You are on page 1of 19

I.

JUDUL
STUDI AWAL PENENTUAN SISTEM PEMBERAIAN
BATUGAMPING

II. LATAR BELAKANG


Geoteknik adalah bidang kajian rekayasa kebumian yang berkonsentrasi
pada aplikasi teknologi teknik sipil untuk kontruksi yang melibatkan material alam
yang terdapat pada atau dekat permukaan bumi. Geoteknik tambang merupakan
aplikasi dari rekayasageoteknik pada kegiatan tambang terbuka dan tambang
bawah tanah. Data hasil penyelidikan geoteknik digunakan sebagai dasar
merancang lereng penambangan dan penentuan suatu metode pemberaian batuan.
Pada penelitian ini penyelidikan geoteknik digunkan sebagai dasar melakukan
pemilihan metode pemberaian batugamping yang berada di Bukit Temas Desa
Gunung Gajah Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.
Pemilihan metode pemberaian batuan yang sering digunakan adalah yang
dikembangkan oleh Franklin (1971), Weaver (1975), dan Sighn (1986). Adapun
data yang diperlukan untuk menggunakan metode pemberaian batuan dari ketiga
metode pemberaian batuan adalah Rock Quality Designation (RQD), spasi kekar,
kuat tarik, kuat tekan uniaksial (UCS), kecepatan rambat gelombang, dan orientasi
bidang ketidakmenerusan. Untuk mendapatkan sifat fisik dan sifat mekanik batuan
perlu dilakukan pengujian di laboratorium.
Untuk memulai penambangan harus melakukan pemberaian batuan agar
dapat memudahkan proses pengangkutan batuan. Pemberaian batuan dapat
dilakukan dengan tiga metode yaitu gali bebas, penggaruan, dan peledakan.
Penggalian bisa dilakukan secara langsung tanpa pembongkaran apabila
material bersifat lunak atau soft, metode penggalian ini biasa disebut direct
digging. Namun apabila material bersifat keras maka perlu pembongkaran terlebih
dahulu sebelum dilakukan penggalian. Pembongkaran bisa dilakukan dengan
penggaruan (ripping) maupun peledakan (blasting).
Pemilihan alat garu yang sesuai tidak lepas dari studi lapangan dan uji
laboratorium mengenai sifat-sifat material, terutama kekuatan batuan. Di lapangan
selalu dijumpai material dengan ragam kekuatan. Oleh sebab itu, ada material yang

1
sangat mudah digaru, mudah digaru, sulit digaru, sangat sulit digaru atau bahkan
tidak dapat digaru.
Kemampugaruan yang merupakan ukuran tingkat kemudahan suatu batuan
untuk digaru diperoleh dari studi lapangan, geologi maupun geoteknik. Dalam
setiap kegiatan penggalian batuan, salah satu sifat batuan yang sangat penting yang
harus diukur adalah spasi kekar dan orientasinya (Singh, 1986).

III. PERUMUSAN MASALAH


Permasalahan pemberaian batuan merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan dalam kegiatan penambangan. Metode pemberaian batuan apakah yang
akan digunakan dalam batugamping dan alat yang digunakan yang sesuai dengan
metode pemberaian.

IV. TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami sistem pemberaian yang sesuai untuk
batugamping.
2. Menentukan alat yang akan digunakan dalam pemberaian batugamping.

V. HIPOTESA
Metode yang akan digunakan dalam pemberaian batugamping bisa
dilakukan dengan penggaruan maupun peledakan setelah dilakukan penelitian di
laboratorium dengan menguji sifat fisik maupun sifat mekanik batuan dan pengujian
di lapangan dengan menghitung spasi kekar, Rock Quality Designation (RQD)
serta menggunakan uji seismik refraksi yang menghasilkan kecepatan rambat
gelombang di batugamping dan kedalaman top soil yang ada di batugamping. Alat
yang digunakan dalam pemberaian batuan dengan back hoe, shovel/track loader,
dragline, wheel loader, bucket wheel excavator apabila tidak kuat bisa
menggunakan peledakan atau blasting.
VI. BATASAN MASALAH
Asumsi-asumsi yang dipergunakan adalah :

2
1. Batuan yang diteliti dan yang diuji berasal dari bukit temas Desa Gunung
Gajah Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.
2. Kadar air tidak diperhatikan.
3. Pengambilan conto dilapangan yang akan digunakan untuk pengujian di
laboratorium.

VII. TINJAUAN PUSTAKA


7.1 Sifat Fisik
Penentuan sifat fisik di laboratorium pada umumnya dilakukakn terhadap
perconto(sample) yang diambil di lapangan. Satu perconto dapat digunakan untuk
menentukan kedua kedua sifat batuan. Pertama adalah penentuan sifat fisik batuan
tersebut yang merupakan pengujian tidak merusak,kemudian dilanjutkan dengan
pengujian sifat mekanik batuan yang merupakan pengujian merusak sehingga
perconto hancur.
Pengujian sifat fisik batuan untuk menentukan
1. Bobot isi Asli (natural density)

( ..………………………………………………..……..……(1)

2. Bobot isi kering (dry density)

..………………………………………………….……..…(2)

3. Bobot isi jenuh (saturated density)

( ..………………………………………………….……..…(3)

4. Berat jenis nyata (true spesific gravity)

: bobot isi ..…………………………………….…………..……(4)

5. Berat jenis semu (apparent spesific gravity)

: bobot isi ..…………………………………………………..…(5)

6. Kadar air asli (natural water content)

) x 100% ..…………………………………………………...…...(6)

3
7. Kadar air jenuh (absorption)

) x 100% …………………………………………………………(7)

8. Derajat kejenuhan

) x 100% …………………………………………………………(8)

9. Porositas (n)

) x 100% …………………………………………………………(9)

10. Angka pori (e)

………………………………………………………………………(10)

Keterangan :
Wn = Berat perconto asli
Wo = Berat perconto kering (setelah dioven kurang lebih 24 jam)
Ww = Berat perconto jenuh (setelah dijenuhkan kurang lebih 24 jam)
Ws = Berat perconto jenuh yang digantung dalam air
Wo-Ws= Volume perconto tanpa pori-pori
Ww-Ws= Volume perconto total
7.2 Sifat Mekanik Batuan
Sifat mekanika batuan seperti kuat tekan, kuat trik, modulus elastisitas dan
Poisson Ratio dapat diketahui dengan melakukan pengujian di laboratorium
mekanika batuan dan laboratorium geofisika dengan melakukan pengujian di
bawah ini :
a. Uji kuat tekan uniaksial (Unconfined Compression Test)
b. Uji beban titik (Point Load Test)
c. Uji kuat tarik tak langsung (Tensile Strength)
d. Uji kecepatan gelombang ultrasonik (Ultrasonic Velocity)
7.2.1 Uji Kuat Tekan Uniaksial (Unconfined Compression Test)
Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat mekanik yang
paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan
batuan (σt ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v), dan kurva tegangan - regangan.
Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan
antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5

4
dengan luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap
sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil pengujian akan didapat beberapa data :
a) Kuat Tekan Batuan (σc)
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat tekan
dari contoh batuan.
b) Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam
mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai
modulus elastisitas batuan bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke daerah
geologi lainnya karena adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral
pembentuknya. Modulus elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran
partikel, dan kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur
tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan.
c) Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan regangan
aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral (lateral
expansion) akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Pada uji kuat tekan uniaksial
terdapat tipe pecah suatu contoh batuan pada saat runtuh. Tipe pecah contoh
batuan bergantung pada tingkat ketahanan contoh batuan dan kualitas permukaan contoh
batuan yang bersentuhan langsung dengan permukaan alat penekan saat pembebanan.
7.2.2 Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Tensile Strength)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari contoh
batu berbentuk silinder secara tak langsung. Uji ini dikenal sebagai uji tarik Brazil
(Brazilian Test). Dari hasil pengujian bertujuan untuk mengetahui :
a. Kuat tarik (σt)
b. Kohesi
c. Sudut geser dalam
Nilai kuat tarik merupakan tegangan yang terjadi pada perconto batuan pada saat
mengalami retakan karena pembebanan, nilainya dapat diperoleh dari persamaan :

σt = ……………………………………………………………(11)

Alat yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada uji kuat tekan (UCS).
7.2.3 Uji beban titik (Point Load Test)

5
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan (strength) dari contoh batu
secara tak langsung di lapangan. Contoh batu dapat berbentuk silinder atau tidak
beraturan (Gambar). Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu
besar dan cukup ringan (Gambar). Uji cepat, sehingga kekuatan batuan dapat
segera diketahui di lapangan, sebelum uji di laboratorium dilakukan.
Terdapat tiga variasi penguji, yaitu :
1. Diametral test
2. Aksial test
3. Irregular lump test

a. Aksial Test b. Diametrikal Test c. Irregular Lump Test

Gambar 1.1
Tipe batuan Uji PLI (ISRM,1985)
Indeks point load dapat langsung dihitung dengan persamaan :

Is = F ………..…………………………………………………………….(12)

0,45
Dimana F= ……………………………………………………………(13)

Keterangan :
F = Faktor koreksi
P = Beban
D = Diameter
Nilai kuat tekan uniaksial rata-rata batuan di Indonesia dapat diperkirakan dengan
persamaan :
ΣC = 23 IS ……………………………………………………………………..(14)
7.3 Uji Cepat Rambat Gelombang
Berdasarkan uji cepat rambat gelombang dapat dilakukan di lapangan
(gelombang seismik) dan di laboratorium (Ultrasonic Velocity Test), tetapi memiliki
tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh kecepatan rambat gelombang primer
(Vp).

6
7.3.1 Gelombang Seismik
Seismik adalah suatu metode geofisika yang dapat digunakan untuk
menyelidiki atau memperkirakan strutur lapisan batuan bawah permukaan. Metode
seismik dalam geoteknik pertambangan banyak digunakan untuk menentukan
konsdisi sifat fisik massa batuan di bawah permukaan dan kondisi geologi bawah
permukaan. Metode berdasarkan pembiasan gelombang seismik merupakan metode
sangat berguna dalam identifikasi karakteristik massa batuan yang mana dapat
menjadi acuan dalam pemilihan metode penggalian.
Gaya merupakan perbandingan dari besar gaya terhadap luas dimana gaya
tersebut dikenakan. Gaya yang dikenakan tegak lurus terhadap benda maka
tegangan tersebut normal, jika gaya berarah tangensial terhadap luas maka
tegangan tersebut tegangan geser, dan jika tidak tegak lurus maupun paralel maka
gaya tersebut dapat diuraikan kekomponen yang paralel dan tegak lurus terhadap
elemen luas. Persamaan matematis dari tegangan stress σ (15).
σ = F/A ……………………………………………………………..…(15)
Benda elastis yang mengalami stess maka akan terdeformasi atau
mengalami perubahan bentuk maupun dimensi. Perubahan tersebut disebut dengan
regangan atau strain.strain adalah jumlah deformasi material persatuan luas.
Hukum hooke menyatakan bahwa stress akan sebanding dengan strain pada batuan
(antara gaya yang diterapkan dan besarnya deformasi)(16).
σ = C.e ……………………………………………………………..…(16)
Strain (e) dan Stress σ merupakan besaran tensor, sedangkan C adalah
konstanta yang berupa matriks (tensor) yang menentukan sifat dasar elastisitas dari
batuan, parameter C merupakan parameter elastik bebas yang dapat mencirikan
sifat elastisitas batuan.
Gelombang seismik ada yang merambat melalui interior bumi disebut
sebagai body wave, dan ada juga yang merambat melalui permukaan bumi yang
disebut surface wave. Sumber gelombang seismik ada dua yaitu alami dan buatan.
Sumber alami terjadi karena adanya gempa tektonik, gempa vulkanik dan runtuhan/
longsoran, sedangkan buatan menggunakan gangguan yang disengaja.
Metode seismik dibedakan menjadi dua yaitu seismik pantul (refleksi) dan
seismik bias (refraksi). Seismik pantul digunakan untuk prospeksi hidrokarbon.

7
Sedangkan seismik bias digunakan untuk pekerjaan geoteknik, untuk mendeteksi
struktur batuan yang letaknya cukup dangkal dan untuk mengetahui ketebalan
lapisan tanah penutup (overburden).
7.3.2 Metode Seismik Refraksi
Metode seismik refraksi merupakan suatu metode dalam geofisika untuk
mendeteksi struktur bawah permukaan. Metode ini termasuk dalam metode
geofisika aktif. Metode seismik refraksi ini digunakan untuk mendeteksi lapisan
bumi yang dekat permukaan.
Prinsip dari metode seismik di permukaan adalah ditimbulkan sumber yang
menghasilkan gelombang mekanis.Sumber ini dapat berupa ledakan/eksplosion,
vibroseis, airgun, watergun, hammer, weight drop, tergantung jenis metode seismik
yang dipergunakan.Gelombang dari sumber akan menjalar ke segala arah secara
radial. Oleh karena adanya sifat elastis batuan dibawah permukaan yang berbeda
satu dengan yang lainnya atau gelombang tersebut melewati batas dua medium
yang berbeda, maka gelombang yang datang akan mengalami pemantulan dan
pembiasan sesuai dengan hukum Snellius. Karena pada gelombang juga berlaku
prinsip Huygen, maka gelombang yang lewat bidang batas akan terpantul atau
terbias kembali ke atas gelombang pantul dan bias inilah yang ditangkap oleh
geophone yang diletakkan atau disebar di permukaan. Dengan mencatat waktu
perjalanan gelombang dari sumber menuju penerima, maka diperoleh keterangan
mengenai kedalaman dan kecepatan masing-masing formasi. Body wave dibedakan
menjadi dua berdasarkan pada arah getarannya. Gelombang P (Longitudinal)
merupakan gelombang yang arah getarnya searah dengan arah perambatan
gelombang sedangkan gelombang yang arah getaranya tegak lurus dengan arah
rambatannya disebut gelombang S (transversal). Surface wave terdiri atas Rayleigh
wave (groung roll) dan Love wave (telford, et.al, 1990)
Bila gelombang elastik yang menjalar dalam medium bumi menemui bidang
batas perlapisan dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan terjadi
pemantulan dan pembiasan gelombang tersebut. Bila kasusnya adalah gelombang
kompresi (gelombang P) maka terjadi empat gelombang yang berbeda yaitu,
gelombang P-refleksi (PP1), gelombang S-refleksi (PS 1), gelombang P-refraksi

8
(PP2), gelombang S-refraksi (PS2). Dari Hukum Snellius yang diterapkan pada
kasus tersebut diperoleh :

………………………………..…(17)
dimana :
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2

Gambar 1.2
Pemantulan dan pembiasan gelombang (Telford, 1990)

Kecepatan gelombang P untuk mengetahui struktur dari permukaan dan


bawah permukaan bumi sehingga menunjukkan tiap lapisan dengan analisis
penjalaran waktu gelombang seismik. Topografi bedrock dikhususkan untuk
struktur lereng yang curam dianalisis dari profil seismik. Kecepatan Gelombang-P
pada batuan akan dijelaskan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Kecepatan Gelombang-P pada batuan (Shrma, 1997)
Rock Type Vp (m/s)
Air 33
Water 1400 – 1500
Ice 3000 - 4000
Permafrost 3500 - 4000
Weathered layer 250 - 1000
Alluvium,Sand (dry) 300 - 1000
Sand (water saturated) 1200 - 1900
Clay 1100 - 2500
Glacial Moraine 1500 - 2600
Coal 1400 - 2600
SandStones 2000 - 4500
Slate and Shale 2400 - 5000
Limestone and Dolomites 3400 - 6000

9
Anhydrite 4500 - 5800
Rocksalt 4000 - 5500
Granit and gneisses 5000 - 6200
Basalt flow top (highly fractured) 2500 - 3800
Basalt 5500 - 6300
Gabro 6400 - 6800
Dunite 7500- 8400

7.3.3 Kemampugaruan Berdasarkan Kecepatan Gelombang Seismik


Metode berdasarkan pembiasan gelombang seismik merupakan metode
yang paling populer dan sangat berguna dalam identifikasi karakteristik massa
batuan yang mana dapat menjadi acuan dalam pemilihan metode penggalian.
Metode kecepatan gelombang seismik dapat mewakili beberapa sifat batuan seperti
porositas, densitas, ukuran dan bentuk butir, anisotropi, mineralogi dan kadar air.
Dalam dekade 1920 sampai 1930, metode seismik biasa digunakan dalam
eksplorasi minyak dan kemudian diterapkan dalam pekerjaan penggalian. Metode
seismik pertama digunakan oleh perusahaan Caterpillar pada tahun 1958 dan
digunakan dalam lingkup yang lebih luas pada tahun 1960-an untuk pemilihan
metode penggalian.
Meskipun metode sismik banyak digunakan, namun metode ini mempunyai
beberpa kelebihan dan kekurangan. Menurut Sing et al. (1987), material abrasif
juga mempengaruhi kemampugalian yang mana tidak didapatkan dengan metode
seismik. Bongkahan besar dalam material lapuk yang mana biasanya ditemukan
pada granit, gabro, basalt dan batupasir juga biasanya tidak terdeteksi oleh
gelombang seismik.
Metode seismik tidak dapat membedakan material alami. Sebagai contoh,
kecepatan gelombang seismik yang melewati batupasir mungkin saja sama dengan
granit padahal batupasir tergolong batuan yang mudah digaru sedangkan granit
sulit untuk digaru. Gelombang seismik akan merambat lebih cepat pada material
jenuh dibandingkan dengan material tak jenuh atau kering. Ini yang mungkin
dijadikan acuan dalam mengidentifikasi batuan dengan porositas tertentu. Ketelitian
metode ini hanya sekitar 20% atau sekitar sekitar 1000 m/s.
Untuk memperkirakan kemampuagalian suatu batuan, banyak peneliti
mengusulkan beberapa acuan untuk pekerjaan penggalian berdasarkan kecepatan

10
gelombang seismik. Produsen Bulldozer, Caterpillar dan Komatsu menggunakan
gelombang seismik untuk estimasi kemampugalian dari tipe batuan yang berbeda.
Mereka mengembankan metode ini seiring dengan pengembangan produknya.

7.3.3.1 Atkinson
Atkinson mengusulkan diagram kemampugalian batuan berdasarkan
kecepatan gelombang P seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Gambar 1.3
Hubungan Antara Kemampugaruan Dengan Kecepatan Seismik (Atkinson, 1971)
7.3.3.2 Bailey
Bailey mengusulkan kelas kemampugaruan dan dinyatakan dalam angka
(indeks) dengan menggunakan gelombang P seperti yang ditunjukkan pada gambar
dibawah ini. Kemampugaruan batuan dikelompokan dari yang sangat mudah
sampai yang sangat sulit digaru. Semakin tinggi nilai kecepatan gelombang seismik
maka menunjukkan bahwa batuan tersebut sulit untuk digaru.
Tabel 1.2
Klasifikasi Kemampugalian Berdasarkan Kecepatan Seismik (Bailey, 1975)
Kecepatan GelombAng P (m/s) Tingkat Indeks
(ft/s) Kemampugaruan
1000 – 2000 305 – 610 Sangat Mudah 1–3
2000 – 3000 610 – 915 Mudah 3–4
3000 – 5000 915 – 1525 Sedang 4–6
5000 – 7000 1525 – Sulit 6–8
2135
7000 – 8000 2135 – Sangat Sulit 6–8
2440
8000 – 9000 2440 – Amat Sangat Sulit 8 – 10
2743

11
7.3.3.3 Church
Church membagi kemampugaruan berdasarkan bobot alat berat dan
kecepatan gelombang seismik. Bobot kendaraan dibagi menjadi dua yaitu: medium
weight (200-300 engine HP, 60.000-90.000 lb working weight) dan heavy weight
(300-525 engine HP, 100.000-160.000 lb working weight). Sama seperti metode
seismik lainnya, semakin tinggi kecepatan gelombang seismik maka menunjukkan
batuan tersebut lebih sulit untuk digaru.
Tabel 1.3
Klasifikasi Kemampugaruan Untuk Medium-Weight Ripper (Church, 1981)
Tingkat Kecepatan
Kemampugaruan Seismik, m/s
Tanpa Penggaruan < 455
Penggaruan Mudah 455 – 909
Penggaruan Sedang 909 – 1212
Penggaruan Sulit 1212 – 1515
Penggaruan Sangat
1515 – 1818
Sulit
Peledakan > 1818
Church juga mengusulkan hubungan antara gelombang seismik dengan
kedalaman dan tingkat pelapukan batuan yang dapat dilihat pada diagram dibawah
ini.

Gambar 1.4
Antara Kecepatan Seismik Dengan Kedalaman dan Tingkat Pelapukan
Batuan (Church, 1981)
7.3.3.4 Caterpillar dan Komatsu

12
Sejak awal 1958, perusahaan Caterpillar telah menggunakan metode bias
seismik dalam memprediksi kemampugaruan batuan yang berbeda-beda. Diagram
yang buat oleh CAT maupun Komatsu menunjukkan apakah suatu material dapat
digaru, sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru. Meskipun banyak metode
dalam memperkirakan kemampugaruan dengan menggunakan kecepatan
gelombang seismik, banyak peneliti mengaku bahwa metode ini kurang cocok
untuk estimasi kemampugaruan. Keadaan geologi dan massa batuan di lapangan
merupakan beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan. Pada umumnya,
tingkat akurasi metode seismik tidak lebih dari 20% (Kirsten, 1982).
7.3.3.5 Kramadibrata
Kramadibrata (1996) telah melakukan studi kemampugalian di kuari
batugamping, tambang emas dan tambang batubara di Austria, Australia dan
Indonesia. Investigasi geomekanik dilakukan dengan cara mapping menggunakan
scanline pada muka batuan dan uji labaratorium. Conto batuan diperoleh dari
bongkahan maupun pengeboran di lapangan. Kramadibrata menggunakan RMR
(Bieniawski, 1989) dan Q-system (Barton et al., 1974) untuk evaluasi sifat massa
batuan.
Dari data yang telah dikumpulkan, Kramadibrata (1996) telah
mengemukakan hubungan antara RMR dan Q-system dengan Indeks
Kemampugalian. Dia mengemukakan bahwa Indeks Kemampugalian menunjukan
korelasi yang lebih baik dengan Q-system dibandingkan dengan RMR. Untuk
korelasi keduanya, semakin kecil nilai RMR maupun Q-system maka semakin kecil
pula nilai Indeks Kemampugalian. Indeks Kemampugalian yang digunakan oleh
Kramadibrata (1996) sebelumnya telah diusung oleh Kirsten (1982).

Gambar 1.5
Hubungan Antara Kemampugalian Dengan RMR (Kramadibrata, 1996)

13
7.3.4 Ultrasonic Velocity Test
Uji cepat rambat gelombang ultrasonic dilakukan di laboratorium geofisika.
Pada pengujian ini sama sekali tidak merusak conto batuan atau non destructive.
Sehingga, dapat digunakan lagi untuk pengujian lainnya seperti uji sifat fisik atau
uji sifat mekanik. Adapun alat yang digunakan dalam pengujian ini yaitu
ultrasonografer.
Hasil yang didapatkan dari pengujian ini bukan nilai cepat rambat
gelombang (Vp atau Vs) melainkan waktu yang diperlukan gelombang untuk
sampai dari ujung satu (transmitter) sampai padaujung lain (receiver). Kemudian,
dari waktu perambatan gelombang tersebut dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai kecepatan rambat gelombang (Vp) dari sampel yang di uji.
Rumus untuk mendapatkan kecepatan rambat gelombang adalah :

Vp = ……………………………………………………………………..…(18)

Keterangan :
Vp = cepat rambat gelombang primer (m/s)
tp = waktu yang diperlukan untuk merambat pada sampel (s)
L = panjang perconto (m)
Deere et al., (1967) mengusulkan perbandingan antara kecepatan rambat
gelombang seismik refraksi di lapangan dengan kecepatan rambat gelombang di
laboratorium (Ultrasonic velocity Test) untuk mendapatkan nilai RQD, dengan
rumus :

2
RQD% = 100 ……………………………………………………..…..…(19)

Keterangan :
Vf = kecepatan gelombang di lapangan (m/s)
RQD = Rock Quality Designation
Vl = kecepatan gelombang hasil uji laboratorium (m/s)
7.4 Metode Klasifikasi (RMR)
Rock Mass Rating (RMR) disebut juga Geomechanics Classification dibuat
oleh Bieniawski (1973). Klasifikasi ini sudah dimodifikasi beberapa kali sesuai

14
dengan adanya data baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan
sesuai dengan standard Internasional. RMR terdiri dari enam parameter untuk
mengklasifikasi massa batuan yaitu UCS, RQD, jarak kekar (discontinuity), kondisi
kekar, kondisi air tanah dan orientasi kekar.

VIII. METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang akan dilakukan yaitu penggabungan data primer
dan data sekunder yang dapat digunakan untuk pendekatan kemampugaruan
terhadap uji seismik refraksi dalam batugamping, adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Tahap studi literatur dilakukan dengan pengumpulan sumber informasi yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian yang berasal dari referensi yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Referensi yang diambil seperti:
a. Mekanika Batuan oleh Made astawa Rai, Suseno Karmadibrata, Ridho Kresna
Wattimena-“sifat fisik dan mekanik batuan” dan Klasifikasi massa batuan”.
b. Barton N. Rock Quality Seismic Velocity Attention and Anisotropy
menjelaskan perbandingan antara kecepatan rambat gelombang seismik
refraksi di lapangan dengan kecepatan rambat gelombang di laboratorium
(Ultrasonic velocity Test) untuk mendapatkan nilai RQD
c. Atkinson mengusulkan kemampugalian batuan berdasarkan kecepatan
gelombang Primer
d. Bieniawski, Z. T - mengklasifikasi massa batuan berdasarkan UCS, RQD,
jarak kekar (discontinuity), kondisi kekar, kondisi air tanah dan orientasi kekar
untuk menetukan RMR
e. Kramadibrata (1996) telah mengemukakan hubungan antara RMR dan Q-
system dengan Indeks Kemampugalian

2. Metode penyelidikan awal dan pengambilan contoh


Peninjauan lapangan dilakukan untuk pengamatan langsung terhadap kegiatan
di daerah yang akan diteliti. Pengambilan conto batugamping yang akan diuji
di laboratorium diambil dalam bentuk bongkahan batuan dan dalam jumlah
yang terbatas. Setelah itu dilakukan pemboran inti (coring) terhadap
bongkahan tersebut lalu dilakukan preparasi untuk memperoleh dimensi
contoh sesuai dengan pengujian di laboratorium.

15
3. Pengujian di Laboratorium
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengujian di
laboratorium. Pengujian yang dilakukan dengan uji sifat fisik dan sifat
mekanik. Sifat fisik meliputi pengujian bobot isi,porositas, dan angka pori.
Pengujian sifat mekanik meliputi uji kuat tekan, uji point load test, uji geser
langsung, uji brazilian test, uji DRI, uji ultrasonic velocity.
4. Analisis data, hasil pengujian laboratorium dianalisis dengan menggunakan
metode statistik, kinematik, numerik, dan empirik.
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.6

Judul
Studi Awal Penentuan Sistem Pemberaian Batugamping

Identifikasi Masalah
Metode pemberaian batuan apakah yang akan digunakan dalam batugamping dan alat
yang digunakan yang sesuai dengan metode pemberaian.

Studi literatur
 Mekanika Batuan oleh Made astawa Rai, Suseno Karmadibrata, Ridho Kresna Wattimena-“sifat fisik dan
mekanik batuan” dan Klasifikasi massa batuan”.
 Barton N. Rock Quality Seismic Velocity Attention and Anisotropy menjelaskan perbandingan antara
kecepatan rambat gelombang seismik refraksi di lapangan dengan kecepatan rambat gelombang di
laboratorium (Ultrasonic velocity Test) untuk mendapatkan nilai RQD
 Atkinson mengusulkan kemampugalian batuan berdasarkan kecepatan gelombang Primer
 Bieniawski, Z. T - mengklasifikasi massa batuan berdasarkan UCS, RQD, jarak kekar (discontinuity), kondisi
kekar, kondisi air tanah dan orientasi kekar untuk menetukan RMR
 Kramadibrata (1996) telah mengemukakan hubungan antara RMR dan Q-system dengan Indeks
Kemampugalian

Pengujian Laboratorium
 Sifat fisik batuan
Observasi Lapangan Pengambilan
Pengujian Geofisika
1. Bobot Data
Isi
Lokasi
2. Porositas
 Penentuan RQD  Uji seismik
Analisis
Data
3. Angka Pori  Peta kesampaian
 Penentuan Indeks refraksi Data  Sifat mekanik batuan daerah
 Metode Statistik
kekuatan batuan - Grafik regresi linier / non linier
1. Uji Kuat Tekan  Data curah hujan
 Metode Kinematika - Klaster dengan stereografis
 Pengambilan 2. Point Load Test  Peta geologi
Sampel
 Metode Empirik - Rock Mass Rating Bienawski 16
3. Uji Geser Langsung
4. (1989)
Gambar 1.6
Brazilian Test
5. DRI
Metode pemberaian
AlatKesimpulan
pemberaian dan batugamping
batugamping
Diagram alir penelitian
6. Ultrasonic Saran
velocity
7.
IX. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, adalah :
1. Mengetahui dan memahami karakteristik sifat kekuatan massa batuan.
2. Dapat digunakan sebagai literatur tentang geomekanika khususnya pemberaian
batugamping di penelitian berikutnya.

IX. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN


Bulan Februari Maret April
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Studi Literatur
Observasi
Lapangan
Pengambilan
Data
Pengolahan Data
Penyusunan
Draft

X. RENCANA DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BAB
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2. Topografi dan Geologi
2.3. Iklim
III. DASAR TEORI
3.1 Sifat Fisik
3.2 Sifat Mekanik
3.3 Uji Cepat Rambat Gelombang
3.4 Rock Quality Designation (RQD)
3.5 Rock Mass Rating (RMR)
IV. PEMBAHASAN
4.1 Sifat-Sifat Batuan

17
4.2 Kondisi Daerah
4.3 Kecepatan Gelombang Seismik
4.4 Rock Quality Designation
4.5 Uji Laboratorium
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

XI RENCANA DAFTAR PUSTAKA


1. Barton N., 2007, Rock Quality Seismic Velocity Attention and Anisotropy,
London, UK.

2. Bieniawski, Z. T, 1989, Engineering Rock Mass Classifications: A Complete


Manual for Engineers and Geologists in Mining, Civil and Petroleum
Engineering, John Wiley & Sons, Inc. Canada.

3. Goodman, R. E., 1980, Introduction to Rock Mechanics, John Wiley and


Sons, New York.

4. Hoek, E. and Bray, J., 1981, Rock Slope Engineering, 3rd ed, Inst. Mining
and Metallurgy, London, UK.

5. Kirsten, H.A.D. 1982. A Classification System for Excavation in Natural


Material. Die Siviele Ingenieur in Suid Afrika. South Afrika.

6. Kramadibrata, S., 1997, Kemampugalian Material dengan Alat Gali


Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung.

7. Nurdiyanto, Boko dkk., 2011, Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan


Menggunakan Metode Seismik Refraksi. Jurnal Meteorologi dan geofisika.

8. Rai, Made Astawara dkk., 2014, Mekanika Batuan, Laboratorium


Geomekanika dan Peralatan Tambang Institut Teknologi Bandung.

9. Reynolds, J. M., 1998, An Introduction to Applied and Environmental


Geophysics, Wiley.

10. Singh, B. & Goel, R.K. 1999. Rock Mass Classification: A Practical
Approach in Civil Engineering. Elsevier Science Ltd. UK.

11. Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. 1976. Applied
geophysics, New York: Cambridge University Press.

18
19

You might also like