Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku hidup bersih sehat, melalui pendekatan
pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment). Dengan demikian masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri melalui penerapan hidup sehat dan menjaga serta meningkatkan status
kesehatannya(1).
PHBS dikembangkan adanya lima tatanan, yaitu dirumah atau tempat tinggal, di sekolah,
di tempat kerja, di tempat-tempat umum, dan di sarana kesehatan. Dari sini dikembangkan
rumah tangga PHBS, sekolah PHBS, institusi kesehatan PHBS, tempat kerja PHBS, tempat
umum PHBS sehingga dapat mendukung terwujudya kawasan sehat sampai ke indonesia
sehat1) .
Salah satu tatanan PHBS adalah di lingkungan sekolah, dimana sekolah merupakan
tempat kedua bagi anak berinteraksi setelah keluarga. Sementara itu populasi anak dalam
suatu komunitas sangat besar 40%-50%. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009,
Indonesia memiliki sekitar 79,4 juta anak usia 8-18 tahun. Namun upaya menjaga kesehatan
mereka masih menjadi tantangan bagi semua pihak, sehingga promosi kesehatan terkait
PHBS di institusi pendidikan merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai
penyakit. Institusi pendidikan dianggap sebagai tempat yang strategis sebagai tempat untuk
mempromosikan kesehatan sekolah karena munculnya berbagai penyakit yang menyerang
anak usia sekolah umumnya berkaitan dengan rendahnya PHBS yang dapat menyebabkan
angka kejadian penyakit semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menjadi kejadian
luar biasa (KLB).
1
Konsumsi makanan oleh anak di sekolah akan menyisakan limbah berupa sampah yang
apabila tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan bahkan memunculkan
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, kecoa, tikus yang menimbulkan berbagai macam
penyakit antara lain diare, kecacingan, DBD, dan lain sebagainya. Badan kesehatan dunia
atau WHO menyatakan setiap tahun 100.000 anak meninggal dunia akibat diare dan data
dari Departemen Kesehatan tahun 2005 menyatakan prevalensi kecacingan pada anak
sekolah mencapai 40%-60% kasus.
Sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan bagi generasi penerus bangsa belum
maksimal melaksanakan PHBS. Hal ini terlihat dari banyaknya sekolah yang masih
dikotori dengan sampah yang dihasilkan oleh warga sekolah. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan seharusnya dapat menerapkan cara mengelola sampah dengan baik dan benar.
Anak-anak dalam keseharian masih membuang sampah di sembarang tempat meskipun
sekolah sudah mengajarkan membuang sampah di sembarang tempat dapat menyebabkan
penyakit serta merugikan orang lain sendiri, dan juga lingkungan. Banyak hal yang
mempengaruhi ketaatan siswa dalam membuang sampah pada tempatnya seperti sarana
prasarana pembuangan sampah di sekolah, contoh perilaku dari guru maupun teman,
pengetahuan siswa tentang membuang sampah pada tempatnya, serta dampak yang dapat
ditimbulkan jika membuang sampah di sembarang tempat. Sampai saat ini kesadaran
masyarakat untung membuang sampah pada tempatnya masih rendah termasuk anak-anak
di lingkungan sekolah penting untuk diperhatikan untuk mencegah berbagai macam
penyakit yang dapat muncul dan menghindari pencemaran lingkungan.
Sekolah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku
untuk kehidupan anak selanjutnya. Oleh karena itu pendidikan kesehatan di sekolah
sangat penting karena dalam hal ini anak sebagai agen of change di masyarakat.
Pengetahuan yang diberikan anak di sekolah khususnya tentang kesehatan akan
mengubah sikap anak dan akan berdampak pada perilakunya. Saat ini dukungan sekolah
terhadap PHBS pada anak dirasa kurang maksimal, hal ini terlihat dari minimnya bahkan
tidak tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas untuk mendukung keberhasilan
PHBS seperti pengelolaan sampah yang kurang baik sehingga siswa terbiasa membuang
sampah tidak pada tempatnya. Dalam hal ini sekolah khususnya guru harus mampu
berperan sebagai pembimbing, pengajar, pelatih agar dapat dijadikan panutan bagi anak
didiknya.
Promosi kesehatan di lingkungan sekolah yang dicanangkan WHO menggunakan
model holistik meliputi aspek mental, fisik dan lingkungan yang melibatkan keluarga
2
sebagai pendorong. Sekolah yang menjadi sasaran tempat penelitian adalah sekolah dasar
di wilayah kerja puskesmas Tanah Merah. Hasil wawancara dan observasi didapatkan
data masih banyak sampah yang berserakan di sekolah meskipun guru sudah mengajarkan
perilaku membuang sampah pada tempatnya di sekolah dan menyediakan fasilitas untuk
pembuangan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dan sikap anak sekolah dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
membuang sampah pada tempatnya di sekolah tersebut. Ruang lingkup penelitian ini
adalah siswa SDN Petrah 1 di wilayah kerja puskesmas Tanah Merah. Dimana dari siswa
digali informasi mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan yang hubungannya dengan
PHBS membuang sampah pada tempatnya, yang berdampak pada status kesehatan
mereka sebagai generasi penerus bangsa yang harus memiliki sumber daya manusia yang
sehat dan berkualitas.
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan masa
keemasan untuk menanamkan perilaku hidup bersih sehat, sehingga dalam hal ini sekolah
sebagai tempat belajar mengajar juga merupakan ancaman penularan penyakit jika tidak
dikelola dengan baik. Selain tidak terjadwalnya materi PHBS, peran sekolah dalam
pengembangan kesehatan sekolah juga belum optimal. Tidak tersedianya sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk mendukung keberhasilan PHBS seperti pengelolaan sampah
yang kurang baik sehingga siswa terbiasa membuang sampah tidak pada tempatnya,
jamban yang kurang bersih dan sehat, kantin yang tidak sehat, dan sebagainya. Hal inilah
yang menyebabkan tingginya angka penyakit pada anak sekolah terkait dangan rendahnya
PHBS.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Meningkatkan derajat kesehatan siswa SD di wilayah kerja puskesmas Tanah Merah
melalui penyuluhan dan peningkatan PHBS di sekolah
3
2. Mengetahui sikap dan respon siswa mengenai penyuluhan PHBS di sekolah dasar
wilayah kerja puskesmas Tanah Merah.
3. Merencanakan metode penyuluhan dan peningkatan PHBS di sekolah berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1193/MENKES/SK/X/2004 adalah salah satu kebijakan nasional yaitu promosi
kesehatan untuk mendukung pencapaian visi indonesia sehat 2010. Berikut penjelasan
tentang PHBS yang meliputi pengertian, tatanan dan indikator.
4
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat.
PHBS adalah wujud pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mempraktekkan PHBS. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam
tatanan masing-masing dan masyarakat agar dapat menerapkan cara hidup sehat dengan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok yang dijalankan telah
sesuai dngan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan demikian
indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan
dengan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.
2.2.1 Sekolah
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala
aktivitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum. Sekolah adalah
tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi
5
transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. Sekolah
memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa
anak, maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi
sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak.
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat.
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman
penyakit.
Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran
penyakit. Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti
penyakit gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang
dapat berpotensi membawa kepada arah kematian.
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak
efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun.
Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan sesorang harus
mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun
6
menjadi lebih efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan
digosok dan bergesek dalam upaya melepaskannya. Didalam lemak dan kotoran yang
menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah tangan menjadi harum setelah
dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah
yang membuat cuci tangan dengan sabun menarik untuk dilakukan.
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. PBB telah mencanangkan tanggal 15
Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia.
Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan dan hal ini dapat
membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat. Banyak pencemaran
secara mikrobiologis dan kimiawi. Makanan jajanan dapat menyumbang asupan energi bagi
anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Oleh karena itu, makanan
jajanan memiliki peranan penting pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Jadi,
untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak
aman, perlu dilakukan untuk promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru,
orangtua, murid, serta pedagang.
Makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bermutu mengakibatkan timbulnya resiko
bagi kesehatan dan memiliki dampak negatif jangka panjang terhadap pembentukkan
generasi bangsa. Peningkatan perhatian kesehatan anak usia sekolah melalui makanan jajanan
yang sehat ini diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi
yang merupakan aset bangsa di masa mendatang.
7
2.3.3 Menggunakan Jamban Yang Bersih dan Sehat
Tindakan yang paling penting dan dapat dilakukan sekolah untuk mencegah
penyebarluasan penyakit menular seperti diare adlah membuang kotoran manusia secara
aman yaitu dengan menggunakan jamban. Letak jamban sebaiknya tidak terlalu dekat dengan
ruangan kelas. Jamban antara siswa laki-laki dan siswa perempuan harus dipisahkan agar
kebersihan jamban dapat terjaga dan jamban dilakukan pemeriksaan kebersihan setiap hari.
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat.
Pentingnya buang air kecil dan besar di jamban bersih adalah untuk menghindari dari
berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus
mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari
sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan
sekitar. Syarat jamban sehat meliputi :
a. Tidak mencemari sumber air bersih, untuk ini letak lubang penampungan kotoran
paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air minum. Tetapi kalau keadaan
tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian
juga bila letak jamban disebelah atas dari sumber air minum pada tanah yang
miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15 meter.
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, untuk ini tinja
harus tertutup rapat, misalnya dengan menggunakan leher angsa/penutup yang
rapat.
c. Mudah dibersihkan, aman digunakan untuk ini maka harus dibuat dari bahan-
bahan yang kuat dan tahan lama dan agar lebih irit hendaknya dibuat dari bahan-
bahan yang ada di daerah setempat
d. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang
e. Cukup penerangan
8
i. Tersedia air dan alat pembersih
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara
kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik
yang terncana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditunjukkan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Manfaat olahraga :
1. Meningkatnya kerja dan fungsi jantung, paru, dan pembuluh darah yang ditandai
dengan :
c. Kapasitas bertambah
g. Mengurangi aterosklerosis
c. Diabetes Melitus
d. Infeksi
Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan dketahuinya tingkat pertumbuhan dan
perkembanagan anak dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan
yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang
anak normal atau tidak bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang
bersangkutan dengan ukuran anak seusia pada umumnya.
10
akan mengakibatkan bencana yang merusak lingkungan, contohnya seperti banjir, longsor,
dan bencana lainnya.
Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang sangat besar
manfaatnya, karena hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan
mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya.
Agar sekolah bebas jentik nyamuk, peserta didik dan masyarakat lingkungan sekolah
terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SDN Petrah 1 yang berada di wilayah kerja puskesmas
Tanah Merah.
12
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi terjangkau adalah seluruh siswa SDN Petrah 1 kelas 5 dan 6 yaitu sebanyak
61 orang. Subjek penelitian adalah seluruh siswa yang termasuk ke dalam populasi
terjangkau dan memenuhi kriteria penelitian.
Jumlah sampel/responden
Sampel/responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 61 orang. Adapun teknik
sampling yang digunakan adalah stratified sampling dipisahkan menjadi dua kelompok
responden yaitu :
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui
pembagian kuesioner dan diikuti dengan penyuluhan mengenai PHBS di sekolah di SDN
Petrah 1 kecamatan tanah merah.
1. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu anak-anak tentang PHBS, yang terjadi
sebelum dan setelah anak-anak memperoleh informasi PHBS.
13
1.6 Aspek Pengukuran
3.6.1. Pengetahuan
Terdapat 4 pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden. Pada hasil penelitian
akan dibandingkan total jawab benar secara keseluruhan dari 61 siswa sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan mengenai PHBS.
Terdapat 4 pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden. Pada hasil penelitian
akan dibandingkan total jawab benar secara keseluruhan dari 61 siswa sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan mengenai PHBS.
Terdapat 3 pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden. Pada hasil penelitian
akan dibandingkan total jawab benar secara keseluruhan dari 61 siswa sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan mengenai PHBS.
Terdapat 2 pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden. Pada hasil penelitian
akan dibandingkan total jawab benar secara keseluruhan dari 61 siswa sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan mengenai PHBS.
14
Terdapat 2 pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden. Pada hasil penelitian
akan dibandingkan total jawab benar secara keseluruhan dari 61 siswa sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan mengenai PHBS.
Terdapat 3 pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden. Pada hasil penelitian
akan dibandingkan total jawab benar secara keseluruhan dari 61 siswa sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan mengenai PHBS.
Terdapat 5 pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden. Pada hasil penelitian
akan dibandingkan total jawab benar secara keseluruhan dari 61 siswa sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan mengenai PHBS.
Terdapat 2 pertanyaan yang akan di tanyakan kepada responden. Pada hasil penelitian
akan dibandingkan total jawab benar secara keseluruhan dari 61 siswa sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan mengenai PHBS.
15
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. SD kelas 5 33 54,1%
2. SD kelas 6 28 45,9%
TOTAL 61 100
16
4.1.2 Jenis Kelamin Responden
1. Laki-laki 29 47,5%%
2. Perempuan 32 52,5%
TOTAL 58 100
Selisih 2 0,8%
Selisih 1 0,4%
17
Tabel 4.1.3.3 Pengetahuan mengenai sampah
Selisih 34 18,6%
Selisih 0 0
Tabel 4.1.3.5 Pengetahuan mengenai pentingnya mengukur pertumbuhan tinggi dan berat
badan
Selisih 3 2,5%
Selisih 7 3,8%
18
Tabel 4.1.3.7 Pengetahuan mengenai jamban sehat
Selisih 13 4,3%
Selisih 10 8,3%
Selisih 69 4,5%
BAB V
PEMBAHASAN
19
5.1 Pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang PHBS
Dari data pada tabel 4.1.3.1 sebelum dilakukan penyuluhan secara keseluruhan pengetahuan
siswa SDN petrah 1 sudah baik yaitu 97,5% menjawab pertanyaan mengenai cuci tangan.
Setelah dilakukan penyuluhan, jawab benar meingkat menjadi 98,4%. Terdapat kenaikan
0,8% sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan mengenai PHBS.
Dari data pada tabel 4.1.3.2 sebelum dilakukan penyuluhan secara keseluruhan
pengetahuan siswa SDN petrah 1 sudah sangat baik yaitu 99,6% menjawab
pertanyaan mengenai cuci tangan. Setelah dilakukan penyuluhan, jawab benar
meingkat menjadi 100%. Terdapat kenaikan 0,4% sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan mengenai PHBS.
Dari data pada tabel 4.1.3.3 sebelum dilakukan penyuluhan secara keseluruhan
pengetahuan siswa SDN petrah 1 sudah tergolong cukup yaitu 74,9% menjawab
pertanyaan mengenai cuci tangan. Setelah dilakukan penyuluhan, jawab benar
meingkat menjadi 93,4%. Terdapat kenaikan 18,6% sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan mengenai PHBS.
Dari data pada tabel 4.1.3.4 sebelum dilakukan penyuluhan secara keseluruhan
pengetahuan siswa SDN petrah 1 sudah sangat baik yaitu 100% menjawab pertanyaan
mengenai cuci tangan. Setelah dilakukan penyuluhan, jawab benar meingkat menjadi
100%. Terdapat kenaikan 0% sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan mengenai
PHBS.
20
Dari data pada tabel 4.1.3.5 sebelum dilakukan penyuluhan secara keseluruhan
pengetahuan siswa SDN petrah 1 sudah baik yaitu 89,3% menjawab pertanyaan
mengenai cuci tangan. Setelah dilakukan penyuluhan, jawab benar meingkat menjadi
91,8%. Terdapat kenaikan 2,5% sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
mengenai PHBS.
Dari data pada tabel 4.1.3.6 sebelum dilakukan penyuluhan secara keseluruhan
pengetahuan siswa SDN petrah 1 sudah baik yaitu 83,6% menjawab pertanyaan
mengenai cuci tangan. Setelah dilakukan penyuluhan, jawab benar meingkat menjadi
87,4%. Terdapat kenaikan 3,8% sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
mengenai PHBS.
Dari data pada tabel 4.1.3.7 sebelum dilakukan penyuluhan secara keseluruhan
pengetahuan siswa SDN petrah 1 sudah sangat baik yaitu 90,2% menjawab
pertanyaan mengenai cuci tangan. Setelah dilakukan penyuluhan, jawab benar
meingkat menjadi 94,4%. Terdapat kenaikan 4,3% sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan mengenai PHBS.
Dari data pada tabel 4.1.3.8 sebelum dilakukan penyuluhan secara keseluruhan
pengetahuan siswa SDN petrah 1 sudah baik yaitu 84,4% menjawab pertanyaan
mengenai cuci tangan. Setelah dilakukan penyuluhan, jawab benar meingkat menjadi
92,6%. Terdapat kenaikan 8,2% sesudah dilakukan penyuluhan mengenai PHBS.
BAB VI
21
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa SDN Petrah 1 tentang PHBS
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan seperti :
2. Tingkat pengetahuan siswa SDN petrah 1 mengenai PBHS secara keseluruhan sudah
sangat baik yaitu 90,6% jawaban benar. Ini menandakan bahwa pihak sekolah telah
memberikan pengetahuan yang baik kepada siswa dan siswinya mengenai pentingnya
PHBS. Setelah dilakukan penyuluhan, persentase jawaban yang benar menjadi 95,1%.
Hal ini menandakan bahwa penyuluhan mengenai PHBS itu masih perlu dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi sekolah.
6.2 Saran
1. Pengetahuan siswa-siswi SDN Petrah 1 secara keseluruhan memang sudah baik. Dan akan
lebih baik lagi jika pengetahuan yang telah didapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Adisasmito W,2008. Sistem Kesehatan. Jakarta : Rajagrafindo Persada
23