Professional Documents
Culture Documents
“DENGAN KATARAK”
(KEPERAWATAN GERONTIK)
Dosen Pembimbing:
Kelompok 5:
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Lansia dengan Katarak”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu Mata Ajar Keperawatan Gerontik.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
2. Bapak H. Andi Yudianto, S.Kep.Ns. M.Kes. selaku Dekan FIK UNIPDU JOMBANG.
3. Bapak M. Rajin S.Kep. Ns. M. Kes Selaku Kaprodi S1 Keperawatan UNIPDU JOMBANG
4. Ibu Wiwik Widiatie, S.Kep, Ns. M.Kes. selaku Penanggung Jawab Mata Ajar
Keperawatan Gerontik S1 Keperawatan UNIPDU JOMBANG.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di
Indonesia .
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata – rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000
orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50
tahun sehingga istilah “Baby Boom” pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan penduduk
lanjut usia”.
Mata dapat dikatakan sebagai bagian dari pancaindra yang paling penting, dari mata
kita dapat melihat, belajar dan melakukan semua kegiatan dengan optimal. Mata
merupakan jendela otak karena 90% informasi yang di peroleh otak berasal dari mata.
Jika pada system penglihatan mengalami gangguan maka akan berdampak besar dalam
kehidupan sehari-hari. WHO memperkirakan 12 orang menjadi buta setiap menit di
dunia, dan 4 orang diantaranya berasal dari asia tenggara. Bila dibandingkan dengan
angka kebutaan Negara-negara di regional Asia Tenggara,angka kebutaan di Indonesia
(1,5%) adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%,India 0,7%,Thailand 0,3%). Menurut
Badan Penelitian dan Pengembanga Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2008), proporsi penduduk umur 30 tahun ke atas dengan katarak menurut
kabupaten/provinsi jawatengah adalah 5,2% dari total penduduk jawatengah menderita
katarak baik yang telah didiagnosa oleh tenaga kesehatan atau yang baru ditemukan
tanda-tanda katarak. Sedangkan di Kabupaten Boyolali ditemukan total 16,9% dari
jumlah penduduk yang menderita katarak.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari penyakit katarak pada lansia.
b. Mengetahui cara penanganan untuk katarak pada lansia.
c. Mengetahui asuhan keperawatan untuk katarak pada lansia.
1
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur penglihatan
kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996)
2.2 Etiologi
1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X
atau benda – benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti uveitis.
4) Penyakit sistemis seperti DM.
5) Defek kongenital
2.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan
atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran
semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap
dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan
protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein
dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu
kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi
dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan
mengakibatkan gangguan penglihatan.
2
2.5 Macam – macam Katarak
1) katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir.
Jenisnya adalah:
2) Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
3) Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa
macam yaitu:
a) katarak nuklear
Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
b) Katarak kortikal
Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
c) Katarak kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.
a) katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk gerigi
dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
b) katarak imatur
3
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada
lensa.
c) katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama – sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d) katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan
dapat keluar melalui kapsul lensa.
4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit
umum.
5) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.
2.7 Penatalaksanaan
a. Extracapsular Cataract Ekstraktie (ECCE)
4
pembedahan. Tehnik yang sering digunakan dalam ECCE adalah fakoemulsifikasi, jaringan
dihancurkan dan debris diangkat melalui pengisapan (suction) (Istiqomah,2003).
b. Intracapsula Cataract Extractie (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah
kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresikotinggi mengalami
retinal detachmentdan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa
intraokuler.Salahsatu tehnik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan
dengan probe superdingin dan kemudian diangkat. Menurut (Ilyas,2003) pembedahan
dengan cara ini mengurangi penyulit yang sering terjadi pada tehnik ECCE.
2.9 Pencegahan
Langkah yang dapat di ambil untuk mengurangi kemungkinan terkena katarak antara
lain:
1) Jangan merokok.
2) Makan makanan dengan gizi seimbang
3) Lindungi mata anda dari pancaran sinar matahari.
4) Menjaga kesehatan tubuh secara umum.
5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN KATARAK
3.1 Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama
pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer
pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya
daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya
mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata
atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
6
atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior.
Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain
deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
4. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan,adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat,
makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan
skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang
lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu.
c). Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau
tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3
bulan terakhir.
e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk
BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan
frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat,
membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika
ada kaji kualitas nyeri.
g) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal
diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
7
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
1) Data Subyektif
a) Nyeri
b) Mual
c) Diaporesis
d) Riwayat jatuh sebelumnya
e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f) Sistem pendukung, lingkungan rumah.
2) Data obyektif
a) Perubahan tanda – tanda vital
b) Respon yang azim terhadap nyeri
c) Tanda – tanda infeksi:
8
- Kemerahan
- Edema
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Zat purulen
- Peningaktan suhu tubuh
- Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil
pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.
d) Ketajaman penglihatan masing – masing mata.
e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;
- kaki kursi, perabot yang rendah
- Tiang infus
- Tempat sampah
- Sandal
g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.
3.3 Intervensi
1) Nyeri akut
a) Tujuan: nyeri teratasi
b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan
nyeri setelah intervensi.
9
c) Intervensi:
Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang
efektif.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah
pembedahan.
Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.
Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika
nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung
mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO)
atau komplikasi lain.
10
asupancairan yang adekuat.
- Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama
setelah operasi atau sampai diberitahukan
Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan
11
3) Resiko tinggi terhadap cidera
a) Tujuan: Cidera tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama
dirawat.
c) Intervesi:
Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.
Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi
kecelakaan.
12
Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah pembedahan.
- Membaca
- Menonton televisi
- Memasak
- Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan
- Mandi siram atau mandi di bak mandi.
Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang
diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada aspek positif
penyembuhan daripada aspek negatifnya.
13
Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat
meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan dan membantu
mencegah kesalahan dalam pemberian obat.
3.4 Evaluasi
a. Keadaan klien baik.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam konteks peran
perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.
4.2 Saran
1) Bagi institusi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha “Bahagia” Magetan.
Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah disepakati
guna meningkatkan fungsi dan peran panti secara optimal.
15
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut
Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Istiqomah, IN. 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGC.
Kowalak JP (ed). 2003. BukuAjarPatofisiologi. Dialihbahasakanoleh Hartono A.
Jakarta: EGC.
16