You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Kejang demam atau febrile convulsion adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi yang diakibatkan
kelainan ekstrakranial.
2. Etiologi
Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroententis dan infeksi saluran kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang
mengalami kenaikan suhu sesudah vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang.
3. Manifestasi klinis
Kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan klonik atau tonik-klonik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Ketika kejang berhenti, anak tidak member reaksi
apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa menit anak terbangun dan sadar tanpa
adanya kelainan syaraf. Adapun kejang yang berlangsung lama mungkin terjadi
kerusakan sel saraf yang menetap.
4. Klasifikasi
Richard dan Mc Greak membagi kejang demam menjadi kejang demam sederhana dan
kejang demam atipikal. Yang tergolong kejang demam sederhana adalah:
a. Penderita dengan neurologis normal
b. Umur 6 bulan- 4 tahun.
c. Suhu 100 F atau lebih
d. Kejang berlangsung <30 menit
e. Kejang simetris
f. Setelah kejang, neurologis norml
g. ECG normal setelah tidak demam.
5. Patofisiologi
Sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membrane yang terdiri dari permkaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion dalam dan diluar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membrane yang disebut potensial membrane dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane diperlukan energy dan bantuan
enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.keseimbangan potensial
membrane ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseuler.
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membrane seniri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolism


basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Kejang demam yang
berlangsung lama biasanya disertai apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, anerobik, hipotensi artenal,
disertai denyut jantung yang tidak terarur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktifitas otot sehingga mengakibatkan metabolism otak meningkat.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam pertama. Pada bayi , seringkali gejala
meningitis tidak jelas sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur <6
bulan. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya
epilepsy atau kejang demam berulang dikemudian hari.
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang , miringkan pasien untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.
Jalan nafas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Obat yang paling cepat
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal.
b. Pengobatan Profilaksis
1) Profilaksis Interitoen
Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam
3 dosis saat pasien demam. Diazepam juga diberikan secara intrarektal setiap 8
jam sebanyak 5 mg (BB<10 Kg) dan 10 mg (BB >10kg) setiap pasien
menunjukkan suhu >38,5’C.
2) Profilaksis Terus-menerus
Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2 dosis. Obat lain dapat digunakan adalah asam valproat dengan
dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikovulsan profilaksis terus menerus diberikan
selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan selama 1-2 tahu.

Titik lestari (2016) , “ Asuhan Keperawatan Anak” Yogyakarta:Nuha Medika


ISPA

1. Definisi
ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut terdiri dari 3 unsur yaitu infeksi, saluran
pernafasan dan infeksi akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme
kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksaya seperti sinus , rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi
yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Ispa adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli( saluran bawah) termasuk jaringan
adneksaya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Ispa sering terjadi pada anak,
karena system pertahanan tubuh anak masih rendah.
2. Klasifikasi ISPA
Menurut WHO (1986) klasifikasi ispa berdasarkan derajat keparahannya terbagi menjadi
3 diantaranya:
a. ISPA ringan, ditandai dengan batuk , pilek dan demam.
b. ISPA sedang, meliputi gejala ispa ringan , pernafasan cepat, suara nafas tambaha
sakit atau keluar cairan ditelinga dan campak khusus bayi.
c. ISPA berat, meliputi gejala ringan dan sedang ditambah gejala seperti penarikan sela
iga dalam sewaktu inspirasi, kesadaran menurun, bibir sianosis , stridor dan adanya
selaput membrane timfani.

Menurut Depkes RI (1991), pembagian ispa berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis
didapat yaitu:

a. Untuk anak usia 2 bulan-5 tahun


1) Pneumonia berat
Adanya tanda dan bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,
stridor, serta gizi buruk, adanya tarikan dinding dada kebelakang, nafas cuping
hidung dan sianosis.
2) Pneumonia tidak berat
Ditandai dengan tidak adanya tarikan dinding dada kedalam, napas cepat lebih
dari 50x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun , dan lebih dari 40x/menit untuk
anak usia 1-5 tahun.
3) Bukan pneumonia
Tidak adanya tarikan dinding dada kedalam, tidak ada napas cepat.
b. Untuk anak usia kurang dari 2 bulan
1) Pneumonia berat
Tanda utama: a) Adanya tanda bahaya kurang bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, wheezing, demam atau dingin. b) nafas cepat dengan frekuensi
60x/menit atau lebih c) tarikan dinding dada kedalam yang kuat
2) Bukan pneumonia
Tanda utama : tidak ada nafas cepat, tidak ada tarikan dinding dada kedalam
3. Penyebab ISPA
Faktor yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ispa pada anak adalah
a. rendahnya antioksidan
b. status gizi kurang
c. sanitasi lingkungan yang buruk

Tahap prepatogenesis: penyebab telah ada tapi belum menunjukkan reaksi apa-apa

Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbulnya gejala demam
dan batuk.

Tahap lanjut penyakit : sembuh sempurna , sembuh dengan atelektasis menjadi kronis
dan meninggal akibat pneumonia.

4. Cara penyebaran penyakit ISPA


Pada ispa dikenal 3 penyebaran infeksi diantaranya adalah :
a) Melalui aerosol ( partikel halus ) yang lembut terutama oleh karena batuk-batuk
b) Melalui aerosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin
c) Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari
oleh jasad renik.

5. Faktor resiko penyakit ISPA


Faktor faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ispa diantaranya:
a) Usia
Anak usia lebih muda, kemungkinan untuk menderta atau terkena penyakit ispa lebih
besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan
tubuhnya lebih rendah
b) Status imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasi tidak lengkap
c) Lingkunan
Lingkungan yang udaranya tidak baik seperti polusi udara dikota-kota besar dan asap
rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ispa pada anak

6. Penatalaksanaan
a) Supportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin
b) Antibiotic
- Idealnya berdasarkan kuman penyebab
- Utama ditunjukkan pada pneumonia, influenza dan aureus
- Menurut WHO pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, amosisillin,
ampisillin, penicillin prokain. Pneumonia berat benzyl penicillin, klorampenikol,
kloksasilin dan gentamisin. Antibiotic baru lain, sefalosforin, quinolon

Koes irianto . 2015. “Memahami berbagai macam penyakit”. Bandung: Alfabeta


PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Pengertian Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang direncanakan untuk mengubah prilaku
individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan membutuhkan
pemahaman yang mendalam karena melibatkan berbagai istilah dan konsep seperti
perubahan perilaku dan proses pendidikan.
B. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut maulana (2009) ada 3 tujuan pendidikan kesehatan diantaranya adalah :
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat. Oleh karena itu
pendidik kesehatan harus bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup sehat
sehingga menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat srana pelayanan kesehatan
yang telah ada. Kadang kala pemanfaatan sarana pelayanan yang ada dilakukan
secara berlebihan dan bahkan justru sebaliknya.
C. Sasaran dan Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Maulana (2009:150) menyebutkan bahwa sasaran pendidikan kesehatan adalah
masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan, kelompom tertentu
dan individu dengan teknik pendidikan kesetan tertentu.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan baik sebagai ilmu ataupun seni sangatlah luas
karena mencakup segi kehidupan masyarakat. Notoatmodjo (dalam Maulana, 2009:150-
52) menyebutkan bahwa berdasarkan beberapa hal yaitu aspek kesehatan, tatanan atau
tempat pelaksanaan, dan tingkat pelayanan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk
topic ruang lingkup pendidikan kesehatan.
1. Berdasarkan aspek kesehatan
Berdasarkan aspek kesehatan terdapat 2 aspek lagi didalamnya yaitu aspek
promotif dan aspek pencegahan dan penyembuhan. Aspek promotif menjadikan
kelompok orang sehat menjadi sasaran pendidikan kesehatan. Aspek pencegahan dan
penyembuhan mencakup tiga upaya yaitu pencegahan tingkat pertama(primer) ,
pencegahan tingkat kedua(sekunder) dan pencegahan tingkat ketiga(tersier).
Pencegahan ti ngkat pertama sasaran pendidikan adalah kelompok yang beresiko
tinggi seperti ibu hamil, perokok dan pekerja seks. Tujuan upaya pendidikan ini
adalah untuk menghindarkan mereka dari penyakit. Sasaran pencegahan tingkatan
kedua adalah penderita penyakit kronis seperti asma, TBC dan DM. tujuannya adalah
agar penderita penyakit tersebut mempunyai kemampuan mencegah penyakit yang
dideritanya semakin bertambah parah. Pencegahan tingkat tiga menempatkan
kelompok pasien yang baru sembuh sebagai sasaran pendidikan. Tujuannya adalah
agar dapat memungkinkan penderita pulih kembali dan mengurangi kecacatan
seminimal mungkin.
2. Berdasarkan tatanan atau tempat pelaksanaan
Ruang lingkup berdasarkan tatanan pelaksanaan dibagi menjadi 5 yaitu tatanan
keluarga, sekolah, tempat kerja , tempat umum dan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Berdasarkan tingkat pelayanan
Ruang lingkup dan sasaran pendidikan kesehtan berdasarkan tingkat pelayanan sesuai
dengan konsep five levels diantaranya health promotion (peningkatan kesehatan),
specific protection(perlindungan khusus), early diagnosis and prompttreatment
(diagnosis dini dan pengobatan segera), disability limitation(pembatasan
kemungkinan cacat) dan rehabilitation (rehabilitasi).
D. Tahap-Tahap Kegiatan
1. Tahap pertama atau tahap sensitisasi
Kegiatan ditahapan ini adalah pemberian informasi untuk menumbuhkan kesadaran
pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting yang berkaitan dengan kesehatan,
fasilitas kesehatan, dan kegiatan imunisasi.
2. Tahap kedua atau tahap publisitas
Tahap ini memiliki tujuan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang jenis pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti di puskesmas, posyandu, polindes
dan pustu.
3. Tahap ketiga atau tahap edukasi
Tahap edukais ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap da
mengarahkan perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. Cara yang dilakukan
dnegan cara belajar-mengajar.
4. Tahap terakhir atau tahap motivasi
Tahap ini memiliki makna bahwa setelah mengikuti pendidikan kesehatan, baik
individu maupun masyarakat mampu mengubah perilaku sehari-hari sesuai dengan
prilaku yang dianjurkan..
E. Perencanaan Program Pendidikan Kesehatan
Perencanaan program adalah kegiatan utama dalam usaha kesehatan masyaratkat. Berikut
ini adalah langkah-langkah perencanaan yang dapat diterapkan oleh para pendidik
kesehatan:
1. Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran
Sebelum memulai proses belajar mengajar, sebaiknya kita mengidentifikasi aspek
epidemiologi dan aspek prilaku sasaran sehubungan dengan penyakitnya. Langkah ini
bertujuan untuk menemukan garis batas antara perilaku yang akan diajarkan dan
prilaku yang tidak perlu diajarkan.
2. Menentukan identitas pengajaran
Pendidik kesehatan harus mengetahui dan mengidentifikasi area dan pesan pokok
atau topic yang akan diberikan. Pendidik juga harus memahami sasaran dari kegiatan
ini karena sasaran dapat berupa individu, kelompok, keluarga dan masyarakat.
Berikutnya tempat, waktu serta hari daa tanggal pelaksanaan kegiatan tersebut.
3. Pendidik kesehatan harus mengetahui dan menentukan tujuan
Ada dua tujuan, yaitu tujuan instruksional umum/tujuan umum dan tujuan
instruksional khusus/tujuan khusus. Tujuan umum adala tujuan yang akan dicapai
setelah menyelesaikan setiap pokok bahasan tertentu dalam suatu bidang studi.
Tujuan khusus dibuat untuk menggambarkan tingkah laku sasaran yang dapat diamati
dan diukur oleh pemberi materi. Selain itu berguna untu membantu dan
mempermudah pemberi materi menentukan tercaoai atau tidaknya tujaun. Tujuan
khusus harus memenuhi beberapa syarat berikut :
a. Tujuan khusus harus menggunakan kata kerja operasional, seperti dibawah ini :
1) Menyebutkan, mengucapkan, mengatakan
2) Menjelaskan, memilih, mengubah
3) Membedakan, menulis, membaca
4) Membandingkan
5) Mengganti, memperbaiki, dan menjalankan
6) Menganalisis, memperkirakan dan mengevaluasi
7) Membuat grafik dan membaut pola
8) Mengerjakan
9) Mengatur dan menyusun
b. Tujuan khusus harus dalam bentuk hasil belajar
c. Tujuan khsusu harus berbentuk tingkah laku sasaran
d. Tujuan khsusus harus meliputi satu jenis kemampuan.
4. Menentukan isi atau materi
Komponen isi atau materi harus berorientasi pada tujuan khsusus, harus menunjang
pencapaian tujuan khusus dan harus disusun berdasarkan masing-masing tujaun
khusus.
5. Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar ini adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh sasaran
dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik kesehatan selama proses
pengajaran berlangsung. Dalam kegiatan belajar mengajar harus dapat
menggambarkan metode dan media yang digunakan, materi atau isi dan aktivitas lain
yang diperlukan.
6. Menentukan metode
Berikut ini merupakan pertimbangan untuk menentukan metode harus sesuai dengan:
a) Tujuan dan dapat mempercepat pencapaian tujuan
b) Bahan dan materi yang akan diajarkan
c) Alat yang tersedia
d) Jumlah sasaran
e) Mendorong sasaran tingkat aktif belajar
f) Waktu dan kondisi saat proses belajar berlangsung
7. Alat dan sumber pelajaran
Alat belajar merupakan media atau alat peraga adalah alat bantu yang dapat
digunakan untuk memperlancar jalannya pengajaran sehingga materi dapat dengan
mudah dipahami oleh sasaran. Alat peraga bisa berupa poster, gamar dan lain-lain.
Sumber belajar berarti sumber atau tempat materi yang diperoleh oleh pendidik
kesehatan.
8. Menentukan evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang berupa pengecekan atau upaya mengontrol
sehingga tujuan tercapai. Hal yang dievaluasi mulai dari prosedur ( selama sebelum
atau setelah pembelajaran ), jenis(tertulis atau lisan), hingga bentuk(esai tertutup atau
terbuka, ganda dan sebab-akibat).

Induniasih, Wahyu ratna . “promosi kesehatan: pendidikan kesehatan dalam keperawatan” .


Yogyakarta: Pustaka baru press

ILMU KESEHATAN ANAK DAN KEBIDANAN

A. Pengertian imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu
penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga
untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya. (Anonim, 2008 dalam
Maryunani, 2010:208)
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen serupa tidak terjadi penyakit.
B. Jenis-Jenis Imunisasi
1. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang,
terutama pada bayi dan anak-anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-
penyakit yang berbahaya.
Ada 5 jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah , dimana imunisasi ini
diberikan sebelum bayi usia setahun diantaranya adalah:
a) Imunisasi BCG , yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.
b) Imunisasi DPT , yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval
minimal 4 minggu.
c) Imunisasi polio, yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal
4 minggu
d) Imunisasi campak, yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11 bulan.
e) Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 kalin pada bayi usia 1-11 bulan dengan
interval minimal 4 minggu.

a. Imunisasi BCG
1) Pengertian
Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC) , yaitu penyakit paru-paru yang
sangat menular.
2) Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang.
Sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya
tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan
pengulangan.
3) Usia Pemberian Imunisasi
Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya dibawah 2 bulan. Jika
diberikan setelah usia 2 bulan , disarankan dilakukan tes Mantoux (tuberkulin)
terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman
Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya
negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang
kerumah, segera setelah lahir bayi diimunisasi BCG.
4) Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi
penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan
pada paha.
5) Tanda Keberhasilan
Timbul indurasi (benjolan) kecil atau eritema(merah) di daerah bekas suntikan
setelah satu atau dua minggu kemudian, yang berubah menjadi pustula, kemudian
pecah menjadi ulkus(luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi
panas(demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan menimbulkan tanda parut.
Jikaupun indurasi (benjolan) tidak timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan
karena kemungkinan cara penyuntikannya yang salah mengingat cara
menyuntikkannya perlu keahlian khusu karena vaksin harus masuk kedalam
kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul antibodi tetap terbentuk hanya saja
dalam kadar rendah. Imunisasi tidak perlu diulang karena didaerah endemi TB,
infeksi alamiah akan selalu ada.
6) Efek Samping Imunisasi
Pada beberapa anak umunya timbul pembengkakan kelenjar getah bening di
ketiak atau leher bagian bawa atau diselangkangan bila penyuntikan dilakukan
dipaha.
7) Kontra-Indikasi Imunisasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukkan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit
yang berat/menahun.
b. Imunisasi DPT
1) Pengertian
Imunisasi DPT adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
aktif yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan
tetanus.
2) Pemberian Imunisasi dan Usia Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi 3 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun
bisa juga ditambahkan 2 kali lagi yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali diusia 5
tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT.
3) Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskular (I.M)
4) Efek Samping Imunisasi
Umumnya hanya gejala-gejala ringan seperti demam dan rewel selama 1-2 hari,
kemerahan pembengkakan, agak nyeri pada tempat suntikan yang akan hilang
dalam beberapa hari.
5) Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak yang mempunyai penyakit atau
kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan seperti epilepsi, infeksi otak ,
anak yang sedang demam tinggi.
c. Imunisasi Polio
1) Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
terhadap penyakit polio, mielitis yaitu penyakit radang menyerang syaraf dan
dapat mengakibatkan lumpuh kaki.
2) Pemberian imunisasi
Diberikan sesuai dengan pekan imunisasi nasional.
3) Usia pemberian imunisasi
Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0
bulan) dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
4) Cara pemberiann imunisasi
Cara pemberian imunisasi polio melalui oral (oral polio myelitis vaccine/OVV)
5) Efek samping imunisasi
Umumnya mengalami diare , pusing dan sakit otot.
6) Kontra-indikasi Imunisasi
Pada anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh tidak diberikan imunisasi
polio. Begitu juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau
keganasan, yang sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi
umum.
d. Imunisasi Campak
1) Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak(morbili/measles).
2) Pemberian imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 kali.
3) Usia Pemberian Imunisasi
Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan. Jika sampai usia 12 bulan
anak belum mendapatkan imunisasi campak maka pada usia 12 bulan ini harus
diimunisasi MMR (Measles Munps Rubella).
4) Cara pemberian
Cara pemberian campak melalui sub kutan
5) Efek Samping
Biasanya terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan/bercak merah pada
pipi , dibawah telinga pada hari ke tujuh dan kedelapan setelah penyuntikan
6) Kontra-Indikasi Imunisasi
Kontra indikasi campak adalah anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai
demam, penyakit gangguan kekebalan, penyakit TBC tanpa pengobatan,
kekurangan gizi berat danpenyakit keganasan.
e. Imunisasi Hepatitis B
1) Pengertian
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang
menyerang hati.
2) Pemberian imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali.
3) Usia Pemberian Imunisasi
Diberikan 12 jam setelah lahir dengan syarat bayi dalam keadaan stabil, tidak ada
gangguan paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1
bulan dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap
hepatitis B , diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B
dalam waktu sebelum usia 24 jam.
4) Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intra muskular(i.m)
dilengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero=otot-otot dibagian
depan;lateral=otot bagian luar).
5) Efek samping imunisasi
Umumnya tidak terjadi. Jika terjadi hanya berupa nyeri pada tempat suntikan
disusul demam ringan dan pembengkakan. Reaksi ini akan hilang dalam waktu 2
hari.
6) Tanda Keberhasilan
Dapat dilakukan dnegan pemeriksaan darah dengan memeriksa kadar hepatitis B-
nya setelah anak berusia setahun.
7) Kontra-Indikasi Imunisasi
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit berat.
8) Tingkat Kekebalan
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan lebih dari 95%
bayi mengalami respons imun yang cukup.

Anik Maryunani (2010) , “Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan” , Jakarta : Trans Info
Media.

You might also like