You are on page 1of 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Kandung Kemih

2.1.1 Definisi Kanker Kandung Kemih


Kanker kandung kemih adalah suatu penyakit nonagresif yang terjadi didalam
lapisan sel transisi kandung kemih. Kanker kandung kemih kambuh secara alami.
Terkadang kanker kandung kemih ditemukan menyerang lapisan lebih dalam pada
jaringan kandung kemih (DiGiulio, Jackson, & Keogh, 2014). Kanker kandung
kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan
kebanyakan menyerang laki-laki (Nursalam 2009).

2.1.2 Etiologi Kanker Kandung Kemih


Faktor-faktor berikut beresiko terhadap munculnya kanker kandung kemih
(National Cancer Institute 2010):
1. Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih.
Merokok merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker kandung
kemih. Orang yang merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih
tinggi daripada orang yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam
jangka waktu yang pendek.
2. Bahan-bahan kimia di tempat kerja
Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia
penyebab kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di industri pewarnaan,
karet, kimia, logam, tekstil,dan bulu, akan memiliki resiko terkena kanker
kandung kemih. Resiko lain juga muncul pada penata rambut, masinis, pekerja
printer, pengecat, dan supir truk.
3. Riwayat kanker kandung kemih
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki
kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama.
4. Pengobatan kanker tertentu
Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan
tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung
kemih. Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau
panggul akan memiliki resiko.
5. Arsenik

1
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker
kandung kemih. Dibeberapa bagian dunia, kadar arsenik mungkin ditemukan
tinggi pada air minum.
6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko
kanker kandung kemih.
7. Infeksi
Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit. Haematobium juga
dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya
pada karsinoma sel skuamosa. Inflamasi kronis juga diperkirakan
memainkan peran penting pada proses karsinogenesis pada kasus ini.

2.1.3 Stadium Kanker Kandung Kemih


Klasifikasi Duke-Masina, Jewett dengan modifikasi Strong-Marshal untuk
menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong 2008)
T= Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan klinis,
uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
Anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.

Tis Carcinoma in situ (pre invasive Ca)


TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
T0 Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding kandung kemih
T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang bergerak bebas
dapat diraba di kandung kemih
T3a Invasi otot yang lebih dalam
T3b Perluasan lewat dinding kandung kemih
T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen

N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe, pemeriksaan


klinis, lympgraphy, urography, operative
NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan
N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral

2
N2 Pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang
multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M=Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh, Pemeriksaan
klinis ,thorax foto,dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh,
tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multipledalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple

Gambar 6. Klasifikasi Stadium (Nursalam 2009)

2.1.4 Patofisiologi Kanker Kandung Kemih


Kanker kandung kemih dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya
yaitu genetik, lifestyle seperti merokok dan konsumsi makanan 4P, invasi kuman
(schistozomiasis yang terdapat pada siput), serta lingkungan dan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan-bahan kimia seperti pabrik. Faktor lifestyle merokok
dan lingkungan pabrik berkaitan erat dengan radikal bebas dan bahan-bahan kimia
karsinogenik yang dapat membahayakan tubuh seseorang terutama saat kekebalan
tubuhnya menurun, karena ia akan rentan terpapar oleh hal tersebut.

3
Faktor-faktor tersebut dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan menuju ke
ginjal. Setelah sampai di ginjal, radikal bebas dan bahan-bahan karsinogenik akan
terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin secara terus menerus
dan masuk ke kandung kemih sehingga terjadi stagnasi dimana radikal bebas
mengikat elektron DNA dan RNA sel transisional yang menyebabkan kerusakan
DNA. Apabila terjadi kerusakan pada DNA, tubuh akan melakukan perbaikan DNA
tersebut. Jika perbaikan berhasil, DNA akan kembali normal. Namun jika perbaikan
tidak berhasil, maka akan terjadi mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari
genom sel somatik Lifestyle
ada 3 tahapan, yaitu pengaktifan onkogen pendorong
Lingkungan dan pekerjaan
(ex: merokok, konsumsi invasi kuman
(pabrik cat, penyamak kulit,
pertumbuhan, perubahan gen yang(schistozomiasis)
Genetik mengandalikan pertumbuhan dan
makanan 4P) tembakau, pegawai salon)
pengnonaktifan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut mengakibatkan produksi
gen regulatorik hilang. Selanjutnya terjadi replikasi DNA yang berlebih yang
memicu timbulnya kanker pada kandung kemih.
Faktor-faktor resiko yang merangsang pertumbuhan sel

Pertumbuhan sel-sel baru pada jaringan kandung kemih

Proliferasi sel meningkat cepat, terjadi kerusakan struktur fungsional kandung kemih

Ca Bladder

Respon iritasi lokal Penatalaksanaa


Respon sistemik (anemia,
n
penurunan BB, mual muntah)

Hematuria Non Pembedahan


urgensi, dysuria
sering BAK MK : Ketidakseimbangan pembedahan (TURB-T,
nutrisi: kurang dari (kemoterapi, Diversi Urin,
Anemia kebutuhan irigasi kandung Cystectomy)
kemih,
MK: farmakologi)
MK: MK :
Nyeri
Intoleransi Gangguan
kronis
eliminasi
aktivitas 2.1.5 WOC Kanker Kandung Kemih
urin
Pre Post
MK: Ansietas Operasi Operasi

MK :
4
Resiko
infeksi
2.1.6 Manifestasi Klinis Kanker Kandung Kemih

( DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh . 2014)


1. Hematuria : hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau
penuh, dan dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal
hematuria, sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada
pembuangan gumpalan gumpalan da rah dan bangkai bangkai busuk.
2. Iritasi kandung kemih : tumor terbentuk di trigonum kandung kemih,
lingkup patologi meluas atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi
sampai ke kandung kemih sehingga menyebabkan fenomena sering buang
air kecil dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih : tumor yang lebih besar, tumor pada
leher kandung kemih dan penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan
buang air bahkan sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang
saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga

5
menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase : invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung
kemih sekitarnya, organ lain atau metastasis kelenjar getah panggul
simpul, akan menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula
vagina, dan edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang
lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Kandung Kemih


Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan kanker kandung
kemih bermacam-macam, antara lain:

1. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam, 2009)


a. Laboratorium rutin
1. Hb (untuk mengetahui adanya anemia)
Normal: M : 13-16 g/dl
F : 12-14 g/dl
b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal
1. BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar nitrogen
urea darah.
Normal: 10-45 mg/dl

2. Kreatinin serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik


dibandingkan dengan kadar nitrogen serum, karena ganggguan ginjal yang
berat dan persisten akan menyebabkan peningkatan kreatinin yang.
Normal: M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dl
c. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni,
khususnya yang kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya epitel,
eritrosit, atau leukosit pada urin. Pemeriksaan sitologi urin, memiliki
sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada tumor tingkat tinggi. Kultur air seni
dapat diperiksa untuk menyingkirkan adanya infeksi atau peradangan.
d. Sitologi Urin
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin (biasanya nilai
negatif palsu tinggi). Sitologi urin merupakan pemeriksaan mikroskopik
terhadap sel-sel didalam urin. pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis
kanker saluran kemih. Sitologi urin juga dilakukan untuk penyaringan kanker
pada orang-orang resiko tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan
penderita perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita yang telah menjalani

6
pengangkatan kanker kandung kemih, sitologi digunakan untuk evaluasi dan
follow up.
e. Cell survey antigen study
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker,
bahan yang digunakan adalah darah vena.
f. Flow cytometri
Untuk mendeteksi aadanya kelainan kromosom sel-sel urotelim.

2.1.8 Pemeriksaan penunjang Kanker Kandung Kemih


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan kanker kandung
kemih bermacam-macam, antara lain:

1. Pemeriksaan Radiologi (Shenoy, 2014)


a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)
Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.
Kontribusi perawat adalah:
1) Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan santan
karena akan memerlukan waktu penyerapan yang lama dan mengandung
kolesterol.
2) Klien dipuasakan 6-8 jam.
3) Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi
kesalahan pada gambaran kolon dan kandung kemih.
b. IVP
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan. Konstribusi
perawat adalah untuk melakukan pemeriksaan fungsi ginjal (BUN dan
Kreatinin) dan pemeriksaan alergi sebelum dilakukan tindakan.
c. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat mendeteksi
karsinoma buli. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya metastase
hati. Kontribusi perawat adalah menganjurkan klien untuk menahan kencing
untuk mengetahui perbedaan urin dan massa tumor.
d. CT Scan
Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui penyebaran
penyakit. Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya untuk mengetahui
adanya infiltrasi adanya infiltrasi pada otot, jaringan prevesika serta prostat,
dan dinding pelvik. Indikasi untuk sitoskopi, antara lain:
1) Hematuria dengan IVP yang normal
2) Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
3) Sel maligna dalam sitologi urine
e. MRI

7
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. Jika
tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa.
Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan
pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan
arteri renalis.
f. Sistoskopi
Merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi lesi dan
mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus lebih
lanjut. Peran perawat yaitu memantau adanya komplikasi pasca prosedur
sistoskopi berupa perdarahan, perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat
melakukan observasi terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan
sistoskopi, urin normalnya berwarna merah muda karena trauma saat
memasukkan instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera
dilaporkan. Perawat memantau kecukupan asupan cairan klien untuk
mencegah statis urin dan obstruksi darah beku. Perawat memantau tanda-
tanda vital klien secara teratur untuk mendeteksi dini potensi adanya infeksi.

2.1.9 Penatalaksanaan Kanker Kandung Kemih


Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan meliputi jenis tumor,
kedalaman invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit, dan keadaan
umum klien. Faktor-faktor tersebut penting dalam rencana perawatan klien. Berikut
penatalaksanaan berdasarkan tingkat stadium pada klien dengan kanker kandung
kemih (Mansjoer, Arif, 2000):

a. Penatalaksanaan pada stadium 1


Penggunaan sistem sistektomi pada pengangkatan kandung kemih
dilakukan pada area yang invasif atau multivokal. Sistektomi radikal pada pria
meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus seminalis, dan
jaringan vesikal di sekitarnya. Sedangkan pada wanita, sistektomi radikal
meliputi pengangkatan kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba palopi,
ovarium vagina anterior, dan uretra.
b. Penatalaksanaan pada stadium 2, 3, 4
Pada stadium ini, penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan
kemoterapi. Kemoterapi yang dimaksud yaitu dengan menggunakan kombinasi
metotreksat, vinblastin, dexorubisin (adriamisin) dan cisplatin (M-VAC).
Kombinasi tersebut menghasilkan remisi parsial karsinoma sel transisional

8
kandung kemih pada sebagian pasien. Kemoterpi intravena dapat dilakukan
bersama dengan terapi radiasi.
Kemoterapi topikal (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan
memasukkan larutan obat antineoplastik ke dalam kandung kemih yang
membuat obat tersebut mengenai dinding kandung kemih) dapat di
pertimbangkan jika terdapat resiko kekambuhan yang tinggi, contohnya yaitu
jika terdapat kanker in situ atau reseksi tumor yang tidak tunas. Kemoterapi
topikal adalah pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa,
doxorubisin, mitomisin, ethouglusid dan bacillus calmette-guerin atau BCG)
untuk meningkatkan jaringan tumor. BCG kini dianggap sebagai priparat
intravesikal yang paling efektif untuk kanker kandung kemih yang kambuhan,
karena priparat ini akan mengalahkan respon imun tubuh terhadap kanker.
Pasien dibolehkan makan dan minum sebelum prosedur pemasukan obat
dilaksanakan, tetapi setelah kandung kemih terisi penuh, pasien harus menahan
larutan priparat intravesikal tersebut selama 2 jam sebelum mengalirkannya
keluar dengan berkemih. Pada tahap akhir dari prosedur ini, pasien dianjurkan
untuk buang air kecil dan meminum cairan adlibitum untuk membilas priparat
tersebut dari dalam kandung kemih.

9
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian ( DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh . 2014)


3.1.1. Anamnesa
a. Identitas
Data demografi pasien meliputi: nama, alamat, jenis kelamin, usia, pekerjaan,
dst. Pajanan okupasional dengan zat–zat karsinogen khususnya bahan pewarna dan
pelarut yang digunakan dalam indutri dapat menjadi faktor resiko.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling lazim didapatkan adalah adanya darah pada urin
(hematuria). Hematuria mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang (gross), tetapi
mungkin pula hanya terlihat dengan bantuan mikroskop (mikroskopis). Hematuria
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Keluhan lainnya meliputi sering BAK dan
nyeri saat BAK (diuria).
Pasien dengan penyakit lanjut dapat hadir dengan nyeri panggul atau tulang,
edema ekstremitas bawah dari kompresi korpusiliaka, atau nyeri panggul dari
obstruksi saluran kemih. Superfisial kanker kandung kemih jarang ditemukan selama
pemeriksaan fisik. Kadang-kadang, massa abdomen atau pelvis dapat teraba. Periksa
untuk limfadenopati.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Mendiskripsikan secara kronologis tentang perjalanan penyakit pasien mulai
dari awal mula sakit sampai dibawa ke rumah sakit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat kesehatan seperti infeksi atau iritasi saluran kemih
atau gangguan berkemih seperti hematuria dan disuria.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Berhunbungan dengan riwayat kanker dalam keluarga sepert kanker prostat,
kanker ginjal, dan lain-lain.
f. Riwayat Penggunaan Obat-Obatan
Pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan seperti siklofosfamid
(cytoxan) yang menjadi faktor penyebab.
g. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Misalnya kebiasaan merokok. Panjanan lingkungan dengan zat karsinogen
seperti 2-naftilamin, senyawa nitrat.
3.1.2. Pemeriksaan Fisik

10
a. Keadaan umum : Klien tampak pucat dan merasa mual
b. Kesadaran: compos mentis
c. Tanda-tanda vital
1) Peningkatan TD, Karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah yang berakibat pada hipertensi.
2) Peningkatan RR (Hiperventilasi) karena terjadi penurunana BB yang
berakibat pada penurunana oksigen.
d. Pemeriksaan Head to Toes
1) Kepala: normal
2) Mata:
Inspeksi: konjungtiva anemis
3) Hidung: normal
4) Dada & axila: normal
5) Pernafasan: normal
6) Sirkulasi jantung: terjadi peningkatan aliran darah ke kandung kemih
karen proliferasi sel meningkat
7) Abdomen:
inspeksi: distensi abdomen
palpasi: nyeri tekan pada abdomen
8) Genitourinary:
inspeksi: hematuria
palpasi: teraba ada massa pada daerah suprasimfisis, abdomen
kuadran bawah.
9) Ekstremitas (integumen & muskuluskletal):
inspeksi: kemerahan/iritasi pada daerah genitalia. palpasi: tugor kulit jelek.
Kulit tampak pucat.

3.1.3. Pengkajian Diagnostik


1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis
Pada analisis mikoskopik urine, ditemukannya sel-sel darah merah secara
signifikan (lebih dari 2 per lapang pandang) menunjukkan adanya cedera
pada sistem saluran kemih dan didapatkannya leukositoria (>5/lpb)
menunjukkan adanya proses inflamasi pada saluran kemih (Purnomo, 2007)
b. Pemeriksaan Darah
a) Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit
(Purnomo 2007).
b) Faal ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar
kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan klirens
kreatinin.

11
c) Faal Hepar
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis suatu
keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum.
d) Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker)
Pemeriksaan penanda tumor antara lain adalah: PAP (Prostatic Acid
Phosphate) dan PSA (Prostat Spesific Antigen) yang berguna untuk
menegakkan diagnosis karsinoma. PSA ini dapat digunakan sebagai
deteksi awal tumor yang tidak invasif.
e) Cell survey antigen study
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker,
bahan yang digunakan adalah darah vena (Nursalam 2009).
f) Kultur urine
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi salura kemih.
g) Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat menentukan suatu jaringan normal, mengalami
proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi maligna. Selain itu
pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.
h) Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine (biasanya nilai
negative palsu tinggi). Derajat perubahan sel diklasifikasikan dalam
lima kelas mulai dari; normal, sel yang mengalami peradangan, sel
atipik, disuga menjadi sel ganas, dan sel yang sudah mengalami
perubahan morfologi menjadi sel ganas.
2) Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Polos Abdomen (BOF; BNO; KUB)
b. USG
c. Sitoskopi
d. Flow Cytometri
e. Pielogram Intravena / IVP
f. Arteriogram ginjal
g. CT-scan
3) Biopsi
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi dapat
digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar kandung kemih seperti
jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar limfa, atau organ tubuh lain (American
Cancer Society 2012).

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan kanker kandung
kemih, antara lain:

12
(Herdman, T.H & Kamitsuru,S.2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification (NANDA) 2015-2017.)
1. Domain 12.Kenyamanan, Kelas 1: Kenyamanan fisisk, Nyeri kronis b.d infiltrasi
tumor (00133)
Batasan karakteristik:
Ekspresi wajah nyeri
2. Domain 3.Eliminasi dan Pertukaran, Kelas 1: Fungsi Urinarius, Gangguan
eliminasi urine b.d infeksi saluran kemih (00016)
Batasan karakteristik:
Disuria, nokturia, retensi urine
3. Domain 4. Aktivitas/Istirahat. Kelas 4. Respons Kardiovaskular/Pulmonal,
Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas (00092).
Batasan karakteristik:
Keletihan

3.3 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Domain Setelah dilakukan tindakan Pemberian Analgesik (2210)
12.Kenyamanan, keperawatan 3x24 jam, 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
Kelas 1: Kenyamanan diharapkan tidak ada tanda kualitas dan keparahan nyeri
fisisk, Nyeri kronis b.d dan gejala nyeri dari klien sebelum mengobati pasien
2. Cek adanya riwayat alergi obat
infiltrasi tumor dengan kriteria hasil:
3. Pilih analgesik atau kombinasi
(00133) Kontro nyeri (1605)
analgesik yang sesuai ketika lebih
Batasan karakteristik: 1. Mengenali kapan
dari satu yang diberikan
Ekspresi wajah nyeri nyeri terjadi 4. Tentukan pilihan obat analgesik
2. Dapat
(narkotik, non narkotik, NSAID),
menggambarkan
berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
faktor penyebab 5. Berikan kebutuhan kenyamanan dan
3. Melaporkan nyeri
aktivitas lain yang dapat membantu
yang terkontrol pada
relaksasi untuk memfasilitasi
profesional kesehatan
penurunan nyeri
4. Mengenali apa yang
Manajemen Nyeri (1400)
terkait dengan gejala
1. Lakukan pengkajian nyeri
nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi,
Tingkat nyeri (2102)
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
1. Nyeri yang dilaporkan
kualitas, intensitas, atau beratnya
tidak ada

13
2. Panjangnya episode nyeri dan faktor pencetus
2. Gali pengetahuan dan kepercayaan
nyeri berkurang
3. Tidak mengerang dan pasien mengenai nyeri
3. Tentukan akibat dari pengalaman
menangis
4. Mual berkurang nyeri terhadap kualitas hidup pasien
5. Tidak kehilangan
(mis., tidur, nafsu makan, pengertian,
nafsu makan
perasaan hubungan, peforma kerja,
dan tanggung jawab peran)
4. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (mis.,
suhu ruangan, pencahayaan, suara
bising)
5. Pilih dan implementasikan tindakan
yang beragam (mis., farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal)
untuk memfasilitasi penurunan nyeri,
sesuai dengan kebutuhan
6. Libatkan keluarga dalam modalitas
penurun nyeri, jika memungkinkan
2 Domain 3.Eliminasi Setelah dilakukan tindakan Bantuan Berkemih (0640) :
dan Pertukaran, Kelas selama 3x24 jam 1. Pertimbangkan kemampuan dalam
1: Fungsi Urinarius, diharapkan eliminasi urine rangka mengenal untuk BAK
2. Lakukan pencatatan mengenai
Gangguan eliminasi dapat optimal sesuai
spesifikasi kontinensia selama 3
urine b.d infeksi toleransi individu dengan
hari untuk mendapatkan pola
saluran kemih (00016) kriteria hasil :
pengeluaran urine
Batasan karakteristik:
Eliminasi Urine (0503) : 3. Tetapkan interval untuk jadwal
Disuria, nokturia,
1. Pola eliminasi (5) membantu berkemih, berdasarkan
retensi urine 2. Jumlah urine (5) pada pola pengeluaran urine
3. Kejernihan,warna
urine(5)
4. Mengosongkan
kantung kemih
sepenuhnya (5)
5. Mengenali keinginan
untuk berkemih (5)
6. Nyeri saat kencing (5)

14
7. Rasa terbakar saat
berkemih (5)
3 Domain 4. Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas (4310):
Aktivitas/Istirahat. keperawatan 3x24 jam, 1. Pertimbangkan kemampuan klien
Kelas 4. Respons diharapkan klien dapat dalam berpartisipasi melalui
Kardiovaskular/Pulmo beraktivitas secara aktivitas spesifik
2. Berkolaborasi dengan (ahli) terapis
nal, Intoleransi maksimal dengan kriteria
fisik, okupasi dan terapi
Aktivitas b.d hasil:
rekreasional dalam perencanaan
imobilitas (00092).
Kelelahan: efek yang dan pemantauan progam aktivitas,
Batasan karakteristik:
mengganggu (0008): jika memang diperlukan
Keletihan
1. Nafsu makan 3. Bantu klien untuk memilih aktivitas
menurun dan pencapaian tujuan melalui
2. Perubahan status aktivitas yang konsisten dengan
nutrisi kemampuan fisik, fisiologis, dan
3. Gangguan untuk
social
menikmati pola 4. Bantu klien dan keluarga untuk
hidup beradaptasi dengsn lingkungan
4. Gangguan pada
pada saat mengakomondasi
rutinitas
aktivitas yang diinginkan
Tingkat kelelahan (0007)
a. Kelelahan Manajemen energi (0180):
b. Kehilangan selera 1. Kaji status fisiologi pasien yang
makan menyebabkan kelelahan sesuai
c. Sakit kepala dengan konteks usia
d. kesadaran
perkembangan
2. Tentukan persepsi pasien/orang
terdekat dengan pasien mengenai
keterbatasan yang dialami
3. Pilih defisi status fisiologis
(missal, kemoterapi yang
menyebabkan anemia) sebagai
prioritas pertama
4. Pilih intervensi untuk mengurangi
kelelahan baik secara
farmakologis

15
3.4 Evaluasi
1. Wajah klien menunjukkan sudah tidak nampak meringis kesakitan
2. Klien mengatakan sudah dapat berkemih dengan normal dan tidak terasa ada sisa saat
selesai berkemih
Klien terlihat sudah merasa tidak begitu lemas dan dapat beraktivitas seperti biasanya

16
BAB 4

ASKEP KASUS

4.1 Kasus
Seorang pasien bernama Tn. M berusia 56 tahun, beralamat di Jl. Mawar, beragama
islam, bekerja sebagai seorang PNS datang ke RS pada tanggal 27 Februari 2018,
dengan No. Registrasi 415xxx bersama istrinya selaku penanggung jawabnya bernama
Ny. S berusia 53 tahun dengan keluhan nyeri di daerah pinggang serasa ditusuk-tusuk
dengan skala 8, nyeri terasa pada saat berkemih dan bertambah parah pada saat akhir
berkemih yang paling sering muncul pada malam hari. Klien mengatakan nyeri
berlangsung sejak 8 bulan yang lalu. Hal ini telah klien alami selama 1 minggu
belakangan ini. Klien tampak meringis kesakitan dan memegangi pinggangnya. Klien
juga mengeluh sering BAK namun tidak puas karena masih ada terasa sisa pada saat
selesai berkemih, klien juga mengatakan urinenya berwarna merah namun pasien belum
bisa memastikan apa itu darah atau bukan.
Pasien juga mengeluh tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun karena ia sering
BAK pada malam hari. Istri pasien juga mengatakan akhir-akhir ini badan pasien panas,
dan sering berkeringat. Pasien dan juga istrinya merasa cemas dan gelisah akan penyakit
yang klien derita saat ini. Pasien tampak cemas dan gelisah saat dilakukan pengkajian.
Pasien mengatakan selama ini tidak pernah menderita penyakit separah saat ini serta
tidak ada riwayat alergi makanan dan obat apapun. Namun pasien mengatakan ayahnya
meninggal karena menderita penyakit kanker kandung kemih.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, TTV (TD : 130/80 mmHg, HR : 96x/m, RR :
22 x/m, dan T : 39,00C). Palpasi daerah pinggang dan VU terdapat nyeri tekan.
Konjungtiva pasien tampak anemis dan klien tampak pucat dan lemah. Dilakukan
pemeriksaan Laboratorium, test urin terdapat Hematuria, dan pemeriksaan CT Scan
menunjukkan adanya kelainan pada kandung kemih. Pasien di diagnosa medis oleh
dokter mengalami penyakit Ca Vesica Urinaria.

4.2 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 56 tahun

17
Alamat : Jl. Mawar
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
MRS : 27 Februari 2018
No. Registasi : 415xxx
Diagnosa Medis : Ca. Vesica Urinaria
Penganggung Jawab : Ny. S
Usia : 53 tahun
Hub. dengan klien : Istri

B. Keluhan Utama
Nyeri di daerah pinggang serasa ditusuk-tusuk.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri di daerah pinggang serasa ditusuk-tusuk dengan skala 8 dan paling
sering muncul pada malam hari. Klien mengalami selama 1 minggu belakangan ini.
Klien tampak meringis kesakitan dan memegangi pinggangnya. Klien juga mengeluh
sering BAK namun tidak puas karena masih ada terasa sisa pada saat selesai
berkemih, klien juga mengatakan urinenya berwarna merah namun pasien belum bisa
memastikan apa itu darah atau bukan. Pasien juga mengeluh tidurnya tidak nyenyak
dan sering terbangun karena ia sering BAK pada malam hari. Istri klien juga
mengatakan akhir-akhir ini badan klien panas, dan sering berkeringat.Klien dan juga
istrinya merasa cemas dan gelisah akan penyakit yang klien derita saat ini. Klien
tampak cemas dan gelisah saat dilakukan pengkajian.

D. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien mengatakan selama ini tidak pernah menderita penyakit separah saat
ini.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan ayahnya meninggal karena menderita penyakit kanker
kandung kemih.

F. Pemeriksaan Fisik
18
B1 (Breathing) : RR : 22 x/m
B2 (Blood) : TD : 130/80 mmHg, HR : 96x/m, Konjungtiva pasien tampak
anemis, dan klien tampak pucat dan lemah
B3 (Brain) : tidak ada keluhan
B4 (Bladder) : Palpasi daerah pinggang dan VU terdapat nyeri tekan
B5 (Bowl) : tidak ada keluhan
B6 (Bone) : tidak ada keluhan

G. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Laboratorium, test urin terdapat Hematuria, dan
pemeriksaan CT Scan menunjukkan adanya kelainan pada kandung kemih.

4.3 Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah Keperawatan

19
1. DS : Pertumbuhan sel-sel baru Nyeri Kronis (00133)
- Klien mengeluh Nyeri di
daerah pinggang yang serasa pada kandungan jaringan

ditusuk-tusuk dengan skala 8, kandung kemih

nyeri terasa pada saat berkemih ↓

dan bertambah parah pada saat Poliferasi sel meningkat cepat,


akhir berkemih yang paling terjadi kerusakan fungsional
sering muncul pada malam hari kandung kemih
- Klien mengatakan nyeri ↓
berlangsung sejak 8 bulan yang Ca Bladder
lalu ↓
DO : Respon iritasi lokal
- P : nyeri bertambah berat ketika ↓
diakhir berkemih Dysuria
- Q : Nyeri terasa ditusuk-tusuk
- R : Nyeri di daerah pinggang ↓
- S : Nyeri yang dirasakan skala
8 Nyeri Kronis
- T : Nyeri terasa pada saat
berkemih dan bertambah parah
pada saat akhir berkemih yang
paling sering muncul pada
malam hari

- Klien tampak meringis


kesakitan dan memegangi
pinggangnya.
- Palpasi daerah pinggang dan
VU terdapat nyeri tekan.

2. DS : Pertumbuhan sel-sel baru pada Gangguan Eliminasi


- Klien juga mengeluh sering kandungan jaringan kandung Urine (00016)
BAK namun tidak puas karena kemih
masih ada terasa sisa pada saat ↓
selesai berkemih, klien juga Poliferasi sel meningkat cepat,
mengatakan urinnya berwarna terjadi kerusakan fungsional
merah namun pasien belum kandung kemih

20
bisa memastikan apa itu darah ↓
atau bukan. Ca Bladder

DO :
Respon iritasi lokal
- Dilakukan pemeriksaan

Laboratorium, test urin terdapat
Urgensi, sering BAK
Hematuria, dan pemeriksaan

CT Scan menunjukkan adanya
Gangguan Eliminasi Urine
kelainan pada kandung kemih.

3. DS : Pertumbuhan sel-sel baru Ansietas (00146)


- Klien dan juga istrinya merasa
cemas dan gelisah akan pada kandungan jaringan

penyakit yang diderita klien kandung kemih

saat ini. ↓

DO : Poliferasi sel meningkat cepat,

- Pasien tampak cemas dan terjadi kerusakan fungsional


gelisah saat dilakukan kandung kemih

pengkajian. ↓
Ca Bladder

Penatalaksanan non
pembedahan kemoterapi,
irigasi kandung kemih,
farmakologi

Kurang pengetahuan

Ansietas

4.4 Diagnosa Keperawatan


1) Domain 12 : Kenyamanan

21
Kelas 1. Kenyamanan Fisik. Nyeri Kronis b.d Infiltrasi Tumor (00133)
2) Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran.
Kelas 1. Fungsi Urinarius. Gangguan eliminasi urine b.d infeksi saluran kemih
(00016)
3) Domain 9 : Koping/ Toleransi Stress .
Kelas 2 . Respons Koping . Ansietas b.d Perubahan Besar ( misalnya status kesehatan)
(00146)

4.5 Intervensi dan Implementasi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC Jam Implementasi


Keperawatan
1. Domain 12 : Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
Kenyamanan tindakan (1400) : (1400):
Kelas 1. keperawatan selama 1) Lakukan 09.00 1) Melakukan pengkajian
Kenyamanan 3x24 jam diharapkan pengkajian nyeri WIB nyeri komprehensif
Fisik. Nyeri nyeri pada klien komprehensif yang yang meliputi : lokasi,
Kronis b.d dapat diatasi dengan meliputi : lokasi, karakteristik,
Infiltrasi Tumor kriteria hasil : karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
(00146) onset/durasi, kualitas, intensitas atau
Kontrol Nyeri frekuensi, kualitas, beratnya nyeri dan
(1605) : intensitas atau faktor pencetus.
1) Klien dapat beratnya nyeri dan Respon Klien : klien
Mengenali kapan faktor pencetus. dapat menjelaskan
nyeri terjadi 2) Observasi adanya dengan baik mengenai
2) Klien sudah petunjuk nonverbal nyeri yang dirasakan
dapat mengenai
menggambarkan ketidaknyamanan 09.00 2) Mengobservasi adanya
faktor penyebab terutama pada WIB petunjuk nonverbal
nyeri mereka yang tidak mengenai
3) Klien dapat dapat ketidaknyamanan
melaporkan nyeri berkomunikasi terutama pada mereka
yang terkontrol secara efektif yang tidak dapat
3) Pastikan perawatan berkomunikasi secara
Tingkat Nyeri analgesik bagi efektif
(2102) : pasien dilakukan Respon Klien : Klien
1) Klien melaporkan dengan dapat menunjukkan
sudah tidak ada pemantauan yang bagian tubuh yang
nyeri ketat nyeri
2) klien mengatakan 4) Berikan informasi
nyeri yang mengenai nyeri, 3) Memastikan perawatan
dirasakan tidak seperti penyebab 09.00 analgesik bagi pasien
terlalu lama nyeri, berapa lama WIB dilakukan dengan
3) Klien nyeri akan pemantauan yang ketat

22
menunjukkan dirasakan, dan Respon Klien : Klien
sudah tidak ada antisipasi dari memahami mengenai
ekspresi nyeri ketidaknyamanan perawatan analgesik
pada wajahnya akibat prosedur
4) Klien 5) Kolaborasi dengan 4) Memberikan informasi
mengatakan pasien, orang 09.00 mengenai nyeri, seperti
sudah tidak terdekat dan WIB penyebab nyeri, berapa
Berkeringat kesehatan lainnya lama nyeri akan
untuk memilih dan dirasakan, dan
Tingkat kecemasan mengimplementasi antisipasi dari
(1211) : kan tindakan ketidaknyamanan
1) Klien penurunan nyeri akibat prosedur
mengatakan non farmakologi, Respon Klien : Klien
sudah dapat sesuai kebutuhan. memahami mengenai
beristirahat 6) Monitor kepuasan informasi nyeri,
dengan baik pasien terhadap penyebab nyeri dan
2) Klien manajemen nyeri berapa lama nyeri yang
mengatakan dalam interval telah disampaikan
sudah tidak yang spesifik
merasakan 5) Mengkolaborasi
perasaan gelisah Pemberian Analgesik dengan pasien, orang
3) Ekspresi klien (2210) : 09.00 terdekat dan kesehatan
sudah terlihat 1) Tentukan lokasi, WIB lainnya untuk memilih
tenang karakteristik,kualit dan
4) Klien as, dan keparahan mengimplementasikan
menunjukkan nyeri sebelum tindakan penurunan
sudah tidak ada mengobati pasien nyeri non farmakologi,
gangguan pada 2) Cek perintah sesuai kebutuhan.
tidur nya pengobatan Respon Klien : Klien
meliputi obat dosis dapat memilih tindakan
dan frekuensi obat untuk mengurangi
analgesik yang nyeri
diresepkan
3) Evaluasi 6) Memonitor kepuasan
kemampuan pasien 09.10 pasien terhadap
untuk berperan WIB manajemen nyeri
serta dalam dalam interval yang
pemilihan spesifik
analgesik, rute dan Respon Klien : Klien
dosis dan merasa puas terhadap
keterlibatan pasien, manajemen nyeri yang
sesuai kebutuhan diberikan
4) Pilih analgesik/
kombinasi Pemberian Analgesik
analgesik yang (2210) :
sesuai ketika lebih 1) Menentukan lokasi,

23
dari satu diberikan 09.20 karakteristik,kualitas,
5) Monitor tanda vital WIB dan keparahan nyeri
sebelum dan sebelum mengobati
setelah pasien
memberikan 2) Mengecek perintah
analgesik narkotik pengobatan meliputi
pada pemberian 09.20 obat dosis dan
dosis pertama kali WIB frekuensi obat
atau jika analgesik yang
ditemukan tanda- diresepkan
tanda yang tidak 3) Memilih analgesik/
biasanya 09.25 kombinasi analgesik
WIB yang sesuai ketika
lebih dari satu
diberikan.
Pengurangan
Kecemasan Respon Klien : Klien
(5820) : memahami mengenai
1) Gunuakan analgesik yang
pendekatan diberikan.
yang tenang
dan
menyakinkan Sesuai dosis :
2) Berikan
Parenteral :
informasi
faktual terkait 1) Pemberian dosis
diagnosis, tunggal:
perawatan dan - IM:
prognosis Pasien < 65 tahun:
3) Dorong satu dosis 60 mg.
keluarga untuk Pasien dengan
mendampingi gangguan ginjal,
klien dengan dan/atau kurang
cara yang tepat
dari 50 kg (110
4) Atur
pon): satu dosis 30
penggunaan
mg.
obat-obatan
- IV: Pasien < 65
untuk
tahun: satu dosis 30
mengurangi
kecemasan mg.
Pasien dengan
secara tepat
gangguan ginjal,
dan/atau kurang
dari 50 kg (110
pon): satu dosis 15
mg.
2) Pemberian dosis

24
ganda:
- Pasien kurang dari
65 tahun: 30 mg
IM atau IV setiap 6
jam sesuai
kebutuhan. Dosis
maksimal harian
tidak lebih dari 120
mg.
- Pasien dengan
gangguan ginjal,
dan/atau kurang
dari 50 kg (110
pon): 15 mg IM
atau IV setiap 6
jam sesuai
kebutuhan. Dosis
maksimal harian
tidak lebih dari 60
mg.

Oral :

1) 10 mg secara oral 4
kali sehari sesuai
kebutuhan. Dosis
maksimal harian
tidak lebih dari 40
mg.
2) Pasien kurang dari
50 kg: Dosis
maksimal harian
tidak lebih dari 40
mg.
Dosis maksimal
harian: 126 mg

4) Mengevaluasi
kemampuan pasien
untuk berperan serta
dalam pemilihan
analgesik, rute dan
dosis dan keterlibatan
pasien, sesuai
kebutuhan

25
Respon Klien : Klien
memahami mengenai
analgesik yang telah
09.25 diberikan
WIB
5) Memonitor tanda vital
sebelum dan setelah
memberikan analgesik
narkotik pada
pemberian dosis
pertama kali atau jika
ditemukan tanda-tanda
yang tidak biasanya
Respon Klien :
TTV normal : TD :
09.25 120/80 mmHg, N : 60-
WIB 100 x/menit, T : 36,5-
37 C, RR : 16-20
x/menit

Pengurangan
Kecemasan (5820) :
1) Gunakan pendekatan
yang tenang dan
menyakinkan
2) Memberikan informasi
faktual terkait
diagnosis, perawatan
dan prognosis
3) Mendorong keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara yang
09.30 tepat
WIB 4) Mengatur penggunaan
obat-obatan untuk
09.30 mengurangi kecemasan
WIB secara tepat

Respon Klien : Klien


09.30 memahami mengenai
WIB informasi yang telah
diberikan.

09.30
WIB

26
2. Domain 3 : Setelah dilakukan Bantuan Berkemih Bantuan Berkemih
Eliminasi dan tindakan (0640) : (0640) :
Pertukaran. keperawatan selama 1) Pertimbangkan 10.00 1) Mempertimbangkan
Kelas 1. Fungsi 3x24 jam diharapkan kemampuan dalam WIB kemampuan dalam
Urinarius. gangguan eliminasi rangka mengenal rangka mengenal untuk
Gangguan pada klien dapat untuk BAK BAK
eliminasi urine diatasi dengan 2) Lakukan 10.00 2) Melakukan pencatatan
b.d infeksi kriteria hasil : pencatatan WIB mengenai spesifikasi
saluran kemih mengenai kontinensia selama 3
(00016) Eliminasi Urine spesifikasi hari untuk
(0503) : kontinensia selama mendapatkan pola
1) Pola eliminasi 3 hari untuk pengeluaran urine
klien tidak mendapatkan pola 10.00 3) Menetapkan interval
terganggu pengeluaran urine WIB untuk jadwal
2) Jumlah urine 3) Tetapkan interval membantu berkemih,
klien tidak untuk jadwal berdasarkan pada pola
terganggu membantu pengeluaran urine
3) Kejernihan,warna berkemih,
urine klien tidak berdasarkan pada Respon Klien : Klien
terganggu pola pengeluaran dapat mengenali tanda-
4) Mengosongkan urine tanda BAK
kantung kemih
sepenuhnya klien
tidak terganggu
5) Klien sudah
dapat
menunjukkan
Respon untuk
Mengenali
keinginan
berkemih tidak
terganggu
6) Klien
mengatakan
Nyeri saat
kencing tidak ada
7) Klien
mengatakan Rasa
terbakar saat
berkemih sudah
tidak ada

3. Domain 9 : Setelah dilakukan Pengurangan Pengurangan


Koping/ tindakan Kecemasan Kecemasan (5820) :

27
Toleransi Stress keperawatan selama (5820) : 1) Menggunakan
Kelas 2 . 3x24 jam diharapkan 1) Gunakan 11.00 pendekatan yang
Respons Koping Ansietas pada klien pendekatan WIB tenang dan
. Ansietas b.d dapat diatasi dengan yang tenang menyakinkan
Perubahan kriteria hasil : dan Respon Klien : Klien
Besar menyakinkan merasa nyaman
( misalnya Tingkat kecemasan 2) Berikan
status (1211) : informasi 2) Memberikan informasi
kesehatan) 1) Klien faktual terkait 11.00 faktual terkait
(00146) mengatakan diagnosis, WIB diagnosis, perawatan
sudah dapat perawatan dan dan prognosis
beristirahat prognosis Respon Klien : Klien
dengan baik 3) Dorong dapat mengetahui
2) Klien keluarga untuk perawatan yang telah
mengatakan mendampingi diberikan
sudah tidak klien dengan
merasakan cara yang tepat 3) Mendorong keluarga
perasaan gelisah 4) Atur untuk mendampingi
3) Ekspresi klien penggunaan 11.00 klien dengan cara yang
sudah terlihat obat-obatan WIB tepat
tenang untuk Respon Klien :
4) Klien mengurangi Keluarga dapat
menunjukkan kecemasan mendampingi klien
sudah tidak ada secara tepat sehingga klien merasa
gangguan pada nyaman
tidur nya
4) Mengatur penggunaan
11.30 obat-obatan untuk
WIB mengurangi kecemasan
secara tepat
Respon Klien : Klien
dapat memahami aturan
obat agar tidak cemas

4.6 Evaluasi Keperawatan

1) Nyeri Kronis b.d Infiltrasi Tumor


S : Klien melaporkan sudah tidak ada nyeri, Klien mengatakan nyeri yang dirasakan
tidak terlalu lama, Klien mengatakan sudah tidak Berkeringat, Klien mengatakan
sudah dapat beristirahat dengan baik, Klien mengatakan sudah tidak merasakan
perasaan gelisah
O : Klien dapat Mengenali kapan nyeri terjadi, Klien sudah dapat menggambarkan
faktor penyebab nyeri, Klien dapat melaporkan nyeri yang terkontrol, Klien
menunjukkan sudah tidak ada ekspresi nyeri pada wajahnya, Ekspresi klien sudah
terlihat tenang, Klien menunjukkan sudah tidak ada gangguan pada tidur nya

28
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi

2) Gangguan eliminasi urine b.d Infeksi Saluran Kemih


S : Klien sudah dapat menunjukkan respon untuk Mengenali keinginan berkemih
tidak terganggu, Klien mengatakan Nyeri saat kencing tidak ada, Klien
mengatakan rasa terbakar saat berkemih sudah tidak ada
O : Pola eliminasi klien sudah tidak terganggu, Jumlah urine klien tidak terganggu,
Kejernihan dan warna urine klien tidak terganggu, Mengosongkan kantung kemih
sepenuhnya klien tidak terganggu
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi

3) Ansietas b.d Perubahan Besar ( misalnya status kesehatan)


S : Klien mengatakan sudah dapat beristirahat dengan baik, Klien mengatakan sudah
tidak merasakan perasaan gelisah
O : Ekspresi klien sudah terlihat tenang, Klien menunjukkan sudah tidak ada
gangguan pada tidur nya
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi

29
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme dalam tubuh. Kanker merupakan salah
satu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada organ sistem perkemihan, misalnya
kanker kandung kemih. Kanker kandung kemih adalah suatu penyakit nonagresif yang
terjadi didalam lapisan sel transisi kandung kemih. Kanker kandung kemih kambuh
secara alami. Terkadang kanker kandung kemih ditemukan menyerang lapisan lebih
dalam pada jaringan kandung kemih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan meliputi jenis tumor,
kedalaman invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit, dan keadaan
umum klien. Faktor-faktor tersebut penting dalam rencana perawatan klien.

DAFTAR PUSTAKA

30
Cancer Treatment Cancer of America (2013). Diakses dari http://www.cancer
center.com/ bladder-cancer/surgery/ pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 20.00
WIB
Company Bulechek, Gloria M. Et al.2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. Missouri : Mosby Elsevier
DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah, Ed. I,
Yogyakarta: Rapha Publishing
Herdman, T.H & Kamitsuru,S. (Eds.). 2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification (NANDA) 2015-2017. Oxford : Willey Blackwell
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius. Jakarta: FKUI.

Moorhead, Sue et al.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Missouri :
Mosby Elsevier

Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

O’callaghan.C.A, at a Glance sistem ginjal edisi 2, Jakarta: Erlangga.


Purnomo, BB (2007). Dasar-dasar Urologi Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto. Hal 170-175.
Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu. Tangerang:
Karisma Publishing Group.

Wein A.J, at all. 2012, bladder dysfunction in the adult. New York: springer science.

31

You might also like