Professional Documents
Culture Documents
BAB III
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge.
Dalam encyclopedia of phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar (knowledge is justifild true belief). Dalam kasus filsafat dijelaskan bahwa
pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadaran diri sendiri. Burhanudin salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
manusia ada empat, yaitu:
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah
common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu
dimana iya menerima secara baik. Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari
science. Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang
bersifat kontemplatif dan spekulatif. Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang
diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya.
Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang
fisik,pemahannya dilakukan dengan cara persepsi baik lewat indra maupun lewat akal, dapat pula
objek yang dipahami oleh smanusia berbentuk idela atau yang bersangkutan dengan masalah
kejiwaan. Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakam ciri khas manusia
karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara
sungguh-sungguh. Manusia mengembangkan pengetahuan nya untuk mengatasi kebutuhan-
kebutuhan kelangsungan hidup ini. Pengetahuan mampu dikembangkan manusia yang
disebabkan dua hal utama, pertama manusia mampunyai bahasa yang mampu
mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut.
Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan
mnatap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Hakikat dari pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental, mengetahuai sesuatu adalah
menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta
yang ada diluar akal.
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
a. Realisme, adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam
nyata. Contohnya, fakta menunjukkan, suatu meja tetap sebagaimana adanya, kendati
tidak ada orang di dalam ruangan itu yang menangkapnya. Jadi meja itu tidak tergantung
kepada gagasan kita mengenainya, tetapi tergantung pada meja tersebut.
b. Idealisme, menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai
dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses
psikologis yang bersifat subjektif. Idealisme tidak mengingkari adanya materi. Namun
materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorang yang
akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan ruh atau
akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti
apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
BAB IV
DASAR – DASAR ILMU
Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam
persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari
segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang
pertama. Kenyataan yang berupa materi, dan kedua, kenyataan yang berupa rohani. Kata
ontology berasal dari perkataan yunani: On = being, dan Logos = logic. Jadi ontology adalah the
theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Contoh pemikiran
ontologi adalah pemikiran thales, yang berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate
substance yang mengeluarkan semua benda, jadi asal semua benda hanya satu saja yaitu air. Dari
pengetahuan tersebut dapat disimpulkan bahwa ontologi ialah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.
Di dalam pemahaman ontology dapat ditemukan pandangan pokok pemikiran sebagai
berikut:
1. Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikatyang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang
asal, baik yang asal berupa materi maupun berupa rohani. Paham ini terbagi ke dalam dua
aliran:
a. Materialisme, aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi,
bukan rohani. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya
fakta.
b. Idealism, aliran idealism yang dinamakan juga dengan spiritualisme. Idealism berarti
serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh. Aliran ini beranggapan hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh atau sejenis dengannya,
yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
2. Dualisme, aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macamhakikat sebagai
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit.
3. Pluralisme, paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan.
4. Nihilisme, berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Nihilisme yaitu
pandangan yang memberika tiga proposisi tentang realitas. Pertema, tidak ada sesuatu
pun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun
realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
5. Agnotisisme, paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda.baik hakikat materi maupun hakikat ruhani.
BAB V
SARANA ILMIAH
Bahassa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan
kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa
mempunyai pengaruh-pengarug yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari
ciptaan lainnya. Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada
komunikasi. Dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang
dan tiada batas dunia baginya. Fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan emosi. Untuk dapat ber pikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria
maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah, ada dua hal yg harus diperhatikan, yang
pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berpikir
induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Kedua,tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan
matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu, dua tiga,
maupun yang sampai sangat rumit. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik
diperlukan sarana berpikir. Sarana berpikir ini pada dasar nya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambing-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus
yang mati.
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah
tidak boleh lebih besar dari pada satu. Aturan cara berpikir yang benar, kondisi adalah hal-hal
yang harus aa supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir yang baik juga
dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu.
a. Mencintai kebenaran, sikap ini sangat fundamental untuk berfikir yang baik, sebab
sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut,
meningkatkan mutu penalarannya; menggerakkan si pemikir untuk senantiasa
mewaspadai ‘ruh-ruh’ yang akan menyelewengkannya dari yang benar.
b. Ketahuilah apa yang sedang anda kerjakan,
c. Ketahuilah, apa yang sedang anda katakan.
d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya.
e. Cintailah definisi yang tepat.
f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu.
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga.
BAB VI
TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU