You are on page 1of 10

Idea Nursing Journal Devi Darliana

ISSN: 2087-2879
DISCHARGE PLANNING DALAM KEPERAWATAN
Discharge Planning in Nursing; A Literature Review
Devi Darliana
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah PSIK-FK Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Medical Surgical Nursing Department, School of Nursing, Faculty of Medicine,
Syiah Kuala University, Banda Aceh
E-mail: devi.darliana@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pelaksanaan discharge planning pada pasien di rumah sakit umumnya hanya berupa catatan resume pasien
pulang serta pemberian informasi singkat mengenai jadwal kontrol pasien ke poliklinik, obat-obatan yang
harus di minum, serta diet yang harus dipenuhi dan dihindari setelah pasien pulang dari rumah sakit. Hal ini
menyebabkan pelaksaan discharge planning tidak efektif dan tidak terjadi kontinuitas perawatan ketika
pasien di rumah. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien kembali ke rumah sakit dengan penyakit yang sama
ataupun munculnya komplikasi penyakit yang lebih berat. Adapun Metode penulisan artikel ini berupa
tinjauan kepustakaan dari berbagai topik yang sesuai. Discharge planning bertujuan untuk memperpendek
jumlah hari rawatan, mencegah risiko kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien
dan menurunkan beban perawatan pada keluarga. Oleh karena itu diharapkan kepada perawat untuk
melaksanakan semua proses pelaksanaan discharge planning secara komprehensif mulai dari seleksi pasien,
pengkajian, intervensi, hingga implementasi dan evaluasi. Selain itu, perawat juga perlu menerapkan strategi
4C yaitu Communication, Coordination, Collaboration dan Continual Reassesment untuk menjamin
terjadinya kontinuitas perawatan pasien di rumah.

Kata kunci: discharge planning, pelaksanaan discharge planning

ABSTRACT
Implementation of discharge planning for patients in hospitals are only a resume record of patient discharge
and a brief information related to follow up schedule to the poly-clinic, the drugs that should be drink, and
dietary management after discharging from the hospital. This led to the implementation of discharge
planning less effective and there is no continuity of care when the patient is at home. This condition can
cause the patient relapse and it will return to the hospital with the same case or more severe complications of
the disease. The method of writing this article is a review of literature from a variety of topics as
appropriate. Discharge planning aims to shorten the number of days of care, to prevent the risk of
recurrence, improve the development of the health of patients and reduce the burden of care on families.
Therefore, nurses expected to carry out all discharge planning process comprehensively starting from patient
selection, assessment, intervention, implementation and evaluation. In addition, nurses also need to
implement 4C strategies including, Communication, Coordination, Collaboration and Continual
Reassessment in order to ensure continuity of patient care at home.

Keyword: Discharge planning, implementation of discharge planning

PENDAHULUAN Saat ini, pelaksanaan discharge


planning pada pasien di rumah sakit
Discharge Planning adalah suatu
umumnya hanya berupa catatan resume
proses yang bertujuan untuk membantu
pasien pulang serta pemberian informasi
pasien dan keluarga dalam meningkatkan
singkat mengenai jadwal kontrol pasien ke
atau mempertahankan derajat kesehatannya.
poliklinik, obat-obatan yang harus di
Shepperd, et.al (2004) menyatakan bahwa
minum, serta diet yang harus dipenuhi dan
discharge planning memberikan efek berarti
dihindari setelah pasien pulang dari rumah
dalam menurunkan komplikasi penyakit,
sakit (Slevin, 1996; Spath, 2003). Informasi
pencegahan kekambuhan dan menurunkan
hanya diberikan pada saat pasien dinyatakan
angka mortalitas dan morbiditas.
boleh pulang, padahal discharge planning di

32
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

mulai pada hari pertama pasien mulai di Tujuan


rawat di rumah sakit. Hal ini belum bisa Naylor (1999) menjelaskan bahwa untuk
dikatakan discharge planning, karena mencapai hari rawatan yang lebih pendek,
diberikan dalam waktu singkat dan mencegah risiko kekambuhan,
informasi yang sangat terbatas sehingga meningkatkan perkembangan kondisi
tidak menjamin tercapainya suatu perubahan kesehatan pasien dan menurunkan beban
perilaku pasien dan keluarga. perawatan pada keluarga dapat dilakukan
Pelaksanaan discharge planning yang dengan memberikan discharge planning.
tidak efektif akan menyebabkan tidak terjadi Pasien memerlukan discharge planning
kontinuitas perawatan ketika pasien di untuk menjamin kelancaran proses
rumah. Kondisi ini dapat menyebabkan perpindahan pasien dari rumah sakit ke
terjadinya perburukan kondisi pasien lingkungan lainnya agar perawatan yang
sehingga pasien kembali ke rumah sakit telah diberikan selama di rumah sakit dapat
dengan penyakit yang sama ataupun berkelanjutan.
munculnya komplikasi penyakit yang lebih
berat. Adapun tujuan discharge planning menurut
Rankin dan Stallings (2001) mengemukakan Spath (2003) adalah sebagai berikut:
bahwa pemberian pendidikan kesehatan 1. Mempersiapkan pasien dan keluarga
(penkes) bukan hanya sekedar pemberian secara fisik dan psikologis untuk pulang
informasi tetapi merupakan suatu proses dan beradaptasi dengan perubahan
yang mempengaruhi perilaku individu, lingkungan.
karena kesuksesan suatu pendidikan bisa 2. Mempersiapkan keluarga secara
diperlihatkan dengan adanya perubahan emosional dan psikologis terhadap
perilaku. Terbentuknya pola perilaku baru perubahan kondisi pasien.
dan berkembangnya kemampuan seseorang 3. Memberikan informasi pada pasien dan
dapat terjadi melalui tahapan yang diawali keluarga sesuai kebutuhan mereka baik
dari pembentukan pengetahuan, sikap dan secara tertulis maupun secara verbal.
dimilikinya suatu ketrampilan baru. Oleh 4. Memfasilitasi kelancaran perpindahan
karena itu, diperlukan pengetahuan dan dan meyakinkan bahwa semua fasilitas
pemahaman yang mendalam mengenai kesehatan dan lingkungan pasien telah
discharge planning oleh setiap perawat. siap menerima kondisi pasien.
5. Meningkatkan kemandirian pasien dan
keluarga untuk meningkatkan derajat
TINJAUAN KEPUSTAKAAN kesehatan pasien.
Pengertian 6. Memberikan kontinuitas perawatan
Discharge Planning adalah suatu antara rumah sakit dengan lingkungan
proses yang sistematis dalam pelayanan baru pasien dengan menjalin komunikasi
kesehatan untuk membantu pasien dan yang efektif.
keluarga dalam menetapkan kebutuhan,
mengimplementasikan serta Pelaksanaan Discharge Planning
mengkoordinasikan rencana perawatan yang Menurut Zwicker & Picariello, (2003), ada
akan dilakukan setelah pasien pulang dari beberapa hal yang harus dipertimbangkan
rumah sakit sehingga dapat meningkatkan dalam pelaksanaan discharge planning
atau mempertahankan derajat kesehatannya adalah :
(Zwicker & Picariello, 2003)

33
Idea Nursing Journal Devi Darliana

1. Discharge planning merupakan proses risiko kekambuhan pada kelompok yang


multidisiplin dalam memenuhi diberikan discharge planning lebih rendah
kebutuhan pasien. dari kelompok yang hanya mendapat
2. Prosedur discharge planning perawatan rutin rumah sakit.
dilaksanakan secara konsisten untuk Lebih lanjut, dijelaskan juga bahwa
semua pasien. pasien yang masuk untuk kembali dirawat
3. Pengkajian juga dilakukan terhadap selama penelitian pada kelompok intervensi
keluarga sebagai orang yang akan hanya 1 orang dan 3 orang pada kelompok
melanjutkan perawatan. kontrol, hasil penilaian skor status
4. Meyakinkan bahwa pasien dipindahkan fungsional yaitu 33,38 pada kelompok
ke lingkungan yang aman dan kontrol dan 27,78 pada kelompok intervensi
memadai. (menggunakan penilaian Barthel Index
5. Menjamin adanya kontinuitas dalam dengan rentang nilai 0-100). Dari hasil
perawatan setelah pulang dari rumah penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
sakit. discharge planning yang diberikan secara
6. Discharge planning dimulai saat kontak komprehensif dapat menurunkan faktor
pertama dengan pasien. resiko kekambuhan, length of stay tanpa
7. Informasi tentang discharge planning menurunkan kualitas dan waktu pemulihan
disusun berdasarkan hasil diskusi dan dalam status fungsional.
kesepakatan antara tenaga kesehatan Proses pelaksanaan discharge
dengan pasien atau keluarga. planning dilakukan melalui 5 tahap yaitu
8. Keyakinan/kepercayaan pasien harus seleksi pasien, pengkajian, perencanaan,
dipertimbangkan dalam menyusun implementasi dan evaluasi (Slevin, 1996;
discharge planning. Zwicker & Picariello, 2003).

Berbagai penelitian yang telah Proses pelaksanaan discharge planning


dilakukan tentang keefektifan discharge dilakukan melalui 5 tahap yaitu
planning, antara lain: penelitian Dai, Chang 1. Seleksi pasien
danTai (2002) tentang efektifitas discharge Tahap ini meliputi identifikasi
planning dalam pemberian penkes oleh pasien yang membutuhkan discharge
perawat di rumah sakit Taiwan yang planning, semua pasien membutuhkan
menggunakan desain kuasi eksperimen pelayanan, tetapi pemberian discharge
dengan jumlah sampel 171 (72 kelompok planning lebih diprioritaskan bagi
kontrol dan 99 kelompok intervensi) pada pasien yang mempunyai risiko lebih
pasien stroke dan 112 (56 kelompok kontrol tinggi memiliki kebutuhan akan
dan 56 kelompok intervensi) pada pasien pelayanan khusus. Slevin 1996
post craniotomy. mendeskripsikan karakteristik pasien
Penelitian ini dilakukan selama 2 yang membutuhkan discharge planning
tahun dengan 1 tahun sebagai periode dan rujukan ke pelayanan kesehatan
intervensi dan 1 tahun sebagai periode adalah pasien yang kurang
kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan tentang rencana
bahwa length of stay (los) pada kelompok pengobatan, isolasi social, diagnosa
intervensi lebih pendek daripada kelompok baru penyakit kronik, operasi besar,
kontrol pada pasien stroke, yaitu 49,57 hari perpanjangan masa penyembuhan dari
pada kelompok kontrol dan 42,14 hari pada operasi besar atau penyakit,
kelompok intervensi, begitu juga dengan ketidakstabilan mental atau emosi,

34
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

penatalaksanaan perawatan dirumah 1) Status fungsional


yang kompleks, kesulitan financial, (kemampuan dalam aktivitas
ketidakmampuan menggunakan sehari-hari dan fungsi
sumber-sumber rujukan, serta pasien kemandirian).
yang sakit pada tahap terminal. 2) Status kognitif (kemampuan
Sedangkan menurut Cawthorn, pasien dalam berpartisipasi
(2005), prioritas klien yang dalam proses discharge
membutuhkan discharge planning planning dan kemampuan
adalah : usia di atas 70 tahun, multiple mempelajari informasi baru).
diagnosis dan risiko kematian yang 3) Status psikologi pasien,
tinggi, keterbatasan mobilitas fisik, khususnya pengkajian
keterbatasan kemampuan merawat diri, terhadap depresi.
penurunan status kognisi, risiko 4) Persepsi pasien terhadap
terjadinya cidera, tuna wisma dan fakir kemampuan perawatan diri.
miskin, menderita penyakit kronis, 5) Kemampuan fisik dan
antisipasi perawatan jangka panjang psikologik keluarga dalam
pada penyakit stroke, pasien DM baru, perawatan pasien.
TBC paru, gangguan penyalahgunaan 6) Kurangnya pengetahuan
zat/obat, riwayat sering menggunakan berkaitan kebutuhan
fasilitas emergensi seperti asma, alergi. perawatan kesehatan setelah
Discharge planning juga pulang.
diindikasikan pada pasien yang berada 7) Faktor lingkungan setelah
pada perawatan khusus seperti nursing pulang dari rumah sakit.
home atau pusat rehabilitasi. Selain itu 8) Kebutuhan dukungan formal
juga perlu dipertimbangkan kondisi dan informal keluarga dalam
sosial ekonomi serta lingkungan pasien memberikan perawatan yang
seperti kemampuan anggota keluarga benar dan efektif.
untuk merawat serta fasilitas 9) Review pengobatan dan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi dampaknya.
pasien (Zwicker & Picariello, 2003) 10) Akses ke pelayanan setelah
pulang dari rumah sakit.
2. Pengkajian
Pengkajian discharge planning Dalam mengkaji kebutuhan
berfokus pada 4 area, yaitu pengkajian pendidikan kesehatan pasien, perawat
fisik dan psikososial, status fungsional, harus mempertimbangkan hal-hal
kebutuhan penkes dan konseling. berikut (Rankin & Stallings, 2001),
Zwicker dan Picariello (2003) yaitu: informasi yang dibutuhkan oleh
mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pasien dan keluarga, perilaku yang
dalam pengkajian adalah : perlu evaluasi, ketrampilan yang
a. Pengkajian dilakukan pada saat dibutuhkan pasien untuk menunjukkan
pasien masuk dan berlanjut selama perilaku sehat serta faktor-faktor
perawatan. lingkungan pasien yang dapat dirubah
b. Pengkajian berfokus pada pasien untuk menunjukkan perilaku yang
dewasa yang berisiko tinggi tidak diinginkan.
tercapainya hasil discharge. Pengkajian dalam proses
c. Pengkajian meliputi : discharge planning ini harus dilakukan

35
Idea Nursing Journal Devi Darliana

secara komprehensif dan Pasien diharapkan mengetahui


mempertimbangkan kriteria pasien tentang: nama obat, dosis yang harus
yang membutuhkan discharge planning di komsumsi, waktu pemberiannya,
baik pada pasien sendiri maupun tujuan penggunaan obat, efek obat,
keluarga yang akan melanjutkan gejala yang mungkin menyimpang
perawatan setelah pulang dari rumah dari efek obat dan hal-hal spesifik lain
sakit. Agar sasaran kontinuitas yang perlu dilaporkan.
perawatan tercapai, pasien dan keluarga E : Environment
harus dapat beradaptasi dengan kondisi Pasien akan dijamin tentang: instruksi
kesehatan serta beban keluarga dapat yang adekuat mengenai ketrampilan-
diminimalkan (Slevin, 1996). ketrampilan penting yang diperlukan
Susan dalam Hoeman (1996) di rumah, investigasi dan koreksi
menyebutkan kriteria pasien yang siap berbagai bahaya di lingkungan rumah,
untuk dikaji kebutuhan penkes-nya support emosional yang adekuat,
ditunjukkan dalam 3 kategori sebagai investigasi sumber-sumber dukungan
berikut : ekonomi, investigasi transportasi yang
a. Secara fisik, pasien mampu akan digunakan klien
berpartisipasi dalam proses T : Treatment
pengkajian seperti tanda vital yang Pasien dan keluarga dapat:
sudah terkontrol, kecemasan mengetahui tujuan perawatan yang
menurun. akan dilanjutkan di rumah, serta
b. Tujuan dalam proses pengkajian mampu mendemonstrasikan cara
dapat dimengerti oleh pasien serta perawatan secara benar.
sesuai dengan kebutuhan pasien H : Health
dan keluarga. Pasien akan dapat: mendeskripsikan
c. Pengkajian juga harus bagaimana penyakitnya atau
mempertimbangkan status kondisinya yang terkait dengan fungsi
emosional pasien dan keluarga tubuh, mendeskripsikan makna-makna
sehingga mereka dapat penting untuk memelihara derajat
berpartisipasi aktif dalam kesehatan, atau mencapai derajat
mengungkapkan kebutuhannya. kesehatan yang lebih tingg.i
O : Outpatient Referral
3. Perencanaan Pasien dapat: mengetahui waktu dan
Dalam perencanaan diperlukan tempat untuk kontrol kesehatan,
adanya kolaborasi dengan team mengetahui dimana dan siapa yang
kesehatan lainnya, diskusi dengan dapat dihubungi untuk membantu
keluarga dan pemberian penkes sesuai perawatan dan pengobatannya.
pengkajian. Pendekatan yang D : Diet
digunakan pada discharge planning Pasien diharapkan mampu:
difokuskan pada 6 area penting dari mendeskripsikan tujuan pemberian
pemberian penkes yang dikenal dengan diet, merencanakan jenis-jenis menu
istilah ”METHOD” dan disesuaikan yang sesuai dengan dietnya.
dengan kebijakan masing-masing
rumah sakit (Slevin, 1996). 4. Sumber daya
M : Medication Mengidentifikasi sumber daya pasien
terkait dengan kontinuitas perawatan

36
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

pasien setelah pulang dari rumah sakit, pulang. Komunikasi dapat


seperti keluarga yang akan merawat, dilakukan secara tertulis dan
financial keluarga, nursing home atau hasil dokumentasi merupakan
pusat rehabilitasi. pengkajian kebutuhan perawatan
pasien berupa ringkasan pasien
5. Implementasi dan Evaluasi dirumah sakit. Komunikasi
Zwicker & Picariello (2003), verbal dilakukan mengenai
menjelaskan bahwa dalam status kesehatan dilakukan pada
implementasi discharge planning ada pasien, keluarga, profesional lain
beberapa hal yang perlu dan pelayanan kesehatan untuk
dipertimbangkan, yaitu : rujukan setelah pulang dari
a. Prinsip umum dalam implementasi rumah sakit.
discharge planning adalah : 2) Coordination
1) Discharge planning harus Dalam proses discharge planning
berfokus pada kebutuhan pasien harus melakukan koordinasi
dan keluarga. dengan team multidisiplin serta
2) Hasil pengkajian dijadikan dengan unit pelayanan rujukan
sebagai pedoman strategi setelah pasien pulang dari rumah
pelaksanaan sakit. Komunikasi harus jelas dan
3) Hasil pengkajian akan bisa meyakinkan bahwa pasien
menentukan kebutuhan dan keluarga memahami semua
pendidikan kesehatan yang hal yang dikomunikasikan.
dibutuhkan setelah pasien 3) Collaboration
pulang dari rumah sakit. Kolaborasi dilakukan oleh
4) Data pengkajian dapat perawat dengan seluruh team
memprediksikan outcome yang terlibat dalam perawatan
pasien setelah pulang dari pasien, disamping itu adanya
rumah sakit. kolaborasi antara perawat dengan
5) Discharge planning dimulai keluarga dengan memberikan
saat pasien masuk bertujuan informasi tentang riwayat
untuk memperpendek hari kesehatan masa lalu pasien,
rawatan. kebutuhan biopsikososial serta
b. Stategi untuk memastikan hal – hal yang berpotensi
kontinuitas perawatan pasien menghambat proses kontinuitas
Menurut Zwicker & Picariello perawatan.
(2003), Stategi untuk memastikan 4) Continual Reasssesment
kontinuitas perawatan pasien dikenal Proses discharge planning
dengan 4 C yaitu Communication, bersifat dinamis, sehingga status
Coordination, Collaboration dan kesehatan pasien akan selalu
Continual Reassesment. berubah sesuai pengkajian yang
1) Communication dilakukan secara kontinyu dan
Komunikasi dilakukan secara akurat.
multidisiplin melibatkan pasien
dan keluarga saat pertama pasien Fokus pada tahap implementasi
masuk rumah sakit, selama masa ini adalah memberikan penkes serta
perawatan dan saat pasien akan pendokumentasian. Dalam pemberian

37
Idea Nursing Journal Devi Darliana

penkes bukan hanya sekedar memahami persepsi tersebut


pemberian informasi tetapi dapat menghambat proses
merupakan suatu proses yang penkes yang diberikan.
mempengaruhi perilaku individu, 2) Kepercayaan
karena kesuksesan suatu pendidikan Kepercayaan atau agama
bisa diperlihatkan dengan adanya seseorang dapat mempengaruhi
perubahan perilaku. Terbentuknya tingkah laku mereka terhadap
pola perilaku baru dan status kesehatan, terkadang
berkembangnya kemampuan kepercayaan atau agama dapat
seseorang dapat terjadi melalui memberi pengaruh negatif
tahapan yang diawali dari terhadap pendidikan kesehatan
pembentukan pengetahuan, sikap dan yang diberikan oleh petugas
dimilikinya suatu ketrampilan baru. kesehatan.
Bloom (1976, dalam Notoatmojo, 3) Pendidikan
1997) mengemukakan bahwa aspek Tingkat pendidikan seseorang
perubahan perilaku yang berkembang sangat berpengaruh terhadap
dalam proses pendidikan meliputi tiga penerimaan pendidikan
ranah yaitu : kesehatan, karena itu perawat
1) Ranah kognitif (pengetahuan), harus menyesuaikan metode
menunjukkan pemikiran yang pemberian penkes dengan
rasional, berupa dasar fakta atau tingkat pendidikan pasien.
konsep. Selain itu agar proses
2) Ranah afektif (sikap), pendidikan yang diberikan
menunjukkan perasaan dan tidak terhambat, perawat harus
reaksi pasien terhadap memperhatikan bahasa yang
penyakitnya. dipakai, sederhana dan dapat
3) Ranah psikomotor (ketrampilan), dimengerti oleh pasien.
menunjukkan kemampuan dalam 4) Nilai kebudayaan
mendemonstrasikan suatu Perawat harus memahami
tindakan, keahlian dan lain-lain. bahwa faktor budaya sangat
mempengaruhi proses
Notoatmojo (2002) pembelajaran pasien. Asuhan
mengemukakan bahwa terdapat keperawatan dan proses
aspek - aspek kebudayaan yang pembelajaran pasien harus
dapat mempengaruhi perubahan mempertimbangkan
tingkah laku seseorang dan keanekaragaman budaya pasien
mempengaruhi status kesehatannya, dan keluarganya (Leininger,
yaitu : 1994 dalam Rankin &
1) Persepsi masyarakat terhadap Stallings, 2001). Untuk
sehat-sakit mendesain intervensi dalam
Persepsi seseorang atau penkes pada pasien, perawat
masyarakat terhadap sehat dan perlu mengkaji informasi
sakit berbeda-beda, seperti tentang bagaimana
penyebab keadaan sakit karena memberikan intervensi dengan
makhluk halus, guna-guna, dan latar belakang budaya yang
lain-lain, dan bila perawat tidak beraneka ragam.

38
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

Dalam memberikan penkes 2) Pendidikan diberikan kepada


perawat harus menyesuaikan dengan pasien dan keluarga untuk
tahap perkembangan pasien, memastikan perawatan yang
pendekatan yang dilakukan sangat tepat setelah pasien pulang sesuai
berbeda untuk pasien anak-anak, dengan kebutuhan.
remaja dan dewasa. Informasi 3) Koordinasi sistem pendukung
tentang usia akan memberi petunjuk dimasyarakat yang
mengenai status perkembangan memungkinkan pasien untuk
seseorang hingga dapat memberi membantu pasien dan keluarga
arah mengenai materi penkes dan kembali ke rumahnya dan
pendekatan yang digunakan. memiliki koping yang adaptif
Khusus bagi pasien dewasa, terhadap perubahan status
maka harus dipertimbangkan kesehatan pasien.
pemberian penkes dengan 4) Melakukan koordinasi system
pendekatan pada orang dewasa, pendukung pelayanan kesehatan
yaitu memulai aktivitas perawat untuk kontinuitas perawatannya.
harus dengan mendiskusikan Buick, et al (2000)
terlebih dahulu apa yang ingin menjelaskan bahwa dalam
mereka pelajari dan apa yang mengevalusi keefektifan suatu
mereka butuhkan. Ketika kebutuhan discharge planning, terdapat 2
mereka sudah dikenali oleh perawat, indikator penilaian yang perlu
proses pendidikan kesehatan yang dipertimbangkan yaitu kriteria
diberikan baru akan menjadi proses dan kriteria hasil yang dapat
menyenangkan dan efektif, dan diukur seperti adanya peningkatan
sebaliknya bila perawat salah dalam status fungsional, hari rawa atau
mengidentifikasi kebutuhan mereka, kunjungan berulang (readmission)
maka akan muncul kendala bahwa akibat faktor risiko yang tidak
proses pembelajaran untuk terkontrol.
tercapainya suatu perilaku yang baru Menurut Spath (2003) bahwa
akan terhambat (Iacono & dalam mengevaluasi keefektifan
Campbell, 1997 dalam Rankin & proses discharge planning perlu
Stallings, 2001). dilakukan follow-up setelah pasien
Menurut Potter & Perry pulang dari rumah sakit yang dapat
(2005) keberhasilan yang dilakukan melalui telepon atau
diharapkan setelah dilakukan kontak dengan keluarga serta
discharge planning ditunjukkan pelayanan kesehatan yang ikut
seperti : memberikan perawatan pada pasien.
1) Pasien dan keluarga memahami Karena proses follow-up merupakan
diagnosa, antisipasi tingkat kunci untuk menjamin kontinuitas
fungsi, obat-obatan dan tindakan perawatan pasien.
pengobatan untuk proses transisi Tujuan follow-up adalah :
atau kepulangan, mengetahui 1) Mengevalusi dampak intervensi
cara antisipasi kontinuitas yang telah diberikan selama
perawatan serta tindakan yang perawatan pasien dan
akan dilakukan pada kondisi mengidentifikasi kebutuhan
kedaruratan. perawatan yang baru.

39
Idea Nursing Journal Devi Darliana

2) Mengkaji efektifitas dan American Journal of public Health.


efisiensi proses discharge Research and Practice.
planning.
Buick, M., et al, (2000). Performance
Indicators for Effective Discharge.
KESIMPULAN Melbuorne Victoria, Acute Health
Discharge planning merupakan bagian Division. Di kutip tanggal 23 Januari
integral dari asuhan keperawatan dirumah 2010, dari
sakit yang perlu dilaksanakan secara http://www.health.vic.gov.au
komprehensif. Proses pelaksanaan discharge
planning terdiri dari 5 tahapan yaitu: seleksi Cawthorn, L., (2005). Discharge Planning
under the umbrella of Advanced
pasien, menentukan tujuan, perencanaan,
Nursing Practise Case Manager.
implementasi dan evaluasi. Canada : Longwoods Publishing.
Dalam memberikan pendidikan
kesehatan, perawat harus menyesuaikan Dai, Y.T., Chang, D.R.,& Tai, T.Y., (2002).
dengan tahap perkembangan pasien, Effectiveness of a pilot project of
pendekatan yang dilakukan sangat berbeda discharge planning in Taiwan. Di
untuk pasien anak-anak, remaja dan dewasa. kutip tanggal 12 November 2011 dari
www.interscience.wiley.com
Informasi tentang usia akan memberi
petunjuk mengenai status perkembangan Dach, K; Zarle, N; O’Donnel, L; Vince,
seseorang hingga dapat memberi arah W.C. (1997). Discharge planning for
mengenai materi penkes dan pendekatan the elderly: A guide for nurse
yang digunakan. Lippincot Williams & Wilkins
Keefektifan pelaksanaan discharge
Felong, B. (2008). Guide to discharge
planning perlu di nilai oleh perawat.
planning. Western Governors
Indikator penilaian terhadap keberhasilan University, College of health
discharge planning adalah kriteria proses professions.
dan kriteria hasil yang dapat diukur dengan
peningkatan status fungsional, jumlah hari Grimmer, K., et al (2010). Discharge
rawatan atau kunjungan berulang Planning Checklist for Patient &
(readmission). Carer. The South Australian
Discharge Planning Research Team.
Diharapkan kepada perawat untuk
Di kutip tanggal 12 Februari 2011,
selalu melaksanakan discharge planning dari http: //www.unisa.edu.au/2006.
secara comprehensif mulai dari seleksi
pasien, pengkajian, intervensi, hingga Herawani, (2002). Pendidikan kesehatan
implementasi dan evaluasi. Selain itu, dalam keperawatan. Jakarta :
perawat juga perlu menerapkan strategi 4C Penerbit Buku Kedokteran EGC.
yaitu Communication, Coordination,
Lincolnshire, C. (2005). Discharge planning
Collaboration dan Continual Reassesment
integrated care pathway. Di kutip
untuk menjamin terjadinya kontinuitas tanggal 6 Maret 2010, dari
perawatan pasien di rumah. http://www.changeagentteam.org.uk.

KEPUSTAKAAN Naylor, M., et al (1999). Comprehensive


Angelelli, J., et al (2006). Effect of discharge planning and home follow-
Educational Level and Minority up of hospitalized elders. A
Status on Nursing Home Choice randomized clinical trial. Di kutip
After Hospital Discharge. Dari tanggal 18 Desember 2011.
dari www.jama.com

40
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Slevin, A., P., (1996). A Model for
Fundamentals of nursing; konsep, Discharge Planning in Nursing
proses dan praktik, 4 th ed.USA: Education. Bradley University :
Elsevier Mosby. Lawrence Erlbaum Association. Inc.
Journal of Community Health
Rankin, S., & Stallings, K., (2001). Patient Nursing. Di kutip tanggal 1 Februari
Education. Principles and Practice. 4 2010, dari www.jstor.org/view
thedition. Philadelphia : Lippincott
Wilkams and Wilkins. Spath, P., (2003). Is your discharge planning
effective ?. By Brown-Spath &
Saposnik, et al., (2005), Optimizing Associates Di kutip tanggal 2 Januari
discharge planning : Clinical 2010, dari
predictors of longer stay after http://www.brownspath.com.
recombinant tissue plasminogen
activator for acute stroke. Di kutip Straten, A., et al., (1997). Lenght of Hospital
tanggal 5 Oktober 2011, dari Stay and Discharge Delays in Stroke
http://stroke.ahajournals.org, Patients. Di kutip tanggal 18
Desember 2010, dari
Shepperd, S., et al., (2004). Discharge http://stroke.ahajournals.org
planning from hospital to home: Zwicker, D., & Picariello, G., (2003)
review. Di kutip tanggal 27 Discharge planning for the older adult. Di
Desember 2011, dari kutip tanggal 14 Februari 2010, dari
http://www.thecochranelibrary.com
http://www.guideline.gov

41

You might also like