Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Andi Prayitno
3217012
A. DEFINISI LANSIA
Gerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia lanjut dan logos
berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah yang terjadi pada lanjut usia. Geriatri berasal dari bahasa Latin, yaitu geros
berarti lanjut usia dan eatriea berarti kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang
ilmu kedokteran yang berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul
pada usia lanjut (Kushariyadi, 2010).
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap indivindu. Lansia
adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia merupakan kelompok orang
lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan
merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan (Ernawati, 2005). Sedangkan
menurut Prayitno (2002), mengatakan bahwa lanjut usia adalah orang yang berusia 56
tahun ke atas,tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk
keperluanpokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (2), (3), (4), mengatakan bahwa
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun
wanita.
Penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus
menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap penyakit
yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber
daya. Lansia merupakan kelompok umur yang mengalami berbagai penurunan daya
tahan tubuh dan berbagai tekanan psikologis (Saparinah,2008). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50
tahun yang secara fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi
maupun sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.
B. BATASAN LANSIA
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai
berikut:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia dewasa
sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) usia 25-60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun
3. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia ada dua tahap, yaitu:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia >70 tahun)
4. Menurut Burnsie, ada empat tahap lanjut usia, yaitu:
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia > 90 tahun)
C. PERUBAHAN PADA LANSIA
Perubahan yang terjadi pada lansia dapat meliputi perubahan fisik, psikososial
dan mental. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti
rambut yang memulai memutih, kerut-kerut ketuan diwajah, berkurangnya ketajaman
panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh. Lansia juga harus berhadapan
dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan
orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang
cukup besar untuk dapat menyikapi kehidupan secara bijak (Soejono, 2007).
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlah sel otak menurun
Ukurannya lebih besar
b. Sistem Persyarafan
Berat otak menurun 10%-20%
Respon dan waktu untuk bereaksi menjadi lambat
Kurang sensitif terhadap sentuhan
c. Sisitem Pendengaran
Pendengaran bertambah menurun
d. Sistem Penglihatan
Lensa lebih suram yang menyebabkan katarak
Hilangnya daya akomodasi mata
Lapang pandang menurun
e. Sisitem Kardiovaskuler
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
Tekanan darah cenderung tinggi
Kehilangan elastisitas pembuluh darah
f. Sistem Respirasi
Elastisitas paru berkurang
Otot-otot pernapasan menurun
g. Sistem Genitouria
Otot-otot vesika urinaria melemah
Prostat membesar
h. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi
Indra pengecapan menurun
Daya absorbsi terganggu
i. Sistem Reproduksi
Mengecilnya ovari dan uterus
Atropi payudara
j. Sistem Endokrin
Produksi hormon menurun
Menurunnya aktivitas tiroid
k. Sistem Integumentum
Kulit keriput
Permukaan kulit kasar dan bersisik
Kulit kepala dan rambut menipis
Rambut dalam hidung dan telinga menebal
Kuku jari menjadi keras
Kelenjar keringat berkurang
l. Sistem Muskuloskeletal
Tulang telinga makin rapuh
Pergerakan pinggang, lutut dan jari pergelangan terbatas
Persendian membesar dan kaku
Otot-otot kram dan tremor
2. Perubahan Psikososial
a. Pensiun. Akan lebih sering dialami oleh para lanjut usia dengan masa
habisnya akan bekerja yang dipengaruhi oleh perubahan pada produktivitas
dan identitas di lingkungannya.
b. Sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup
d. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
e. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
3. Perubahan Mental
a. Perubahan fisik
b. Kesehatan umum
c. Lingkungan
D. PENYAKIT PADA LANSIA
Masalah yang sering ditemukan pada Lansia, antara lain:
1. Mudah jatuh
2. Mudah lelah
3. Kekacauan mental akut
4. Nyeri dada
5. Sesak nafas saat melakukan aktivitas fisik
6. Palpitasi
7. Pembengkakan kaki bagian bawah
8. Nyeri pinggang & punggung
9. Nyeri sendi pinggul
10. Berat badan menurun
11. Sukar menahan BAK (sering ngompol) & BAB
12. Gangguan ketajaman penglihatan
13. Gangguan pendengaran
14. Gangguan tidur
15. Keluhan pusing-pusing. Disebabkan oleh gangguan lokal, penyakit sistemis,
psikologik: cemas, depresi, kurang tidur.
16. Keluhan perasaan dingin-dingin & kesemutan pd anggota badan. Disebabkan
karena gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan persyarafan umum.
17. Mudah gatal-gatal. Disebabkan oleh kelainan kulit yang kering, keadaan alergi.
18. Gangguan sirkulasi darah seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah,
gangguan pada pembuluh darah koroner dan ginjal.
19. Ganguan metabolisme hormonal, seperti: DM, ketidakseimbangan tiroid.
20. Gangguan pada persendian, seperti: osteoartritis, gout artritis.
TEORI DEMENSIA
A. DEFINISI
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L.,
Hurley, A.C., Mahoney, E. 2008). Grayson (2005) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan
beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku.
Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah
mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan
otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam
bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan
pikiran konseptual ( http ://askep-askeb- kita.blogspot.com/ )
Dimensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran ( Kusuma, 2007). Demensia dapat diartikan
sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada
tingkah laku harian ( Behavioral Symptom) yang mengganggu ( destruptif ) ataupun
tidak mengganggu ( non destruptif) ( http://www.komnaslansia.or.id/ mengenal
demensia pada lanjut usia, 2007).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat dikemukakan bahwa demensia
adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan daya ingat
sehingga meyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi
aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
(Mickey Stanley, 2006)
10) Payudara
Benjolan/massa, nyeri/nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari puting
susu, perubahan pada puting susu, pola pemeriksaan payudara, tanggal
momografi paling akhir.
11) Pernapasan
Batuk, sesak napas, hemoptisis, sputum, mengi, asma/alergi pernapasan,
frekuensi, auskultasi, palpasi, perkusi, wheezing.
12) Kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas, dispnea pada
aktivitas, ortopnea, murmur, edema, varises, kaki timpang, parestesia,
perubahan warna kaki.
13) Gastrointestinal
Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar,
mual/muntah, hematesis, perubahan nafsu makan, intoleransi makanan,
ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/massa, perubahan kebiasaan defekasi,
diare, kontipasi, melena, hemoroid, perdarahan rektum, pola defekasi
biasanya.
14) Perkemihan
Disuria, frekuensi, menetes, ragu-ragu, dorongan, hematuria, poliuria,
oliguria, nokturia, inkontinensia, nyeri saat berkemih, batu, infeksi.
15) Genitor Reproduksi - Pria
Lesi, rabas, neri tekstuler, masalah prostat, penyakit kelamin, perubahan
hasrat seksual, impotensi, masalah aktivitas seksual.
16) Genitor Reproduksi – Wanita
Lesi rabas, dispareunia, perubahan pasca senggama, nyeri pelvik,
penyakit kelamin, infeksi, maslah aktivitas seksual, riwayat menstruasi,
tanggal dan hasil papsmear terakhir.
17) Muskuloskeletal
Nyeri persendian, kekakuan, pembengkakan sendi, deformitas, spasme,
kram, kelemahan otot, maslah cara berjalan, nyeri punggung, protesa,
pola kebiasaan latihan, dampak pada penampilan ADL.
H. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan memori berhubungan dengan neorologis
2. Resiko jatuh berhubungan dengan lingkungan
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas
kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
perawatan diri.
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai
dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
6. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan,
otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
Perencanaan
14. Tertawa
membantu dalam
komunikasi dan
meningkatkan kestabilan
emosi
2 Perubahan persepsi Setelah diberikan tindakan - kembangkan lingkungan yang 1. Keterlibatan otak
sensori berhubungan keperawatan diharapkan suportif dan hubungan perawat – memperlihatkan masalah
dengan perubahan perubahan persepsi sensori klien terapeutik yang bersifat asimetris
persepsi, transmisi klien dapat berkurang atau menyebabkan klien
atau integrasi sensori terkontrol dengan KH: - Bantu klien untuk memahami kehilangan kemampuan
(penyakit neurologis, Mengalami penurunan halusinasi pada salah satu sisi tubuh
tidak mampu halusinasi - (gangguan unilateral). Klien
- beri informasi tentang sifat
berkomunikasi, Mengembangkan tidak dapat mengenali rasa
halusinasi ,hubungannya dengan
gangguan tidur, nyeri) strategi psikososial lapar
stresor/pengalaman emosional yang
ditandai dengan untuk mengurangi stress traumatic,pengobatan dan cara 2. Untuk menurunkan
cemas, apatis, gelisah, atau mengatur prilaku. mengatasi kebutuahan akan halusinasi
halusinasi. Mendemonstrasikan
respon yang sesuai - kaji derajat sensori atau gangguan
stimulasi 3. Meningkatkan masukan
persepsi dan bagaimana hal tersebut
sensori,membatasi
- Perawat mampu mempengaruhi klien termasuk
/menurunkan kesalahan
mengidentifikasi factor penurunan penglihatan atau
interpretasi stimulasi
eksternal yang berperan pendengaran
terhadap perubahan
kemampuan persepsi - ajarkan strategi untuk mengurangi
sensori stress
- anjurkan untuk menggunakan kaca
mata atau alat bantu pendengaran
sesuai keperluan
3 Perubahan pola tidur Setelah dilakukan tindakan - Jangan menganjurkan klien tidur 1. Aktivitas fisik dan mental
berhubungan dengan keperawatan diharapkan tidak siang apabila berakibat efek yang lama mengakibatkan
perubahan lingkungan terjadi gangguan pola tidur negative terhadap tidur pada kelelahan yang dapat
ditandai dengan pada klien dengan KH: malam hari meningkatkan kebingungan,
keluhan verbal Memahami factor - Evaluasi efek obat klien (steroid aktivitas yang terprogram
tentang kesulitan penyebab gangguan pola ,diuretik) yang mengganggu tidur tanpa stimulasi berlebihan
tidur, terus-menerus tidur - Mampu meningkatkan waktu tidur
terjaga, tidak mampu menentukan penyebab - Tentukan kebiasaan dan rutinitas
menentukan tidur inadekuat waktu tidur malam dengan 2. Risiko gangguan sensori,
kebutuhan/ waktu Mampu memahami kebiasaan klien (memberi susu meningkatkan agitasi dan
tidur. rencana khusus untuk hangat) menghambat waktu istirahat
menangani/mengoreksi - Memberika lingkungan yang 3. Peningkatan kebingungan,
penyebab tidur tidak nyaman untuk meningkatkan tidur disorientasi, tingkah laku
adekuat (mematikan lampu, ventilasi ruang tidak kooperatif (sindrom
Mampu menciptakan adekuat, suhu yang sesuai, sundower) dapat
pola tidur yang adekuat menghindari kebisingan) mengurangi tidur
dengan penurunan
terhadap pikiran yang - Buat jadwal intervensi untuk 4. Penguatan bahwa saatnya
melayang-layang memungkinkan waktu tidur lebih tidur dan mempertahankan
(melamun) lama(memeriksa tanda vital, kestabilan lingkungan.
Tampak atau melaporkan mengubah posisi) Catatan : penundaan waktu
dapat beristirahat yang tidur diindikasikan agar
cukup - Berikan kesempatan untuk tidur klien membuang kelebihan
sejenak, anjurkan latihan saat siang energy dan memfasilitasi
hari, turunkan aktivitas tidur
mental/fisik pada sore hari
5. Meningkatkan relaksasi
- Hindari penggunaan “pengikatan” dengan perasaan mengantuk
secara terus menerus
6. Menurunkan kebutuhan
- Evaluasi tingkat stress/orientasi akan bangun untuk
sesuai perkembangan hari demi berkemih selama malam
hari hari
- Buat jadwal tidur secara teratur.
7. Menurunkan stimulasi
Katakan pada klien bahwa saat ini
adalah waktu untuk tidur sensori dengan
menghambat suara lain dari
- Berikan makanan kecil sore hari, lingkungan sekitar yang
susu hangat, mandi, dan masase akan menghambat tidur
punggung
- Turunkan jumlah minuman sore.
Lakukan berkemih sebelum tidur
- Putarkan musik yang lembut atau
“suara yang jernih”
- Irama sirkadian (siklus tidur-
bangun)yang tersinkronisasi
disebabkan oleh tidur siang yang
singkat
- Derangement psikis terjadi bila
terdapat penggunaan
kortikosteroid, termasuk perubahan
mood, insomnia
- Mengubah pola yang sudah
terbiasa dari asupan makan klien
pada malam hari terbukti
mengganggu tidur
- Hambatan kortikal pada formasi
reticular akan berkurang selama
tidur, emningkatkan respons
otomatik, karenanya respons
kardiovaskular terhadap suara
meningkat selama tidur
- Gangguan tidur terjadi dengan
seringnya tidur dan mengganggu
pemulihan sehubungan dengan
gangguan psikologis dan fisiologis,
sehingga irama sirkadian terganggu
4 Kurang perawatan Setelah diberikan tindakan - Identifikasi kesulitan dalam 1. Memahami penyebab yang
diri berhubungan keperawatan diharapkan berpakaian/ perawatan diri, seperti: mempengaruhi intervensi.
dengan intoleransi klien dapat merawat dirinya keterbatasan gerak fisik, apatis/ Masalah dapat diminimalkan
aktivitas, menurunnya sesuai dengan depresi, penurunan kognitif seperti dengan menyesuaikan atau
daya tahan dan kemampuannya dengan KH : apraksia. memerlukan konsultasi dari
kekuatan ditandai Mampu melakukan ahli lain.
dengan penurunan aktivitas perawatan diri - Identifikasi kebutuhan kebersihan
kemampuan sesuai dengan tingkat diri dan berikan bantuan sesuai 2. Seiring perkembangan
melakukan aktivitas kemampuan. kebutuhan dengan perawatan penyakit, kebutuhan
sehari-hari. Mampu mengidentifikasi rambut/kuku/ kulit, bersihkan kaca kebersihan dasar mungkin
dan menggunakan mata, dan gosok gigi. dilupakan.
sumber pribadi/ - Perhatikan adanya tanda-tanda 3. Kehilangan sensori dan
komunitas yang dapat nonverbal yang fisiologis. penurunan fungsi bahasa
memberikan bantuan. menyebabkan klien
- Beri banyak waktu untuk mengungkapkan kebutuhan
melakukan tugas. perawatan diri dengan cara
nonverbal, seperti terengah-
- Bantu mengenakan pakaian yang engah, ingin berkemih
rapi dan indah. dengan memegang dirinya.
4. Pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang menjadi
terhambat karena penurunan
motorik dan perubahan
kognitif.
5. Meningkatkan kepercayaan
untuk hidup.
5. Risiko terhadap Setelah dilakukan tindakan - Kaji derajat gngguan 1. Mengidentifikasi risiko di
cedera berhubungan keperawatan diharapkan kemampuan,tingkah laku lingkungan dan
dengan kesulitan Risiko cedera tidak terjadi impulsive dan penurunan persepsi mempertinggi kesadaran
keseimbangan, dengan KH : visual. Bantu keluarga perawat akan bahaya. Klien
kelemahan, otot tidak Meningkatkan tingkat mengidentifikasi risiko terjadinya dengan tingkah laku
terkoordinasi, aktivitas bahaya yang mungkin timbul impulsif berisiko trauma
aktivitas kejang. Dapat beradaptasi dengan karena kurang mampu
lingkungan untuk - Hilangkan sumber bahaya memgendalikan perilaku.
mengurangi risiko lingkungan Penurunan persepsi visual
trauma/cedera berisiko terjatuh
- Alihkan perhatian saat perilaku
Tidak mengalami teragitasi 2. Klien dengan gangguan
trauma/cedera
kognitif, gangguan persepsi
Keluarga mengenali - Gunakan pakaian sesuai dengan
adalah awal terjadi trauma
potensial di lingkungan lingkungan fisik/kebutuhan klien
akibat tidak bertanggung
dan mengidentifikasi
- Kaji efek samping obat, tanda jawab terhadap kebutuhan
tahap-tahap untuk
keracunan (tanda keamanan dasar
memperbaikinya
ekstrapiramidal,hipotensi
3. Mempertahankan
ortostatik,gangguan penglihatan,
keamanan dengan
gangguan gastrointestinal)
menghindari konfrontasi
yang meningkatkan risiko
- Hindari penggunaan restrain terus-
terjadinya trauma
menerus. Berikan kesempatan
keluarga tinggal bersama klien 4. Perlambatan proses
selama periode agitasi akut metabolisme
mengakibatkan hipotermia.
Hipotalamus dipengaruhi
proses penyakit yang
menyebabkan rasa
kedinginan
5. Klien yang tidak dapat
melaporkan tanda/gejala
obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada lansia.
Ukuran dosis/penggantian
obat diperlukan untuk
mengurangi gangguan
6. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan kalsium
tulang)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktis Klinis. Ed. 6. Jakarta :
EGC
Copel, L. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta ; EGC
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI
NANDA, 2011.