You are on page 1of 23

Tugas Praktikum

UJI MC NEMAR, UJI COCHRAN, UJI RUN DAN STUDI KASUS


OUTBREAK/KLB

Oleh:
Najmi Ilal Hayati 04054821618051
Adinda Triandari Akhiruddin 04054821618052
Muhammad Bazli Fadjrin 04054821618082
Muhammad Adam Mudzakir 04054881618009

Pembimbing:
Achmad Ridwan, dr., MO., M.Sc

BAGIAN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Praktikum

Judul
UJI MC NEMAR, UJI COCHRAN, UJI RUN
DAN STUDI KASUS OUTBREAK/KLB

Oleh:
Najmi Ilal Hayati 04054821618051
Adinda Triandari Akhiruddin 04054821618052
Muhammad Bazli Fadjrin 04054821618082
Muhammad Adam Mudzakir 04054881618009

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Komunitas dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 02 Oktober- 11
Desember 2017

Palembang, Oktober 2017


Pembimbing,

Achmad Ridwan, dr., MO., M.S

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas praktikum dengan judul “Studi Kasus
Outbreak/KLB” tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimkasih kepada Achmad Ridwan, dr., MO., M.Sc selaku pembimbing yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas praktikum ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas praktikum ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Palembang, Oktober 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Depan ……………………………………………………………………. i


Halaman Pengesahan ……………………………………...…………….…………. ii
Kata Pengantar ………………………………...………………………………..….. iii
Daftar Isi …………………………………………………………………………….iv
Uji Mc Nemar …………………………………………………………….……..…..1
Uji Cochran ………………………………………………………………..………. 3
Uji Run ………………………………………………………………………….…. 6
Studi Kasus Outbreak ……………………………………………...………………. 4

iv
UJI MC NEMAR

Tabel 1. Tabel frekuensi keadaan sesak dengan sebelum


dan sesudah pengobatan
Sebelum Pengobatan & Sesudah Pengobatan

Sesudah Pengobatan

Sebelum Pengobatan Tidak Sesak Sesak

Tidak Sesak 17 2
Sesak 33 6

Berikut adalah tabel 2x2 yang menunjukan keadaan sesak pada pasien sebelum
pengobatan dan sesudah pengobatan. Dari tabel tersebut tampak jumlah pasien yang
tidak sesak sebelum pengobatan dan sesudah pengobatan berjumlah 17 orang,
sedangkan yang menjadi sesak sesudah pengobatan 2 orang. Untuk pasien yang
mengalami sesak sebelum pengobatan menjadi tidak sesak sesudah pengobatan
berjumlah 33 orang, sedangkan yang tetap sesak berjumlah 6 orang.

Tabel 2. Langkah-langkah untuk menentukan uji hipotesis yang sesuai dengan panduan tabel uji
hipotesis dan diagram alur.

Langkah Jawaban
1 Menentukan variabel yang dihubungkan Variabel yang dihubungkan adalah
keadaan sesak (kategorik) dengan
pengobatan (kategorik)
2 Menentukan jenis hipotesis Asosiatif/komparatif
3 Menentukan masalah skala variabel Kategorik
4 Menentukan berpasangan/tidak Berpasangan
berpasangan
5 Menentukan jenis P x K 2x2
Kesimpulan:
Jenis P x K pada soal ini adalah 2 x 2. Uji yang digunakan adalah uji McNemar

Untuk mengetahui hubungan asosiatif dari keadaan sesak sebelum dan setelah
pengobatan maka dilakukan uji hipotesis yang sesuai dengan variabel tersebut.
Variabel pada penelitian ini berjumlah dua kelompok. Skala variabel ini merupakan
variabel kategorik dari sampel yang berpasangan, sehingga dilakukan uji hipotesis
dengan metode McNemar.

1
Berikut ini adalah tabel hasil uji hipotesis McNemar

Tabel 3. Hasil uji McNemar


Test Statisticsa

Sebelum
Pengobatan &
Sesudah
Pengobatan

N 58
b
Chi-Square 25,714
Asymp. Sig. ,000

a. McNemar Test
b. Continuity Corrected

Dari tabel tersebut didapatkan angka Significancy 0,0001. Karena nilai p<0,05,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa sesak antara sebelum dan sesudah pengobatan
berbeda secara bermakna.

Tabel 4. Hubungan Sesak sebelum dan sesudah pengobatan

Sesak sesudah pengobatan


Tidak Total P
Sesak
Sesak
Sesak sebelum Sesak 17 2 19
pengobatan Tidak Sesak 33 6 39 0,0001
Total 50 8 58

2
UJI COCHRAN

Tabel 5. Tabel frekuensi batuk sebelum, 2 minggu


setelah, dan 4 minggu setelah pengobatan
Frequencies

Value

Batuk Tidak Batuk

Sebelum Pengobatan 41 17
2 Minggu Setelah
32 26
Pengobatan
4 Minggu Setelah
20 38
Pengobatan

Tabel berikut ini menunjukan jumlah pasien dengan gejala batuk sebelum pengobatan,
2 minggu setelah pengobatan, dan 4 minggu setelah pengobatan. Dari tabel ini,
didapatkan jumlah sampel 58 orang yang diperiksa gejala batuknya dari sebelum
pengobatan, 2 minggu setelah pengobatan, dan 4 minggu setelah pengobatan. Hal ini
menunjukan sampel pada penelitian ini berpasangan.
Jumlah pasien batuk sebelum pengobatan adalah 41 orang dan yang tidak
batuk 17 orang. Setelah 2 minggu pengobatan, 32 orang mengeluh batuk dan 26 orang
tidak batuk. 4 minggu setelah pengobatan, 20 orang mengeluh batuk dan 38 orang
tidak batuk.
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan maka pada
penelitian ini menggunakan uji hipotesis asosiatif dengan metode uji Cochran.
Analisis uji hipotesis pada penelitian ini ditunjukan pada tabel.

Tabel 6. Langkah-langkah untuk menentukan uji hipotesis yang sesuai dengan panduan tabel uji
hipotesis dan diagram alur.

Langkah Jawaban
1 Menentukan variabel yang dihubungkan Variabel yang dihubungkan adalah
keadaan batuk (kategorik) dengan
waktu pengobatan (kategorik)
2 Menentukan jenis hipotesis Asosiatif/komparatif
3 Menentukan masalah skala variabel Kategorik
4 Menentukan berpasangan/tidak Berpasangan

3
berpasangan
5 Menentukan jenis P x K 3x2
Kesimpulan:
Jenis P x K pada soal ini adalah 3 x 2. Uji yang digunakan adalah uji Cochran

Tabel 7. Hasil Uji Cochran


Test Statistics

N 58
Cochran's Q 24,667a
df 2
Asymp. Sig. ,000

a. 1 is treated as a success.

Berikut ini adalah hasi luji Cochran pada penelitian ini. Didapatkan angka
Significancy menunjukan angka 0,0001. Karena nilai p<0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa paling tidak terdapat perbedaan batuk antara dua kali pengukuran.
Untuk mengetahui pada pengukuran mana saja yang terjadi perbedaan dari gejala
batuk pada penelitian ini maka perlu dilakukan uji post hoc. Dilakukan uji post hoc
dengan hubungan variabel sebagai berikut:
1. Batuk sebelum pengobatan dengan batuk 2 minggu setelah pengobatan
2. Batuk sebelum pengobatan dengan batuk 4 minggu setelah pengobatan
3. Batuk 2 minggu setelah pengobatan dengan batuk 4 minggu setelah
pengobatan

Berikut adalah hasil uji post hoc menggunakan uji McNemar.

Tabel 8. Tabel frekuensi batuk sebelum dan 2 minggu setelah


pengobatan
Sebelum Pengobatan & 2 Minggu Setelah Pengobatan

2 Minggu Setelah Pengobatan

Sebelum Pengobatan Batuk Tidak Batuk

Batuk 30 11
Tidak Batuk 2 15

Tabel 9. Tabel frekuensi batuk sebelum dan 4 minggu setelah


pengobatan
Sebelum Pengobatan & 4 Minggu Setelah Pengobatan

4 Minggu Setelah Pengobatan

Sebelum Pengobatan Batuk Tidak Batuk

Batuk 19 22

4
Tidak Batuk 1 16

Tabel 10. Tabel frekuensi batuk 2 minggu setelah dan 4 minggu


setelah pengobatan
2 Minggu Setelah Pengobatan & 4 Minggu Setelah
Pengobatan

2 Minggu Setelah 4 Minggu Setelah Pengobatan

Pengobatan Batuk Tidak Batuk

Batuk 17 15
Tidak Batuk 3 23

Tabel 11. Hasil uji post hoc

2 Minggu
Sebelum Sebelum Setelah
Pengobatan & 2 Pengobatan & 4 Pengobatan & 4
Minggu Setelah Minggu Setelah Minggu Setelah
Pengobatan Pengobatan Pengobatan

N 58 58 58
b b
Exact Sig. (2-tailed) ,022 ,000 ,008b

a. McNemar Test
b. Binomial distribution used.

Tabel 11 menunjukan hasil uji McNemar. Angka Significancy antara batuk sebelum
pengobatan dan 2 minggu setelah pengobatan menunjukan angka 0,022; nilai p antara
sebelum pengobatan dan 4 minggu setelah pengobatan sebesar 0,0001; dan nilai p
untuk batuk 2 minggu setelah pengoabtan dengan 4 minggu setelah pengobatan
sebesar 0,008. Maka dapat diambil kesimpulan ditemukan perbedaan yang bermakna
antara batuk sebelum pengobatan dan 2 minggu setelah pengobatan, batuk sebelum
pengobatan dan 4 minggu setelah pengobatan, dan batuk 2 minggu setelah pengobatan
dan 4 minggu setelah pengobatan.

5
UJI RUN

Tabel 12. Hasil uji Run


Runs Test

Obat Rusak n
500

Test Valuea 9
Cases < Test Value 15
Cases >= Test Value 15
Total Cases 30
Number of Runs 14
Z -,557
Asymp. Sig. (2-tailed) ,577

a. Median

Berikut merupakan hasil uji Run terhadap sampel obat rusak di Puskesmas. Uji Run
dilakukan untuk menguji randomness. Tabel 12 menunjukan nilai Significancy 0,577.
Nilai p pada uji Run terhadap data sampel tersebut lebih dari 0,05 yang dapat diambil
kesimpulan bahwa sampel obat rusak di Puskesmas pada penelitian ini random.

6
STUDI KASUS
OUTBREAK ENTERITIS
SELAMA PERJALANAN HAJI KE MEKKAH

Setelah mempelajari studi kasus ini dan menjawab 16 pertanyaan, mahasiswa akan mampu
untuk:
 Menentukan epidemik, out break atau kluster
 Membuat dan memahami pengunaan definisi kasus
 Mengggambarkan kurva epidemik
 Menghitung food- spesific attack rate
 Menyusun langkah-langkah penyelidikan sebuah kasus outbreak akut.

Misi Kuwait medical, terdiri dari 112 anggota, menempuh perjalanan dengan bus dari
Kuwait ke Mekkah. Pada 30 Oktober semua anggota missi telah menginap di Mina. Pada
waktu matahari terbit 31 Oktober mereka telah berangkat ke Arafah, dimana pada pukul 8.00
a.m. mereka telah minum teh dengan atau tanpa susu untuk minum pagi. Susu tadi telah
disiapkan segera sebelum dikonsumsi dengan mencampur bubuk susu dengan air panas. Sisa
hari mereka tadi telah digunakan untuk melaksanakan ibadah. Pada jam 2.00 p.m., makan
siang disajikan untuk semua anggota misi. Makanan khas Kuwait terdiri dari tiga jenis: nasi,
daging dan saus tomat. Sebagain besar anggota misi mengkonsumsi semua jenis makan tadi.
Makan siang telah disiapkan di Mina pada 30 Oktober dan diantar ke Arafah oleh truk pagi 31
Oktober. Pada waktu matahari terbit 31 Oktober anggota missi kembali ke Mina.
Deskripsi klinis
Investigator mengidentifikasi total 66 kasus GE. Onset (Waktu timbulnya) kasus tadi
akut, ditandai kebanyakan oleh diare dan nyeri perut. Nausea, vomitus dan darah dalam tinja
terjadi tidak sering. Tidak ada kasus pasien yang dilaporkan dengan demam. Semua pulih
dalam 12-24 jam. Kira-kira 20 % telah meminta pertolongan medis. Investigator tidak
memperoleh spesimen tinja untuk pemeriksaan.

Investigator menentukan bahwa 64 kasus mulai sakit selama perjalanan haji, semua
yang telah makan siang di Arafah pada pukul 2.00 p.m. pada 31 Oktober. 15 anggota missi
tidak makan siang: tidak ada yang sakit.

Tabel 6.8 informasi yang telah dikumpulkan oleh investigator. Dua anggota yang
sakit sebelum 31Oktober telah dikeluarkan. 15 anggota yang tidak makan
tidak termasuk dalam tabel tersebut.

Tabel 6.8. Karakteristik rombongan Calon Jemaah haji Kuwait yang makan di Arafah, Saudi
Arabia, 31 Oktober 1979.

Id # Age Onset of Illness Foods Signs/symptoms*


Sex Date Hour Rice Meat TS* D C BS N V F
31 36 M Oct,31 5 p.m x x x D C BS
77 28 M Oct,31 5 p.m x x D C
81 33 M Oct,31 10p.m x x x D C
86 29 M Oct,31 10p.m x x x D C
15 38 M Oct,31 10p.m x D BS N
17 48 M Oct,31 10p.m x x D C
18 35 M Oct,31 10p.m x x x D C

7
35 30 M Oct,31 11p.m x x x D C
88 27 M Oct,31 11p.m x x x D C
76 29 M Oct,31 11p.m x x x D C BS
71 50 M Oct,31 12 mn x x x D
1 39 M Nov.1 1a.m x x x D C V
27 36 M Nov.1 1a.m x x x D C N
28 44 M Nov.1 1a.m x x x D C
29 48 M Nov.1 1a.m x x x D C BS
30 35 M Nov.1 2a.m x x x D C
50 29 M Nov.1 2a.m x x x D C
59 51 M Nov.1 2a.m x x x D C
67 40 M Nov.1 2a.m x x D
72 58 M Nov.1 3a.m x x x D C
73 28 M Nov.1 3a.m x x x D C
60 31 M Nov.1 3a.m x x x D C
61 38 M Nov.1 3a.m x x x D BS
51 32 M Nov.1 3a.m x x x D C V
52 37 M Nov.1 3a.m x x D
58 30 M Nov.1 3a.m x x x D C
22 35 M Nov.1 3a.m x x x D C
25 30 M Nov.1 3a.m x x x D C
32 50 M Nov.1 3a.m x x x D C
38 26 M Nov.1 3a.m x x x D C
79 29 M Nov.1 3a.m x x x D C
80 28 M Nov.1 3a.m x x x D C
37 30 M Nov.1 4a.m x x x D
65 34 M Nov.1 4a.m x x D
66 45 M Nov.1 4a.m x x D C BS
87 41 M Nov.1 4a.m x x x D C
89 43 M Nov.1 4a.m x x x D C
90 43 M Nov.1 4a.m x x x D C
91 38 M Nov.1 4a.m x x x D C
92 37 M Nov.1 4a.m x x x D C
70 31 M Nov.1 5a.m x x x D C
2 34 M Nov.1 5a.m x x x D C
21 38 M Nov.1 5a.m x x x D C
40 38 M Nov.1 5a.m x x x D
78 27 M Nov.1 5a.m x x x D C
82 39 M Nov.1 5a.m x x x D C
83 40 M Nov.1 5a.m x x x D C
84 34 M Nov.1 5a.m x x D C
14 52 M Nov.1 6 am x x x D
16 40 M Nov.1 6 am x x x D BS
93 30 M Nov.1 6 am x x x D C
94 39 M Nov.1 6 am x x x D C
33 55 M Nov.1 7 am x x x D C
34 28 M Nov.1 7 am x x x D C
85 38 M Nov.1 7 am x x D C
43 38 M Nov.1 9 am x x D C
69 30 M Nov.1 9 am x x x D C
4 30 F Nov.1 10am x D C
5 45 F Nov.1 10am x C
3 29 F Nov.1 1 pm x x D C
12 22 F Nov.1 2 pm x x X C
74 44 M Nov.1 2 pm x x X D
75 45 M Nov.1 5 pm x x X D BS
95 40 M Nov.1 11pm x x X D C

8
6 38 F Well x x
7 52 F Well x x X
8 35 F Well x X
9 27 F Well x x X
10 40 F Well x x X
11 40 F Well x x X
13 50 M Well x x X
19 38 M Well x x X
20 38 M Well x x X
23 29 M Well x x X
24 27 M Well x x X
26 47 M Well x x X
36 60 M Well x
39 27 M Well x x X
41 30 M Well x x X
42 38 M Well x x X
44 50 M Well x x X
45 27 M Well x x X
46 31 M Well x x X
47 46 M Well x x X
48 38 M Well x x
49 36 M Well x X
53 36 M Well x x X
54 27 M Well x x X
55 40 M Well x x X
56 30 M Well x x X
57 25 M Well x x X
62 50 M Well X
63 44 M Well X
64 47 M Well X X
68 31 M Well X x X

TS* Tomato Souce, D=Diarrhea; C=Cramps ; BS: Blood in stool ; N-Nausea; V=Vomiting
F=Fever.

Pertanyaan
1. Apa kriteria KLB pada kasus ini?

Kasus ini merupakan epidemik. Epidemik/wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu


penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
Bukti:
Penyakit enteritis ini menyerang lebih dari setengah komunitas pada waktu dan tempat
tertentu.

Outbreak adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi normal secara
mendadak pada suatu komunitas di suatu tempat terbatas pada suatu periode waktu
tertentu. Pada hakikatnya, epidemik sama dengan outbreak, kasus tidak hanya terbatas
pada penyakit menular saja, tetapi bisa kejadian lain yang menyebabkan
kesakitan/kematian pada sekelompok komunitas pada waktu dan tempat tertentu.
Peningkatan angka kesakitan/kematian akan disebut outbreak bila kejadian tersebut
terbatas dan dapat ditanggulangi sendiri oleh Pemerintah Daerah atau dinyatakan
sebagai kejadian luar biasa (KLB) bila penanggulangannya membutuhkan bantuan
Pemerintah Pusat.
9
Perbedaan PERMENKES No1501/MENKES/PER/X/2010 dan PERMENKES RI
560/Menkes/Per/VIII/1989
1. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan ≥ 2 x
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

2. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan ≥
2 x dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun
sebelumnya.

3. CFR dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan ≥ 50% dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Proportional Rate penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan ≥ 2 x


dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

2. Apa isi kuesioner pada penyeldikan KLB/wabah


Tentukan terlebih dahulu, apakah ini memang benar KLB/wabah dengan
menanyakan:

a. Apakah ini merupakan kasus baru?


b. Apakah kasus ini menyerang banyak anggota misi? Berapa jumlahnya?
c. Apakah penyakit ini menular?
d. Sejak kapan penyakit ini muncul?
e. Apa dampak yang ditimbulkan dari kasus ini?

Setelah itu dibuat kuesioner, dengan pertanyaan sebagai berikut:

Informasi identitas responden mencakup nama lengkap, tanggal lahir/usia, jenis


kelamin
Informasi mengenai faktor risiko/penyebab penyakit
Kapan Anda mengkonsumsi makanan yang disediakan? (sebutkan tanggal dan
waktu)
Apa saja jenis makanan yang Anda konsumsi?
Bagaimana cara Anda memakan makanan tersebut? (apakah dengan peralatan
sendok garpu yang tersedia atau langsung menggunakan tangan)
Apakah Anda ada mengkonsumsi makanan lain selain makanan yang
disediakan oleh penyedia jasa makanan?
Apakah Anda merasakan sesuatu yang aneh dengan makanan yang Anda
konsumsi? (bau, tekstur, dll)
Informasi mengenai keluhan (klinis)
Apa saja keluhan yang Anda alami setelah mengkonsumsi makanan tersebut?
Kapan keluhan itu muncul? (Berapa lama Anda mengalami keluhan tersebut
terhitung dari jarak Anda mengkonsumsi makanan tersebut?)
Apa tindakan yang Anda lakukan setelah mengalami keluhan tersebut?
Apakah gejala dapat membaik dengan sendirinya?
Berapa lama keluhan Anda dirasakan membaik?

10
3. Buat definsi kasus pada KLB ini

Definisi kasus
Kasus gastroenteritis yang ditandai dengan diare, nyeri perut, mual, muntah (tidak
sering) dan pulih dalam 12-24 jam.
Waktu kejadian
Waktu kejadian kasus 31 Oktober 1979.
Tempat/orang
Tempat kejadian: Arafah.
Orang: 66 dari 112 anggota.

4. Hitung attack rate yang makan dan yang tidak makan. Apa yang anda
simpulkan? Lihat tabel 6.8.

Informasi yang telah dikumpulkan oleh investigator. Dua anggota yang sakit sebelum 31
Oktober telah dikeluarkan. 15 anggota yang tidak makan tidak termasuk dalam tabel tersebut.

Makanan Anggota misi Total Attack Anggota misi Total Attack


yang makan Rate yang tidak makan Rate
Sakit Sehat Sakit Sehat
Nasi 62 31 93 66,7% 2 15 17 11,7%
Daging 63 25 88 71,6% 1 21 22 4,5%
Saus tomat 51 26 77 66,2% 13 20 33 39,4%

Gastroenteritis Attack
Total
Iya Tidak Rate
Makan Nasi, Iya 64 31 95 67,4%
Daging,
dan/atau TS Tidak 0 15 15 0%
Total 64 46 110

Attack rate (anggota misi yang makan nasi, daging, dan/atau TS) : 67,4%

Attack rate (anggota misi yang tidak makan nasi, daging, dan/atau TS): 0%

Kesimpulan:
Terdapat perbedaan angka serangan (attack rate) antara anggota misi yang makan dan
yang tidak makan terhadap penyakit (enteritis) sebesar 67,4% Berdasarkan data
tersebut dicurigai telah terjadi wabah akibat keracunan makanan, karena ditemukan
lebih dari penderita dengan gejala yang serupa berupa gangguan pencernaan sesudah
memakan makanan yang sama.

Untuk mencari penyebab utama, dapat dilakukan penghitungan attack rate terhadap
setiap jenis makanan.
Dari hasil penghitungan didapatkan Attack rate untuk anggota yang makan nasi,
daging, atau TS berturut-turut adalah 66,7%, 71,6%, 66,2%. Sedangkan attack rate
untuk anggota yang tidak makan nasi, daging, atau TS berturut-turut adalah 11,7%,
4,5%, 39,4%. Perbedaan attack rate yang paling besar didapatkan pada anggota yang
makan daging, yaitu sebesar 67,1% (71,6%-4,5%). Dapat disimpulkan penyebab utama11
dari penyakit GE pada studi kasus ini diduga berasal dari makanan daging.
5. Dengan menggunakan periode waktu yang tepat, gambar sebuah kurva
epidemiologik.

Keterangan kurva epidemic


Berdasarkan kurva epidemiologi, terlihat bahwa kurva membentuk gambaran point
source outbreak, salah satu dari jenis common source outbreak, dimana terdapat satu
titik puncak yang timbul. Gambaran kurva tersebut memberikan informasi bahwa
gejala timbul secara serentak akibat penularan dari satu sumber dalam waktu yang
sama dan singkat, pada kasus ini dicurigai akibat dari makanan yang dikonsumsi.

6. Apa tipe curva epidemi pada kasus ini?


Berdasarkan kurva epidemiologi, terlihat bahwa kurva membentuk gambaran
common source, adanya satu puncak yang timbul. Gambaran kurva tersebut memberikan
informasi bahwa gejala timbul secara serentak akibat penularan dari satu sumber dalam
waktu yang sama dan singkat, pada kasus ini dicurigai akibat dari makanan yang
dikonsumsi.

12
7. Modifikasi grafik yang telah digambarkan (Pertanyaan 8) untuk
mengilustrasikan distribusi masa inkubasi.

( xi  x) 2

Tentukan atau hitung minimum, maksimum, mean, median, mode, range, standar deviasi
periode inkubasi.

No. Waktu Inkubasi f f (x) f


(jam)
1 3 2 6 242
2 8 5 40 180
3 9 3 27 75
4 10 1 10 16
5  11 4 44 36
6
x
12 f ( x) 4 48 16
7 f
13 13 169 13
8 14 8 112 0
9 15 8 120 8
10 16 4 64 16
11 17 3 51 27
12 19 2 38 50
13 20 2 40 72
14 23 1 23 81
15 24 2 38 200
16 27 1 27 169
17 33 1 33 361
64 900 1562
Mean, 14,0625

13
13  14 Median, 13,5
Modus 2 13
Range, (maksimum-minimum) 33 jam- 3 jam = 30 jam
Standar Deviasi = 4,979 24,793
SD  s2
Varians = 24,793 1562

 f x  63
i x 2

s2 
n 1
8. Dilihat dari median inkubasi…apa penyababnya….

Kemungkinan penyebab wabah ini adalah Salmonella spp., Clostridium


perfringens, Streptococcus faecalis, dan Enterococcus.

9. Dengan mengunakan riwayat mengkonsumsi makanan pada tabel 6.8. lengkapi


item 7 dari form Penyelidikan out break Keracunan makanan”

Food specific attack rate (item 7 Form investigasi outbreak karena makanan)
Makanan Anggota misi Total Attack Anggota misi Total Attack
yang makan Rate yang tidak makan Rate
Sakit Sehat Sakit Sehat
Nasi 62 31 93 66,7% 2 15 17 11,7%
Daging 63 25 88 71,6% 1 21 22 4,5%
Saus tomat 51 26 77 66,2% 13 20 33 39,4%

10. -Apa desain penelitian epidemiologi yg digunakan

Desain penelitian epidemiologi yang dilakukan adalah retrospektif cohort study.

11. -Apa hipotesis penelitian epidemiologi pada kasus ini.

H0 : Tidak ada hubungan antara makan nasi dengan terjadinya wabah.


H1: Ada hubungan antara makan nasi dan terjadinya wabah

H0 : Tidak ada hubungan antara makan daging dengan terjadinya wabah.


H1: Ada hubungan antara makan daging dan terjadinya wabah

H0 : Tidak ada hubungan antara makan saus tomat dengan terjadinya wabah.
H1: Ada hubungan antara makan saus tomat dan terjadinya wabah

12. -Buat tabel 2x2 hitung RR tiap jenis makanan. Lakukan uji hipotesis yg sesuai

Dilakukan analisis untuk mengetahui uji hipotesis yang sesuai.

14
Langkah Jawaban
1 Menentukan variabel yang dihubungkan Variabel yang dihubungkan adalah
makanan (kategorik) dengan diare
(kategorik)
2 Menentukan jenis hipotesis Asosiatif/komparatif
3 Menentukan masalah skala variabel Kategorik
4 Menentukan berpasangan/tidak Tidak berpasangan
berpasangan
5 Menentukan jenis P x K 2x2
Kesimpulan:
Jenis P x K pada soal ini adalah 2 x 2. Uji yang digunakan adalah uji Chi-Square
Uji Chi-square dilakukan setiap jenis makanan terhadap penyakit diare.

Nasi
Nasi * Diare Crosstabulation
Diare
Tidak
Diare Diare Total
Nasi Tidak Makan Count 15 2 17
Nasi Expected
7,1 9,9 17,0
Count
Makan Nasi Count 31 62 93
Expected
38,9 54,1 93,0
Count
Total Count 46 64 110
Expected
46,0 64,0 110,0
Count

1) Crosstabulation diare menunjukan deksripsi masing masing sel untuk nilai observed dan
expected. Nilai observed untuk sel a, b, c, d masing-masing 15, 2, 31, 62 sedangkan nilai
expected untuk sel masing-masing 7,1; 9,9; 38,9; 54,1.
2) tabel 2 x 2 ini layak untuk diuji dengan chi-square karena tidak ada nilai expected yang
kurang dari lima

15
Dilakukan uji Chi-square untuk menguji hipotesis hubungan antara anggota yang makan nasi
dan diare.

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 17,806a 1 ,000
Continuity Correctionb 15,621 1 ,000
Likelihood Ratio 18,827 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
17,644 1 ,000
Association
N of Valid Cases 110
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,11.
b. Computed only for a 2x2 table

Didapatkan nilai Significancy Pearson Chi-Square 0,0001, artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara makan nasi dengan diare. Berikut tabel yang menyajikan hasil uji hipotesis
Chi-Square pada anggota yang makan nasi.

Nasi
Gastroenteritis
Total P Value
Iya Tidak
Iya 62 31 93
Makan Nasi
Tidak 2 15 17 0,0001
Total 64 46 110

Hitung RR
RR = a/(a+b) : c/(c+d) = (62/93 : 2/17) / (2/2) = 5,67
Interpretasi: Anggota yang makan nasi memiliki risiko sebesar 5,67 kali menderita GE
dibandingkan yang tidak makan nasi.

Daging
Daging * Diare Crosstabulation
Diare
Tidak
Diare Diare Total
Daging Tidak Makan Count 21 1 22
Daging Expected
9,2 12,8 22,0
Count
Makan Daging Count 25 63 88
Expected
36,8 51,2 88,0
Count
Total Count 46 64 110

16
Expected
46,0 64,0 110,0
Count
1) Crosstabulation diare menunjukan deksripsi masing masing sel untuk nilai observed
dan expected. Nilai observed untuk sel a, b, c, d masing-masing 21, 1, 25, 63
sedangkan nilai expected untuk sel masing-masing 9,2; 12,8; 36,8; 51,2
2) tabel 2 x 2 ini layak untuk diuji dengan chi-square karena tidak ada nilai expected
yang kurang dari lima

Dilakukan uji Chi-square untuk menguji hipotesis hubungan antara anggota yang makan
daging dan diare.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 32,516a 1 ,000
Continuity Correctionb 29,819 1 ,000
Likelihood Ratio 36,365 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
32,221 1 ,000
Association
N of Valid Cases 110
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,20.
b. Computed only for a 2x2 table

Didapatkan nilai Significancy Pearson Chi-Square 0,0001, artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara makan nasi dengan diare. Berikut tabel yang menyajikan hasil uji hipotesis
Chi-Square pada anggota yang makan daging.

Daging
Gastroenteritis
Total P Value
Iya Tidak
Makan Iya 63 25 88
Daging Tidak 1 21 22 0,0001
Total 64 46 110

Hitung RR
RR = a/(a+b) : c/(c+d) = (63/88 : 1/22) / (2/2) = 15,75
Interpretasi: Anggota yang makan daging memiliki risiko sebesar 15,75 kali menderita GE
dibandingkan yang tidak makan daging.

Tomato Sauce (TS)


TS * Diare Crosstabulation
Diare
Tidak
Diare Diare Total
TS Count 20 13 33

17
Tidak Makan Expected
13,8 19,2 33,0
TS Count
Makan TS Count 26 51 77
Expected
32,2 44,8 77,0
Count
Total Count 46 64 110
Expected
46,0 64,0 110,0
Count
1) Crosstabulation diare menunjukan deksripsi masing masing sel untuk nilai observed
dan expected. Nilai observed untuk sel a, b, c, d masing-masing 20, 13, 26, 51
sedangkan nilai expected untuk sel masing-masing 13,6; 19,2; 32,2; 44,8
2) tabel 2 x 2 ini layak untuk diuji dengan chi-square karena tidak ada nilai expected
yang kurang dari lima

Dilakukan uji Chi-square untuk menguji hipotesis hubungan antara anggota yang makan TS
dan diare.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6,839a 1 ,009
Continuity Correctionb 5,781 1 ,016
Likelihood Ratio 6,803 1 ,009
Fisher's Exact Test ,012 ,008
Linear-by-Linear
6,777 1 ,009
Association
N of Valid Cases 110
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,80.
b. Computed only for a 2x2 table

Didapatkan nilai Significancy Pearson Chi-Square 0,008, artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara makan TS dengan diare. Berikut tabel yang menyajikan hasil uji hipotesis
Chi-Square pada anggota yang makan TS.

Tomato Sauce (TS)


Gastroenteritis
Total P Value
Iya Tidak
Iya 51 26 77
Makan TS
Tidak 13 20 33 0,008
Total 64 46 110

Hitung RR
RR = a/(a+b) : c/(c+d) = (51/77 : 13/33) / (2/2) = 1,68
Interpretasi: Anggota yang makan TS memiliki risiko sebesar 1,68 kali menderita GE
dibandingkan yang tidak makan TS.

18
13. -Bila hipotesis tidak terbukti apa yg harus dilakukan?
Jika hipotesis tidak terbukti dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
memperhatikan beberapa faktor terkait dengan adanya kontaminasi makanan yaitu
sebagai berikut:
1. Faktor penyimpanan bahan makanan ( makanan sudah tidak layak
dikonsumsi/tidak segar)
2. Faktor pengolahan makanan
3. Faktor penyajian makanan (makanan sudah disiapkan dari malam sebelum
dikonsumsi, makanan juga diletakkan di dalam tempat terbuka di dapur
sepanjang malam)
4. Faktor pendistribusian makanan (menggunakan truk-truk yang tidak diketahui
tingkat kebersihannya dengan temperature udara yang kurang mendukung)
5. Cara pengkonsumsian makanan (apakah menggunakan peralatan makan yang
bersih/kotor, atau langsung menggunakan tangan)

Jika sumber wabah sudah diketahui maka kita dapat melakukan pengendalian
awal pada agent, sumber atau reservoir, misalnya menghilangkan/memusnahkan
makanan terinfeksi, memindahkan penjamah makanan, melakukan pengobatan dan
perawatan anggota misi yang sakit oleh tenaga medis. Perlu juga dilakukan
pencarian apakah masih ada kasus baru lainnya. Setelah dilakukan penanganan dan
pengendalian awal, lakukan evaluasi mengenai proses pengolahan, penyajian dan
pendistribusian makanan. Hal yang penting juga perlu diberikan penyuluhan kepada
pihak penyedia jasa makanan dan para anggota misi. Seharusnya dilakukan
pemeriksaan sampel sisa makanan, terutama daging yang dicurigai sebagai penyebab
munculnya outbreak. Tetapi pada kasus ini tidak ada sisa makanan, terutama daging
dan kurangnya fasilitas laboratorium. Selain itu, dapat pula dilakukan pencegahan
sekunder agar tidak terjadi kasus serupa lagi misalnya dengan imunisasi.

19

You might also like