Professional Documents
Culture Documents
JUDUL
STUDI AWAL PENENTUAN SISTEM PEMBERAIAN
BATUGAMPING
1
sangat mudah digaru, mudah digaru, sulit digaru, sangat sulit digaru atau bahkan
tidak dapat digaru.
Kemampugaruan yang merupakan ukuran tingkat kemudahan suatu batuan
untuk digaru diperoleh dari studi lapangan, geologi maupun geoteknik. Dalam
setiap kegiatan penggalian batuan, salah satu sifat batuan yang sangat penting yang
harus diukur adalah spasi kekar dan orientasinya (Singh, 1986).
V. HIPOTESA
Metode yang akan digunakan dalam pemberaian batugamping bisa
dilakukan dengan penggaruan maupun peledakan setelah dilakukan penelitian di
laboratorium dengan menguji sifat fisik maupun sifat mekanik batuan dan pengujian
di lapangan dengan menghitung spasi kekar, Rock Quality Designation (RQD)
serta menggunakan uji seismik refraksi yang menghasilkan kecepatan rambat
gelombang di batugamping dan kedalaman top soil yang ada di batugamping. Alat
yang digunakan dalam pemberaian batuan dengan back hoe, shovel/track loader,
dragline, wheel loader, bucket wheel excavator apabila tidak kuat bisa
menggunakan peledakan atau blasting.
VI. BATASAN MASALAH
Asumsi-asumsi yang dipergunakan adalah :
2
1. Batuan yang diteliti dan yang diuji berasal dari bukit temas Desa Gunung
Gajah Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.
2. Kadar air tidak diperhatikan.
3. Pengambilan conto dilapangan yang akan digunakan untuk pengujian di
laboratorium.
( ..………………………………………………..……..……(1)
..………………………………………………….……..…(2)
( ..………………………………………………….……..…(3)
) x 100% ..…………………………………………………...…...(6)
3
7. Kadar air jenuh (absorption)
) x 100% …………………………………………………………(7)
8. Derajat kejenuhan
) x 100% …………………………………………………………(8)
9. Porositas (n)
) x 100% …………………………………………………………(9)
………………………………………………………………………(10)
Keterangan :
Wn = Berat perconto asli
Wo = Berat perconto kering (setelah dioven kurang lebih 24 jam)
Ww = Berat perconto jenuh (setelah dijenuhkan kurang lebih 24 jam)
Ws = Berat perconto jenuh yang digantung dalam air
Wo-Ws= Volume perconto tanpa pori-pori
Ww-Ws= Volume perconto total
7.2 Sifat Mekanik Batuan
Sifat mekanika batuan seperti kuat tekan, kuat trik, modulus elastisitas dan
Poisson Ratio dapat diketahui dengan melakukan pengujian di laboratorium
mekanika batuan dan laboratorium geofisika dengan melakukan pengujian di
bawah ini :
a. Uji kuat tekan uniaksial (Unconfined Compression Test)
b. Uji beban titik (Point Load Test)
c. Uji kuat tarik tak langsung (Tensile Strength)
d. Uji kecepatan gelombang ultrasonik (Ultrasonic Velocity)
7.2.1 Uji Kuat Tekan Uniaksial (Unconfined Compression Test)
Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat mekanik yang
paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan
batuan (σt ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v), dan kurva tegangan - regangan.
Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan
antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5
4
dengan luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap
sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil pengujian akan didapat beberapa data :
a) Kuat Tekan Batuan (σc)
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat tekan
dari contoh batuan.
b) Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam
mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai
modulus elastisitas batuan bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke daerah
geologi lainnya karena adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral
pembentuknya. Modulus elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran
partikel, dan kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur
tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan.
c) Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan regangan
aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral (lateral
expansion) akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Pada uji kuat tekan uniaksial
terdapat tipe pecah suatu contoh batuan pada saat runtuh. Tipe pecah contoh
batuan bergantung pada tingkat ketahanan contoh batuan dan kualitas permukaan contoh
batuan yang bersentuhan langsung dengan permukaan alat penekan saat pembebanan.
7.2.2 Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Tensile Strength)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari contoh
batu berbentuk silinder secara tak langsung. Uji ini dikenal sebagai uji tarik Brazil
(Brazilian Test). Dari hasil pengujian bertujuan untuk mengetahui :
a. Kuat tarik (σt)
b. Kohesi
c. Sudut geser dalam
Nilai kuat tarik merupakan tegangan yang terjadi pada perconto batuan pada saat
mengalami retakan karena pembebanan, nilainya dapat diperoleh dari persamaan :
σt = ……………………………………………………………(11)
Alat yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada uji kuat tekan (UCS).
7.2.3 Uji beban titik (Point Load Test)
5
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan (strength) dari contoh batu
secara tak langsung di lapangan. Contoh batu dapat berbentuk silinder atau tidak
beraturan (Gambar). Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu
besar dan cukup ringan (Gambar). Uji cepat, sehingga kekuatan batuan dapat
segera diketahui di lapangan, sebelum uji di laboratorium dilakukan.
Terdapat tiga variasi penguji, yaitu :
1. Diametral test
2. Aksial test
3. Irregular lump test
Gambar 1.1
Tipe batuan Uji PLI (ISRM,1985)
Indeks point load dapat langsung dihitung dengan persamaan :
Is = F ………..…………………………………………………………….(12)
0,45
Dimana F= ……………………………………………………………(13)
Keterangan :
F = Faktor koreksi
P = Beban
D = Diameter
Nilai kuat tekan uniaksial rata-rata batuan di Indonesia dapat diperkirakan dengan
persamaan :
ΣC = 23 IS ……………………………………………………………………..(14)
7.3 Uji Cepat Rambat Gelombang
Berdasarkan uji cepat rambat gelombang dapat dilakukan di lapangan
(gelombang seismik) dan di laboratorium (Ultrasonic Velocity Test), tetapi memiliki
tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh kecepatan rambat gelombang primer
(Vp).
6
7.3.1 Gelombang Seismik
Seismik adalah suatu metode geofisika yang dapat digunakan untuk
menyelidiki atau memperkirakan strutur lapisan batuan bawah permukaan. Metode
seismik dalam geoteknik pertambangan banyak digunakan untuk menentukan
konsdisi sifat fisik massa batuan di bawah permukaan dan kondisi geologi bawah
permukaan. Metode berdasarkan pembiasan gelombang seismik merupakan metode
sangat berguna dalam identifikasi karakteristik massa batuan yang mana dapat
menjadi acuan dalam pemilihan metode penggalian.
Gaya merupakan perbandingan dari besar gaya terhadap luas dimana gaya
tersebut dikenakan. Gaya yang dikenakan tegak lurus terhadap benda maka
tegangan tersebut normal, jika gaya berarah tangensial terhadap luas maka
tegangan tersebut tegangan geser, dan jika tidak tegak lurus maupun paralel maka
gaya tersebut dapat diuraikan kekomponen yang paralel dan tegak lurus terhadap
elemen luas. Persamaan matematis dari tegangan stress σ (15).
σ = F/A ……………………………………………………………..…(15)
Benda elastis yang mengalami stess maka akan terdeformasi atau
mengalami perubahan bentuk maupun dimensi. Perubahan tersebut disebut dengan
regangan atau strain.strain adalah jumlah deformasi material persatuan luas.
Hukum hooke menyatakan bahwa stress akan sebanding dengan strain pada batuan
(antara gaya yang diterapkan dan besarnya deformasi)(16).
σ = C.e ……………………………………………………………..…(16)
Strain (e) dan Stress σ merupakan besaran tensor, sedangkan C adalah
konstanta yang berupa matriks (tensor) yang menentukan sifat dasar elastisitas dari
batuan, parameter C merupakan parameter elastik bebas yang dapat mencirikan
sifat elastisitas batuan.
Gelombang seismik ada yang merambat melalui interior bumi disebut
sebagai body wave, dan ada juga yang merambat melalui permukaan bumi yang
disebut surface wave. Sumber gelombang seismik ada dua yaitu alami dan buatan.
Sumber alami terjadi karena adanya gempa tektonik, gempa vulkanik dan runtuhan/
longsoran, sedangkan buatan menggunakan gangguan yang disengaja.
Metode seismik dibedakan menjadi dua yaitu seismik pantul (refleksi) dan
seismik bias (refraksi). Seismik pantul digunakan untuk prospeksi hidrokarbon.
7
Sedangkan seismik bias digunakan untuk pekerjaan geoteknik, untuk mendeteksi
struktur batuan yang letaknya cukup dangkal dan untuk mengetahui ketebalan
lapisan tanah penutup (overburden).
7.3.2 Metode Seismik Refraksi
Metode seismik refraksi merupakan suatu metode dalam geofisika untuk
mendeteksi struktur bawah permukaan. Metode ini termasuk dalam metode
geofisika aktif. Metode seismik refraksi ini digunakan untuk mendeteksi lapisan
bumi yang dekat permukaan.
Prinsip dari metode seismik di permukaan adalah ditimbulkan sumber yang
menghasilkan gelombang mekanis.Sumber ini dapat berupa ledakan/eksplosion,
vibroseis, airgun, watergun, hammer, weight drop, tergantung jenis metode seismik
yang dipergunakan.Gelombang dari sumber akan menjalar ke segala arah secara
radial. Oleh karena adanya sifat elastis batuan dibawah permukaan yang berbeda
satu dengan yang lainnya atau gelombang tersebut melewati batas dua medium
yang berbeda, maka gelombang yang datang akan mengalami pemantulan dan
pembiasan sesuai dengan hukum Snellius. Karena pada gelombang juga berlaku
prinsip Huygen, maka gelombang yang lewat bidang batas akan terpantul atau
terbias kembali ke atas gelombang pantul dan bias inilah yang ditangkap oleh
geophone yang diletakkan atau disebar di permukaan. Dengan mencatat waktu
perjalanan gelombang dari sumber menuju penerima, maka diperoleh keterangan
mengenai kedalaman dan kecepatan masing-masing formasi. Body wave dibedakan
menjadi dua berdasarkan pada arah getarannya. Gelombang P (Longitudinal)
merupakan gelombang yang arah getarnya searah dengan arah perambatan
gelombang sedangkan gelombang yang arah getaranya tegak lurus dengan arah
rambatannya disebut gelombang S (transversal). Surface wave terdiri atas Rayleigh
wave (groung roll) dan Love wave (telford, et.al, 1990)
Bila gelombang elastik yang menjalar dalam medium bumi menemui bidang
batas perlapisan dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan terjadi
pemantulan dan pembiasan gelombang tersebut. Bila kasusnya adalah gelombang
kompresi (gelombang P) maka terjadi empat gelombang yang berbeda yaitu,
gelombang P-refleksi (PP1), gelombang S-refleksi (PS 1), gelombang P-refraksi
8
(PP2), gelombang S-refraksi (PS2). Dari Hukum Snellius yang diterapkan pada
kasus tersebut diperoleh :
………………………………..…(17)
dimana :
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2
Gambar 1.2
Pemantulan dan pembiasan gelombang (Telford, 1990)
9
Anhydrite 4500 - 5800
Rocksalt 4000 - 5500
Granit and gneisses 5000 - 6200
Basalt flow top (highly fractured) 2500 - 3800
Basalt 5500 - 6300
Gabro 6400 - 6800
Dunite 7500- 8400
10
gelombang seismik. Produsen Bulldozer, Caterpillar dan Komatsu menggunakan
gelombang seismik untuk estimasi kemampugalian dari tipe batuan yang berbeda.
Mereka mengembankan metode ini seiring dengan pengembangan produknya.
7.3.3.1 Atkinson
Atkinson mengusulkan diagram kemampugalian batuan berdasarkan
kecepatan gelombang P seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.3
Hubungan Antara Kemampugaruan Dengan Kecepatan Seismik (Atkinson, 1971)
7.3.3.2 Bailey
Bailey mengusulkan kelas kemampugaruan dan dinyatakan dalam angka
(indeks) dengan menggunakan gelombang P seperti yang ditunjukkan pada gambar
dibawah ini. Kemampugaruan batuan dikelompokan dari yang sangat mudah
sampai yang sangat sulit digaru. Semakin tinggi nilai kecepatan gelombang seismik
maka menunjukkan bahwa batuan tersebut sulit untuk digaru.
Tabel 1.2
Klasifikasi Kemampugalian Berdasarkan Kecepatan Seismik (Bailey, 1975)
Kecepatan GelombAng P (m/s) Tingkat Indeks
(ft/s) Kemampugaruan
1000 – 2000 305 – 610 Sangat Mudah 1–3
2000 – 3000 610 – 915 Mudah 3–4
3000 – 5000 915 – 1525 Sedang 4–6
5000 – 7000 1525 – Sulit 6–8
2135
7000 – 8000 2135 – Sangat Sulit 6–8
2440
8000 – 9000 2440 – Amat Sangat Sulit 8 – 10
2743
11
7.3.3.3 Church
Church membagi kemampugaruan berdasarkan bobot alat berat dan
kecepatan gelombang seismik. Bobot kendaraan dibagi menjadi dua yaitu: medium
weight (200-300 engine HP, 60.000-90.000 lb working weight) dan heavy weight
(300-525 engine HP, 100.000-160.000 lb working weight). Sama seperti metode
seismik lainnya, semakin tinggi kecepatan gelombang seismik maka menunjukkan
batuan tersebut lebih sulit untuk digaru.
Tabel 1.3
Klasifikasi Kemampugaruan Untuk Medium-Weight Ripper (Church, 1981)
Tingkat Kecepatan
Kemampugaruan Seismik, m/s
Tanpa Penggaruan < 455
Penggaruan Mudah 455 – 909
Penggaruan Sedang 909 – 1212
Penggaruan Sulit 1212 – 1515
Penggaruan Sangat
1515 – 1818
Sulit
Peledakan > 1818
Church juga mengusulkan hubungan antara gelombang seismik dengan
kedalaman dan tingkat pelapukan batuan yang dapat dilihat pada diagram dibawah
ini.
Gambar 1.4
Antara Kecepatan Seismik Dengan Kedalaman dan Tingkat Pelapukan
Batuan (Church, 1981)
7.3.3.4 Caterpillar dan Komatsu
12
Sejak awal 1958, perusahaan Caterpillar telah menggunakan metode bias
seismik dalam memprediksi kemampugaruan batuan yang berbeda-beda. Diagram
yang buat oleh CAT maupun Komatsu menunjukkan apakah suatu material dapat
digaru, sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru. Meskipun banyak metode
dalam memperkirakan kemampugaruan dengan menggunakan kecepatan
gelombang seismik, banyak peneliti mengaku bahwa metode ini kurang cocok
untuk estimasi kemampugaruan. Keadaan geologi dan massa batuan di lapangan
merupakan beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan. Pada umumnya,
tingkat akurasi metode seismik tidak lebih dari 20% (Kirsten, 1982).
7.3.3.5 Kramadibrata
Kramadibrata (1996) telah melakukan studi kemampugalian di kuari
batugamping, tambang emas dan tambang batubara di Austria, Australia dan
Indonesia. Investigasi geomekanik dilakukan dengan cara mapping menggunakan
scanline pada muka batuan dan uji labaratorium. Conto batuan diperoleh dari
bongkahan maupun pengeboran di lapangan. Kramadibrata menggunakan RMR
(Bieniawski, 1989) dan Q-system (Barton et al., 1974) untuk evaluasi sifat massa
batuan.
Dari data yang telah dikumpulkan, Kramadibrata (1996) telah
mengemukakan hubungan antara RMR dan Q-system dengan Indeks
Kemampugalian. Dia mengemukakan bahwa Indeks Kemampugalian menunjukan
korelasi yang lebih baik dengan Q-system dibandingkan dengan RMR. Untuk
korelasi keduanya, semakin kecil nilai RMR maupun Q-system maka semakin kecil
pula nilai Indeks Kemampugalian. Indeks Kemampugalian yang digunakan oleh
Kramadibrata (1996) sebelumnya telah diusung oleh Kirsten (1982).
Gambar 1.5
Hubungan Antara Kemampugalian Dengan RMR (Kramadibrata, 1996)
13
7.3.4 Ultrasonic Velocity Test
Uji cepat rambat gelombang ultrasonic dilakukan di laboratorium geofisika.
Pada pengujian ini sama sekali tidak merusak conto batuan atau non destructive.
Sehingga, dapat digunakan lagi untuk pengujian lainnya seperti uji sifat fisik atau
uji sifat mekanik. Adapun alat yang digunakan dalam pengujian ini yaitu
ultrasonografer.
Hasil yang didapatkan dari pengujian ini bukan nilai cepat rambat
gelombang (Vp atau Vs) melainkan waktu yang diperlukan gelombang untuk
sampai dari ujung satu (transmitter) sampai padaujung lain (receiver). Kemudian,
dari waktu perambatan gelombang tersebut dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai kecepatan rambat gelombang (Vp) dari sampel yang di uji.
Rumus untuk mendapatkan kecepatan rambat gelombang adalah :
Vp = ……………………………………………………………………..…(18)
Keterangan :
Vp = cepat rambat gelombang primer (m/s)
tp = waktu yang diperlukan untuk merambat pada sampel (s)
L = panjang perconto (m)
Deere et al., (1967) mengusulkan perbandingan antara kecepatan rambat
gelombang seismik refraksi di lapangan dengan kecepatan rambat gelombang di
laboratorium (Ultrasonic velocity Test) untuk mendapatkan nilai RQD, dengan
rumus :
2
RQD% = 100 ……………………………………………………..…..…(19)
Keterangan :
Vf = kecepatan gelombang di lapangan (m/s)
RQD = Rock Quality Designation
Vl = kecepatan gelombang hasil uji laboratorium (m/s)
7.4 Metode Klasifikasi (RMR)
Rock Mass Rating (RMR) disebut juga Geomechanics Classification dibuat
oleh Bieniawski (1973). Klasifikasi ini sudah dimodifikasi beberapa kali sesuai
14
dengan adanya data baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan
sesuai dengan standard Internasional. RMR terdiri dari enam parameter untuk
mengklasifikasi massa batuan yaitu UCS, RQD, jarak kekar (discontinuity), kondisi
kekar, kondisi air tanah dan orientasi kekar.
15
3. Pengujian di Laboratorium
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengujian di
laboratorium. Pengujian yang dilakukan dengan uji sifat fisik dan sifat
mekanik. Sifat fisik meliputi pengujian bobot isi,porositas, dan angka pori.
Pengujian sifat mekanik meliputi uji kuat tekan, uji point load test, uji geser
langsung, uji brazilian test, uji DRI, uji ultrasonic velocity.
4. Analisis data, hasil pengujian laboratorium dianalisis dengan menggunakan
metode statistik, kinematik, numerik, dan empirik.
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.6
Judul
Studi Awal Penentuan Sistem Pemberaian Batugamping
Identifikasi Masalah
Metode pemberaian batuan apakah yang akan digunakan dalam batugamping dan alat
yang digunakan yang sesuai dengan metode pemberaian.
Studi literatur
Mekanika Batuan oleh Made astawa Rai, Suseno Karmadibrata, Ridho Kresna Wattimena-“sifat fisik dan
mekanik batuan” dan Klasifikasi massa batuan”.
Barton N. Rock Quality Seismic Velocity Attention and Anisotropy menjelaskan perbandingan antara
kecepatan rambat gelombang seismik refraksi di lapangan dengan kecepatan rambat gelombang di
laboratorium (Ultrasonic velocity Test) untuk mendapatkan nilai RQD
Atkinson mengusulkan kemampugalian batuan berdasarkan kecepatan gelombang Primer
Bieniawski, Z. T - mengklasifikasi massa batuan berdasarkan UCS, RQD, jarak kekar (discontinuity), kondisi
kekar, kondisi air tanah dan orientasi kekar untuk menetukan RMR
Kramadibrata (1996) telah mengemukakan hubungan antara RMR dan Q-system dengan Indeks
Kemampugalian
Pengujian Laboratorium
Sifat fisik batuan
Observasi Lapangan Pengambilan
Pengujian Geofisika
1. Bobot Data
Isi
Lokasi
2. Porositas
Penentuan RQD Uji seismik
Analisis
Data
3. Angka Pori Peta kesampaian
Penentuan Indeks refraksi Data Sifat mekanik batuan daerah
Metode Statistik
kekuatan batuan - Grafik regresi linier / non linier
1. Uji Kuat Tekan Data curah hujan
Metode Kinematika - Klaster dengan stereografis
Pengambilan 2. Point Load Test Peta geologi
Sampel
Metode Empirik - Rock Mass Rating Bienawski 16
3. Uji Geser Langsung
4. (1989)
Gambar 1.6
Brazilian Test
5. DRI
Metode pemberaian
AlatKesimpulan
pemberaian dan batugamping
batugamping
Diagram alir penelitian
6. Ultrasonic Saran
velocity
7.
IX. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, adalah :
1. Mengetahui dan memahami karakteristik sifat kekuatan massa batuan.
2. Dapat digunakan sebagai literatur tentang geomekanika khususnya pemberaian
batugamping di penelitian berikutnya.
17
4.2 Kondisi Daerah
4.3 Kecepatan Gelombang Seismik
4.4 Rock Quality Designation
4.5 Uji Laboratorium
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
4. Hoek, E. and Bray, J., 1981, Rock Slope Engineering, 3rd ed, Inst. Mining
and Metallurgy, London, UK.
10. Singh, B. & Goel, R.K. 1999. Rock Mass Classification: A Practical
Approach in Civil Engineering. Elsevier Science Ltd. UK.
11. Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. 1976. Applied
geophysics, New York: Cambridge University Press.
18
19