You are on page 1of 9

Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume II No.

1 , Mei 2017, Hal 18 - 26

Hubungan HBA1c Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita


Diabetes Mellitus Di RSUD. Abdul Wahab Syahranie
SamarindaTahun 2016

Suprihartini

Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim, Jl. Kurnia Makmur No.64

Abstract

Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) and United Kingdom Prospective
Diabetes Study (UKPDS) revealed that the decrease of HbA1c will provide many benefits. Any
1% decrease of HbA1c will reduce the risk of death from diabetes by 21%, heart attack by 14%,
microvascular complications by 37% and peripheral vascular disease by 43%. Therefore, people
with Diabetes should have HbA1c levels less than 7%. The controlled benchmark for DM is by
examining HbA1c in the blood.
Examination of HbA1c levels has many advantages over blood glucose examination,
including unnecessary fasting, not affected by short-term lifestyle changes, more stable in room
temperature than plasma glucose. The purpose of this research is to know the correlation of HbA1c
level with blood glucose level in DM patient in outpatient at General Hospital of Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
This type of research is an analytic survey a cross-sectional design to know the
connection of HBA1c levels with blood glucose levels in patients with outpatient Diabetes
Mellitus in hospitals. Abdul Wahab Syahranie Samarinda, all DM respondents examined HBA1c,
nuchter blood glucose levels or direct blood glucose in September 2016.
There was an association between HBA1c levels of nuchter blood glucose (GDP) and
direct glucose blood (GDS) with p-value 0.01 <0.05. The increase of HBA1c levels affected
fasting blood glucose and random blood glucose.

Keywords: HBA1c, Fasting Blood Glucose, Random Blood Glucose

Abstrak
Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) dan United Kingdom Prospective
Diabetes Study (UKPDS) mengungkapkan bahwa penurunan HbA1c akan banyak sekali
memberikan manfaat. Setiap penurunan HbA1c sebesar 1% akan mengurangi risiko kematian
akibat diabetes sebesar 21%, serangan jantung 14%, komplikasi mikrovaskular 37% dan penyakit
vaskuler perifer 43%, untuk itu pada penyandang Diabetes kadar HbA1c ditargetkan kurang dari
7%. Tolak ukur terkendali tidaknya DM adalah dengan memeriksa HbA1c dalam darah.
Pemeriksaan kadar HbA1c memiliki banyak keunggulan dibanding pemeriksaan glukosa
darah, antara lain tidak perlu puasa, tidak dipengaruhi perubahan gaya hidup jangka pendek, lebih
stabil dalam suhu kamar dibanding glukosa plasma. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
kadar HbA1c dengan kadar glukosa darah pada penderita DM rawat jalan di Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah desain cross-sectional untuk mengetahui menghubungkan kadar Hba1c dengan kadar
glukosa darah pada penderita Diabetes Melitus pasien rawat jalan di RSUD. Abdul Wahab
Syahranie Samarinda, semua responden DM memeriksakan kadar HBA1c, glukosa darah puasa
atau sewaktu di bulan September 2016.
Terdapat hubungan antara kadar HBA1c terhadap kadar gula darah puasa (GDP) dan
gula darah sewaktu (GDS) dengan nilai p-Value 0,01<0,05. Kenaikan kadar HBA1c akan
mempengaruhi kadar glukosa darah puasa dan sewaktu.

Kata Kunci : HBA1c, Glukosa Darah Puasa, Glukosa Darah Sewaktu

18
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume II No.1 , Mei 2017, Hal 18 - 26

PENDAHULUAN

Dr Paul Zimmet, direktur dari terbanyak diIndonesia. Secara


Internasional Diabetes Institute (IDI) epidemiologi, diperkirakan bahwa
di Victoria, Australia, meramalkan pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
bahwa Diabetes akan menjadi Melitus (DM) di Indonesia mencapai
epidemik yang paling dahsyat dalam 21,3 juta orang (Kemenkes, 2010).
sejarah manusia. Diabetes juga telah Diabetes Melitus telah
masuk dalam daftar “penyakit Asia”. menduduki urutan kelima dari 10
tahun 2003 diperkirakan 89 juta penyakit terbanyak di provinsi
penduduk Asia menderita Diabetes. Kalimantan Timur, prevalensi DM di
Tercatat 4 dari 5 negara di dunia Kalimantan Timur adalah sebesar
dengan jumlah penderita Diabetes 1,3% dengan prevalensi tertinggi di
terbesar di Asia, yaitu: India (32,7 Bulungan 1,7% dan Samarinda 1,6%,
juta penderita), RRC (22,6 juta sedangkan di RSU Abdul Wahab
penderita) Pakistan (8,8 juta Syahranie penyakit DM menduduki
penderita), dan Jepang (7,1 juta urutan ke 4 dari 10 penyakit yang
penderita). Diabetes juga menyebar terbanyak. Dan prevalensinya dari
lebih cepat di Asia dibandingkan tahun 2011 - 2012 di Rumah Sakit A
jazirah mana pun di seluruh dunia. Wahab Sjahranie sebesar 15%. Untuk
Tahun 2025 nanti penderitanya di saat ini penyakit DM masih belum
Asia akan mencapai 170 juta, dimana dapat disembuhkan, tapi dapat
100 juta sendiri akan berasal dari dicegah dengan meminimalkan
India dan RRC (Vitahealt, 2004). gejala – gejalanya. (Riskesda, 2007).
Menurut survey yang Kadar glukosa darah yang
dilakukan WHO, Diabetes Melitus di baik belum dapat menggambarkan
Indonesia menempati urutan keempat bahwa regulasi glukosa darah juga
dengan jumlah penderita terbesar di sudah baik. Pemantauan status
dunia setelah India, Cina dan glikemik jangka panjang penderita
Amerika Serikat. Sekarang ini DM dapat dilakukan dengan suatu
diIndonesia penyakit Diabetes pengukuran protein terglikasi dalam
Melitus menempati urutan pertama bentuk HbA1c, dimana akan

19
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume II No.1 , Mei 2017, Hal 18 - 26

diketahui kualitas pengendalian darah antara 4 - 6% gula dalam


glukosa darah jangka panjang antara darah. Kadar HbA1c yang semakin
2-3 bulan (Soegondo dkk,2004). tinggi menimbulkan komplikasi.
HbA1c juga direkomendasikan Diabetes Control and Complications
sebagai tujuan akhir terapi dan Trial (DCCT) dan United Kingdom
dianjurkan dilakukan sedikitnya 2 Prospective Diabetes Study
kali setahun.Apabila sasaran (UKPDS) mengungkapkan bahwa
pengobatan belum tercapai maka penurunan HbA1c akan banyak
dianjurkan untuk melakukan sekali memberikan manfaat. Setiap
pemeriksaan HbA1c 4 kali setahun penurunan HbA1c sebesar 1% akan
(Indriyanti,2013). mengurangi risiko kematian akibat
Kadar glukosa darah yang diabetes sebesar 21%, serangan
baik belum dapat menggambarkan jantung 14%, komplikasi
bahwa regulasi glukosa darah juga mikrovaskular 37% dan penyakit
sudah baik. Pemantauan status vaskuler perifer 43%, untuk itu pada
glikemik jangka panjang penderita penyandang Diabetes kadar HbA1c
DM dapat dilakukan dengan suatu ditargetkan kurang dari 7% (Adi,
pengukuran protein terglikasi dalam 2008).
bentuk HbA1c, dimana akan Tujuan pengendalian kadar
diketahui kualitas pengendalian glukosa darah pada DM adalah untuk
glukosa darah jangka panjang antara meminimalisir terjadinya komplikasi
2-3 bulan (Soegondo dkk,2004). kardiovaskuler dan meningkatkan
HbA1c juga direkomendasikan kualitas hidup penderitanya. Tolak
sebagai tujuan akhir terapi dan ukur terkendali tidaknya DM adalah
dianjurkan dilakukan sedikitnya 2 dengan memeriksa HbA1c dalam
kali setahun. Apabila sasaran darah. Bila kadarnya lebih dari 7%
pengobatan belum tercapai maka maka perlu diterapi dengan insulin
dianjurkan untuk melakukan atau obat anti Diabetes. Dalam waktu
pemeriksaan HbA1c 4 kali setahun 6 bulan kadarnya harus sudah normal
(Indriyanti,2013). kembali. Penurunan kadar HbA1c ini
Kadar HbA1c normal dalam ke dalam batas normal dipercaya

20
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume II No.1 , Mei 2017, Hal 18 - 26

menurunkan resiko terjadinya Umum Daerah Abdul Wahab


penyakit kardiovaskuler (Andri , Sjahranie Samarinda.
2009).
Pemeriksaan kadar HbA1c METODE PENELITIAN
memiliki banyak keunggulan Jenis penelitian ini adalah
dibanding pemeriksaan glukosa survei analitik dengan desain
darah, antara lain tidak perlu puasa, penelitian ini adalah cross-sectional
tidak dipengaruhi perubahan gaya untuk mengetahui menghubungkan
hidup jangka pendek, lebih stabil kadar Hba1c terhadap kadar glukosa
dalam suhu kamar dibanding glukosa darah pada penderita Diabetes
plasma puasa, lebih Melitus pasien rawat jalan di
direkomendasikan untuk pemantauan Laboratorium RSU Abdul Wahab
pengendalian glukosa. Sedang Sjahranie Samarinda tahun 2016.
keterbatasannya adalah harganya Waktu Dan Tempat Penelitian
lebih mahal dibanding pemeriksaan di Instalasi Laboratorium Klinik
glukosa darah dan pemeriksaan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
HbA1c dipengaruhi oleh kadar Hb ( Samarinda dan Penelitian ini
Harefa, 2011 ). dilaksanakan pada bulan September
Pemeriksaan kadar HbA1c 2016.
biasanya ditujukan untuk penderita
DM kronis, pemeriksaan ini sudah Sampel penelitian adalah
rutin dilakukan di Laboratorium semua dari populasi penderita DM
Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum rawat jalan yang memeriksakan
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda HbA1c, Glukosa puasa, glukosa
yang merupakan Rumah Sakit tipe A sewaktu pada bulan September 2016
pasien DM dengan rutin melakukan dilaboratorium RSUD Abdul Wahab
pemeriksaan kadar HbA1c dan kadar Sjahranie Samarinda.
glukosa darah. Oleh karena itu Analisis data
penulis tertarik untuk meneliti Analisa data yang digunakan
hubungan kadar HbA1c dengan dalam penelitian ini adalah analisa
kadar glukosa darah di Rumah Sakit univariat yaitu analisa yang bertujuan

21
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume II No.1 , Mei 2017, Hal 18 - 26

untuk menjelaskan atau dan sewaktu di laboratorium RS.


mendeskripsikan karakteristik setiap AWS Samarinda pada bulan
variabel penelitian dalam bentuk September 2016 dari 287 orang
distribusi frekuensi (Notoatmojo, rawat jalan penderita Diabetes
2010). Mellitus. Data yang diperoleh
dianalisis secara bivariat untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN mengetahui adanya hubungan kadar
Hasil penelitian berdasarkan HBA1c yang dapat mempengaruhi
data primer pemeriksaan kadar kadar gula darah puasa dan sewaktu
HBA1c dan kadar gula darah puasa dan disajikan dalam tabel.
Tabel 1. Hubungan antara HBA1c Terhadap Kadar Gula Darah Puasa (GDP) dan
Gula Darah Sewaktu (GDS) Tahun 2016

HBA1c Kadar Gula Darah P-Value


Jumlah
Rendah Normal Tinggi
Normal 1 124 35 160
0,010
Tinggi 2 30 95 127
Jumlah 3 154 130 287

Hasil uji Chi Square adalah glukosa darah sewaktu baik : 100 –
p-Value 0,01 < α (0,05) yang berarti 150 mg/dl dan buruk : lebih dari 150
bahwa ada hubungan antara kadar mg/dl (Soegoendo,2006). Dari hasil
HBA1c terhadap kadar gula darah penelitian menunjukan bahwa kadar
puasa (GDP) dan gula darah sewaktu glukosa darah puasa dan sewaktu
(GDS). Kenaikan kadar HBA1c akan penderita DM di RSUD AWS
mempengaruhi kadar glukosa darah Samarinda masih dalam kreteria
puasa dan sewaktu. Dalam baik. Buruknya derajat pengendalian
pengendalian pada Diabetes Mellitus diabetes disebabkan penderita tidak
glukosa darah puasa terbagi menjadi melaksanakan terapi tahap awal
2 bagian yaitu baik 80-126 mg/dl dan dengan benar, yaitu konsumsi harian
buruk lebih dari 126 mg/dl. Kreteria yang tidak sehat serta kegiatan fisik

22
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume II No.1 , Mei 2017, Hal 18 - 26

yang sangat kurang. pola makam hipoglikemia. Efektif atau tidaknya


yang tidak teratur mengakibatkan terapi diabetik yang diberikan
peningkatan kadar glukosa darah bergantung pada hasil pemeriksaan
puasa (Lestari,2007). HbA1c (Suyono, 2007).
Kadar HbA1c menjadi 2 Berdasarkan Waspaji dalam
bagian yaitu baik : 3,0 - 6,3% dan Soesilowati, 2012; pada orang
buruk : 6,4- 10% dalam darah, hasil normal sebagian kecil fraksi
penelitian menunjukkan kadar hemoglobin akan mengalami
HBA1c penderita DM rawat jalan di glikosilasi. Artinya glukosa terikat
RSUD. AWS Samarinda dalam pada hemoglobin melalui proses non
kreteria baik menggambarkan derajat enzimatik dan bersifat reversibel.
pengendalian glikemik yang baik. Pasien DM, glikosilasi hemoglobin
Hal tersebut mengindikasikan bahwa meningkat secara proporsional
dari penderita DM sudah dapat dengan kadar rerata glukosa darah
melaksanakan terapi dengan baik dan selama 2‐3 bulan sebelumnya. Bila
benar. kadar glukosa darah berada pada
Pengendalian metabolisme kisaran normal antara 70 ‐ 140 mg%
glukosa yang buruk ditandai dengan selama 2 ‐ 3 bulan terakhir, maka
kadar gula dalam darah terus hasil tes HbA1c akan menunjukkan
meningkat/hiperglikemia. Tingkat nilai normal. Karena pergantian
HbA1c yang buruk, mencerminkan hemoglobin yang lambat, nilai
ketidakpatuhan pasien dalam HbA1c yang tinggi menunjukkan
menjalani terapi diabetik. Terapi bahwa kadar glukosa darah tinggi
diabetik merupakan terapi yang selama 4 ‐ 8 minggu.
diberikan pada pasien DM untuk Pada penelitian sebelumnya
menilai manfaat pengobatan dan menurut the European Association
sebagai pegangan penyesuaian diet, for the Study of Diabetes (EASD)
latihan jasmani, dan obat-obatan dan International Diabetes
untuk mencapai kadar glukosa darah Federation (IDF) dalam Sri Rahayu
senormal mungkin, dan terhindar P (2014); yang melibatkan 600
dari keadaan hiperglikemia ataupun partisipan di sebelas negara melalui

23
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume II No.1 , Mei 2017, Hal 18 - 26

monitoring glukosa 24 jam dan mengurangi risiko kematian akibat


pengukuran HbA1c menunjukkan diabetes sebesar 21%, serangan
hubungan erat glukosa darah dan jantung 14%, komplikasi
HbA1c. Data ini kemudian mikrovaskular 37% dan penyakit
digunakan untuk menentukan vaskuler perifer 43% (Adi, 2008).
perkiraan kadar glukosa rata-rata dari Ada 4 hal yang penting bagi
pengukuran HbA1c. Kadar HbA1c penatalaksanaan pasien yang
6% sama dengan konsentrasi glukosa menderita Diabetes Mellitus,
rata-rata 126 mg/dl dan setiap (Cahyono, 2010) yakni sebagai
peningkatan kadar HbA1c 1% sama berikut: Pertama; Kontrol makanan
dengan peningkatan kadar glukosa untuk menurunkan gula darah dan
rata-rata 29 mg/dL. gejala klinis yang ditimbulkan, tetapi
Kadar HbA1c normal antara makanan harus cukup gizi. Pasien
3% sampai dengan 6%. Beberapa dianjurkan memakan yang tinggi
studi menunjukkan bahwa diabetes karbohidrat kompleks (nasi, ubi
yang tidak terkontrol akan kayu, atau ubi manis, roti) sesedikit
mengakibatkan timbulnya mungkin mengkonsumsi gula,
komplikasi, untuk itu pada diabetes berat tidak dianjurkan
penyandang diabetes kadar HbA1c mengkonsumsi gula sama sekali
ditargetkan kurang dari 7%. Semakin maka dianjurkan mengkonsumsi
tinggi kadar HbA1c maka semakin banyak buah-buahan dan sayuran
tinggi pula resiko timbulnya yang tinggi serat, karena serat dapat
komplikasi, demikian pula memperlambat kenaikan gula darah
sebaliknya. Diabetes Control and secara drastis, dan serat membuat
Complications Trial (DCCT) dan rasa kenyang. Kedua; untuk
United Kingdom Prospective mengontrol kadar glukosa darah
Diabetes Study (UKPDS) puasa, sewaktu dan HBA1c secara
mengungkapkan bahwa penurunan periodik 3 bulanan. Ketiga;
HbA1c akan banyak sekali mengkonsumsi obat obat anti
memberikan manfaat. Setiap diabetik oral yang dianjurkan dokter
penurunan HbA1c sebesar 1% akan dan Keempat berolahraga dapat

24
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume II No.1 , Mei 2017, Hal 18 - 26

menurunkan kebutuhan akan insulin merupakan alat pemantauan dalam


dan memperbaiki glukosa tolerans penatalaksanaan pasien dengan
pasien. Bagi pasien Noninsulin diabetes mellitus.
Dependent Diabetes Melitus Penyakit DM tidak dapat
(NIDDM) yang menggunakan obat disembuhkan, namun dapat
anti-diabetik, maka olahraga dapat dikendalikan, yaitu dengan menjaga
membuat reseptor insulin menjadi agar gula darah stabil atau mendekati
bekerja lebih baik. normal. Sehingga komplikasi yang
HBA1c saat ini digunakan timbul bisa dicegah atau diantisipasi.
sebagai indikator glikemik karena Maka perlu disadari peran serta
mencerminkan konsentrasi glukosa penderita DM secara mandiri sangat
1-2 bulan sebelum pemeriksaan dan penting dan menentukan
tidak dipengaruhi oleh diet sebelum keberhasilan pengendaliannya
pengambilan sampel darah. HBA1c (Perkeni, 2006).
HBA1c akan mempengaruhi
SIMPULAN kadar glukosa darah puasa dan
1. Gambaran distribusi kadar sewaktu.
HBA1c penderita DM rawat jalan
pada bulan September 2016 UCAPAN TERIMA KASIH
sebanyak 56,0% dalam batas Terima kasih saya ucapkan
normal. untuk semua anggota yang telah
2. Gambaran distribusi kadar membantu keterlaksanaan penelitian
glukosa darah puasa dan sewaktu ini.
penderita DM rawat jalan pada
bulan September 2016 sebanyak
DAFTAR PUSTAKA
53,7% dalam batas normal
3. Terdapat hubungan antara kadar Cahyono, J. B. Suharjo B, 2010.
Diabetes Melitus: Penyakit
HBA1c terhadap kadar gula Seumur Hidup dalam Gaya
darah puasa (GDP) dan gula darah Hidup dan Penyakit
Modern. Yogyakarta:
sewaktu (GDS) dengan nilai p- Kanisius.
Value 0,01<0,05. Kenaikan kadar

25
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume II No.1 , Mei 2017, Hal 18 - 26

Hardjoeno, H. 2003. Interprestasi


Hasil Tes Laboraturium
Diagnostik. Jakarta: EGC.

Johnson, Marilyn, 2005. Diabetes


Terapi dan Pencegahannya.
Jakarta: Publishing House.

Kee, Joyce LeFever, 2007. Pedoman


Pemeriksaan Laboratorium
& Diagnostik. Jakarta:EGC

Konsensus DM Tipe II Perkeni,


2006. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus.
Jakarta: Balai Penerbit
FKUI

Notoadmodjo, Soekidjo, 2010.


Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta

Price, Sylvia Anderson. 2005.


Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-proses
Penyakit Ed.6. Jakarta:
EGC

Oesman dkk, 2010. Standarisasi Dan


Harmonisasi Pemeriksaan
HbA1c

26

You might also like