Professional Documents
Culture Documents
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Kejang demam atau febrile convulsion adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi yang diakibatkan
kelainan ekstrakranial.
2. Etiologi
Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroententis dan infeksi saluran kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang
mengalami kenaikan suhu sesudah vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang.
3. Manifestasi klinis
Kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan klonik atau tonik-klonik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Ketika kejang berhenti, anak tidak member reaksi
apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa menit anak terbangun dan sadar tanpa
adanya kelainan syaraf. Adapun kejang yang berlangsung lama mungkin terjadi
kerusakan sel saraf yang menetap.
4. Klasifikasi
Richard dan Mc Greak membagi kejang demam menjadi kejang demam sederhana dan
kejang demam atipikal. Yang tergolong kejang demam sederhana adalah:
a. Penderita dengan neurologis normal
b. Umur 6 bulan- 4 tahun.
c. Suhu 100 F atau lebih
d. Kejang berlangsung <30 menit
e. Kejang simetris
f. Setelah kejang, neurologis norml
g. ECG normal setelah tidak demam.
5. Patofisiologi
Sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membrane yang terdiri dari permkaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion dalam dan diluar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membrane yang disebut potensial membrane dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane diperlukan energy dan bantuan
enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.keseimbangan potensial
membrane ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseuler.
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membrane seniri karena penyakit atau keturunan.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam pertama. Pada bayi , seringkali gejala
meningitis tidak jelas sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur <6
bulan. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya
epilepsy atau kejang demam berulang dikemudian hari.
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang , miringkan pasien untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.
Jalan nafas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Obat yang paling cepat
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal.
b. Pengobatan Profilaksis
1) Profilaksis Interitoen
Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam
3 dosis saat pasien demam. Diazepam juga diberikan secara intrarektal setiap 8
jam sebanyak 5 mg (BB<10 Kg) dan 10 mg (BB >10kg) setiap pasien
menunjukkan suhu >38,5’C.
2) Profilaksis Terus-menerus
Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2 dosis. Obat lain dapat digunakan adalah asam valproat dengan
dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikovulsan profilaksis terus menerus diberikan
selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan selama 1-2 tahu.
1. Definisi
ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut terdiri dari 3 unsur yaitu infeksi, saluran
pernafasan dan infeksi akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme
kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksaya seperti sinus , rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi
yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Ispa adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli( saluran bawah) termasuk jaringan
adneksaya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Ispa sering terjadi pada anak,
karena system pertahanan tubuh anak masih rendah.
2. Klasifikasi ISPA
Menurut WHO (1986) klasifikasi ispa berdasarkan derajat keparahannya terbagi menjadi
3 diantaranya:
a. ISPA ringan, ditandai dengan batuk , pilek dan demam.
b. ISPA sedang, meliputi gejala ispa ringan , pernafasan cepat, suara nafas tambaha
sakit atau keluar cairan ditelinga dan campak khusus bayi.
c. ISPA berat, meliputi gejala ringan dan sedang ditambah gejala seperti penarikan sela
iga dalam sewaktu inspirasi, kesadaran menurun, bibir sianosis , stridor dan adanya
selaput membrane timfani.
Menurut Depkes RI (1991), pembagian ispa berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis
didapat yaitu:
Tahap prepatogenesis: penyebab telah ada tapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbulnya gejala demam
dan batuk.
Tahap lanjut penyakit : sembuh sempurna , sembuh dengan atelektasis menjadi kronis
dan meninggal akibat pneumonia.
6. Penatalaksanaan
a) Supportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin
b) Antibiotic
- Idealnya berdasarkan kuman penyebab
- Utama ditunjukkan pada pneumonia, influenza dan aureus
- Menurut WHO pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, amosisillin,
ampisillin, penicillin prokain. Pneumonia berat benzyl penicillin, klorampenikol,
kloksasilin dan gentamisin. Antibiotic baru lain, sefalosforin, quinolon
A. Pengertian imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu
penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga
untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya. (Anonim, 2008 dalam
Maryunani, 2010:208)
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen serupa tidak terjadi penyakit.
B. Jenis-Jenis Imunisasi
1. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang,
terutama pada bayi dan anak-anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-
penyakit yang berbahaya.
Ada 5 jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah , dimana imunisasi ini
diberikan sebelum bayi usia setahun diantaranya adalah:
a) Imunisasi BCG , yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.
b) Imunisasi DPT , yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval
minimal 4 minggu.
c) Imunisasi polio, yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal
4 minggu
d) Imunisasi campak, yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11 bulan.
e) Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 kalin pada bayi usia 1-11 bulan dengan
interval minimal 4 minggu.
a. Imunisasi BCG
1) Pengertian
Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC) , yaitu penyakit paru-paru yang
sangat menular.
2) Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang.
Sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya
tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan
pengulangan.
3) Usia Pemberian Imunisasi
Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya dibawah 2 bulan. Jika
diberikan setelah usia 2 bulan , disarankan dilakukan tes Mantoux (tuberkulin)
terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman
Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya
negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang
kerumah, segera setelah lahir bayi diimunisasi BCG.
4) Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi
penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan
pada paha.
5) Tanda Keberhasilan
Timbul indurasi (benjolan) kecil atau eritema(merah) di daerah bekas suntikan
setelah satu atau dua minggu kemudian, yang berubah menjadi pustula, kemudian
pecah menjadi ulkus(luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi
panas(demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan menimbulkan tanda parut.
Jikaupun indurasi (benjolan) tidak timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan
karena kemungkinan cara penyuntikannya yang salah mengingat cara
menyuntikkannya perlu keahlian khusu karena vaksin harus masuk kedalam
kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul antibodi tetap terbentuk hanya saja
dalam kadar rendah. Imunisasi tidak perlu diulang karena didaerah endemi TB,
infeksi alamiah akan selalu ada.
6) Efek Samping Imunisasi
Pada beberapa anak umunya timbul pembengkakan kelenjar getah bening di
ketiak atau leher bagian bawa atau diselangkangan bila penyuntikan dilakukan
dipaha.
7) Kontra-Indikasi Imunisasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukkan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit
yang berat/menahun.
b. Imunisasi DPT
1) Pengertian
Imunisasi DPT adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
aktif yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan
tetanus.
2) Pemberian Imunisasi dan Usia Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi 3 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun
bisa juga ditambahkan 2 kali lagi yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali diusia 5
tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT.
3) Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskular (I.M)
4) Efek Samping Imunisasi
Umumnya hanya gejala-gejala ringan seperti demam dan rewel selama 1-2 hari,
kemerahan pembengkakan, agak nyeri pada tempat suntikan yang akan hilang
dalam beberapa hari.
5) Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak yang mempunyai penyakit atau
kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan seperti epilepsi, infeksi otak ,
anak yang sedang demam tinggi.
c. Imunisasi Polio
1) Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
terhadap penyakit polio, mielitis yaitu penyakit radang menyerang syaraf dan
dapat mengakibatkan lumpuh kaki.
2) Pemberian imunisasi
Diberikan sesuai dengan pekan imunisasi nasional.
3) Usia pemberian imunisasi
Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0
bulan) dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
4) Cara pemberiann imunisasi
Cara pemberian imunisasi polio melalui oral (oral polio myelitis vaccine/OVV)
5) Efek samping imunisasi
Umumnya mengalami diare , pusing dan sakit otot.
6) Kontra-indikasi Imunisasi
Pada anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh tidak diberikan imunisasi
polio. Begitu juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau
keganasan, yang sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi
umum.
d. Imunisasi Campak
1) Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak(morbili/measles).
2) Pemberian imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 kali.
3) Usia Pemberian Imunisasi
Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan. Jika sampai usia 12 bulan
anak belum mendapatkan imunisasi campak maka pada usia 12 bulan ini harus
diimunisasi MMR (Measles Munps Rubella).
4) Cara pemberian
Cara pemberian campak melalui sub kutan
5) Efek Samping
Biasanya terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan/bercak merah pada
pipi , dibawah telinga pada hari ke tujuh dan kedelapan setelah penyuntikan
6) Kontra-Indikasi Imunisasi
Kontra indikasi campak adalah anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai
demam, penyakit gangguan kekebalan, penyakit TBC tanpa pengobatan,
kekurangan gizi berat danpenyakit keganasan.
e. Imunisasi Hepatitis B
1) Pengertian
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang
menyerang hati.
2) Pemberian imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali.
3) Usia Pemberian Imunisasi
Diberikan 12 jam setelah lahir dengan syarat bayi dalam keadaan stabil, tidak ada
gangguan paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1
bulan dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap
hepatitis B , diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B
dalam waktu sebelum usia 24 jam.
4) Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intra muskular(i.m)
dilengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero=otot-otot dibagian
depan;lateral=otot bagian luar).
5) Efek samping imunisasi
Umumnya tidak terjadi. Jika terjadi hanya berupa nyeri pada tempat suntikan
disusul demam ringan dan pembengkakan. Reaksi ini akan hilang dalam waktu 2
hari.
6) Tanda Keberhasilan
Dapat dilakukan dnegan pemeriksaan darah dengan memeriksa kadar hepatitis B-
nya setelah anak berusia setahun.
7) Kontra-Indikasi Imunisasi
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit berat.
8) Tingkat Kekebalan
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan lebih dari 95%
bayi mengalami respons imun yang cukup.
Anik Maryunani (2010) , “Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan” , Jakarta : Trans Info
Media.