Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker
kandung kemih. Dibeberapa bagian dunia, kadar arsenik mungkin ditemukan
tinggi pada air minum.
6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko
kanker kandung kemih.
7. Infeksi
Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit. Haematobium juga
dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya
pada karsinoma sel skuamosa. Inflamasi kronis juga diperkirakan
memainkan peran penting pada proses karsinogenesis pada kasus ini.
2
N2 Pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang
multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M=Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh, Pemeriksaan
klinis ,thorax foto,dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh,
tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multipledalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple
3
Faktor-faktor tersebut dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan menuju ke
ginjal. Setelah sampai di ginjal, radikal bebas dan bahan-bahan karsinogenik akan
terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin secara terus menerus
dan masuk ke kandung kemih sehingga terjadi stagnasi dimana radikal bebas
mengikat elektron DNA dan RNA sel transisional yang menyebabkan kerusakan
DNA. Apabila terjadi kerusakan pada DNA, tubuh akan melakukan perbaikan DNA
tersebut. Jika perbaikan berhasil, DNA akan kembali normal. Namun jika perbaikan
tidak berhasil, maka akan terjadi mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari
genom sel somatik Lifestyle
ada 3 tahapan, yaitu pengaktifan onkogen pendorong
Lingkungan dan pekerjaan
(ex: merokok, konsumsi invasi kuman
(pabrik cat, penyamak kulit,
pertumbuhan, perubahan gen yang(schistozomiasis)
Genetik mengandalikan pertumbuhan dan
makanan 4P) tembakau, pegawai salon)
pengnonaktifan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut mengakibatkan produksi
gen regulatorik hilang. Selanjutnya terjadi replikasi DNA yang berlebih yang
memicu timbulnya kanker pada kandung kemih.
Faktor-faktor resiko yang merangsang pertumbuhan sel
Proliferasi sel meningkat cepat, terjadi kerusakan struktur fungsional kandung kemih
Ca Bladder
MK :
4
Resiko
infeksi
2.1.6 Manifestasi Klinis Kanker Kandung Kemih
5
menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase : invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung
kemih sekitarnya, organ lain atau metastasis kelenjar getah panggul
simpul, akan menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula
vagina, dan edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang
lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.
6
pengangkatan kanker kandung kemih, sitologi digunakan untuk evaluasi dan
follow up.
e. Cell survey antigen study
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker,
bahan yang digunakan adalah darah vena.
f. Flow cytometri
Untuk mendeteksi aadanya kelainan kromosom sel-sel urotelim.
7
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. Jika
tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa.
Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan
pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan
arteri renalis.
f. Sistoskopi
Merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi lesi dan
mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus lebih
lanjut. Peran perawat yaitu memantau adanya komplikasi pasca prosedur
sistoskopi berupa perdarahan, perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat
melakukan observasi terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan
sistoskopi, urin normalnya berwarna merah muda karena trauma saat
memasukkan instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera
dilaporkan. Perawat memantau kecukupan asupan cairan klien untuk
mencegah statis urin dan obstruksi darah beku. Perawat memantau tanda-
tanda vital klien secara teratur untuk mendeteksi dini potensi adanya infeksi.
8
kandung kemih pada sebagian pasien. Kemoterpi intravena dapat dilakukan
bersama dengan terapi radiasi.
Kemoterapi topikal (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan
memasukkan larutan obat antineoplastik ke dalam kandung kemih yang
membuat obat tersebut mengenai dinding kandung kemih) dapat di
pertimbangkan jika terdapat resiko kekambuhan yang tinggi, contohnya yaitu
jika terdapat kanker in situ atau reseksi tumor yang tidak tunas. Kemoterapi
topikal adalah pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa,
doxorubisin, mitomisin, ethouglusid dan bacillus calmette-guerin atau BCG)
untuk meningkatkan jaringan tumor. BCG kini dianggap sebagai priparat
intravesikal yang paling efektif untuk kanker kandung kemih yang kambuhan,
karena priparat ini akan mengalahkan respon imun tubuh terhadap kanker.
Pasien dibolehkan makan dan minum sebelum prosedur pemasukan obat
dilaksanakan, tetapi setelah kandung kemih terisi penuh, pasien harus menahan
larutan priparat intravesikal tersebut selama 2 jam sebelum mengalirkannya
keluar dengan berkemih. Pada tahap akhir dari prosedur ini, pasien dianjurkan
untuk buang air kecil dan meminum cairan adlibitum untuk membilas priparat
tersebut dari dalam kandung kemih.
9
BAB 3
10
a. Keadaan umum : Klien tampak pucat dan merasa mual
b. Kesadaran: compos mentis
c. Tanda-tanda vital
1) Peningkatan TD, Karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah yang berakibat pada hipertensi.
2) Peningkatan RR (Hiperventilasi) karena terjadi penurunana BB yang
berakibat pada penurunana oksigen.
d. Pemeriksaan Head to Toes
1) Kepala: normal
2) Mata:
Inspeksi: konjungtiva anemis
3) Hidung: normal
4) Dada & axila: normal
5) Pernafasan: normal
6) Sirkulasi jantung: terjadi peningkatan aliran darah ke kandung kemih
karen proliferasi sel meningkat
7) Abdomen:
inspeksi: distensi abdomen
palpasi: nyeri tekan pada abdomen
8) Genitourinary:
inspeksi: hematuria
palpasi: teraba ada massa pada daerah suprasimfisis, abdomen
kuadran bawah.
9) Ekstremitas (integumen & muskuluskletal):
inspeksi: kemerahan/iritasi pada daerah genitalia. palpasi: tugor kulit jelek.
Kulit tampak pucat.
11
c) Faal Hepar
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis suatu
keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum.
d) Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker)
Pemeriksaan penanda tumor antara lain adalah: PAP (Prostatic Acid
Phosphate) dan PSA (Prostat Spesific Antigen) yang berguna untuk
menegakkan diagnosis karsinoma. PSA ini dapat digunakan sebagai
deteksi awal tumor yang tidak invasif.
e) Cell survey antigen study
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker,
bahan yang digunakan adalah darah vena (Nursalam 2009).
f) Kultur urine
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi salura kemih.
g) Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat menentukan suatu jaringan normal, mengalami
proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi maligna. Selain itu
pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.
h) Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine (biasanya nilai
negative palsu tinggi). Derajat perubahan sel diklasifikasikan dalam
lima kelas mulai dari; normal, sel yang mengalami peradangan, sel
atipik, disuga menjadi sel ganas, dan sel yang sudah mengalami
perubahan morfologi menjadi sel ganas.
2) Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Polos Abdomen (BOF; BNO; KUB)
b. USG
c. Sitoskopi
d. Flow Cytometri
e. Pielogram Intravena / IVP
f. Arteriogram ginjal
g. CT-scan
3) Biopsi
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi dapat
digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar kandung kemih seperti
jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar limfa, atau organ tubuh lain (American
Cancer Society 2012).
12
(Herdman, T.H & Kamitsuru,S.2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification (NANDA) 2015-2017.)
1. Domain 12.Kenyamanan, Kelas 1: Kenyamanan fisisk, Nyeri kronis b.d infiltrasi
tumor (00133)
Batasan karakteristik:
Ekspresi wajah nyeri
2. Domain 3.Eliminasi dan Pertukaran, Kelas 1: Fungsi Urinarius, Gangguan
eliminasi urine b.d infeksi saluran kemih (00016)
Batasan karakteristik:
Disuria, nokturia, retensi urine
3. Domain 4. Aktivitas/Istirahat. Kelas 4. Respons Kardiovaskular/Pulmonal,
Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas (00092).
Batasan karakteristik:
Keletihan
13
2. Panjangnya episode nyeri dan faktor pencetus
2. Gali pengetahuan dan kepercayaan
nyeri berkurang
3. Tidak mengerang dan pasien mengenai nyeri
3. Tentukan akibat dari pengalaman
menangis
4. Mual berkurang nyeri terhadap kualitas hidup pasien
5. Tidak kehilangan
(mis., tidur, nafsu makan, pengertian,
nafsu makan
perasaan hubungan, peforma kerja,
dan tanggung jawab peran)
4. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (mis.,
suhu ruangan, pencahayaan, suara
bising)
5. Pilih dan implementasikan tindakan
yang beragam (mis., farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal)
untuk memfasilitasi penurunan nyeri,
sesuai dengan kebutuhan
6. Libatkan keluarga dalam modalitas
penurun nyeri, jika memungkinkan
2 Domain 3.Eliminasi Setelah dilakukan tindakan Bantuan Berkemih (0640) :
dan Pertukaran, Kelas selama 3x24 jam 1. Pertimbangkan kemampuan dalam
1: Fungsi Urinarius, diharapkan eliminasi urine rangka mengenal untuk BAK
2. Lakukan pencatatan mengenai
Gangguan eliminasi dapat optimal sesuai
spesifikasi kontinensia selama 3
urine b.d infeksi toleransi individu dengan
hari untuk mendapatkan pola
saluran kemih (00016) kriteria hasil :
pengeluaran urine
Batasan karakteristik:
Eliminasi Urine (0503) : 3. Tetapkan interval untuk jadwal
Disuria, nokturia,
1. Pola eliminasi (5) membantu berkemih, berdasarkan
retensi urine 2. Jumlah urine (5) pada pola pengeluaran urine
3. Kejernihan,warna
urine(5)
4. Mengosongkan
kantung kemih
sepenuhnya (5)
5. Mengenali keinginan
untuk berkemih (5)
6. Nyeri saat kencing (5)
14
7. Rasa terbakar saat
berkemih (5)
3 Domain 4. Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas (4310):
Aktivitas/Istirahat. keperawatan 3x24 jam, 1. Pertimbangkan kemampuan klien
Kelas 4. Respons diharapkan klien dapat dalam berpartisipasi melalui
Kardiovaskular/Pulmo beraktivitas secara aktivitas spesifik
2. Berkolaborasi dengan (ahli) terapis
nal, Intoleransi maksimal dengan kriteria
fisik, okupasi dan terapi
Aktivitas b.d hasil:
rekreasional dalam perencanaan
imobilitas (00092).
Kelelahan: efek yang dan pemantauan progam aktivitas,
Batasan karakteristik:
mengganggu (0008): jika memang diperlukan
Keletihan
1. Nafsu makan 3. Bantu klien untuk memilih aktivitas
menurun dan pencapaian tujuan melalui
2. Perubahan status aktivitas yang konsisten dengan
nutrisi kemampuan fisik, fisiologis, dan
3. Gangguan untuk
social
menikmati pola 4. Bantu klien dan keluarga untuk
hidup beradaptasi dengsn lingkungan
4. Gangguan pada
pada saat mengakomondasi
rutinitas
aktivitas yang diinginkan
Tingkat kelelahan (0007)
a. Kelelahan Manajemen energi (0180):
b. Kehilangan selera 1. Kaji status fisiologi pasien yang
makan menyebabkan kelelahan sesuai
c. Sakit kepala dengan konteks usia
d. kesadaran
perkembangan
2. Tentukan persepsi pasien/orang
terdekat dengan pasien mengenai
keterbatasan yang dialami
3. Pilih defisi status fisiologis
(missal, kemoterapi yang
menyebabkan anemia) sebagai
prioritas pertama
4. Pilih intervensi untuk mengurangi
kelelahan baik secara
farmakologis
15
3.4 Evaluasi
1. Wajah klien menunjukkan sudah tidak nampak meringis kesakitan
2. Klien mengatakan sudah dapat berkemih dengan normal dan tidak terasa ada sisa saat
selesai berkemih
Klien terlihat sudah merasa tidak begitu lemas dan dapat beraktivitas seperti biasanya
16
BAB 4
ASKEP KASUS
4.1 Kasus
Seorang pasien bernama Tn. M berusia 56 tahun, beralamat di Jl. Mawar, beragama
islam, bekerja sebagai seorang PNS datang ke RS pada tanggal 27 Februari 2018,
dengan No. Registrasi 415xxx bersama istrinya selaku penanggung jawabnya bernama
Ny. S berusia 53 tahun dengan keluhan nyeri di daerah pinggang serasa ditusuk-tusuk
dengan skala 8, nyeri terasa pada saat berkemih dan bertambah parah pada saat akhir
berkemih yang paling sering muncul pada malam hari. Klien mengatakan nyeri
berlangsung sejak 8 bulan yang lalu. Hal ini telah klien alami selama 1 minggu
belakangan ini. Klien tampak meringis kesakitan dan memegangi pinggangnya. Klien
juga mengeluh sering BAK namun tidak puas karena masih ada terasa sisa pada saat
selesai berkemih, klien juga mengatakan urinenya berwarna merah namun pasien belum
bisa memastikan apa itu darah atau bukan.
Pasien juga mengeluh tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun karena ia sering
BAK pada malam hari. Istri pasien juga mengatakan akhir-akhir ini badan pasien panas,
dan sering berkeringat. Pasien dan juga istrinya merasa cemas dan gelisah akan penyakit
yang klien derita saat ini. Pasien tampak cemas dan gelisah saat dilakukan pengkajian.
Pasien mengatakan selama ini tidak pernah menderita penyakit separah saat ini serta
tidak ada riwayat alergi makanan dan obat apapun. Namun pasien mengatakan ayahnya
meninggal karena menderita penyakit kanker kandung kemih.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, TTV (TD : 130/80 mmHg, HR : 96x/m, RR :
22 x/m, dan T : 39,00C). Palpasi daerah pinggang dan VU terdapat nyeri tekan.
Konjungtiva pasien tampak anemis dan klien tampak pucat dan lemah. Dilakukan
pemeriksaan Laboratorium, test urin terdapat Hematuria, dan pemeriksaan CT Scan
menunjukkan adanya kelainan pada kandung kemih. Pasien di diagnosa medis oleh
dokter mengalami penyakit Ca Vesica Urinaria.
4.2 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 56 tahun
17
Alamat : Jl. Mawar
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
MRS : 27 Februari 2018
No. Registasi : 415xxx
Diagnosa Medis : Ca. Vesica Urinaria
Penganggung Jawab : Ny. S
Usia : 53 tahun
Hub. dengan klien : Istri
B. Keluhan Utama
Nyeri di daerah pinggang serasa ditusuk-tusuk.
F. Pemeriksaan Fisik
18
B1 (Breathing) : RR : 22 x/m
B2 (Blood) : TD : 130/80 mmHg, HR : 96x/m, Konjungtiva pasien tampak
anemis, dan klien tampak pucat dan lemah
B3 (Brain) : tidak ada keluhan
B4 (Bladder) : Palpasi daerah pinggang dan VU terdapat nyeri tekan
B5 (Bowl) : tidak ada keluhan
B6 (Bone) : tidak ada keluhan
G. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Laboratorium, test urin terdapat Hematuria, dan
pemeriksaan CT Scan menunjukkan adanya kelainan pada kandung kemih.
19
1. DS : Pertumbuhan sel-sel baru Nyeri Kronis (00133)
- Klien mengeluh Nyeri di
daerah pinggang yang serasa pada kandungan jaringan
20
bisa memastikan apa itu darah ↓
atau bukan. Ca Bladder
↓
DO :
Respon iritasi lokal
- Dilakukan pemeriksaan
↓
Laboratorium, test urin terdapat
Urgensi, sering BAK
Hematuria, dan pemeriksaan
↓
CT Scan menunjukkan adanya
Gangguan Eliminasi Urine
kelainan pada kandung kemih.
saat ini. ↓
pengkajian. ↓
Ca Bladder
↓
Penatalaksanan non
pembedahan kemoterapi,
irigasi kandung kemih,
farmakologi
↓
Kurang pengetahuan
↓
Ansietas
21
Kelas 1. Kenyamanan Fisik. Nyeri Kronis b.d Infiltrasi Tumor (00133)
2) Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran.
Kelas 1. Fungsi Urinarius. Gangguan eliminasi urine b.d infeksi saluran kemih
(00016)
3) Domain 9 : Koping/ Toleransi Stress .
Kelas 2 . Respons Koping . Ansietas b.d Perubahan Besar ( misalnya status kesehatan)
(00146)
22
menunjukkan dirasakan, dan Respon Klien : Klien
sudah tidak ada antisipasi dari memahami mengenai
ekspresi nyeri ketidaknyamanan perawatan analgesik
pada wajahnya akibat prosedur
4) Klien 5) Kolaborasi dengan 4) Memberikan informasi
mengatakan pasien, orang 09.00 mengenai nyeri, seperti
sudah tidak terdekat dan WIB penyebab nyeri, berapa
Berkeringat kesehatan lainnya lama nyeri akan
untuk memilih dan dirasakan, dan
Tingkat kecemasan mengimplementasi antisipasi dari
(1211) : kan tindakan ketidaknyamanan
1) Klien penurunan nyeri akibat prosedur
mengatakan non farmakologi, Respon Klien : Klien
sudah dapat sesuai kebutuhan. memahami mengenai
beristirahat 6) Monitor kepuasan informasi nyeri,
dengan baik pasien terhadap penyebab nyeri dan
2) Klien manajemen nyeri berapa lama nyeri yang
mengatakan dalam interval telah disampaikan
sudah tidak yang spesifik
merasakan 5) Mengkolaborasi
perasaan gelisah Pemberian Analgesik dengan pasien, orang
3) Ekspresi klien (2210) : 09.00 terdekat dan kesehatan
sudah terlihat 1) Tentukan lokasi, WIB lainnya untuk memilih
tenang karakteristik,kualit dan
4) Klien as, dan keparahan mengimplementasikan
menunjukkan nyeri sebelum tindakan penurunan
sudah tidak ada mengobati pasien nyeri non farmakologi,
gangguan pada 2) Cek perintah sesuai kebutuhan.
tidur nya pengobatan Respon Klien : Klien
meliputi obat dosis dapat memilih tindakan
dan frekuensi obat untuk mengurangi
analgesik yang nyeri
diresepkan
3) Evaluasi 6) Memonitor kepuasan
kemampuan pasien 09.10 pasien terhadap
untuk berperan WIB manajemen nyeri
serta dalam dalam interval yang
pemilihan spesifik
analgesik, rute dan Respon Klien : Klien
dosis dan merasa puas terhadap
keterlibatan pasien, manajemen nyeri yang
sesuai kebutuhan diberikan
4) Pilih analgesik/
kombinasi Pemberian Analgesik
analgesik yang (2210) :
sesuai ketika lebih 1) Menentukan lokasi,
23
dari satu diberikan 09.20 karakteristik,kualitas,
5) Monitor tanda vital WIB dan keparahan nyeri
sebelum dan sebelum mengobati
setelah pasien
memberikan 2) Mengecek perintah
analgesik narkotik pengobatan meliputi
pada pemberian 09.20 obat dosis dan
dosis pertama kali WIB frekuensi obat
atau jika analgesik yang
ditemukan tanda- diresepkan
tanda yang tidak 3) Memilih analgesik/
biasanya 09.25 kombinasi analgesik
WIB yang sesuai ketika
lebih dari satu
diberikan.
Pengurangan
Kecemasan Respon Klien : Klien
(5820) : memahami mengenai
1) Gunuakan analgesik yang
pendekatan diberikan.
yang tenang
dan
menyakinkan Sesuai dosis :
2) Berikan
Parenteral :
informasi
faktual terkait 1) Pemberian dosis
diagnosis, tunggal:
perawatan dan - IM:
prognosis Pasien < 65 tahun:
3) Dorong satu dosis 60 mg.
keluarga untuk Pasien dengan
mendampingi gangguan ginjal,
klien dengan dan/atau kurang
cara yang tepat
dari 50 kg (110
4) Atur
pon): satu dosis 30
penggunaan
mg.
obat-obatan
- IV: Pasien < 65
untuk
tahun: satu dosis 30
mengurangi
kecemasan mg.
Pasien dengan
secara tepat
gangguan ginjal,
dan/atau kurang
dari 50 kg (110
pon): satu dosis 15
mg.
2) Pemberian dosis
24
ganda:
- Pasien kurang dari
65 tahun: 30 mg
IM atau IV setiap 6
jam sesuai
kebutuhan. Dosis
maksimal harian
tidak lebih dari 120
mg.
- Pasien dengan
gangguan ginjal,
dan/atau kurang
dari 50 kg (110
pon): 15 mg IM
atau IV setiap 6
jam sesuai
kebutuhan. Dosis
maksimal harian
tidak lebih dari 60
mg.
Oral :
1) 10 mg secara oral 4
kali sehari sesuai
kebutuhan. Dosis
maksimal harian
tidak lebih dari 40
mg.
2) Pasien kurang dari
50 kg: Dosis
maksimal harian
tidak lebih dari 40
mg.
Dosis maksimal
harian: 126 mg
4) Mengevaluasi
kemampuan pasien
untuk berperan serta
dalam pemilihan
analgesik, rute dan
dosis dan keterlibatan
pasien, sesuai
kebutuhan
25
Respon Klien : Klien
memahami mengenai
analgesik yang telah
09.25 diberikan
WIB
5) Memonitor tanda vital
sebelum dan setelah
memberikan analgesik
narkotik pada
pemberian dosis
pertama kali atau jika
ditemukan tanda-tanda
yang tidak biasanya
Respon Klien :
TTV normal : TD :
09.25 120/80 mmHg, N : 60-
WIB 100 x/menit, T : 36,5-
37 C, RR : 16-20
x/menit
Pengurangan
Kecemasan (5820) :
1) Gunakan pendekatan
yang tenang dan
menyakinkan
2) Memberikan informasi
faktual terkait
diagnosis, perawatan
dan prognosis
3) Mendorong keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara yang
09.30 tepat
WIB 4) Mengatur penggunaan
obat-obatan untuk
09.30 mengurangi kecemasan
WIB secara tepat
09.30
WIB
26
2. Domain 3 : Setelah dilakukan Bantuan Berkemih Bantuan Berkemih
Eliminasi dan tindakan (0640) : (0640) :
Pertukaran. keperawatan selama 1) Pertimbangkan 10.00 1) Mempertimbangkan
Kelas 1. Fungsi 3x24 jam diharapkan kemampuan dalam WIB kemampuan dalam
Urinarius. gangguan eliminasi rangka mengenal rangka mengenal untuk
Gangguan pada klien dapat untuk BAK BAK
eliminasi urine diatasi dengan 2) Lakukan 10.00 2) Melakukan pencatatan
b.d infeksi kriteria hasil : pencatatan WIB mengenai spesifikasi
saluran kemih mengenai kontinensia selama 3
(00016) Eliminasi Urine spesifikasi hari untuk
(0503) : kontinensia selama mendapatkan pola
1) Pola eliminasi 3 hari untuk pengeluaran urine
klien tidak mendapatkan pola 10.00 3) Menetapkan interval
terganggu pengeluaran urine WIB untuk jadwal
2) Jumlah urine 3) Tetapkan interval membantu berkemih,
klien tidak untuk jadwal berdasarkan pada pola
terganggu membantu pengeluaran urine
3) Kejernihan,warna berkemih,
urine klien tidak berdasarkan pada Respon Klien : Klien
terganggu pola pengeluaran dapat mengenali tanda-
4) Mengosongkan urine tanda BAK
kantung kemih
sepenuhnya klien
tidak terganggu
5) Klien sudah
dapat
menunjukkan
Respon untuk
Mengenali
keinginan
berkemih tidak
terganggu
6) Klien
mengatakan
Nyeri saat
kencing tidak ada
7) Klien
mengatakan Rasa
terbakar saat
berkemih sudah
tidak ada
27
Toleransi Stress keperawatan selama (5820) : 1) Menggunakan
Kelas 2 . 3x24 jam diharapkan 1) Gunakan 11.00 pendekatan yang
Respons Koping Ansietas pada klien pendekatan WIB tenang dan
. Ansietas b.d dapat diatasi dengan yang tenang menyakinkan
Perubahan kriteria hasil : dan Respon Klien : Klien
Besar menyakinkan merasa nyaman
( misalnya Tingkat kecemasan 2) Berikan
status (1211) : informasi 2) Memberikan informasi
kesehatan) 1) Klien faktual terkait 11.00 faktual terkait
(00146) mengatakan diagnosis, WIB diagnosis, perawatan
sudah dapat perawatan dan dan prognosis
beristirahat prognosis Respon Klien : Klien
dengan baik 3) Dorong dapat mengetahui
2) Klien keluarga untuk perawatan yang telah
mengatakan mendampingi diberikan
sudah tidak klien dengan
merasakan cara yang tepat 3) Mendorong keluarga
perasaan gelisah 4) Atur untuk mendampingi
3) Ekspresi klien penggunaan 11.00 klien dengan cara yang
sudah terlihat obat-obatan WIB tepat
tenang untuk Respon Klien :
4) Klien mengurangi Keluarga dapat
menunjukkan kecemasan mendampingi klien
sudah tidak ada secara tepat sehingga klien merasa
gangguan pada nyaman
tidur nya
4) Mengatur penggunaan
11.30 obat-obatan untuk
WIB mengurangi kecemasan
secara tepat
Respon Klien : Klien
dapat memahami aturan
obat agar tidak cemas
28
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
29
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme dalam tubuh. Kanker merupakan salah
satu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada organ sistem perkemihan, misalnya
kanker kandung kemih. Kanker kandung kemih adalah suatu penyakit nonagresif yang
terjadi didalam lapisan sel transisi kandung kemih. Kanker kandung kemih kambuh
secara alami. Terkadang kanker kandung kemih ditemukan menyerang lapisan lebih
dalam pada jaringan kandung kemih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan meliputi jenis tumor,
kedalaman invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit, dan keadaan
umum klien. Faktor-faktor tersebut penting dalam rencana perawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA
30
Cancer Treatment Cancer of America (2013). Diakses dari http://www.cancer
center.com/ bladder-cancer/surgery/ pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 20.00
WIB
Company Bulechek, Gloria M. Et al.2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. Missouri : Mosby Elsevier
DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah, Ed. I,
Yogyakarta: Rapha Publishing
Herdman, T.H & Kamitsuru,S. (Eds.). 2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification (NANDA) 2015-2017. Oxford : Willey Blackwell
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius. Jakarta: FKUI.
Moorhead, Sue et al.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Missouri :
Mosby Elsevier
Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Wein A.J, at all. 2012, bladder dysfunction in the adult. New York: springer science.
31