Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian
Disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV), ditandai dgn berbagai gejala
klinik, termasuk immunodefisiensi berat disertai infeksi oportunistik dan keganasan dan
degerasi susunan saraf pusat.
Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel system imun termasuk sel-T, macrofag dan
seldendritik.
B. Etiologi
CRYPTOSE ENZYME
D. Gejala
(kronis/berulang).
~ Kandidiasis oral.
1
~ Batuk kronis, ~ Dermatitis generalisata, ~ Encefalit
E. Insiden :
F. Faktor resiko :
→ Diketahui bahwa virus dibawa dlm limfosit yang terdapat pd sperma memasuki tubuh
melalui mucosa yang rusak, melalui ASI, kerusakan permukaan kulit.
→ Ditularkan dari orang ke orang mll pertukaran cairan tubuh, termasuk darah, semen,
cairan vagina dan air susu ibu.
G. Pathofisiologi:
→ Menginfeksi limfosit T4 dan monosit. Partikel-2 HIV bebas yang dilepas dari sel yang
terinfeksi dpt berikatan dgn sel lain yang tidak terinfeksi.
Segera setalah masuk kedlm sel, enzim dalam kompleks nukleoprotein menjadi aktif dan
dimulailah siklus reproduksi.
Besar kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam penyebabaran HIV dalam
jaringan limfoid ® fungsi sel dendritik menangkap antigen dalam epitel lalu masuk
melalui kontak antar sel.
Dalam beberapa hari jumlah virus dalam kelenjar berlipat ganda dan mengakibatkan
viremia. Pada saat itu jumlah virus dalam darah ® infeksi akut.
2
Viremia menyebabkan virus menyebar diseluruh tubuh dan menginfeksi sel T, monosit
maupun makrofag dlm jaringan limfoid perifer.
Sistem immun spesifik akan berupaya mengendalikan infeksi yang nampak dari
menurunnya kadar viremia.
Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limfa
merupakan tempat replikasi virus dan dekstruksi jaringan secara terus menerus ® fase
laten.
Destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus berlangsung sehingga jumlah sel T makin lama
makin menurun (jml sel T dlm jaringan limfoid 90 % dari jml sel T diseluruh tubuh)
Selama masa kronik progresif,m respon imun thdp infeksi lain akan meransang produksi
HIV dan mempercepat dekstruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah progresif dan
mencapai fase letal yang disebut AIDS.
Viremis meningkat drastis karena karena replikasi virus di bagian lain dalam
tubuh meningkat ® pasien menderita infeksi oportunistik, cacheksia, keganasan
dan degenerasi susunan saraf pusat.
Kehilangan limfosit Th menyebabkan pasien peka thdp berbagai jenis infeksi dan
menunjukkan respon immune yang inefektif thdp virud onkogenik.
H. Manifestasi Klinis :
Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap sistem
organ.
Pneumonia disebabkan o/ protozoa pneumocystis carini (paling sering ditemukan
pd AIDS) sangat jarang mempengaruhi org sehat. Gejala: sesak nafas, batuk-
batuk, nyeri dada, demam – tdk teratasi dapat gagal nafas (hipoksemia berat,
sianosis, takipnea dan perubahan status mental).
Gagal nafas dpt terjadi 2 – 3 hari
Tbc
Nafsu makan menurun, mual, muntah
3
Sarcoma kaposis → kelainan maligna berhubungan dgn HIV (paling sering
ditemukan) → penyakit yang melibatkan endotel pembuluh darah dan linfe.
Secara khas ditemukan sebagai lesi pd kulit sebagian tungkai terutama pada pria.
Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dpt menyebabkan
statis aliran vena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak
intergritas kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan thdp
infeksi.
Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan neurologis → gangguan pd
saraf pusat, perifer dan otonom. Respon umum pd sistem saraf pusat mencakup
inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.
Herpes zoster → pembentukan vesikel yang nyeri pd kulit.
Dermatitis seboroik→ruam yang difus, bersisik yang mengenai kulit kepala dan
wajah.
Pada wanita: kandidiasis vagina → dapat merupakan tanda pertama yang
menunjukkan HIV pd wanita.
1. Pemeriksaan diagnostic :
J. Penatalaksanaan:
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV perlu
dilakukan. Pencegahan berarti tdk kontak dgn cairan tubuh yang tercemar HIV.
Pengobatan pd infeksi umum
Penatalaksanaan diare
Penatalaksanaan nutrisi yang adekuat
Penanganan keganasan
Terapi antiretrovirus
Terapi alternative : terapi spiritual, terapi nutrisi, terapi obat tradisional, terapi
tenaga fisik dan akupungtur, yoga, terapi massage, terapi sentuhan.
KONSEP KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Aktifitas /istirahat :
Sirkulasi
4
Proses penyembuhan lika yang lambat, perdarahan lama bila cedera
takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun,
pengisian kapiler memanjang
Integritas ego
Eliminasi.
1. Makanan/cairan :
Hygiene
Neurosensorik
Pusing,sakit kepala.
Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi
Kelemahan otot, tremor, penurunan visus.
Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.
Gayaberjalan ataksia.
Nyeri/kenyamanan
5
Pernapasan
Keamanan
Seksualitas
Interaksi social
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitas yang tdk
terorganisir
2. Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual),
gangguan intestinal, hipermetabolik.
4. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot
pernafasan.
INTERVENSI
Dx 1: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitas yang tdk terorganisir
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk
purulent)
Tindakan :
6
R/. Lingkungan yang kotor akan mneingkatkan pertumbuhan kuman pathogen
1. Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan
menggunakan wadah tersendiri.
Tindakan :
7
R/. penurunan BB menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh.
Tindakan:
Pengeringan mucosa, lesi pd mulut dan bau mulut akan menurunkan nafsu makan.
Dx. 4. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.
Tindakan:
8
1. auskultasi bunyi nafas tambahan
EVALUASI
1. Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam,
sekresi tdk purulent)
2. Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat
3. Klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.
4. Klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif
DAFTAR PUSTAKA
Bruner, Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC.
2002
http://andaners.wordpress.com/asuhan-keperawatan/AIDS/
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi ,
Jakarta, FKUI