bisa ditentukan dengan menggunakan kriteria rumah
sehat (Siburian, 2010).
Lingkungan yang tidak bersih bisa menjadi pemicu munculnya
bakteri-bakteri penyebab diare dalam tubuh manusia. Sistem
penyebaran diare pada manusia diantaranya melalui air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari pun bila memiliki kebersihan
yang minim tanah, bisa membawa bakteri masuk dalam perut dan
berdiam di usus besar. Akibatnya, bakteri pembawa diare itu dengan
leluasa menyebar ke seluruh bagian usus manusia dan menginfeksinya,
selanjutnya tanah yang kotor dapat menghantarkan bakteri E. coli
menuju perut, sehingga selalu membiasakan mencuci bahan makanan
yang akan dimasak dengan bersih sebelum dikonsumsi. Berikut yang
bisa ikut membantu penyebaran diare pada manusia adalah tangan
manusia itu sendiri. Tangan yang kotor berisiko mengandung banyak
kuman dan bakteri. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar dan melakukan beragam aktivitas. Kemudian serangga
yang menyebabkan penyakit diare sangat menyukai tempat-tempat
yang memang kotor. Mereka akan tumbuh dan berkembang biak di
sana (Purwidiana, 2009).
a) Penggunaan air yang tercemar
Penggunaan air yang tercemar meningkatkan risiko untuk
terjadinya diare karena bakteri pada balita. Proporsi terjadinya

43
44

diare karena pencemaran air minum pada balita di wilayah industri


di Denmark mencapai 32,3% ( Herlambang, 2006)
b) Tempat pembuangan tinja
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi
akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak
balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang
mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat
sanitasi (Wibowo, 2004). Kebiasaan membuang tinja balita di
jamban yang tidak sehat merupakan faktor risiko diare pada balita.
Tinja merupakan media transmisi bakteri enteral yang dapat
mencemari lingkungan dan menyebabkan terjadinya diare
(Herlambang, 2006).
c) Tempat Pembuangan sampah
Sampah yang menumpuk merupakan media perantara perkembang
biakan kuman yang akan menyebabkan peningkatan risiko terkena
diare.Selain itu tempat sampah juga harus tertutup agar tidak
dihinggapi lalat yang dapat menjadi pembawa kuman penyebab
diare apabila hinggap di makanan (Herlambang, 2006).
4) Faktor Risiko Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi
anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga sehingga mereka
cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang
memudahkan terjadinya diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah
biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare (Qauliyah,
2010).
6. Manifestasi Klinis
Diare karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri dan kejang perut. Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis maka akan
menyebabkan terjadinya kematian akibat kekurangan cairan di badan yang

44
45

mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi


berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak (IDAI,
2009).
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik dapat berupa rejatan
dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah yang menurun
sampai sulit untuk diukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung
ekstrimitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada
diare juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan
menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan
ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal
akut yang berarti pada saat itu kita menghadapi gagal ginjal akut (IDAI,
2009).
a. Pemeriksaan penunjang
1) Darah
Darah perifer lengkap
Ureum, kreatinin
Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-
Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan Kussmaull)
Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus
(rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E. histolytica)
2) Feses
Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses
pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit).

7. Penatalaksanaan
a. Rehidrasi
Bila pasien keadaan umum baik tidak rehidrasi maka asupan cairan yang
adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan yang
lainnya. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi

45
46

penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral


dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula. Untuk
memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila
pasien kehilangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien
kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan
cairan 8-10% dari berat badan. Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui
oral, enteral melalui selang nasogastrik atau intravena (Simandibrata, K
dan Daldiyono., 2007).
b. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan untuk berpuasa, kecuali bila muntah-muntah
hebat. Pasien justru dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman
tidak bergas, makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi atau sup
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
c. Obat anti diare
1) Kelompok opioat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl
serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Efek
kelompok obat tersebut adalah menghambat propulsi, peningkatan
absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi diare. Bila digunakan secara benar maka obat
ini mampu mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
2) Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin
atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat
menyerap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut
maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang
dapat merangsang sekresi elektrolit.
3) Zat Hidrofilik

46
47

Ekstrak tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,


Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat
membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan
mengurangi frekuensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.
4) Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria bila mengalami peningkatan jumlahnya do dalam
saluran cerna maka akan memiliki efek positif karena berkompetisi
untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah yang adekuat.
8. Pencegahan
Pencegahan penyakit diare yang efektif meliputi perilaku sehat dan
penyehatan lingkungan. Perilaku sehat meliputi (Depkes, 2011):
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. ASI memiliki khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandung. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
Pemberian ASI secara penuh pada bayi yang baru lahir memiliki daya
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare dibandingkan dengan pemberian
susu formula.
b. Pemberian Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI diberikan secara bertahap dan bertujuan untuk
membiasakan bayi dengan makanan orang dewasa. Hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping ASI adalah
memulai dengan memberikan makanan lunak saat usia 6 bulan,
menambahkan macam makanan pada usia 9 bulan dan memberikan
semua makanan yang dimasak dengan baik pada usia 1 tahun.
c. Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan bila masuk ke
dalam mulut melalui makanan, minuman, atau benda yang tercemar

47
48

dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat
makan-minum yang dicuci dengan air tercemar.
d. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi
makan anak, dan sebelum makan dapat menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%.
e. Menggunakan jamban
Upaya penggunaan jamban memiliki dampak yang besar dalam
penurunan risiko terhadap penyakit diare. Jamban juga harus dibersihkan
secara teratur dan harus dibiasakan untuk menggunakan alas kaki bila
akan buang air besar.
f. Membuang tinja bayi yang benar
Tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tua,
sehingga pembuangan tinja harus benar. Bila tidak ada jamban, pilih
tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun
kemudian ditimbun.
g. Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting karena anak yang
sakit campak sering disertai diare. Imunisasi campak diberikan setelah
bayi berumur 9 bulan.

Pencegahan diare dengan cara penyehatan lingkungan meliputi (Depkes,


2011):
a. Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih secara kuantitas dan kualitas sangat diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari untuk menjaga kebersihan diri
dan lingkungan. Penyediaan air bersih juga dapat mengurangi penularan

48
49

penyakit seperti diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit


mata dan penyakit lainnya.
b. Pengelolaan sampah
Sampah adalah sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa. Sampah juga dapat
mencemari tanah, sehingga pengelolaan sampah sangat penting. Tempat
sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan
dibuang ke tempat penampungan sementara. Jika tidak terjangkau oleh
pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir, sampah
dapat dimusnahkan dengan cara ditimbun atau dibakar.
c. Sarana pembuangan air limbah
Air limbah pabrik atau rumah tangga harus dikelola agar tidak menjadi
sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak
memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikur, sehingga
dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis, dan
lain-lain.

B. Skema Kerangka Konseptual

Faktor penyebab (agent):


Bakteri, virus, dan parasit

Faktor penjamu (host):


1. Keadaan gizi
2. Perilaku hidup bersih 49
dan sehat
3. Rutinitas mendapatkan
suplemen vitamin A
4. Perilaku ibu dalam
50

Faktor lingkungan
(environment):
Diare 1. Sanitasi lingkungan
2. Sosial ekonomi

Gambar 4.1. Kerangka Konsep

C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara status gizi anak dengan kejadian diare pada
balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
2. Terdapat hubungan antara makanan yang dikonsumsi anak dengan
kejadian diare pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
3. Terdapat hubungan antara rutinitas mendapatkan suplementasi vitamin A
dengan kejadian diare pada balita di Kemranjen tahun 2016.
4. Terdapat hubungan antara perilaku ibu dalam penanganan diare dengan
kejadian diare pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
5. Terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan
kejadian diare pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
6. Terdapat hubungan antara kondisi rumah dengan kejadian diare pada balita
di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
7. Terdapat hubungan antara pendapatan per kapita dengan kejadian diare
pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.

50

You might also like

  • Fishbone Jamban Sehat
    Fishbone Jamban Sehat
    Document5 pages
    Fishbone Jamban Sehat
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Document15 pages
    Bab Iv
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • Tugas Presentasi Demam Berdarah 1
    Tugas Presentasi Demam Berdarah 1
    Document17 pages
    Tugas Presentasi Demam Berdarah 1
    Altama L. Sidarta
    No ratings yet
  • RR 1
    RR 1
    Document6 pages
    RR 1
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • WW 3
    WW 3
    Document6 pages
    WW 3
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • Penyuluhan Anemia. RDS'17 PDF
    Penyuluhan Anemia. RDS'17 PDF
    Document37 pages
    Penyuluhan Anemia. RDS'17 PDF
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • RR 1
    RR 1
    Document6 pages
    RR 1
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • WW 1
    WW 1
    Document5 pages
    WW 1
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • RR 1
    RR 1
    Document6 pages
    RR 1
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • ZZ 1
    ZZ 1
    Document10 pages
    ZZ 1
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • ZZ 4
    ZZ 4
    Document14 pages
    ZZ 4
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • WW 1
    WW 1
    Document5 pages
    WW 1
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • QQ 3
    QQ 3
    Document23 pages
    QQ 3
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • QQ 3
    QQ 3
    Document23 pages
    QQ 3
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • QQ 3
    QQ 3
    Document23 pages
    QQ 3
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • Bab Iv Hasil Dan Analisis: 1) Nomor Responden: 2) Tanggal Wawancara
    Bab Iv Hasil Dan Analisis: 1) Nomor Responden: 2) Tanggal Wawancara
    Document12 pages
    Bab Iv Hasil Dan Analisis: 1) Nomor Responden: 2) Tanggal Wawancara
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • QQ 5
    QQ 5
    Document24 pages
    QQ 5
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • W 2
    W 2
    Document14 pages
    W 2
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • QQ 2
    QQ 2
    Document20 pages
    QQ 2
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • QQ 3
    QQ 3
    Document23 pages
    QQ 3
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • W 2
    W 2
    Document14 pages
    W 2
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • Bab Iv Hasil Dan Analisis
    Bab Iv Hasil Dan Analisis
    Document12 pages
    Bab Iv Hasil Dan Analisis
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • QQ 1
    QQ 1
    Document19 pages
    QQ 1
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • W 2
    W 2
    Document14 pages
    W 2
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • W 2
    W 2
    Document14 pages
    W 2
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • W 2
    W 2
    Document14 pages
    W 2
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • Bab Iv Hasil Dan Analisis
    Bab Iv Hasil Dan Analisis
    Document11 pages
    Bab Iv Hasil Dan Analisis
    nobita nobita nobita
    No ratings yet
  • Bab Iv Hasil Dan Analisis
    Bab Iv Hasil Dan Analisis
    Document9 pages
    Bab Iv Hasil Dan Analisis
    nobita nobita nobita
    No ratings yet