You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di beberapa negara di dunia
termasuk Indonesia. Jumlah kasus hipertensi meningkat secara sangat signifikan dari tahun ke
tahun. Berdasarkan data statistic menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tengara dan
23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun keatas mengalami hipertensi (WHO. 2015).
Prevalensi Hipertensi di Aceh yang didapat melalui pengukuran pada umur di atas 18 tahun
sebesar 21,5%, tertinggi di Gayo Luwes 28,8%, dikikuti Aceh Singkil 28,7%, dan Nagan Raya
26,7%, sedangkan Aceh Selatan hanya 20,5% (Riskesdas. 2013).
Tekanan darah (BP) sistol meningkat seiring bertambahnya usia, ini mengalami
peningkatan bermakna pada pria dibanding wanita sampai wanita tersebut menopause. Dengan
demikian, prevalensi hipertensi lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita yang lebih muda
dari 55 tahun, tetapi pada wanita lebih dari 55 tahun, wanita memiliki prevalensi hipertensi lebih
tinggi dari pada pria. Prevalensi penyakit jantung hipertensi mungkin mengikuti pola yang sama
dan dipengaruhi oleh tingkat keparahan peningkatan BP (Khalilullah, 2011). Selain itu, penyakit
hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, suku, faktor genetik,
obesitas, stress, merokok, dan konsumsi alcohol (Khalilullah, 2011).
Menurut WHO pada tahun 2006, secara global terdapat dari satu milyar penduduk
dewasa yang kelebihan berat badan. 300 juta diantaranya adalah obesitas. Di indonesia, jumlah
penduduk yang kelebihan berat badan diperkirakan mencapai 76,7 juta (17,5%) dan pasien
obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4,7%). Kelebihan berat badan dan kegemukan adalah
selah satu faktor penting penyebab penyakit kronik seperti penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, stroke daan kanker jenis tertentu yang berdampak terhadap kualitas hidup (Hariadi, 2005).
Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang digunakan sebagai dasar
untuk menentukan obesitas. Metode tersebut di antaranya adalah pengukuran indeks massa
tubuh, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang
dan lingkar pinggul (Bell et al, 2001). Lingkar pinggang dapat digunakan sebagai indikator
pelengkap untuk mendeteksi risiko kesehatan pada berat normal dan kelebihan berat. Lingkar

1
leher setelah diteliti juga dapat digunakan sebagai uji saring sederhana dan cepat untuk
mengetahui adanya obesitas (Nafiu et al, 2010).
Skreening obesitas dapat menggunakan berbagai metode pengukuran antropometri tubuh.
Salah satu metode tersebut adalah pengukuran lingkar leher. Selain mudah dan murah
pengukuran dengan lingkar leher merupakan index obesitas tubuh bagian atas karena lingkar
leher merupakan salah satu indeks distribusi lemak subkutan. Lingkar leher mempunyai
hubungan yang kuat dengan IMT dengan besar koefisien korelasi laki-laki 0,83 dan pada
perempuan 0,71 (Nafiu et al, 2010).
Lingkar pinggang merupakan ukuran antropometri yang digunakan untuk mengukur
obesitas sentral. Seorang pria di Asia Pasifik dikatakan obesitas sentral jika ukuran lingkar
pinggang ≥ 90 cm sedangkan wanita dikatakan obesitas sentral jika ukuran lingkar pinggang ≥
80 cm. Lingkar pinggang adalah indeks yang sangat berguna untuk menentukan obesitas sentral
dan komplikasi metabolik yang terkait (Hariadi, 2005).
Beberapa penelitian mengatakan bahwa lingkar pinggang memiliki korelasi yang kuat
dengan obesitas sentral dan resiko kardiovaskular. Selain itu dari beberapa penelitian
membuktikan bahwa lingkar pinggang dapat mendeteksi obesitas sentral dan sindroma metabolik
dengan ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan Indeks Massa Tubuh dan
lingkar panggul (Kahn et al. 2005).

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan hipertensi pasien hipertensi di
PKM Lhok Bengkuang ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui hubungan lingkar pinggang terhadap angka kejadian hipertensi di PKM Lhok
Bengkuang

1.3.2 Tujuan khusus


1. Mengidentifikasi apakah terdapat lingkar pinggang yang lebih lebih di PKM Lhok
Bengkuang

2
2. Mengidentifikasi angka kejadian hipertensi di PKM Lhok Bengkuang
3. Menganalisa hubungan lingkar pinggang terhadap angka kejadian hipertensi di PKM Lhok
Bengkuang

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan lingkar leher dan
lingkar pinggang dengan hipertensi pasien hipertensi di PKM Lhok Bengkuang.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan lingkar pinggang
dengan hipertensi.
c. Manfaat bagi rumah sakit
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan lingkar pinggang
dengan hipertensi di PKM Lhok Bengkuang.
d. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk mengetahui bahwa obesita bukan suatu hal
yang sehat sehingga perlu diwaspadai agar tiap individu dapat meningkatkan kemandirian
perilaku sehat.

You might also like