Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Saat ini diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia
rata – rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Bandiyah,
2009).
Indonesia adalah suatu negara dengan jumlah populasi terbesar setelah Cina, India dan
Amerika Serikat, seperti halnya jumlah penduduk secara keseluruhan jumlah lansia di Indonesia
juga berada di urutan keempat di dunia yaitu berjumlah 24 juta lansia (Haryono, 2012).
Di Indonesia penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 400%. Seiring dengan bertambahnya usia pada usia lanjut membawa
Pada populasi usia lanjut angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak lagi
dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia diatas 60 tahun (Palmer, 2007)
ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap
prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui
keadaannya dan 61% telah mendapat pengobatan. Penderita yang mendapat pengobatan hanya
controlled hypertension. Hipertensi terkendali adalah mereka yang menderita hipertensi dan
tahun bahwa mereka menderita hipertensi dan sedang berobat. Sebagai gambaran umum masalah
hipertensi misalnya : 1) 6-15% penderita hipertensi pada orang dewasa cenderung dipengaruhi
oleh proses degeneratif. 2) 50% penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya sebagai
1
penderita hipertensi, mereka cenderung menderita hipertensi yang lebih berat karena tidak
berupaya mengubah gaya hidup dan tidak menghindari faktor resiko hipertensi. 3) 70% adalah
hipertensi ringan, namun diabaikan hingga sampai menjadi ganas (hipertensi maligna). 4) 90%
hipertensi primer, penderita hipertensi yang tidak diketahui seluk-beluk penyebabnya, karena
penyebab tidak jelas maka sulit untuk mencari bentuk intervensi dan pengobatan yang sesuai
(Bustan, 2007).
1.333 yang merupakan peringkat nomor ketiga setelah ISPA dan penyakit sistem jaringan otot
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat
1. Tujuan Umum
Lhokbengkuang.
2. Tujuan Khusus
dan pendidikan.
2
c. Mengetahui tingkat pengetahuan lansia tentang diit hipertensi khususnya lansia
penderita hipertensi.
1. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menjadi sumbangan sumber bacaan ilmiah untuk penelitian berikutnya
yang sejenis.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan bagi praktisi kesehatan dalam
4. Bagi Lansia
Menambah pengetahuan lansia tentang diit yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
penderita hipertensi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta-fakta dan teori yang
tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian
yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarok et al, 2007)
b. Tingkat Pengetahuan
1) Tahu(Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Temasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan pengetahuan tingkat yang paling rendah kata kerja untuk mengukur bahwa
4
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
2) Memahami(Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah
paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
2007).
3) Aplikasi(Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari atau kondisi real (nyata/ sebenarnya). Dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum – hukum, rumus metode, dan sebagainya dalam konteks dan situasi lain
(Notoatmodjo, 2007).
4) Analisis (Analysis)
Analisisa dalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada ikatannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
5) Sintesis (Synthesis)
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan menyusun formulasi baru dari formulasi-
5
6) Evaluasi(Evaluation)
tehadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi
1) Awareness (kesadaran) diamana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
2) Interst (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah
mulai timbul.
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh stimulus.
5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
Menurut Wawan (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :
1) Faktor Internal
a) Umur
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan
6
b) Pendidikan
pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan tingkatan
c) Pekerjaan
pekerjaan yang dianggap penting.Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit
untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pengetahuan yang mereka miliki jadi berkurang.
2) Faktor Eksternal
a) Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya dapat
b) Sosial budaya
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dalam hubungannya dengan orang lain dan
dua, yakni:
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain
7
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal
atau informal, ahli agama, pemegang perintah, dan berbagai prinsip orang lain yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.
Cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa
hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.
Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment)merupakan cara yang masih dianut
Dengan adanya perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusiapun ikut
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi
penelitian (research methodology).Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-
1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk
melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
8
e. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi suatu objek yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Sugiyono, 2013).
1) Wawancara
2) Angket
Angket merupakan pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang
Menurut Arikunto (2006) dalam Dewi dan Wawan (2010:18) bahwa pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat–tingkat tersebut diatas. Pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
2.2 Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi sering disebut sebagai
pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan
9
gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul gejala
tersebut sering kali dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole diatas 140mmHg dan diastole diatas
90mmHg) (Muwarni,2011).
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥
1) Sakit kepala
2) Jantung berdebar-debar
4) Mudah lelah
5) Penglihatan kabur
6) Wajah memerah
7) Hidung berdarah
9) Telinga berdenging(tinnius)
c. Klasifikasi Hipertensi
mengeluarkan panduan klasifikasi hipertensi seperti yang bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
10
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH
Kategori Sistolik Diastolik
(mmHG) (mmHg)
Mencakup sekitar 95% kasus hipertensi (Lumbantobing, 2008). Hipertensi primer atau
esensial merupakan hipertensi yang sampai saai ini masih belum diketahui secara pasti
penyebabnya (Rudianto,2013).
2) Hipertensi sekunder.
11
3) Hipertensi Maligna
Adalah hipertensi yang sangat parah, yang apabila tidak diobati akan menimbulkan
kematian dalam 3-6 bulan, hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari 200 orang yang menderita
Berdasar klasifikasi dari JNC-VI dalam Darmojo (2004) maka hipertensi pada usia lanjut
dapat dibedakan :
1) Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6 – 12% penderita
diatas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insiden meningkat dengan bertambahnya
umur.
usia 60 tahun, terutama pada pria. Insiden menurun dengan bertambahnya umur.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Comunitte on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure ( JNC 7) dalam Sudoyo et al (2006)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
1) Faktor keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga.
12
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti stres, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga juga
berpengaruh memicu hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi
melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas
saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila
Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat
1) Gaya hidup
Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan olahan dengan kandungan
2) Stres
Stres yang berkepanjangan akan meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, para
penderita hipertensi dianjurkan untuk hidup rileks, terbuka dalam mengungkapkan masalah
3) Merokok
penyempitan pembuluh darah. Jantung akan bekerja lebih keras untuk dapat mengalirkan darah
f. Pencegahan Hipertensi
13
1) Mengurangi konsumsi garam. Kebutuhan garam per hari yaitu 5 gr (1sdt)
2) Mencegah kegemukan
4) Olahraga teratur
7) Latihan relaksasi/meditasi
g. Pengobatan Hipertensi
Menurut Rudianto (2013) pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis
yaitu :
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem
d) Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 sebanyak 3-4 kali
seminggu.
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat
14
a) Diuretik
Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh :
Hidroklorotiazid.
b) Penghambat simpatetik
Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita
c) Betabloker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung
dan tidak dianjurkan pada penderita yang mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan), sehingga
pemberian obat harus berhati – hati. Contoh : Metoprolol, propanolol, dan atenolol.
d) Vasodilatator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (Otot pembuluh
Cara kerja obat ini menghambat pembentukan Zat Angiotensi II (Zat yang dapat
f) Antagonis kalsium
15
2.3 Lansia
a. Pengertian
Lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun keatas. Namun di Indonesia
batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas dalam Undang – Undang Nomor 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 ( Nugroho, 2008).
Menurut Constantinides (1994) Menua (menjadi tua atauaging) adalah suatu proses
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo,
2004).
Umur yang dijadikan patokan sebagai lansia berbeda-beda, umumnya berkisar antara
60-65 tahun. Berikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli dalam (Nugroho, 2008)
2) Menurut Sumiati guru besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran dalam Nugroho
16
e) Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, pensiun)
3) Menurut Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia) dalam Nugroho (2008), lanjut usia
merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian:
4) Menurut Koesoemanto dalam Nugroho (2008) lanjut usia dikelompokkan sebagi berikut:
b) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun).
c) Lanjut usia (geriatrick age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi:
5) Menurut Bee (1996) dalam Nugroho (2008), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut:
6) Menurut Hurlock (1979) dalam Nugroho (2008), perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua
tahap, yakni:
17
7) Menurut Burnside (1979) dalam Nugroho (2008), ada empat tahap lanjut usia, yakni:
Sumber lain dalam Nugroho (2008), mengemukakan pengelompokan umur sebagai berikut :
Jika proses menua mulai berlangsung, didalam tubuh juga mulai terjadi perubahan-
perubahan struktural yang merupakan proses degeneratif. Misalnya sel-sel mengecil atau
komposisi sel pembentukan jaringan ikat baru menggantikan sel-sel yang menghilang dengan
Beberapa kemunduran organ tubuh seperti yang disebutkan oleh Kartati (1990) dalam
1) Kulit : kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput, dan tidak elastis
lagi. Dengan demikian fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan
2) Rambut : rontok, warna menjadi putih, kering dan tidak mengkilat. Ini
18
menyusut, fungsinya menurun dan kekuatannya berkurang.
patah.
: produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan
6) Seks bertambahnya umur
Ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua Stieglizt
1) Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh
ketidakseimbangan tiroid.
3) Gangguan pada persendian, misalnya osteoartritis, gout artritis, ataupun penyakit kolagen
lainnya.
Menurut The National Old People’s Welfare Council di Inggris dalam Nugroho (2008),
penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni :
1) Depresi mental.
2) Gangguan pendengaran.
19
3) Bronkitis kronis.
6) Anemia.
7) Demensia.
8) Gangguan penglihatan.
9) Ansietas/ kecemasan.
a. Pengertian diit
Kecukupan makanan dan minuman yang dikonsumsi orang secara teratur setiap hari.
Jumlah dan jenis makanan yang dibutuhkan dalam situasi tertentu,seperti menurunkan atau
menaikkan berat badan, serta untuk penyembuhan penyakit (Febry et al, 2013).
20
Diit hipertensi adalah cara untuk mencegah terjadinya hipertensi tanpa efek samping,
karena menggunakan bahan makanan yang lebih alami, dari pada menggunakan obat penurun
tekanan darah pasien akan menjadi tergantung seterusnya pada obat tersebut (Sustrani, 2005).
Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak kalsium,
magnesium, dan kalium (bila diperlukan untuk kasus tertentu). Puasa garam untuk kasus tertentu
Tujuan dari diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Syarat diet rendah
garam adalah cukup energi, protein, mineral dan vitamin, bentuk makanan sesuai denga keadaan
penyakit, jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air atau
2) Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan rumahan yang mengandung banyak
serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya
penderita hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang
dikuatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat. Dari penelitian lain ditemukan
bahwa dengan mengkonsumsi 7 gram serat per hari dapat membantu menurunkan tekanan darah
sistolik sebanyak 5 poin. Konsumsi serat juga dapat memperlancar buang air, menyebabkan
21
Menghentikan rokok, kopi, dan alkoholdapat mengurangi beban jantung, sehingga jantung
dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah yang
mengendap kolestrol pada pembuluh darah koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras.
mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali
tekanan yang normal. Kalium bekerja mengusir natrium dari senyawanya, sehingga lebih mudah
dikeluarkan. Makanan yang kaya kalium adalah pisang, sari jeruk, jagung, kubis, dan brokoli.
(Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram. Kekurangan asupan magnesium
Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang tanah, bayam, kacang polong,
dan makanan laut. Tetapi berhati-hatilah agar jangan mengkonsumsi terlalu banyak suplemen
Walaupun masih menjadi perdebatan mengenai ada atau tidaknya pengaruh kalsium
dengan penurunan tekanan darah, tetapi untuk menjaga dari resiko lain, 800 miligram kalsium
per hari (setara dengan tiga gelas susu) sudah lebih dari cukup. Sumber lain yang kaya kalsium
7) Mengetahui sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk tekanan darah
Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan darah adalah :
a) Tomat
b) Wortel
22
d) Bawang putih, sedikitnya satu siung per hari. Bisa juga digunakan bawang merah dan
bawang bombai.
e) Kunyit
f) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah lainnya.
B. Terapi diit
1) Rendah garam
Diet rendah garam I diberikan kepada pasien dengan edema, asites atau hipertensi berat.
Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
Diit rendah garam II diberikan kepada pasien dengan edema, asites atau hipertensi tidak
terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diit rendah garam I. Pada pengolahan
makanannya menggunakan ½ sendok teh garam dapur atau 2 gram. Dihindari bahan makanan
Diit rendah garam III diberikan pada pasien dengan edema atau penderita hipertensi
1) Pada pengolahan makanannya mengunakan 1 sendok teh atau 4 gram garam dapur.
23
5) Asupan kalsium per hari menurut RDA : 800 mg/ hari untuk laki-laki dan 1000
24
rendag garam II dan III maggi, tomato ketcup, petis,
dan tauco
Sumber : Penuntun Diet ( Aimatsier, 2004).
1. Faktor internal
(pendidikan,
Pekerjaan, umur)
Diit Hipertensi :
2. Faktor eksternal
Faktor kekambuhan
(lingkungan) 1. Pengertian hipertensi :
2. Macam diit
hipertensi 1. Gaya hidup
3. Makanan diit 2. Stres
Tingkat pengetahuan: 3. Merokok
hipertensi
- Baik 4. Tujuan diit
- Cukup hipertensi
- Kurang 5. Terapi diit Hipertensi
Gambar 2.1 Kerangka Teori Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Diit Hipertensi di
Puskesmas Lhokbengkuang
25
2.6 Kerangka Konsep
Baik
Tingkat
Pengetahuan Lansia Hipertensi Cukup
Tentang Diit
Hipertensi Kurang
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu hasil yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan suatu
mendapatkan gambaran untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan lansia tentang diit
1. Tempat Penelitian
2. Waktu penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Saryono, 2011). Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah peserta BPJS telah terdaftar
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lhokbengkuang yang menderita hipertensi dengan total
27
2. Sampel
Sampel yaitu objek yang diteliti dan dianggap mewakili (Notoatmodjo, 2010). Sampel
Besar Sampel pada penelitian ini sudah ditentukan sesuai kriteria sampel yang ada dalam
kriteria inklusi.
a. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili memenuhi
syarat, ciri, karakter sampel dalam penelitian (Saryono, 2011).Kriteria yang ditetapkan dalam
a) Lansia di Puskesmas Lhokbengkuang yang datang periksa pada bulan Juli dan Agustus 2016.
b) Lansia dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg.
c) Bisa membaca, menulis dan mengisi kuesioner atau lansia yang tidak bisa membaca tulisan
2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena berbagai sebab (Saryono, 2011). Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini
28
3. Teknik sampling
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Non Random (Non Probability)
Sampling dengan teknik ”Purposive Sampling” yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri
atau sifat- sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2010).
Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.Variabel merupakan gejala
yang bervariasi dan gejala merupakan objek penelitian. Jadi variabel adalah objek penelitian
yang bervariasi (Saryono, 2011). Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan lansia
menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variable (Saryono, 2011).
29
Skoring pada penelitian ini jika jawaban pada pernyataan yang diberikan dijawab
“Benar” maka bernilai “1”, jika jawaban “Salah” maka bernilai “0”.
pengetahuannya cukup jika mampu menjawab pernyataan dengan benar sejumlah 11-14 (56-
75%) pernyataan yang diberikan. Seseorang dikatakan pengetahuannya kurang jika hanya
mampu menjawab dengan benar pernyataan yang diberikan sejumlah ≤ 10 (≤56%) pernyataan.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Data
primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari peneliti dengan menggunakan alat
pengambil data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data sekunder
adalah data yang diperoleh peneliti dari subjek peneliti. Data primer diperoleh melalui
instrument pengumpulan data berupa kuisioner. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber
literature yang berhubungan dengan penelitian ini seperti buku – buku, internet, jurnal dan hasil
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang dapat digunakan untuk pengumpulan data.
Pembuatannya mengacu pada variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukuran data
yang dipilih. Instrumen dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir-formulir lain yang
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan adalah berupa koesioner yaang
meliputi identitas responden yaitu nama, umur, pendidikan, pekerjaan dan dilanjutkan dengan
30
Tabel 3.2.Kisi-kisi tentang Pengetahuan Diit Hipertensi.
Variabel Indikator No soal favourable unfavour Jumlah
able soal
Tingkat 1. Pengertian 1,4 1,4 - 2
pengetahuan Penyakit
lansia tentang Hipertensi
Diit 2. Tujuan Diit 11,12,15,17, 11,12 15,17,18, 6
Hipertensi Hipertensi 18, dan 20 dan 20
Jumlah 12 8 20
Dalam penelitian ini dugunakan dua macam pernyataan bersifat favorable (positif)
mendukung dan bersifat unfavorable (negatif) tidak mendukung, dengan jumlah penyataan
favourable 12 penyataan dan unfavourable 8 pernyataan yang terdiri dari jawaban benar dan
salah.
Dalam suatu penelitian pengolahan dan analisis data merupakan salah satu langkah yang
penting. Hal ini karena data yang diperoleh peneliti masih mentah, belum memberikan infomasi
apa – apa dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh hasil yang berarti dan kesimpulan
1. Pengolahan Data
Hasil wawancara atau kuesioner yang diperoleh dan dikumpulkan melalui kuesioner
perlu disunting (edit) terlebih dahulu.Apabila ternyata masih ada data atau informasi yang tidak
lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut diulang (drop
out).
31
b. Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom – kolom untuk merekam data
secara manual.Lembaran atau kartu kode berisi nomer responden dan nomor – nomor
pertanyaan.
Mengisi kolom - kolom atau kotak - kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan
d. Tabulasi
Membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diingikan oleh
peneliti.
2. Analisis data
Analisis data penelitian merupakan media untuk menarik kesimpulan dari seperangkat
variabel penelitian. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standart
deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentase dari tiap variable(Notoatmodjo, 2010). Data dan informasi yang diperoleh dari
analisis univariat dapat mendiskripsikan variabel bebas penelitian yaitu pengetahuan lansia
tentang diit hipertensi. Setelah data primer dimasukkan dalam tabel tabulasi kemudian
dimasukkan kedalam tabel distribusi normal. Varibel yang berkala dan berinterval, maka data
setiap individu hanya termasuk kedalam salah satu kelas tertentu saja (Pengelompokan data
berdasar kemiripan ciri). Distribusi frekuensi disusun bila jumlah data yang akandisajikan cukup
32
banyak, sehingga jika disajikan dalam tabel biasa menjadi tidak efisien dan kurang komunikatif.
P = f/N x 100%
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi data
1. Pengajuan Judul
Judul yang diajukan sebanyak dua judul, kemudian yang disetujui hanya satu judul dan
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan setelah melalui proses wawancara ataupun mengisi
3. Pengolahan Data
Data yang diolah, kemudian disajikan dalam deskripsi, tabel dan gambar, kemudian hasil
penelitian mulai dari pendahuluan sampai dengan kesimpulan penelitian dihadapan dokter
pendamping Internsip.
33
3.10 Etika Penelitian
Pada penelitian ini menjunjung tinggi prinsip etika penelitian yang merupakan standar
etika dalam melakukan penelitian. Masalah etika yang harus diperhatikan dalam penelitian
1. Dalam mengambil karya orang lain selalu mencantumkan nama dan sumbernya.
persetujuan untuk menjadi responden. Peneliti menjelaskan tujuan dan kemungkinan dampak
yang akan terjadi dari penelitian yang akan dilakukan kepada responden. Responden dapat
memutuskan menolak untuk menjadi sampel penelitian. Apabila responden bersedia menjadi
Responden pada lembar observasi hanya menuliskan pada lembar pengumpulan data atau
4. Confidentiality
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
UPTD Puskesmas Lhok Bengkuang merupakan salah satu puskesmas yang ada di
wilayah Kecamatan Tapaktuan, terletak di Jln T.Cut Ali no 221, Tapaktuan. Diresmikan pada tgl
27 Januari 2005 dimana dulunya adalah kantor dinas kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.
UPTD Puskesmas Lhok Bengkuang memiliki luas wilayah kerja sekitar 8.700 Ha yang
meliputi 8 desa dan 2 Kelurahan yang ada di dalam wilayah kerja Lhok Bengkuang dengan
batas wilayah :
35
Gambar 4.1 Peta wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lhok Bengkuang
Jumlah penduduk pada UPTD Puskesmas Lhokbengkuang pada tahun 2016 dapat dilihat
36
Berdasarkan Tabel diatas, Jumlah Penduduk yg terbanyak adalah di desa Lhok
bengkuang (7606 Jiwa), jumlah penduduk yang paling sedikit di Desa Panton Luas (399 jiwa).
Daerah yang terpadat adalah Desa Lhok Bengkuang (5230 jiwa/km), sedangkan yg paling
kurang kepadatan nya adalah di Desa Panton Luas (375 jiwa/km). Jumlah rumah tangga yg
paling banyak adalah di desa Lhok Bengkuang (1218 RT), jumlah rumah tangga paling
Gambaran Pola penyakit terbesar di UPTD Puskesmas Lhok Bengkuang Thn 2016
ketiga. Berikut ini adalah tabel 10 besar penyakit di UPTD Puskesmas Lhok Bengkuang Thn
2016.
No Penyakit Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Total
1 ISPA 182 251 175 187 220 184 187 132 160 199 249 321 2447
Peny.
Sistem
2 151 167 163 156 117 91 140 118 102 55 102 83 1445
Jaringan
Otot
3 Hipertensi 141 200 181 181 56 139 172 158 176 168 161 100 1833
Common
4 135 139 50 75 90 81 10 197 121 92 204 94 1288
Cold
Diabetes
5 99 109 135 139 130 102 101 121 103 119 136 88 1382
Melitus
6 Dyspepsia 95 105 105 165 99 98 118 101 102 110 164 75 1337
Alergi
7 75 91 112 71 74 50 50 66 53 57 109 95 903
Kulit
8 Asma 24 40 31 23 24 22 26 27 25 19 31 33 325
9 Cephalgia 58 79 54 64 55 21 32 46 58 40 67 83 657
10 Faringitis 46 23 25 33 56 78 99 70 100 50 28 30 638
Tabel 4,2 10 Penyakit terbesar Puskesmas Lhokbengkuang
37
Kuesioner diberikan kepada 51 lansia dari lansia yang berkunjung pada bulan Agustus
2017 kuisoner dengan pengambilan sampel memakai kriteria inklusi menurut peneliti. Dalam
1. Pengetahuan responden yang kurang tentang diit hipertensi dalam menjawab pertanyaan
kuesioner
2. Terdapat beberapa responden yang buta huruf dan beberapa yang penglihatannya kabur
diketahui penderita hipertensi mengenai tingkat pengetahuan lansia tentang “Gambaran Tingkat
Lhokbengkuang yang datang periksa dan menderita hipertensi dari 51 responden perempuan
sebanyak 29 orang dengan presentase 59,60% sedangkan laki-laki sebanyak 22 orang dengan
presentase 43,10%.
38
Gambar 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin.
2. Menurut Usia
Total 51 100
Lhokbengkuang dari 51 responden yang diketahui menderita hipertensi diketahui paling banyak
usia 60-74 tahun (lanjut usia) sebanyak 39 orang dengan presentase 76,47%, sedangkan paling
sedikit usia > 90 tahun (usia sangat tua) sebanyak 1 orang dengan presentase 1,96%.
39
3. Menurut Pekerjaan
Total 51 100
Puskesmas Lhokbengkuang diketahui paling banyak tidak bekerja sebanyak 39 orang dengan
presentase 76.47%, sedangkan paling sedikit pedagang dan buruh/petani sebanyak 3 orang
4. Menurut Pendidikan
40
5 Perguruan Tinggi - -
Total 51 100
Puskesmas Lhokbengkuang diketahui tingkat pendidikan paling banyak tidak sekolah sebanyak
31 orang dengan presentase 60,78%, sedangkan paling sedikit SMP sebanyak 5 orang dengan
presentase 9,80%.
Total 51 100
Berdasarkan Tabel 4.7 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan lansia tentang diit
pengelompokan data hasil jawaban kuisioner yang diajukan kepada 51 lansia penderita hipertensi
41
sejumlah 20 pernyataan sebanyak 29 lansia mempunyai tingkat pengetahuan cukup dengan
15,69%.
Gambar 4.6 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Diit
Hipertensi.
Jika dihitung dengan rumus, rata-rata skor kuisioner tingkat pengetahuan responden yang didapat
adalah :
X=
n
= 690
51
= 13,52
= Jumlah nilai
n = Jumlah responden
skoring :
15 – 20 = Baik
11 – 14 = Cukup
≤ 10 = Kurang
42
6. Karakteristik Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Diii Hipertensi Berdasakan Usia
Berdasarkan Tabel 4.8 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan lansia tentang diit
45-59 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 2 orang (66,67%), cukup
sebanyak 1 orang (33,33%). Usia 60-74 tahun baik sebanyak 12 orang (30,76%), cukup 24 orang
(61,59%), kurang sebanyak 3 orang (7,65%). Usia 75-90 tahun, cukup sebanyak 3 orang
(37,50%), Kurang sebanyak 5 orang (62,50%), dan > 90 tahun cukup sejumlah 1 orang.
43
7. Karakteristik Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Diit Hipertensi Berdasarkan
Pekerjaan
Tabel 4.9 Disrtibusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Diit Hipertensi Berdasarkan
Pekerjaan
Pekerjaan Tingkat Pengetahuan
Baik Cukup Kurang Jumlah Total
F % F % F % F %
Pedagang 1 33,33 2 66,67 - - 3 100
Buruh/Petani 1 33,33 2 66,67 - - 3 100
Ibu Rumah Tangga 3 50 3 50 - - 6 100
Tidak Bekerja 9 23,08 22 56,41 8 21,52 39 100
Berdasarkan tabel 4.9 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang diit hipertensi di
sebanyak 1 orang (33,33%), cukup 2 orang (66,67%). Buruh/petani baik sebanyak 1orang
(33,33%), kurang sebanyak 1 orang (25%). IRT baik sebanyak 5 orang (38,46%), cukup
sebanyak 3 orang (50,00%). Sedangkan tidak bekerja dengan pengetahuan baik sebanyak 9 orang
44
8. Karakteristik Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Diit Hipertensi Berdasarkan
Tingkat Pendidikan.
Tabel 4.10 Disrtibusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Diit Hipertensi
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Tingkat Pengetahuan
Baik Cukup Kurang Jumlah Total
F % F % F % F %
Berdasarkan Tabel 4.10 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan lansia tentang diit
pendidikan yaitu tidak sekolah dikatakan baik sebanyak 7 orang (22,58%), cukup 16
orang (51,61%), kurang 8 orang (25,81%). SD baik sebanyak 4 orang (26,67%), cukup 11
orang (73,33%), SMP baik sebanyak 1 orang ( 20,00%), cukup sebanyak 4 orang (80,00%).
45
4.3 Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa karakteristik responden terbagi menjadi 4,
Dalam tabel 4.3 distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden didapatkan
hasil bahwa tingkat pengetahuan responden tentang diit hipertensi adalah cukup dengan laki-laki
sejumlah 22 orang, responden perempuan sejumlah 29 orang. Dengan demikian terlihat bahwa
dari jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jenis
kelamin laki-laki.
Banyaknya responden lansia yang berjenis kelamin perempuan, sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Anna dan Woro (1999) dalam Fajriyah (2009), melihat tingkat kesehatan dan
kesejahteraan kian membaik maka angka harapan hidup penduduk Indonesia kian meningkat
pula, khususnya perempuan di mana usia perempuan akan lebih panjang, sehingga rata-rata umur
harapan hidup perempuan umumnya lebih tinggi daripada laki-laki. Menurut Handono dan
Isbagyo (2005), dengan bertambahnya umur penyakit akan meningkat baik perempuan maupun
laki- laki. Prevalensi perempuan lebih tinggi dari laki-laki lebih dari 75% penderita hipertensi
b. Berdasakan Usia
Dalam tabel 4.4 distribusi frekuensi berdasarkan Usia responden didapatkan hasil usia
responden 45-59 tahun (usia pertengahan) sejumlah 3 orang, sedangkan usia 60-74 tahun (lanjut
usia) sebanyak 39 orang, dan usia 75-90 tahun (lanjut usia tua) sebanyak 8 orang, sisanya usia >
Diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata –
rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Bandiyah, 2009).
46
Berdasarkan tabel 4.8 penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat
pengetahuan lansia tentang diit hipertensi berpengetahuan cukup rata-rata paling banyak terjadi
pada responden dengan usia 60-74 tahun sebanyak 24 orang (61,59%). Sedangkan pengetahuan
kurang paling banyak terjadi pada usia 75-90 tahun sebanyak 5 orang (62,50%). Dari penelitian
ini terdapat hal yang menarik dimana dengan usia 60-74 tahun justru paling dominan yang
berpengetahuan cukup ini disebabkan pada usia ini memang tergolong jumlah lansia yang paling
banyak. Disisi lain pengetahuan yang mereka peroleh kemungkinan didapatkan dari pengalaman
dan juga penyuluhan sebelumnya, meskipun tidak semua lansia dapat berpartisipasi mengikuti
penyuluhan tentang hipertensi sampai akhir. Menurut Hendra (2008), makin tua umur seseorang
yang diperolehnya, akan tetapi pada umur menjelang lansia kemampuan penerimaan atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Intelegensi lanjut usia akan menurun sehingga
informasi.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa sebagian besar tingkat
pengetahuan lansia adalah cukup, dimana lansia menganggap bahwa penyakit hipertensi
merupakan hal yang wajar, karena sudah tua dan berfikir jika kebutuhan seperti makan dan
istirahat terpenuhi maka lansia pasti sudah sehat tanpa harus peduli dengan pola makan dan gaya
hidup.
Lansia sudah tidak perlu lagi mengikuti perkembangan pengetahuan dimana minat
terhadap informasi dan pengetahuan mengenai kesehatan ditahap lansia ini sudah berkurang,
karena lanjut usia lebih mementingkan dalam pemenuhan fisiologis (makan, istirahat)
(Zainudin, 2009).
47
c. Berdasarkan Pekerjaan
Dalam tabel 4.5 distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden didapatkan hasil
bahwa pekerjaan responden sebagai pedagang sejumlah 3 orang, buruh sejumlah 3 orang, IRT 6
Menurut Hurlock (1998) dalan Fajriyah (2009), bahwa pekerjaan merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan
dalam pekerjaan.
Berdasarkan tabel 4.9 penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat
pengetahuan lansia tentang diit hipertensi dilihat dari pekerjaan responden rata-rata
berpengetahuan cukup paling banyak terjadi pada lansia yang sudah tidak bekerja sebanyak 22
orang (56,41%). Sedangkan berpengetahuan kurang paling banyak juga terjadi pada lansia yang
Sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pekerjaan lansia sangat
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam menjawab suatu pertanyaan
tentang kesehatan yang diberikan, dimana lansia kurang begitu tahu tentang diit hipertensi sesuai
Lanjut usia dengan riwayat bekerja akan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada pada lingkungan bekerja tersebut. Interaksi timbal
balik di lingkungan tempat bekerja lansia itu sendiri akan menimbulkan sikap sosial dalam
bergaul sehingga akan direspon sebagai pengetahuan oleh lansia, dan sebaliknya bagi lansia yang
tidak bekerja. Pengalaman dalam bekerja memberikan pengetahuan dan keterampilan lansia serta
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan dari masalah
48
d. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dalam tabel 4.6 distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan responden diketahui
bahwa responden dengan pendidikan tidak sekolah sejumlah 31 orang, SD sejumlah 15 orang,
Berdasarkan tabel 4.10 penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat
pengetahuan lansia tentang diit hipertensi rata-rata berpengetahuan cukup dilihat dari tingkat
pendidikan responden paling banyak terjadi pada responden dengan pendidikan tidak sekolah
sebanyak 16 orang (51,61%), dan pengetahuan kurang paling banyak juga terjadi pada lansia
yang tidak sekolah sebanyak 8 orang (25,81%). Dilihat dari hasil penelitian yang didapatkan
ternyata lansia berpengetahuan cukup dominan pada lansia dengan pendidikan tidak sekolah.
Pengetahuan cukup yang dimiliki lansia pada tingkat pendidikan ini kemungkinan diperoleh dari
Sedangkan lansia dengan pengetahuan kurang dominan pada tingkat pendidikan tidak sekolah
juga hal ini mempertegas bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh pada tingkat
pengetahuannya.
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perepsi seseorang untuk lebih mudah
menerima pengetahuan baru dan semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin baik. Hasil
survei yang dilaporkan oleh BPS (2004), bahwa sebagian besar lansia (80%) memiliki status
Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar responden dengan
berpendidikan tidak sekolah sebesar 60,78% SD sebesar 29,41% dan SMP sebesar 9,80% rata-
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa tingkat pendidikan lansia sangat
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan yang didapatnya. Lansia dengan pendidikan yang
49
rendah maka mempunyai tingkat pengetahuan cukup dimana pengetahuan diperoleh dari
Hendra (2008), mengatakan bahwa tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami suatu pengetahuan yang merekamperoleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pengetahuannya dan makin mudah pula untuk
menerima informasi. Seseorang dengan pendidikan tinggi umumnya tanggap tentang keadaan
sekitarnya, serta mempunyai minat dan peduli tentang kesehatan dan tanggap dalam
memecahkan masalah yang ada pada dirinya serta adanya keinginan untuk menggali ilmu
pengetahuan dari sumber-sumber lain. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang dengan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca
indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
Dalam tabel 4.7 distribusi frekuensi tentang tingkat pengetahuan lansia mengenai diit
hipertensi hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan cukup sejumlah 29
orang menurut asumsi penelitian dikarenakan sedikitnya rasa peduli lansia tentang diit hipertensi
dan dalam menjawab pertanyaan lansia sekedar mengerti tentang diit hipertensi, hal ini sesuai
dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia,
50
yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa itu, apa manusia, apa alam dan
Hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan baik sejumlah 14 orang.
Menurut Bakhtiar (2012), bahwa pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan
yang diketahui manusia secara langsung dari kesadaran sendiri untuk mengetahui (subjek)
memiliki yang diketahui (objek) yang didalam dirinya sendiri supaya mudah untuk mengetahui
dan menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri. Menurut asumsi peneliti lansia
pengalaman tentang diit hipertensi , hal ini sesuai dengan Machfoedz (2010), bahwa ilmu
orang. Menurut asumsi penelitian lansia sama sekali tidak tahu serta ketidakpedulian lansia
tentang diit hipertensi, bahkan tidak ada keinginan untuk mendapat dari berbagai sumber
informasi tentang diit hipertensi. Disisi lain kemungkinan lansia ini ada yang belum
mendapatkan penyuluhan sebelumnya dari program Prolanis. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mubarak (2007), bahwa pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah sesuai dengan proses
pengalaman manusia yang dialami, sumber informasi baru didapatkan merupakan pengganti
sebelumnya.
Rata-rata lansia menjawab salah pada soal nomor 6 dimana lansia belum mengetahuai
bahwa diit hipertensi merupakan cara mencegah kekambuhan hipertensi tanpa efek samping. Diit
51
secara alami yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang alami disisi lain pada soal ini peneliti
tidak memberikan penjabaran atau contoh yang jelas tentang makanan alami untuk diit hipertensi
sehingga lansia kurang memahami soal ini. Selain itu dari beberapa lansia yang menjawab salah
pada soal ini beranggapan dengan makan apa saja tanpa pantangan, dan istirahat cukup diusia tua
Peneliti juga juga tidak mengetahui berapa kali lansia berkunjung ke Puskesmas
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Puskesmas Lhokbengkuang tentang diit hipertensi maka diketahui rata-rata pengetahuan lansia
2. Tingkat pengetahuan lansia tergolong cukup berdasar usia dominan pada usia 60-74 tahun
3. Tingkat Pengetahuan lansia tergolong cukup berdasar pekerjaan dominan pada lansia yang
4. Tingkat pengetahuan lansia tergolong cukup berdasar pendidikan dominan pada tingkat
5.2 Saran
1. Bagi peneliti
khususnya gangguan kesehatan pada masyarakat pada umumnya yang terjadi pada lansia dan
dapat ikut serta dalam pemberian penyuluhan- penyuluhan kepada masyarakat dalam menjaga
kesehatan, selain itu peneliti juga dapat mengembangkan lagi penelitiannya menghubungkan
tingkat pengetahuan lansia tentang diit hipertensi dengan kejadian kekambuhan hipertensi.
53
2. Bagi Instansi Puskesmas
Diharapkan semoga penelitian ini bisa menjadi masukan bagi instansi puskesmas untuk
menambah pengetahuan dan kepeduliaan terhadap penyakit hipertensi terutama mengenai diit
hipertensi yang terjadi pada khususnya kalangan lansia di dalam masyarakat serta diharapkan
semakin meningkatkan kegiatannya dalam mengontrol kesehatan para lansia dan dapat
Semoga penelitian yang sudah dilakukan ini dapat menjadi wacana dan referensi dalam
semoga peneliti lain dapat mengupayakan penambahan tenaga kesehatan saat penelitian berjalan
4. Bagi Responden
untuk lebih peduli lagi terhadap kesehatannya terutama bagi penderita hipertensi, khususnya
dalam mengatur diit hipertensi untuk mengontrol terjadinya kekambuhan hipertensi dan
mencegah terjadinya komplikasi hipertensi seperti stroke, gagal ginjal dan gagal jantung.
6. Bagi Profesi
Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk mengadakan penelitian
tentang kesehatan pada lansia mengenai hipertensi khususnya diit hipertensi dalam pencegahan
terjadinya hiperteensi
54
55