You are on page 1of 8

BAB I

Ruang Lingkup Ilmu Filsafat

A. ILMU SEBAGAI OBJEK KAJIAN FILSAFAT


Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek
formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh
manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya adalah metode untuk
memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Filsafat sebagai
proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal. Objek
material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak da nada
yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak
adalah alam metafisika. Secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya
filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional,
dan logis, termasuk hal yang empiris. Ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-
masing, sehingga ilmulah secara praktis membelah gunung dan merambah hutan, setelah itu
filsafat kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh. Berikut
beberapa persamaan dan perbedaan filsafat dan ilmu.
Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
sampai ke akar-akarnya.
2. Keduanya hendak memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebab nya.
Perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal ( umum), yaitu segala sesuatu yang
ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan
empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan
terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkota-kotak dalam disiplin tertentu
Tujuan filsafat ilmu antara lain:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara meneluruh kita dapat memahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu
2. Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
3. Mempertegas bahhwa dalam pesoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak
ada pertentangan.
BAB II
Sejarah Perkembangan Ilmu

Mencintai kebenaran/pengetahuan adalah awal proses manusia mau menggunakan daya


pikirnya, sehingga dia mampu membedakan mana yang rill dan mana yang ilusi karena manusia
selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui
rahasia alam itu. Lalu timbul pertanyaan dalam pikirannya; dari mana datangnya alam ini,
bagaimana kejadiannya, bagaimana kemajuannya dan kemana tujuannya? Pertanyaan semaca
inilah yang selalu menjadi pertanyaan di kalangan filosof yunani, sehingga tidak heran juga
mereka disebut dengan filosof alam karena perhatian yang begitu besar pada alam.
Filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales. Ia digelari bapak
filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan.
“apa sebenarnya asal usul semesta ini?” pertanyaan ini saangat mendasar, terlepas apapun
jawabannya. Namun, yang penting adalah pertanyaan itu dijawab dengan pendekayan rasional,
bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan. Setelah berakhirnya masa para filosof alam,
maka muncul masa transisi, yakni penelitian terhadap ala tidak menjadi focus utama, tetapi
sudah mulai menjurus pada penyelidikan pada manusia. Tokoh utamanya adalah Protagoras ia
menyatakan bahwa “manusia” adalah ukuran kebenaran. Pertanyaan yang muncul adalah apakah
yang dimaksudnya itu adalah manusia individu atau manusia pada umumnya namun tidak ada
jawaban yang pasti, mana yang dimaksud oleh Protagoras. Dalam perjalanan ilmu dan juga
filsafah di dunia islam, pada dasarnya terdapat upaya rekonsilisadi-dalam arti mendekatkan dan
mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan sering kali ekstrim-antara pandangan
filsafah yunani, seperti filsafah plato dan aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam islam
yang seringkali menimbulkan benturan-benturan

BAB III
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge.
Dalam encyclopedia of phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar (knowledge is justifild true belief). Dalam kasus filsafat dijelaskan bahwa
pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadaran diri sendiri. Burhanudin salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
manusia ada empat, yaitu:
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah
common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu
dimana iya menerima secara baik. Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari
science. Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang
bersifat kontemplatif dan spekulatif. Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang
diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya.
Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang
fisik,pemahannya dilakukan dengan cara persepsi baik lewat indra maupun lewat akal, dapat pula
objek yang dipahami oleh smanusia berbentuk idela atau yang bersangkutan dengan masalah
kejiwaan. Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakam ciri khas manusia
karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara
sungguh-sungguh. Manusia mengembangkan pengetahuan nya untuk mengatasi kebutuhan-
kebutuhan kelangsungan hidup ini. Pengetahuan mampu dikembangkan manusia yang
disebabkan dua hal utama, pertama manusia mampunyai bahasa yang mampu
mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut.
Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan
mnatap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Hakikat dari pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental, mengetahuai sesuatu adalah
menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta
yang ada diluar akal.
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
a. Realisme, adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam
nyata. Contohnya, fakta menunjukkan, suatu meja tetap sebagaimana adanya, kendati
tidak ada orang di dalam ruangan itu yang menangkapnya. Jadi meja itu tidak tergantung
kepada gagasan kita mengenainya, tetapi tergantung pada meja tersebut.
b. Idealisme, menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai
dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses
psikologis yang bersifat subjektif. Idealisme tidak mengingkari adanya materi. Namun
materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorang yang
akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan ruh atau
akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti
apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
BAB IV
DASAR – DASAR ILMU

Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam
persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari
segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang
pertama. Kenyataan yang berupa materi, dan kedua, kenyataan yang berupa rohani. Kata
ontology berasal dari perkataan yunani: On = being, dan Logos = logic. Jadi ontology adalah the
theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Contoh pemikiran
ontologi adalah pemikiran thales, yang berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate
substance yang mengeluarkan semua benda, jadi asal semua benda hanya satu saja yaitu air. Dari
pengetahuan tersebut dapat disimpulkan bahwa ontologi ialah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.
Di dalam pemahaman ontology dapat ditemukan pandangan pokok pemikiran sebagai
berikut:
1. Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikatyang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang
asal, baik yang asal berupa materi maupun berupa rohani. Paham ini terbagi ke dalam dua
aliran:
a. Materialisme, aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi,
bukan rohani. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya
fakta.
b. Idealism, aliran idealism yang dinamakan juga dengan spiritualisme. Idealism berarti
serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh. Aliran ini beranggapan hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh atau sejenis dengannya,
yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
2. Dualisme, aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macamhakikat sebagai
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit.
3. Pluralisme, paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan.
4. Nihilisme, berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Nihilisme yaitu
pandangan yang memberika tiga proposisi tentang realitas. Pertema, tidak ada sesuatu
pun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun
realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
5. Agnotisisme, paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda.baik hakikat materi maupun hakikat ruhani.

BAB V
SARANA ILMIAH

Bahassa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan
kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa
mempunyai pengaruh-pengarug yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari
ciptaan lainnya. Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada
komunikasi. Dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang
dan tiada batas dunia baginya. Fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan emosi. Untuk dapat ber pikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria
maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah, ada dua hal yg harus diperhatikan, yang
pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berpikir
induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Kedua,tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan
matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu, dua tiga,
maupun yang sampai sangat rumit. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik
diperlukan sarana berpikir. Sarana berpikir ini pada dasar nya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambing-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus
yang mati.
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah
tidak boleh lebih besar dari pada satu. Aturan cara berpikir yang benar, kondisi adalah hal-hal
yang harus aa supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir yang baik juga
dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu.
a. Mencintai kebenaran, sikap ini sangat fundamental untuk berfikir yang baik, sebab
sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut,
meningkatkan mutu penalarannya; menggerakkan si pemikir untuk senantiasa
mewaspadai ‘ruh-ruh’ yang akan menyelewengkannya dari yang benar.
b. Ketahuilah apa yang sedang anda kerjakan,
c. Ketahuilah, apa yang sedang anda katakan.
d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya.
e. Cintailah definisi yang tepat.
f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu.
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga.
BAB VI
TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah


pekerjaan manusia, tetapi kenyataan teknologi telah menimbulkan keresahan dan
ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Begitu juga kemajuan ilmu dan teknologi, yang
semula untuk memudahkan urusan manusia, ketika urusan itu semakin mudah, maka
muncul kesepian dan ketersaingan baru, yakni lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan
dan silahturrahim. Contohnya, penemuan televise, computer, dan handphone telah
mengakibatkan kita terlena dengan dunia layar.

You might also like