You are on page 1of 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN DENGAN DEMENSIA DI


BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT ABIYOSO
YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :

Andi Prayitno
3217012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017

TEORI TENTANG LANSIA

A. DEFINISI LANSIA
Gerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia lanjut dan logos
berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah yang terjadi pada lanjut usia. Geriatri berasal dari bahasa Latin, yaitu geros
berarti lanjut usia dan eatriea berarti kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang
ilmu kedokteran yang berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul
pada usia lanjut (Kushariyadi, 2010).
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap indivindu. Lansia
adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia merupakan kelompok orang
lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan
merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan (Ernawati, 2005). Sedangkan
menurut Prayitno (2002), mengatakan bahwa lanjut usia adalah orang yang berusia 56
tahun ke atas,tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk
keperluanpokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (2), (3), (4), mengatakan bahwa
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun
wanita.
Penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus
menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap penyakit
yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber
daya. Lansia merupakan kelompok umur yang mengalami berbagai penurunan daya
tahan tubuh dan berbagai tekanan psikologis (Saparinah,2008). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50
tahun yang secara fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi
maupun sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.

B. BATASAN LANSIA
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai
berikut:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia dewasa
sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) usia 25-60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun
3. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia ada dua tahap, yaitu:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia >70 tahun)
4. Menurut Burnsie, ada empat tahap lanjut usia, yaitu:
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia > 90 tahun)
C. PERUBAHAN PADA LANSIA
Perubahan yang terjadi pada lansia dapat meliputi perubahan fisik, psikososial
dan mental. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti
rambut yang memulai memutih, kerut-kerut ketuan diwajah, berkurangnya ketajaman
panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh. Lansia juga harus berhadapan
dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan
orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang
cukup besar untuk dapat menyikapi kehidupan secara bijak (Soejono, 2007).

1. Perubahan Fisik
a. Sel
 Jumlah sel otak menurun
 Ukurannya lebih besar
b. Sistem Persyarafan
 Berat otak menurun 10%-20%
 Respon dan waktu untuk bereaksi menjadi lambat
 Kurang sensitif terhadap sentuhan
c. Sisitem Pendengaran
 Pendengaran bertambah menurun
d. Sistem Penglihatan
 Lensa lebih suram yang menyebabkan katarak
 Hilangnya daya akomodasi mata
 Lapang pandang menurun
e. Sisitem Kardiovaskuler
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
 Tekanan darah cenderung tinggi
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah
f. Sistem Respirasi
 Elastisitas paru berkurang
 Otot-otot pernapasan menurun
g. Sistem Genitouria
 Otot-otot vesika urinaria melemah
 Prostat membesar
h. Sistem Gastrointestinal
 Kehilangan gigi
 Indra pengecapan menurun
 Daya absorbsi terganggu
i. Sistem Reproduksi
 Mengecilnya ovari dan uterus
 Atropi payudara

j. Sistem Endokrin
 Produksi hormon menurun
 Menurunnya aktivitas tiroid
k. Sistem Integumentum
 Kulit keriput
 Permukaan kulit kasar dan bersisik
 Kulit kepala dan rambut menipis
 Rambut dalam hidung dan telinga menebal
 Kuku jari menjadi keras
 Kelenjar keringat berkurang
l. Sistem Muskuloskeletal
 Tulang telinga makin rapuh
 Pergerakan pinggang, lutut dan jari pergelangan terbatas
 Persendian membesar dan kaku
 Otot-otot kram dan tremor
2. Perubahan Psikososial
a. Pensiun. Akan lebih sering dialami oleh para lanjut usia dengan masa
habisnya akan bekerja yang dipengaruhi oleh perubahan pada produktivitas
dan identitas di lingkungannya.
b. Sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup
d. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
e. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
3. Perubahan Mental
a. Perubahan fisik
b. Kesehatan umum
c. Lingkungan
D. PENYAKIT PADA LANSIA
Masalah yang sering ditemukan pada Lansia, antara lain:
1. Mudah jatuh
2. Mudah lelah
3. Kekacauan mental akut
4. Nyeri dada
5. Sesak nafas saat melakukan aktivitas fisik
6. Palpitasi
7. Pembengkakan kaki bagian bawah
8. Nyeri pinggang & punggung
9. Nyeri sendi pinggul
10. Berat badan menurun
11. Sukar menahan BAK (sering ngompol) & BAB
12. Gangguan ketajaman penglihatan
13. Gangguan pendengaran
14. Gangguan tidur
15. Keluhan pusing-pusing. Disebabkan oleh gangguan lokal, penyakit sistemis,
psikologik: cemas, depresi, kurang tidur.
16. Keluhan perasaan dingin-dingin & kesemutan pd anggota badan. Disebabkan
karena gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan persyarafan umum.
17. Mudah gatal-gatal. Disebabkan oleh kelainan kulit yang kering, keadaan alergi.
18. Gangguan sirkulasi darah seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah,
gangguan pada pembuluh darah koroner dan ginjal.
19. Ganguan metabolisme hormonal, seperti: DM, ketidakseimbangan tiroid.
20. Gangguan pada persendian, seperti: osteoartritis, gout artritis.
TEORI DEMENSIA

A. DEFINISI
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L.,
Hurley, A.C., Mahoney, E. 2008). Grayson (2005) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan
beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku.
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah
mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan
otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam
bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan
pikiran konseptual ( http ://askep-askeb- kita.blogspot.com/ )
Dimensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran ( Kusuma, 2007). Demensia dapat diartikan
sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada
tingkah laku harian ( Behavioral Symptom) yang mengganggu ( destruptif ) ataupun
tidak mengganggu ( non destruptif) ( http://www.komnaslansia.or.id/ mengenal
demensia pada lanjut usia, 2007).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat dikemukakan bahwa demensia
adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan daya ingat
sehingga meyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi
aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
(Mickey Stanley, 2006)

Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual


dapat diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif,
emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama
pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks
serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan
kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika
degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan
untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
(http://medicastore.com/penyakit/699/Demensia.html)
A. Etiologi
Penyebab demensia menurut ( http://www.mitrakeluarga.com/ demensia,
2008) yaitu :
1. Penurunan fungsi otak
2. Parkinson
3. Tumor
4. Stroke
5. Alzheimer
6. Penyakit pada jaringan pembuluh otak
Menurut Darmojo (1999) penyebab demensia yaitu :
1. Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan
a. Intoksikasi ( obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
b. Infeksi susunan saraf pusat
c. Gangguan metabolik
d. Gangguan nutrisi
e. Gangguan vaskuler
f. Lesi desak ruang
g. Hidrosefalus bertekanan normal
h. Depresi

2. Penyakit degeneratif progesif


a. Tanpa gejala neurologik lain
1) Penyakit Alzheimer
2) Penyakit Pick
b. Dengan gangguan neurologik yang prominen
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Huntington
3) Kelumpuhan supranuklear progesif
4) Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat
Menurut Yatim ( 2003), penyebab pikun antara lain:
1. Tumor
2. Trauma
3. Infeksi kronis
4. Kelainan jantung dan pembuluh darah
5. Kelainan kongenital
6. Penyakit Psikiatri
7. Kelainan faali
8. Kelainan metabolik
9. Kerusakan sel-sel otak
10. Obat-obatan dan racun
B. Manifestasi Klinis
1. Tanda
Tanda dari demensia menurut (http://www.mitrakeluarga.com/ demensia,
2008) antara lain:
a. Bicara tidak nyambung
b. Daya ingat menurun
c. Pengetahuan tentang diri dan lingkungan menurun
d. Emosi labil ( cepat marah dan cepat berubah)
Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun secara wajar.
Ciri-ciri mudah lupa antara lain :
a. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
b. Terdapat gangguan dalam mengingat kembali atau recall
c. Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah
tersimpan dalam memori
d. Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi isyarat.
e. Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan
namanya
2. Gejala
Gejala demensia menurut Christopher ( 2002) yaitu :
a. Kehilangan ingatan
Gejala ini merupakan gejala umum dari demensia, dan ingatan mengenai
kejadian-kejadian baru yang pertama-tama terkena dampaknya. Kemampuan
untuk menyimpan informasi baru mengalami kemunduran karena perubahan
dalam otak yang terjadi
b. Disorientasi
Hilangnya kemampuan untuk mengarahkan diri pada tujuan atau waktu
tertentu. Banyak penderita demensia menunjukkan tanda disorientasi, dimana
mereka berada dan kadang keluyuran keluar rumah dan tersesat.
c. Perubahan kepribadian dan perilaku
Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama tapi yang lainnya
menunjukkan perubahan yang menyolok. Penarikan diri secara sosial dan
hilangnya minat terhadap kegiatan merupakan hal biasa. Mereka cenderung
menjadi pendengki dan cemas.
d. Kehilangan kemampuan praktis
Sulit berkonsentrasi adalah salah satu ciri demensia. Para penderita
mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan yang sebelumnya dapat
dilakukan dengan mudah.
e. Kesulitan berkomunikasi
Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan menemukan kata yang
tepat untuk diucapkan. Kemampuan nonverbal seperti sentuhan dan ekspresi
wajah sangat penting untuk merawat orang yang mengalami demensia.

Pada umumnya gejala yang tampak pada demensia menurut( http://www.e-


psikologi.com/ gangguan psikologi dan perilaku pada dimensia, 2002) yaitu :
a. Terganggunya fungsi daya ingat yang makin berat terutama daya ingat jangka
pendek. Ingatan masa lalu masih tetep baik dan bertahap.
b. Terganggunya fungsi berpikir antara lain: afasia, apraksia, aknosia, atau
gangguan fungsi eksekutif.
c. Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir menimbulkan gangguan fungsi
kehidupan sehari-hari.
d. Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat
C. Patofisiologi Dimensia
Demensia cukup sering dijumpai dalam lansia. Gangguan demensia
dimanifestasikan dengan defisit kognitif multipel seperti gangguan memori, afasia
( kehilangan kemampuan berbicara, kemampuan menulis atau pemahaman bahasa
akibat penyakit pada otak ). Gangguan memori mungkin pertama kali disadari ketika
kehilangan atau salah menempatkan barang-barang pribadi. Jika gangguan memori
memburuk, seseorang dapat melupakan namanya sendiri, hari ulang tahun, atau nama-
nama anggota keluarganya. Kemampuan dalam memahami pembicaraan atau bahasa
tertulis menjadi menurun. Pada demensia tahap lanjut, individu dapat menjadi bisu
atau membentuk pola pembicaraan, kesulitan dalam melaksanakan aktivitas motorik.
( Lumbantobing, 2001).
Demensia ada beberapa macam diantaranya demensia Alzheimer dan
demensia multi infark. Pada demensia Alzheimer terdapat penurunan neurotransmiter
tertentu terutema acetilkolin. Area otak yang terkena adalah korteks cerebral dan
hipotalamus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Acetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim
pesan melalui sistem saraf. Defisit neurotransmiter menyebabkan pemecahan proses
komunikasi yang kompleks diantara sel-sel pada sistem saraf. Sedangkan demensia
multi infark terjadi pada pasien yang menderita penyakit cerebrovaskuler ( Standley,
2006).
Gangguan fungsi luhur terlihat dalam bentuk kehilangan kemampuan untuk
berpikir abstrak. Terdapat ketidakmampuan dalam merencanakan, mengurutkan, dan
menghentikanperilaku yang kompleks. Individu demensia mengalami disorientasi
tempat, waktu, dan orang atau menunjukkan penurunan daya nilai dan keterbatasan
atau sama sekali tidak memiliki pemahaman sehingga dapat terjadi perubahan proses
pikir.
Pasien demensia seringkali terdapat gangguan berjalan yang menyebabkan
klien terjatuh. Dan hal ini dapat memunculkan masalah resiko trauma atau cedera.
Beberapa orang menunjukkan cemas, depresi, atau mengalami gangguan tidur.
Individu yang mengalami demensia sangat rentan terhadap stresor fisik dan stresor
psikososial yang memperburuk defisit kognitif serta masalah-masalah lain.
D. Pathway
Lansia Parkinson Alzheimer

Degeneratif Termor Kematian sel neuron

Penurunan fungsi otak Perubahan cara berjalan Stroke

Melemahnya fungsi Kelemahan Penurunan neurotrnsmiter


Organik
Resiko terjatuh
MK : Resiko
Cedera
Kemunduran Disintegrasi Defisit neurotransmiter
Intelektual kepribadian dan Acetilkolin

Defisit Perubahan Pemecahan proses


Kognitif perilaku komunikasi antara sel
Multipel

Gg. Memori Depresi Demensia

Sulit Lebih sensitif Disorientasi Penurunan daya


mengingat ingat
kembali, Menarik diri
mengambil Tidak mampu
keputusan, Isolasi Sosial Penurunan berpikir abstrak
bertindak Halusinasi daya nilai
lebih lamban Tidak dapat
melakukan MK :
aktivitas Ganggua MK :
Berkurangnya mandiri n Gangguan
kemampuan Persepsi Proses
fungsi sehari- Sensori Pikir
hari

MK : Defisit Perawatan Diri

Pathway Demensia dikembangkan dari : Copel ( 2007), Towsend ( 1998) ,


( www.komnaslansia.co.id)
E. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang
disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan
tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes
laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah
diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat
diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk
memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan
keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala
perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang
mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam
pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk
pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian
terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang
menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi
kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota
keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka
merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada
penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik.
Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung,
diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk
berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan
fungsi kognitif.
Obat untuk demensia:
1. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.
Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada
beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan
keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia
alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini
juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu,
kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian
obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang
mengganggu sistem kardiovaskular.
2. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan
hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti
untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor,
cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan,
namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada
sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in
hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar
dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58
persen.
3. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian.
Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan
informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian
ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
4. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan
dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya
berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi
serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi
oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung,
serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk
memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
5. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium
channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine
bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia.
Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada
lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel
endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan demikian
sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap
hipertensi esensial
F. Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,
seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
a. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
b. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
G. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Riwayat Kesehatan
a. Identitas/Data Biografis Klien
b. Riwayat Keluarga
c. Riwayat Pekerjaan
d. Riwayat Lingkungan Hidup
e. Riwayat Rekreasi
f. Sistem Pendukung
g. Kebiasaan Ritual
h. Status Kesehatan Saat Ini
i. Status Kesehatan Masa Lalu
j. Tinjauan Sistem
Kaji ada tidaknya tanda-tanda/setiap gejala berikut ini:
1) Keadaan Umum
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan, demam,
keringat malam, kesulitan tidur, sering pilek dan infeksi, penilaian diri
terhadap status kesehatan, kemampuan melakukan ADL, tingkat
kesadaran(kualitatif,kuntitatif), TTV.
2) Integument
Lesi/luka, perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, perubahan nevi,
sering memar, perubahan rambut, perubahan kuku, katimumul pada jari
kaki dan kallus, pola penyembuhan lesi dan memar, elastisitas/turgor.
3) Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal, pembengkakan kelenjar limfe, anemia,
riwayat transfusi darah.
4) Kepala
Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala, lesi/luka.
5) Mata
Perubahan penglihatan, pemakaian kaca mata/lensa kontak, nyeri, air
mata berlebihan, pruritus, bengkak sekitar mata, floater, diplopia, kabur,
fotofobia, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir, dampak
pada penampilan ADL>
6) Telinga
Perubahan pendengaran, rabas, titinus, vertigo, sensitivitas pendegaran,
alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir,
kebiasaan perawatan telinga, dampak penampilan pada ADL.
7) Hidung dan Sinus
Rinorea, rabas, epistaksis, obstruksi, mendengkur, nyeri pada sinus,
alergi, riwayat infeksi, penilaian diri pada kemampuan olfaktorius.
8) Mulut dan Tenggorok
Sakit tenggorakan, lesi/ulkus, serak, perubahan suara, kesulitan menelan,
perdarahan gusi, karies, alat-alat protesa, riwayat infeksi, tanggal
pemeriksaan akhir, pola menggosok gigi, pola flossing, masalah dan
kebiasaan membersihkan gigi palsu.
9) Leher
Kekakuan, nyeri/nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan gerak,
pembesaran kelenjar thyroid.

10) Payudara
Benjolan/massa, nyeri/nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari puting
susu, perubahan pada puting susu, pola pemeriksaan payudara, tanggal
momografi paling akhir.
11) Pernapasan
Batuk, sesak napas, hemoptisis, sputum, mengi, asma/alergi pernapasan,
frekuensi, auskultasi, palpasi, perkusi, wheezing.
12) Kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas, dispnea pada
aktivitas, ortopnea, murmur, edema, varises, kaki timpang, parestesia,
perubahan warna kaki.
13) Gastrointestinal
Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar,
mual/muntah, hematesis, perubahan nafsu makan, intoleransi makanan,
ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa, perubahan kebiasaan defekasi,
diare, kontipasi, melena, hemoroid, perdarahan rektum, pola defekasi
biasanya.
14) Perkemihan
Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria, poliuria,
oliguria, nokturia, inkontinensia, nyeri saat berkemih, batu, infeksi.
15) Genitor Reproduksi - Pria
Lesi, rabas, neri tekstuler, masalah prostat, penyakit kelamin, perubahan
hasrat seksual, impotensi, masalah aktivitas seksual.
16) Genitor Reproduksi – Wanita
Lesi rabas, dispareunia, perubahan pasca senggama, nyeri pelvik,
penyakit kelamin, infeksi, maslah aktivitas seksual, riwayat menstruasi,
tanggal dan hasil papsmear terakhir.
17) Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas, spasme,
kram, kelemahan otot, maslah cara berjalan, nyeri punggung, protesa,
pola kebiasaan latihan, dampak pada penampilan ADL.

18) Sistem Saraf Pusat


Sakit kepala, kejang, sinkope, paralisis, paresis, masalah koordinasi,
tic/tremor/spasme, parestesia, cedera kepala, maslah memori.
19) Sistem Endokrin
Intoleransi panas/dingin, goiter, pigmentasi kulit, perubahan rambut,
polifagia, poliuria, polidpsia.
20) Sistem Imun
Kerentanan dan seringnya terkena penyakit, imunisasi.
21) Sistem Pengecapan
Berkurangnya rasa asin dan panas.
22) Sistem Penciuman
Peningkatan sistem penciuman.
23) Psikososial
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut, masalah dalam
mengambil keputusan, kesulitan berkonsentrasi, pernyataan perasaan
umum mengenai keputusan/frustasi mekanisme koping yang biasa, stres
saat ini, masalah tentang kematian dan kehilangan, dampak penampilan
ADL.
2. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif dan Sosial
a. Pengkajian Status Fungsional
Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian,
pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan.
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian
dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E, F dan G.

b. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif


1) Menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire
(SPMSQ) untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan
intelektual, terdiri dari 10 hal yang mengetes orientasi, memori
dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori
jauh, kemampuan matematis.
2) Menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE) untuk menguji
aspek-aspek kognitif dari fungsi mental meliputi orientasi,
registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
3) Menggunakan Inventaris Depresi Beck untuk membedakan jenis
depresi serius yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati
rendah umum pada banyak orang.
4) Mengguanakan Skala Depresi Geriatrik Yesavage untuk menilai
depresi lansia.

H. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan memori berhubungan dengan neorologis
2. Resiko jatuh berhubungan dengan lingkungan
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas
kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
perawatan diri.
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai
dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
6. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan,
otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
Perencanaan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Perubahan proses Setelah diberikan tindakan - Kembangkan lingkungan yang 1. Mengurangi
pikir berhubungan keperawatan diharapkan mendukung dan hubungan klien- kecemasan dan emosional,
dengan perubahan klien mampu mengenali perawat yang terapeutik seperti kemarahan,
fisiologis (degenerasi perubahan dalam berpikir meningkatkan
neuron ireversibel) dengan KH: - Kaji derajat gangguan kognitif, pengembangan evaluasi diri
ditandai dengan o Mampu seperti perubahan orientasi, yang positif dan mengurangi
hilang ingatan atau memperlihatkan rentang perhatian, kemampuan konflik psikologis
memori, hilang kemampuan berpikir. Bicarakan dengan
konsentrsi, tidak kognitifuntuk keluarga mengenai perubahan 2. Memberikan dasar
mampu menjalani konsekuensi perilaku perbandingan yang akan
menginterpretasikan kejadian yang datang dan memengaruhi
- Pertahankan lingkungan yang rencan intervensi. Catatan:
stimulasi dan menilai menegangkan menyenangkan dan tenang evaluasi orientasi secara
realitas dengan terhadap emosi dan
akurat. pikiran tentang diri berulang dapat
- Lakukan pendekatan dengan cara
 Mampu meningkatkan respon yang
perlahan dan tenang
mengembangkan negative/tingkat frustasi
strategi untuk - Tatap wajah ketika berbicara dengan
3. Kebisingan
mengatasi anggapan klien
merupakan sensori
diri yang negative berlebihan yang
- Panggil klien dengan namanya
 Mampu mengenali meningkatkan gangguan
perubahan dalam - Gunakan suara yang agak rendah neuron
berpikir atau tingkah dan berbicara dengan perlahan pada
laku dan factor klien 4. Pendekatan
penyebab terburu-buru menyebabkan
 Mampu - Gunakan kata-kata pendek, kalimat klien bingung, kesalahan
memperlihatkan dan Ulangi instruksi tersebut sesuai persepsi/perasaan, terancam
penurunan tingkah
laku yang tidak kebutuhan 5. Menimbulkan
diinginkan, ancaman, perhatian, terutama pada
dan kebingungan - Berhenti sejenak di antara klien dengan gangguan
kalimat/pertanyaan. Beri isyarat perceptual
tertentu, gunakan kalimat terbuka
6. Nama adalah
- Dengarkan dengan penuh perhatian bentuk identitas diri dan
pembicaraan klien. Interpretasikan menimbulkan pengenalan
pertanyaan, arti, dan kata. Beri kata terhadap realita dan klien
yang benar
7. Meningkatkan
- Hindari kritikan, argumentasi, dan pemahaman. Ucapan tinggi
konfrontasi negative dank eras menimbulkan
stress/marah yang
- Gunakan distraksi. Bicarakan
mencetuskan konfrontasi dan
tentang kejadian yang sebenarnya
respons marah
saat klien mengungkapkan ide yang
salah, jika tidak meningkatkan 8. Seiring
kecemasan perkembangan penyakit,
pusat komunikasi dalam otak
- Hindari klien dari aktivitas dan
terganggu sehingga
komunikasi yang dipaksakan
menghilangkan kemampuan
- Gunakan hal yang humoris saat klien dalam respons
berinteraksi pada klien penerimaan pesan dan
percakapan secara
keseluruhan
9. Menimbulkan
respons verbal,
meningkatkan pemahaman.
Isyarat menstimulasi
komunikasi, memberi
pengalaman positif
10. Mengarahkan
perhatian dan penghargaan.
Membantu klien dengan alat
bantu proses kata dalam
menurunkan frustasi
11. Provokasi
menurunkan harga diri dan
merupakan ancaman yang
mencetuskan agitasi yang
tidak sesuai
12. Lamunan
membantu dalam
meningkatkan disorientasi.
Orientasi pada realita
meningkatkan perasaan
realita klien, penghargaan
diri dan kemuliaan
(kebahagiaan) personal
13. Keterpaksaan
menurunkan keikutsertaan
dan meningkatkan
kecurigaan, delusi

14. Tertawa
membantu dalam
komunikasi dan
meningkatkan kestabilan
emosi
2 Perubahan persepsi Setelah diberikan tindakan - kembangkan lingkungan yang 1. Keterlibatan otak
sensori berhubungan keperawatan diharapkan suportif dan hubungan perawat – memperlihatkan masalah
dengan perubahan perubahan persepsi sensori klien terapeutik yang bersifat asimetris
persepsi, transmisi klien dapat berkurang atau menyebabkan klien
atau integrasi sensori terkontrol dengan KH: - Bantu klien untuk memahami kehilangan kemampuan
(penyakit neurologis,  Mengalami penurunan halusinasi pada salah satu sisi tubuh
tidak mampu halusinasi - (gangguan unilateral). Klien
- beri informasi tentang sifat
berkomunikasi, Mengembangkan tidak dapat mengenali rasa
halusinasi ,hubungannya dengan
gangguan tidur, nyeri) strategi psikososial lapar
stresor/pengalaman emosional yang
ditandai dengan untuk mengurangi stress traumatic,pengobatan dan cara 2. Untuk menurunkan
cemas, apatis, gelisah, atau mengatur prilaku. mengatasi kebutuahan akan halusinasi
halusinasi.  Mendemonstrasikan
respon yang sesuai - kaji derajat sensori atau gangguan
stimulasi 3. Meningkatkan masukan
persepsi dan bagaimana hal tersebut
sensori,membatasi
 - Perawat mampu mempengaruhi klien termasuk
/menurunkan kesalahan
mengidentifikasi factor penurunan penglihatan atau
interpretasi stimulasi
eksternal yang berperan pendengaran
terhadap perubahan
 kemampuan persepsi - ajarkan strategi untuk mengurangi
sensori stress
- anjurkan untuk menggunakan kaca
mata atau alat bantu pendengaran
sesuai keperluan

3 Perubahan pola tidur Setelah dilakukan tindakan - Jangan menganjurkan klien tidur 1. Aktivitas fisik dan mental
berhubungan dengan keperawatan diharapkan tidak siang apabila berakibat efek yang lama mengakibatkan
perubahan lingkungan terjadi gangguan pola tidur negative terhadap tidur pada kelelahan yang dapat
ditandai dengan pada klien dengan KH: malam hari meningkatkan kebingungan,
keluhan verbal  Memahami factor - Evaluasi efek obat klien (steroid aktivitas yang terprogram
tentang kesulitan penyebab gangguan pola ,diuretik) yang mengganggu tidur tanpa stimulasi berlebihan
tidur, terus-menerus tidur - Mampu meningkatkan waktu tidur
terjaga, tidak mampu menentukan penyebab - Tentukan kebiasaan dan rutinitas
menentukan tidur inadekuat waktu tidur malam dengan 2. Risiko gangguan sensori,
kebutuhan/ waktu  Mampu memahami kebiasaan klien (memberi susu meningkatkan agitasi dan
tidur. rencana khusus untuk hangat) menghambat waktu istirahat
menangani/mengoreksi - Memberika lingkungan yang 3. Peningkatan kebingungan,
penyebab tidur tidak nyaman untuk meningkatkan tidur disorientasi, tingkah laku
adekuat (mematikan lampu, ventilasi ruang tidak kooperatif (sindrom
 Mampu menciptakan adekuat, suhu yang sesuai, sundower) dapat
pola tidur yang adekuat menghindari kebisingan) mengurangi tidur
dengan penurunan
terhadap pikiran yang - Buat jadwal intervensi untuk 4. Penguatan bahwa saatnya
melayang-layang memungkinkan waktu tidur lebih tidur dan mempertahankan
(melamun) lama(memeriksa tanda vital, kestabilan lingkungan.
 Tampak atau melaporkan mengubah posisi) Catatan : penundaan waktu
dapat beristirahat yang tidur diindikasikan agar
cukup - Berikan kesempatan untuk tidur klien membuang kelebihan
sejenak, anjurkan latihan saat siang energy dan memfasilitasi
hari, turunkan aktivitas tidur
mental/fisik pada sore hari
5. Meningkatkan relaksasi
- Hindari penggunaan “pengikatan” dengan perasaan mengantuk
secara terus menerus
6. Menurunkan kebutuhan
- Evaluasi tingkat stress/orientasi akan bangun untuk
sesuai perkembangan hari demi berkemih selama malam
hari hari
- Buat jadwal tidur secara teratur.
7. Menurunkan stimulasi
Katakan pada klien bahwa saat ini
adalah waktu untuk tidur sensori dengan
menghambat suara lain dari
- Berikan makanan kecil sore hari, lingkungan sekitar yang
susu hangat, mandi, dan masase akan menghambat tidur
punggung
- Turunkan jumlah minuman sore.
Lakukan berkemih sebelum tidur
- Putarkan musik yang lembut atau
“suara yang jernih”
- Irama sirkadian (siklus tidur-
bangun)yang tersinkronisasi
disebabkan oleh tidur siang yang
singkat
- Derangement psikis terjadi bila
terdapat penggunaan
kortikosteroid, termasuk perubahan
mood, insomnia
- Mengubah pola yang sudah
terbiasa dari asupan makan klien
pada malam hari terbukti
mengganggu tidur
- Hambatan kortikal pada formasi
reticular akan berkurang selama
tidur, emningkatkan respons
otomatik, karenanya respons
kardiovaskular terhadap suara
meningkat selama tidur
- Gangguan tidur terjadi dengan
seringnya tidur dan mengganggu
pemulihan sehubungan dengan
gangguan psikologis dan fisiologis,
sehingga irama sirkadian terganggu

4 Kurang perawatan Setelah diberikan tindakan - Identifikasi kesulitan dalam 1. Memahami penyebab yang
diri berhubungan keperawatan diharapkan berpakaian/ perawatan diri, seperti: mempengaruhi intervensi.
dengan intoleransi klien dapat merawat dirinya keterbatasan gerak fisik, apatis/ Masalah dapat diminimalkan
aktivitas, menurunnya sesuai dengan depresi, penurunan kognitif seperti dengan menyesuaikan atau
daya tahan dan kemampuannya dengan KH : apraksia. memerlukan konsultasi dari
kekuatan ditandai  Mampu melakukan ahli lain.
dengan penurunan aktivitas perawatan diri - Identifikasi kebutuhan kebersihan
kemampuan sesuai dengan tingkat diri dan berikan bantuan sesuai 2. Seiring perkembangan
melakukan aktivitas kemampuan. kebutuhan dengan perawatan penyakit, kebutuhan
sehari-hari.  Mampu mengidentifikasi rambut/kuku/ kulit, bersihkan kaca kebersihan dasar mungkin
dan menggunakan mata, dan gosok gigi. dilupakan.
sumber pribadi/ - Perhatikan adanya tanda-tanda 3. Kehilangan sensori dan
komunitas yang dapat nonverbal yang fisiologis. penurunan fungsi bahasa
memberikan bantuan. menyebabkan klien
- Beri banyak waktu untuk mengungkapkan kebutuhan
melakukan tugas. perawatan diri dengan cara
nonverbal, seperti terengah-
- Bantu mengenakan pakaian yang engah, ingin berkemih
rapi dan indah. dengan memegang dirinya.
4. Pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang menjadi
terhambat karena penurunan
motorik dan perubahan
kognitif.

5. Meningkatkan kepercayaan
untuk hidup.
5. Risiko terhadap Setelah dilakukan tindakan - Kaji derajat gngguan 1. Mengidentifikasi risiko di
cedera berhubungan keperawatan diharapkan kemampuan,tingkah laku lingkungan dan
dengan kesulitan Risiko cedera tidak terjadi impulsive dan penurunan persepsi mempertinggi kesadaran
keseimbangan, dengan KH : visual. Bantu keluarga perawat akan bahaya. Klien
kelemahan, otot tidak  Meningkatkan tingkat mengidentifikasi risiko terjadinya dengan tingkah laku
terkoordinasi, aktivitas bahaya yang mungkin timbul impulsif berisiko trauma
aktivitas kejang.  Dapat beradaptasi dengan karena kurang mampu
lingkungan untuk - Hilangkan sumber bahaya memgendalikan perilaku.
mengurangi risiko lingkungan Penurunan persepsi visual
trauma/cedera berisiko terjatuh
- Alihkan perhatian saat perilaku
 Tidak mengalami teragitasi 2. Klien dengan gangguan
trauma/cedera
kognitif, gangguan persepsi
 Keluarga mengenali - Gunakan pakaian sesuai dengan
adalah awal terjadi trauma
potensial di lingkungan lingkungan fisik/kebutuhan klien
akibat tidak bertanggung
dan mengidentifikasi
- Kaji efek samping obat, tanda jawab terhadap kebutuhan
tahap-tahap untuk
keracunan (tanda keamanan dasar
memperbaikinya
ekstrapiramidal,hipotensi
3. Mempertahankan
ortostatik,gangguan penglihatan,
keamanan dengan
gangguan gastrointestinal)
menghindari konfrontasi
yang meningkatkan risiko
- Hindari penggunaan restrain terus-
terjadinya trauma
menerus. Berikan kesempatan
keluarga tinggal bersama klien 4. Perlambatan proses
selama periode agitasi akut metabolisme
mengakibatkan hipotermia.
Hipotalamus dipengaruhi
proses penyakit yang
menyebabkan rasa
kedinginan
5. Klien yang tidak dapat
melaporkan tanda/gejala
obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada lansia.
Ukuran dosis/penggantian
obat diperlukan untuk
mengurangi gangguan

6. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan kalsium
tulang)
DAFTAR PUSTAKA

Christopher, M . 2007. Pikun dan Pelupa. Jakarta : Dian Rakyat

Carpenito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktis Klinis. Ed. 6. Jakarta :
EGC
Copel, L. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta ; EGC

Darmojo, B. 1999. Geriatri. Jakarta: FKUI

Grayson, C. (2004). All about Alzheimer. Retrieved on October 2006 from


http://www.webmd.com/content/article/71/81413.htm

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Kusuma, W. 1997. Kedaruratan Psikiatri dalam Praktek. Jakarta : Profesional Book’s

Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI

NANDA, 2011.

Nurviandari, K. 2007. Mengenal Demensia pada Lanjut Usia. www.komnaslansia.co.id


( 27 Juni 2008)

Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC

You might also like