Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Pendamping:
CIREBON
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Upaya yang
diselenggarakan di puskesmas terdiri dari Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan
Pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan
oleh seluruh Puskesmas di Indonesia, upaya ini memberikan daya ungkit paling besar
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), serta merupakan komitmen global dan nasional.
Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah
tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh
tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali,
hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,
bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011)
menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi
mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di tahun
2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien Puskesmas Sumber selama
tahun 2016, kasus hipertensi sebanyak 1.554, dan hipertensi menduduki peringkat 9 dari
10 penyakit terbanyak di Puskesmas Sumber
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan
dan Upaya Peningkatan Pengetahuan Terhadap Hipertensi di Desa Sidawangi – Sumber
Responden yang diambil pada mini project ini dari posbindu Desa Sidawangi.
Sehingga sebagian responden adalah berusia lanjut
2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas tentang kondisi yang terjadi di wilayah kerja puskesmas
Sumber, dapat disimpulkan permasalahan utama yang perlu digali faktor-faktor apakah
yang mempengaruhi masih banyaknya hipertensi
3. Tujuan
3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam
upaya mencapai tekanan darah terkontrol di Desa Sidawangi wilayah kerja
Puskesmas Sumber
3.2 Tujuan khusus
3.2.1 Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi di Desa
Sidawangi wilayah kerja Puskesmas Sumber dalam upaya mencapai tekanan darah
terkontrol.
3.2.2 Diketahuinya gambaran tingkat perilaku penderita hipertensi di Desa Sidawangi
wilayah kerja Puskesmas Sumber dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol
4. Manfaat
4.1 Bagi Penulis
4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis
dalam meneliti secara langsung di lapangan.
4.1.2 Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip
dokter umum Indonesia.
4.2 Bagi Masyarakat
4.2.1 Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang cara
mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2.2 Perilaku
2.2.1 Definisi Perilaku5
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.
2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi6,7
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Menurut Potter dan Perry
(2006), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah persisten, dimana diagnosa hipertensis pada orang dewasa ditetapkan paling
sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg.
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target
tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi
24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian
tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis
obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping
umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan
menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditolerensi pasien adalah :
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB
c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
Hasil dari proses identifikasi, dipilih empat masalah. Permasalahan ini tidak
hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari
urgensi, intervensi, ketersediaan biaya yang dapat diupayakan, dan dampak yang
dihasilkan terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
2. Penyakit Hipertensi
3. Penyakit Osteoarthritis
Pemberian Skor dalam metode USG ini dilakukan diskusi dengan pemegang
program, dokter pembimbing di Puskesmas dan dokter Kepala Puskesmas sehingga
dipilih masalah penyakit Hipertensi yang menjadi prioritas masalah
Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan
dalam diagram Ischikawa (diagram tulang ikan/fishbone) sebagai berikut :
Pemecahan Masalah
1. Man
Masalah :
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memeriksakan tekanan
darah
Tidak teraturnya minum obat hipertensi bagi penderitanya
Kurangnya masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat
Kurangnya kesadaran anggota keluarga pasien lansia yang tidak dapat datang
ke pelayanan kesehatan sendiri
Pemecahan Masalah :
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
tentang hipertensi, gejalanya, pengobatan, komplikasi yang dapat terjadi,
pentingnya memeriksakan tekanan darah teratur serta bagaimana menerapkan
pola hidup sehat
2. Material
Masalah :
Pemecahan Masalah :
3. Metode
Masalah :
Pemecahan Masalah :
Sosialisasi jadwal POLINDES atau POSBINDU kepada masyarakat agar
masyarakat dapat memeriksakan diri ke tempat pelayanan yang lebih dekat
4. Environment
Masalah :
Masih banyak anggapan di masyarakat bahwa meminum obat penurun tekanan
darah terus-menerus akan berbahaya
Pemecahan Masalah :
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang obat-obatan hipertensi
meliputi cara penggunaan dan efek samping dari obat
Setelah itu, dilakukan penyuluhan dengan materi penyuluhan yang disajikan antara
lain mengenai hipertensi, gejalanya, pengobatan, komplikasi yang dapat terjadi,
pentingnya memeriksakan tekanan darah teratur serta bagaimana menerapkan pola hidup
sehat. Selain itu disampaikan juga tentang obat-obatan hipertensi meliputi cara
penggunaan dan efek samping dari obat
3.4 Sasaran
3.5 Media
Media penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan slide power point yang
disampaikan menggunakan laptop dan juga dilakukan diskusi maupun sesi tanya jawab.
Media kuisioner untuk pengumpulan data pengetahuan responden, dan tensi meter,
timbangan, meteran untuk pemeriksaan
1. Persiapan
Perkenalan dan izin
Pendataan jumlah peserta
Membuat jadwal
Sosialisasi pada masyarakat oleh kadus dan kader bahwa akan dilakukan
kegiatan
Mengkonfirmasi tempat dan waktu pelaksanaan kepada kepala dan bidan desa
2. Pelaksanaan
Konfirmasi ulang tempat
Persiapan sarana dan prasarana
Pelaksanaan kegiatan
3. Evaluasi
Penilaian apakah waktu pelaksanaan terlaksana tepat waktu
Penilaian apakah tempat pelaksanaan sudah cukup kondusif
Penilaian apakah sasaran telah tercapai
BAB IV
HASIL