You are on page 1of 21

LAPORAN MINI PROJECT

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN UPAYA


PENINGKATAN PENGETAHUAN TERHADAP HIPERTENSI
DI DESA SIDAWANGI - SUMBER

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer

Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun Oleh :

dr. Muhammad Suhanda

Pendamping:

dr. Humiras Ely Darma S.

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

UPT PUSKESMAS SUMBER

CIREBON

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Upaya yang
diselenggarakan di puskesmas terdiri dari Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan
Pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan
oleh seluruh Puskesmas di Indonesia, upaya ini memberikan daya ungkit paling besar
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), serta merupakan komitmen global dan nasional.
Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah
tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh
tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali,
hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,
bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011)
menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi
mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di tahun
2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien Puskesmas Sumber selama
tahun 2016, kasus hipertensi sebanyak 1.554, dan hipertensi menduduki peringkat 9 dari
10 penyakit terbanyak di Puskesmas Sumber
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan
dan Upaya Peningkatan Pengetahuan Terhadap Hipertensi di Desa Sidawangi – Sumber
Responden yang diambil pada mini project ini dari posbindu Desa Sidawangi.
Sehingga sebagian responden adalah berusia lanjut

2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas tentang kondisi yang terjadi di wilayah kerja puskesmas
Sumber, dapat disimpulkan permasalahan utama yang perlu digali faktor-faktor apakah
yang mempengaruhi masih banyaknya hipertensi
3. Tujuan
3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam
upaya mencapai tekanan darah terkontrol di Desa Sidawangi wilayah kerja
Puskesmas Sumber
3.2 Tujuan khusus
3.2.1 Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi di Desa
Sidawangi wilayah kerja Puskesmas Sumber dalam upaya mencapai tekanan darah
terkontrol.
3.2.2 Diketahuinya gambaran tingkat perilaku penderita hipertensi di Desa Sidawangi
wilayah kerja Puskesmas Sumber dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol
4. Manfaat
4.1 Bagi Penulis
4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis
dalam meneliti secara langsung di lapangan.
4.1.2 Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip
dokter umum Indonesia.
4.2 Bagi Masyarakat
4.2.1 Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang cara
mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan


Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication) diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan5


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang lain.
Misalnya, jika seseorang pernah merawat seorang anggota keluarga yang sakit hipertensi,
umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan jika terkena hipertensi.
b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang memiliki pengetahuan yang tingi akan
mempunyai pengalaman yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap informasi mempengaruhi tingkat
pengetahuaannya. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,
misalnya televise, radio, Koran, buku, majalah dan internet.

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan5


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.

2.2 Perilaku
2.2.1 Definisi Perilaku5
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.

2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi6,7
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Menurut Potter dan Perry
(2006), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah persisten, dimana diagnosa hipertensis pada orang dewasa ditetapkan paling
sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg.

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi8


Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat
1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diatolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

2.3.3 Faktor Penyebab Hipertensi


Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu :
a. Faktor Keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga. Anak
dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal.9
b. Ras
Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.
c. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria
pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami kurang tampak setelah
usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita cenderung terlindungi dari
penyakit jantung oleh hormone esterogen.10
d. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor psikologis. Pada
pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi
dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan
pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat.11
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekkana darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah tetap tinggi.11
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untu memompa darah
agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang berlebihan
menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot
ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat
badan.
g. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi
noradrenalin.
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan disebarkan
keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal
untuk melepaskan efinefrin (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan
pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah
tekanan yang lebih tinggi.12
i. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin
banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah.10
j. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu emosi
sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju, panjat tebing dan
angkat besi. Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah jalan kaki,
bersepeda, senam, berenang dan aerobic.

2.3.4 Patofisiologi Hipertensi13,14


Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi
oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan
satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik,
lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah
jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,
turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas
renin angiotensin alosteron, perubahan membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel
merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistemr enin
angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan
mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek
yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin
angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron
mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh
pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi
tekanan darah.

Gambar 1. Pengaruh Renin Angiotensin Aldosteron Terhadap Kenaikan Tekanan


Darah

2.3.5 Manifestasi Klinis Hipertensi15


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus, gejala
ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan
langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan mengukur secara teratur.
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar untuk
meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan gagal ginjal.
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.

2.3.6 Komplikasi dari Hipertensi12,16, 17


Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah untuk
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika penyakit ini tidak
disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi sebagai berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan transient
iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik, yang
disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasidari jantung dan arteri besar.
Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage), yang juga berhubungan dengan
nilai tekanan darah yang sangat tinggi. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan
darah sebesar 5 mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.

2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung


Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko terjadinya
penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian mendadak). Bukti dari suatu
studi epidemiologik yang bersifat retrospektif menyatakan bahwa penderita dengan riwayat
hipertensi memiliki resiko enam kali lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada
penderita tanpa riwayat hipertensi.
3. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit vaskular perifer.
Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang diperbesar oleh hipertensi.
Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi
atherosklerosis yang berat seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
4. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut retinopati
hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal falmshaped haemorrhages, cotton
woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120
mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari
arteriol-arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan kabur.
5. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam waktu
beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai
akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal kecil. Perkembangan kerusakan ginjal
akibat hipertensi biasanya ditandai oleh proteinuria. Proteinuria dapat dikurangi dengan
menurunkan tekanan darah secara efektif.

2.3.7 Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi18,19,20


Penatalaksanaan pengobatan hipertensi harus secara holistik dengan tujuan
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan menurunkan tekanan darah
seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya.
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan darah yang
harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal
kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart Association (AHA)
merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80
mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen
penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung.
Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC 7 (2003), dijelaskan pada skema dibawah ini:

Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu dengan


pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu hipertensi. Intervensi
ini untuk risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Pada penderita hipertensi, bahkan jika
intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan tekanan darah yang cukup untuk
menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan
darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang efektif menurunkan tekanan darah adalah
mengurangi berat badan, mengurangi asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium,
mengurangi konsumsi alkohol, dan pola diet yang sehat secara keseluruhan.
Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan tekanan darah
dan risiko penyakit kardiovaskular. Berolah raga teratur selama 30 menit seperti berjalan, 6-7
perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan darah. Ada variabilitas individu dalam
hal sensitivitas tekanan darah terhadap NaCl, dan variabilitas ini mungkin memiliki dasar
genetik. Konsumsi alkohol pada orang yang mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari
(minuman standar berisi ~ 14 g etanol) berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Begitu
pula dengan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya akan buah-
buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah.
Tabel 2.2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Penurunan potensial TD
sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium tidak 2-8 mmHg
lebih dari 2400 mg/hari atau
100 meq/hari
Penurunan Berat Badan Menjaga berat badan normal; 5-20 mmHg per 10 kg
BMI = 18,5-24,9 kg/ penururnan berat badan
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara 4-9 mmHg
teratur, bertujuan untuk
melakukan aerobik 30 menit
Latihan sehari-hari dalam
seminggu. Disarankan pasien
berjalan-jalan 1 mil per hari di
atas tingkat aktivitas saat ini
Diet DASH Diet yang kaya akan buah- 4-14 mmHg
buahan, sayuran, dan
mengurangi jumlah lemak
jenuh dan total
Membatasi konsumsi alkohol Pria ≤2 minum per hari, 2-4 mmHg
wanita ≤1 minum per hari
Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan darah,
mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efikasi obat
antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 7 adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target
tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi
24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian
tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis
obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping
umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan
menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditolerensi pasien adalah :
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB
c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

Tabel 2.3. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7


Klasifikasi TDS TDD Perbaikan Pola Terapi Obat Awal
Tanpa Indikasi Dengan Indikasi
Tekanan (mmHg) (mmHg) Hidup
yang Memaksa yang Memaksa
Darah
Normal < 120 < 80 Dianjurkan
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – Ya Tidak indikasi Obat-obatan
89 obat untuk indikasi
yang memaksa
Hipertensi 140 – 159 Atau 90 – Ya Diuretika jenis Obat-obatan
Thiazide untuk untuk indikasi
Derajat 1 99
sebagian besar yang memaksa
kasus dapat obat
dipertimbangka antihipertensi lain
n ACEI, ARB, (diuretika, ACEI,
BB, CCB, atau ARB, BB, CCB)
kombinasi sesuai kebutuhan
Hipertensi ≥ 160 Atau ≥ 100 Ya Kombinasi 2
obat untuk
Derajat 2
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB
BAB III
METODE

3.1 Analisis Masalah

3.1.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah melalui kegiatan analisis laporan penyakit


terbanyak Posbindu tahun 2017 dan diskusi dengan pemegang program PTM di
Puskesmas Sumber, serta observasi langsung lapangan.

Hasil dari proses identifikasi, dipilih empat masalah. Permasalahan ini tidak
hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari
urgensi, intervensi, ketersediaan biaya yang dapat diupayakan, dan dampak yang
dihasilkan terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Uraian empat permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu :

1. Penyakit Diabetes Melitus

2. Penyakit Hipertensi

3. Penyakit Osteoarthritis

4. Penyakit Kelainan Jantung

3.1.2 Prioritas Masalah

Berdasarkan empat masalah diatas, selanjutnya dilakukan pemilihan prioritas


masalah dengan menggunakan analisis USG dengan mempertimbangkan kriteria
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kriteria penentuan prioritas masalah dengan metode USG
U Urgency Tingkat kepentingan yang mendesak
S Seriousness Tingkat kesungguhan, bukan dengan waktu
penanganan masalah
G Growth Tingkat perkiraan dan bertambah buruknya keadaan
pada saat masalah mulai terlihat sesudahnya
Tabel 3.2 Penilaian kriteria metode USG
NILAI KRITERIA
URGENCY SERIOUSNESS GROWTH
5 Sangat urgen Sangat serius Sangat tumbuh
4 Cukup urgen Cukup serius Cukup
3 Urgen Serius Tumbuh
2 Kurang urgen Kurang serius Kurang tumbuh
1 Sangat kurang Sangat kurang serius Sangat kurang
urgen tumbuh

Dengan menjumlahkan (U + S + G), nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas


masalah.
Tabel 3.3 Masalah pokok dalam menentukan prioritas utama
No Masalah Pokok U S G Total Rangking
1. Penyakit Diabetes Melitus 3 4 4 11 II
2. Penyakit Hipertensi 4 4 4 12 I
3. Penyakit Osteoarthritis 2 4 4 11 III

4. Penyakit Kelainan Jantung 2 4 3 9 IV

Pemberian Skor dalam metode USG ini dilakukan diskusi dengan pemegang
program, dokter pembimbing di Puskesmas dan dokter Kepala Puskesmas sehingga
dipilih masalah penyakit Hipertensi yang menjadi prioritas masalah

3.1.3 Analisis Penyebab Masalah dan pemecahan masalah


Analisis Penyebab Masalah

Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan
dalam diagram Ischikawa (diagram tulang ikan/fishbone) sebagai berikut :
Pemecahan Masalah

1. Man

Masalah :
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi
 Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memeriksakan tekanan
darah
 Tidak teraturnya minum obat hipertensi bagi penderitanya
 Kurangnya masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat
 Kurangnya kesadaran anggota keluarga pasien lansia yang tidak dapat datang
ke pelayanan kesehatan sendiri
Pemecahan Masalah :
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
tentang hipertensi, gejalanya, pengobatan, komplikasi yang dapat terjadi,
pentingnya memeriksakan tekanan darah teratur serta bagaimana menerapkan
pola hidup sehat
2. Material

Masalah :

 Sarana promosi penyakit hipertensi seperti brosur, poster, leaflet

Pemecahan Masalah :

 Membagikan leaflet tentang hipertensi

3. Metode

Masalah :

 Kurangnya penderita hipertensi yang terdata, karena penderita tidak


memeriksakan diri

Pemecahan Masalah :
 Sosialisasi jadwal POLINDES atau POSBINDU kepada masyarakat agar
masyarakat dapat memeriksakan diri ke tempat pelayanan yang lebih dekat
4. Environment
Masalah :
 Masih banyak anggapan di masyarakat bahwa meminum obat penurun tekanan
darah terus-menerus akan berbahaya
Pemecahan Masalah :
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang obat-obatan hipertensi
meliputi cara penggunaan dan efek samping dari obat

3.2 Pemilihan Intervensi

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan secara langsung dan tanya-


jawab (diskusi) antara penyaji materi (Dokter Internship). Sebelum memberikan
penyuluhan, dilakukan pemeriksaan tekanan darah, berat badan, dan lingkar perut. Lalu
dilakukan pengumpulan data melalui kuisioner, kuisioner dibagikan sebelum dan
sesudah penyuluhan, berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan
tentang hipertensi. Sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat pengetahuan responden.

Setelah itu, dilakukan penyuluhan dengan materi penyuluhan yang disajikan antara
lain mengenai hipertensi, gejalanya, pengobatan, komplikasi yang dapat terjadi,
pentingnya memeriksakan tekanan darah teratur serta bagaimana menerapkan pola hidup
sehat. Selain itu disampaikan juga tentang obat-obatan hipertensi meliputi cara
penggunaan dan efek samping dari obat

3.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal … Maret 2018 di Balai Desa Sidawangi


wilayah kerja Puskesmas Sumber

3.4 Sasaran

Sasaran kegiatan adalah masyarakat Desa Sidawangi, terutama masyarakat dengan


usia lanjut antara usia 40 tahun keatas yang sudah memiliki faktor resiko terjadi
hipertensi

3.5 Media
Media penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan slide power point yang
disampaikan menggunakan laptop dan juga dilakukan diskusi maupun sesi tanya jawab.
Media kuisioner untuk pengumpulan data pengetahuan responden, dan tensi meter,
timbangan, meteran untuk pemeriksaan

1.4 Rancangan Kegiatan

1. Persiapan
 Perkenalan dan izin
 Pendataan jumlah peserta
 Membuat jadwal
 Sosialisasi pada masyarakat oleh kadus dan kader bahwa akan dilakukan
kegiatan

 Mengkonfirmasi tempat dan waktu pelaksanaan kepada kepala dan bidan desa
2. Pelaksanaan
 Konfirmasi ulang tempat
 Persiapan sarana dan prasarana
 Pelaksanaan kegiatan
3. Evaluasi
 Penilaian apakah waktu pelaksanaan terlaksana tepat waktu
 Penilaian apakah tempat pelaksanaan sudah cukup kondusif
 Penilaian apakah sasaran telah tercapai
BAB IV
HASIL

1. Profil Komunitas Umum


2. Data Geografis
3. Data Demografis
4. Sumber Daya Kesehatan yang Ada
5. Sumber Pelayanan Kesehatan yang Ada

You might also like