You are on page 1of 1

Aku benar2 ingin melupakan masalah ini.

membiarkannya menumpuk menjadi satu dengan masalahku


yg tidak kuselesaikan, kemudian kututup rapat agar sewaktu2 tidak menjadi bom waktu.

Aku bukan tipe orang yang begitu cepat melupakan masalah. Entah itu kecil atau besar. Tapi, ya. Aku
bukan tipe seperti itu. lalu, bagaimana dengan masalah ini ?

Oh. Aku sudah meminta maaf padanya. Aku juga mengatakan padanya jika aku sudah baik2 saja. tapi
aku juga mengatakan padanya jika aku tidak bisa kembali seperti dulu. Setidaknya, aku butuh waktu
untuk itu.

Lalu, sampai saat ini dia belum memberiku jawaban. Aku diam saja. aku tidak butuh jawabannya.
Terserah apakah dia mau diam, atau bersikap seperti biasanya. Itu haknya. Tapi aku ? aku memilih untuk
diam sementara ini. kepalaku dipenuhi oleh umpatan atau kata2 yang kasar. Bahkan, mungkin aku akan
meneteskan air mata ketika hanya melihatnya.

Alasannya ?

Oh ayolah. Aku melakukan ini setiap aku sangat marah dan tidak tega dengan orang yang akan
kumarahi. Aku sudah memaafkannya, tp hatiku masih terluka dan pikiranku juga masih mengingat jelas
masalah itu.

So, aku tetap akan mendiamkannya. Entah sampai kapan. Tapi, ya. Aku akan mendiamkannya.

Egois ? oh tentu saja ini egois. Sangat egois.

Tapi aku menganggapnya teman. Walaupun bukan shbt. Tp teman. Aku masih menganggapnya teman
karena aku masih ingat beberapa hal tentangnya. Tidak menutup kemungkinan jika aku dan dia akan
menjadi shbt lagi. Tp kuulangi lagi, butuh waktu. Dan aku malas jika harus memulainya dari awal.

Jawabanku saat ini, perlahan seperti air. Dan semuanya akan kembali baik2 saja. walaupun tidak 100
persen, tapi ya. Semua akan baik2 saja. aku, dia, dan keledai yg berdiri diantara kami.

You might also like