Professional Documents
Culture Documents
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh Mata Kuliah
Strategi Manajemen oleh Dosen/Asisten Dosen
Dr. S. Marten Yogaswara M.M /Saiful Almujab M.Pd
DISUSUN OLEH :
ARDELIA MAHESWARI
(155020097)
KELAS B
Kekuatan
Kelemahan
Total
Selain 6 faktor tersebut masih terdapat 4 faktor lagi yang menjadi faktor penentu
keberhasilan industri rokok meskipun tidak memegang peranan yang begitu
dominan. Yang pertama adalah akuisisi perusahaan lain dimana Sampoerna berada
dalam posisi yang terkuat dengan peringkat 4. Bentoel lebih baik dalam hal ini
dengan mendapat peringkat 3. Sebaliknya dengan Gudang Garam dan Djarum
menjadi yang terburuk dengan hanya mendapat masing-masing peringkat 1.
Berikutnya adalah faktor persaingan harga dimana Bentoel menjadi yang terbaik
dengan peringkat 4, Gudang Garam dan Djarum menyusul berikutnya dengan
peringkat 3 dan Sampoerna menjadi yang terburuk dengan peringkat 1. Posisi
keuangan perusahaan menjadi faktor selanjutnya, peringkat 4 diberikan kepada
Sampoerna untuk faktor ini. Djarum dan Gudang Garam menyusul dengan
peringkat 3 sedangkan Bentoel di posisi akhir dengan peringkat 1. Faktor yang
terakhir adalah tenaga kerja, dimana Djarum adalah baik dibuktikan dengan
peringkat 3 yang diberikan. Sampoerna dan Gudang Garam dengan 2 dan Bentoel
dengan 1.
Berdasarkan hasil perhitungan total nilai bobot tertimbang untuk perusahaan rokok,
Sampoerna menjadi yang paling baik dengan total nilai sebesar 3,25. Gudang
Garam dan Djarum sama-sama mempunyai total nilai yang tertimbang sebesar 3
dan hanya sedikit tertinggal dari Sampoerna. Bentoel menjadi yang terburuk dengan
hanya mendapat total nilai 1,75. Namun meskipun demikian angka-angka tersebut
hanyalah menggambarkan kekuatan relatif dari keempat perusahaan tersebut, bukan
dengan tujuan untuk mendapatkan angka tertentu tetapi lebih kepada asimilasi dan
evaluasi informasi dalam cara yang mempunyai arti yang dapat membantu
pengambilan keputusan.
Dengan memperhatikan sepuluh dimensi yang menjadi tolok ukur pelayanan publik
diatas, faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan berasal dari faktor internal
organisasi/instansi itu sendiri. Apabila keseluruhan faktor diatas dijadikan critical
success factor dalam pembuatan CPM tentu bukan hal yang salah. Pemberiaan
rating dan bobot juga dapat dilakukan karena pasti terdapat prioritas dalam
organisasi dalam merespons atas masing-masing faktor tersebut. Dengan demikian,
4 dari 6 manfaat sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dapat terpenuhi yaitu
antara lain:
Namun demikian, terkait dengan fokus CPM yaitu identifikasi pesaing utama, tidak
dapat berlaku dan diterapkan bagi instansi pemerintah. Hal ini terkait dengan fokus
dan karakteristik instansi pemerintah yang bukan pada persaingan. Instansi
pemerintah berfokus pada public service dengan karakteristik unik organisasi yang
bersumber pada tugas pokok dan fungsi masing-masing organisasi yang pasti
berbeda antara satu instansi dengan yang lainnya. Dengan kata lain, instansi
pemerintah tidak bersaing dengan instansi lainnya, sehingga dapat kami simpulkan
bahwa penerapan CPM dalam merumuskan rencana strategis instansi pemerintah
pada dasarnya kurang sesuai untuk dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://danang651.wordpress.com/2010/02/22/competitive-profile-matrix-dan-
mckinsey-capacity-assessment-grid-sebagai-perangkat-analisis-manajemen-
strategis/