You are on page 1of 22

Anaphylaxis

Definisi

- Bentuk terberat dari reaksi alergi obat dan kegawat daruratan yang potensial
mengancam jiwa.
- Reaksi hipersensitivitas yang berat secara general ataupun sistemik
- Ana : jauh dari
- Phylaxis : perlindungan

Reaksi anaphylaxis

- Anafilaktik : gejala yang timbul melalui reaksi alergen dan antibody


- Anafilaktoid : gejala yang timbul tidak melalui reaksi imunologik

Epidemiologi

Insidensi :

- menurut american collage of allergy terjadi anaphylaxis sebanyak 30-950 kasus /


100.000 orang pertahun.
- Lebih dari 500 orang mengalami kematian per tahun

Faktor risiko dan etiologi

Obat :

- Penicilin
- Insulin
- Antitoxin

Venom

- Wasp
- Hornet
- Ant stings
Makanan :

- Seafood
- Kacang

Common cause anaphylaxis in children

- Food : peanut, seeds, fruits, grains


- Drugs : penicilinm cephalos porins, sulfonami des, non steroidal anti-inflammatory,
opiates, muscle relaxants
- Latex
- Allergen immunotherapy
- Vaccination : tetanus, measles, mamps, influenza
- Idiopathic

Sign and symptom

- Prodormal ( gejala awal ) : lesu, lemah, gatal hidung, dan palatum


- Pernapasan : hidung : gatal, bersin, tersumbat
Laring : tercekik, serak, sesak napas, edema, spasme
- Lidah : edema
- Bronkus : batuk, sesak, mengi, spasme
- CVS : pingsan, palpitasi, takikardi, hipotensi, shock
- GIS : disfagia, mual, muntah
- Kulit : urtikaria, angioedema
- Mata : gatal, lakrimasi
- SSP : gelisah, kejang

Diagnosis

- gejala sistemik atau gejala umum yang terjadi beberapa detik atau menit setelah dari
allergen ataupun pencetus

- menyerang satu organ atau menyeluruh

- lab finding : indikasi kehadiran IgE : antibody yang di suspect causative agent , plasma
histamin meningkat.
Differential diagnosis

1. Reaksi vasovagal
2. Infark miokard acute
3. Reaksi histerik
4. Sindrom angioderm
5. Sindrom karsinoid
6. Hipoglikemia

Prevention

Pasien yang pernah mengalami reaksi anaphylaxis memiliki risiko terjadinya hal yang sama
bila terpapar oleh hal yang serupa pula

Edukasi :

- Informasi penyakit
- Riwayat alergi obat sebelumnya

Petunjuk sebelum memberikan obat

- Indikasi pemberian
- Riwayat alergi obat sebelumnya

Saat pemberian obat :

- Muncul reaksi
- Setelah penyuntikan observasi pasien

Sesudah pemberian obat :

- Tanda dini reaksi alergi


- Hentikan obat jika menimbulkan reaksi
Management

1. Diberikan epinephrine 1:1000 : 0,01 ml- 0,03 ml /kgBB melalui subkutan setiap 25-
20 menit sampai 3-4 kali.
2. Jika kondisi memburuk naikan dosis sampai 0,5 ml , namun harus diperhatikan jika
ada kelainan jantung.
3. Jika pencetus : alergen : suntikan immunotherapy , penisilin, sengatan serangga, maka
berikan epinephrin 1:1000 0,3 ml /kgBB dibekas tempat suntikan untuk absorbsi
alergen.

Hal yang harus di perhatikan

1. Sistem pernapasan
- Jika ada edema laring maka lakukan trakeostomi , namun efek sampingnya dapat
menyebabkan iritas pada dinding laring.
- Oksigen 4-6 L/ menit
- Bronkodilator : jika terdapat gejala asma berupa salbutamol, dan aminofilin, diberikan
selama kurang lebih 15 menit.
2. Sistem kardiovaskular
- Jika terjadi shock : berikan cairan kristaloid ( Nacl 0,9 % ) dan koloid ( plasma,
dekstran 0,5-1 l )
- Oksigen mutlak
- Beri natrium bikarbonat jika terjadi asidosis metabolik.

Komplikasi

- Kematian akibat edema laring


- Urtikaria dan angioedema menetap beberapa bulan
- Gangguan ginjal

Prognosis

- Tingkat mortalitas : 0,65-2 %


- Penanganan yang cepat menyebabkan mortalitas menurun.
Alergen masuk

Paparan thdp alergen

Produksi IgE oleh sel B

Paparan berulang utk


antiplasma sama

Antigen diikat oleh IgE di


selmast

Terbentuk ikatan antigen IgE

Degranulasi sel mast ( pengeluaran


mediator inflamasi

histamin bradikinin Prostaglandin dan leukotrin

gatal Vasodilatasi pain A&F E1 & E2 GI tract


kapiler

Kontraksi otot Dilatasi


Keram
redness Membran kapiler polos otot polos
perut
meningkat
bronkospasme
Ekstravasasi cairan

dyspnea

edema Venous return


menurun
RR meningkat

O2 turun
swelling

BP 02 turun
Upper Deeper
menurun
dermis: dermis
urtikaria
Penurun Kerusakan
angioede stridor an jaringan
ma kesadara
n
 FARMAKOLOGI

Anti Histamin

Histamin : merupakan mesenger kimiawi yang memerantarai daerah respon cellular yang
luas, termasuk reaksi alergi dan peradangan, sekresi asam lambung, dan kemungkinan
neurotransmisi bagian otak.

Lokasi : ada pada semua jaringan terutama : paru-paru, kulit, dan saluran pencernaan.

Sintesis : perubahan histidine yang dibantu oleh enzim dekarboksilase menjadi histamin.

Pemicu pelepasan histamin

- Destruksi sel akibat dingin


- Toksin bakteri
- Sengatan lebah
- Trauma
- Alergi dan reaksi anaphylaxis

Reseptor H1 :

- eksresi eksokrin : peningkatan mukus bronkus dan nasal


- otot polos bronkus : kontriksi bronkiolus
- otot polos intestinum
- ujung saraf sensorik

Reseptor H1 & H2 :

- sistem kardiovaskular
- kulit

Reseptor H2 : lambung

ANTI HISTAMIN

 kimiawi dan farmakokinetik


- mudah diabsorbsi : secara oral
- puncak konsentrasi didarah : 1-2 jam
- didistribusikan ke seluruh tubuh
- efek kerja : 4-6 jam setelah dosis tunggal
 KERJA
- Antihistamin H1 mengantagonis semua efek histamin kecuali untuk histamin
yang hanya di perantarai oleh reseptor H2
- Kualitatif : efek sama
- Efek tambahan : memantulkan ikatan pada reseptor kolinergik, adrenergik,
dan serotonin
 Farmakodinamik
- Penghambatan reseptor histamin
Menghambat kerja histamin secara antagonis kompetitif yang reversible pada
reseptor H1
- Kerja yang tidak di sebabkan oleh penghambatan reseptor histamin
1. Sedasi
2. Anti mual dan anti muntah
3. Anti parkinsonisme
4. Efek antikolinoseptor
5. Menghambat adrenoseptor
6. Penghambatan serotonin
7. Anastesi lokal
 Farmakologi klinik
- Reaksi alergi : rhinitis dan urtikaria
- Angioedema
- Motion sickness dan gangguan vestibular
- Mual dan muntah
- Toksisitas

Aminophyllin
Merupakan obat golongan anti asthmatic. Termasuk obat metilxantin. Ada 3 metilxantin yang
penting adalah teofilin, teobromin, dan kafein. Aminophyllin merupakan preparat
teofilinyang sering digunakan untuk tujuan teurapetik.
a. Struktur
o Teofilin = 1,3 dimetil-xantin
o Teobromin = 3,7 dimetil-xantin
o Kafein = 1,3,7-trimetil-xantin
b. Farmako dinamik
 Efek pada susunan saraf pusat
 Efek kardiovaskular
 Efek saluran cerna
 Efek pada ginjal
 Efek pada otot polos
 Efek pada otot rangka.
c. Mekanisme aksi

Teofilin menghambat PDE agar cAMP tidak diubah menjadi AMP.


d. Farmako Kinetik
 Absorbsi = Penyerapan ertunda oleh makanan.
 Distribusi = Persilangan plasenta melewati ASI.
 Metabolisme = hepatic
 Masa kerja = 8 – 12 jam
 Eksresi = Via urin
e. Indikasi
 Asma
f. Kontra Indikasi
 Hipersensitivitas
g. Efek Samping
 Mual,
 Muntah,
 Sakit perut,
 Diare,
 Sakit kepala,
 Insomnia,
 Pusing,
 Cemas,
 Gelisah,
 Tremor,
 Palpitasi,
 Kejang,
 Aritma jantung.
h. Dosis
 Bentuk = Generik
 Oral = eksilir 50 mg/ 5 mL
 Oral lepas – lambat 12 jam = 100, 200, 300,450 mg.
 Oral lepas – lambat 24 jam = tablet kapsul 100,200,300 mg; tablet 400, 600
mg.
 Parental = 0,08; 1,6; 2,0; 3,2; 4 mg/mL teofilin dan dextrosa 5% untuk injeksi.

Kortikosteroid
Kortikosteroid telah digunakan untuk mengobati asma sejak 1950 dan dianggap bekerja
melalui efek anti inflamasi yang luas. Yang diperantarai inhibisi pembentukan sitokin sitokin
inflamatorik.
a. Mekanisme Aksi

b. Indikasi
 Meredakan bersin;
 Rinorea;
 Ruam dan;
 Kognesi nasal
c. Kontra Indikasi
 DM
 Tukak duodenum
 Infeksi Berat
 Hipertensi
d. Efek samping
 Bersin;
 Sakit kepala;
 Epistaksis dan;
 Infeksi jarang oleh candida albicans.
e. Obat kortikosteroid Nasal
 Beklometason;
 Budesonid;
 Siklesonid;
 Flunisolid;
 Flutikason;
 Mometason;
 Triamsinolon.
f. Sediaan
 Oral
 Parental (IV, IM)
 Topikal kulit/mata (saleo, krim, lotion)
 Aerosol
g. Dosis

h. Pemakaian Klinis
 Dimulai dengan dosis oral 30 – 60 mgpredison perhari atau dosis intravena 1
mg/kg metil prednisolon setiap 6 – 12 jam.
 Dosis harian diturunkan setelah obstruksi saluran napas membaik.
 Pada sebagian pasian terapi kortikosteroid stemik dapat dihentikan dalam 7 –
10 hari, tetapi ada juga yang memburuk ketika diturunkan dosisnya.
 Karena penekanan adrenal oleh kortikosteroid berikatan dengan dosis dan
karena sekresi kortikosteroid endogen memiliki variasi diural, kortikosteroid
biaanya diberikan pada saat pagi hari setelah sekresi hormon
adrenokortikotropik endogen memuncak.
 Namun untuk mencegah asma malam hari, kortiko steroid oral atau inhalan
paling efektif jika diberikan malam hari.
 Dosis harian rata rata 4 semprotan 2 kali sehari beklometason (400 mcg/hari)
 Kortikostreid inhalan tidak bersifat menyembuhkan, jadi jika di hentikan
pemakaian maka akan terjandi kekambuhan lagi bahkan setelah 2 tahun atau
lebih diberi dosis tinggi.
 Maka dari itu kortikosteroid inhalan dijuluki “controller” . efektif jika
digunakan.
Beklometason
a. Kontraindikasi
 Hipersensitivitas;
 Acute infeksi yang tidak terkontrol oleh antimikroba kemoterapi.
b. Farmako kinetik
o Absorbsi : Mudah diserap setelah aplikasi lokal.
o Distribusi : secara cepat ke jaringan tubuh.
o Metabolisme : Utama di hati dan ada juga di jaringan lain seperti pencernaan
dan paru – paru.
o Eksresi : Utama di Urin dan ada juga di feces.
c. Nama dagang
 Becloment Easyhaler;
 Becloment nasal aqua;
 Beconase;
 Cleniderm;
 Cyclosom.

Autonomic Drugs

Berdasarkan neurotransmitter yang direlease, autonomic nerve fibers dibagi menjadi


dua:

1. Cholinergic: transmisi dimediasi oleh Ach.


2. Adrenergic: transmisi dimediasi oleh norepinephrine dan epinephrine. Klasifikasi
adrenergic agent sendiri dibagi menjadi 2, yaitu adrenoreceptor agonist dan
adrenoreceptor antagonist.

 Autonomic drugs: obat-obat atau agents yang sifatnya mimic (meniru)/alter


(mengubah) dari fungsi saraf autonom.
 Adrenergic transmission dimulai dari tahap sintesis, storage, release cathecolamine,
binding to receptore dan reuptake.
 Untuk adrenergic agonist sendiri mempunyai 3 mekanisme aksi:

Direct Acting Mixed Acting Indirect


Acting
Selective:α1, α2, β1, β2 Epinephrine Realising agent,
Nonselective:α1α2, β1β2, α1, uptake inhibitor
dan
α2, β1, β2 dan α1, α2, β1 MAO/COMT
inhibitors.
Epinephrine

 Definisi
Prototype obat kelompok adrenergic. Bronkodilator kerja cepat yang efektif
untuk penyakit asma. Agonis direseptor α dan β untuk vasokontriktor kuat dan
perangsang jantung. Adrenergic agent yang merupakan bagian dari adrenoreceptor
agonist.

 Indikasi
 Epinephrine 1:1.000.
- Pengobatan dan pencegahan dari serangan jantung.
- Stimulate the heart in syncope.
- Resusitasi dalam serangan jantung.
- Jarang digunakan sebagai vasopressor, kecuali dalam pengobatan syok
anafilaxis.

 Epinephrine 1:10.000
- Emergency treatment of acute hypersensitivity (reaksi anafilaktoid terhadap
obat, animal serums, sengatan serangga dan allergen lainnya)
- Untuk mengurangi gejala-gejala serum sickness, urticaria, angioneurotic
edema dan respiratory distress akibat bronkospasm.
 Kontraindikasi
 Cardiac dilatasi.
 Insufisiensi coronary.
 Shock during general anesthesia.
 Organic brain damage.
 Diabet.
 Hipertensi.
 Cardiovascular disorder.

 Efek Organ dan Efek Samping


Efek Organ
 Jantung: aortic rupture, aritmia, angina pectoris.
 Cerebrovascular: hemorrhage efek dari peningkatan blood pressure.
 Paru-paru: pulmonary edema yang dapat menyebabkan kematian.

Efek Samping

 Necrosis, karena suntikan lokal yang berulang.


 Cerebral hemorrhage dan subarachnoid hemorrhage.
 Hemiplagia.
 Anxiety.
 Tremor.
 Weakness.
 Dizziness.
 Headache.
 Palpitasi.
 Cardiac aritmia.

 Sediaan
 Parenteral: 1: 1.000 (1mg/ml) untuk SC dan IM. 1:2.000 (0.5mg/ml).
1:10.000 (0.1mg/ml) untuk IV dan 1:100.000 (0.01mg/ml).
 Autoinjector Parenteral: 1:1.000 (1mg/ml) dan 1:2.000 (0.5mg/ml).
 Oftalmik: obat tetes mata (0.1, 0.5, 1 dan 2%).
 Hidung: obat tetes dan semprot (0.1%).
 Aerosol untuk bronkospasm: 0.22mg/semprot. Larutan untuk aerosol nebulizer
(1:100).

 Overdose
Vomitting, headache dan dysnpnea.

 MOA
Untuk MOA dari obat epinephrine, efeknya tergantung dari berikatan dengan
reseptor epinephrine yang mana. Karena setiap reseptornya target organ dan efeknya
akan berbeda.
 Farmakokinetik
 Absorpsi
- Oral: tidak efektif karena tidak mencapai dosis terapi.
- SC: absorpsi lambat, karena vasokontriksi local.
- IM: absorpsi cepat.
- Inhalasi: efek terbatas, terutama saluran pernafasan.
 Biotransformasi dan Sekresi
- Degradasi terjadi dalam hati.
- Biotransformasi dimulai oleh enzim COMT dan MAO, dan cepat
diinaktivasi oleh hati kembali.
- Sekresi dengan urine.

Theurapetic Gasses

 Manfaat
 Pada pasien PPOK, dapat mengurangi sesak nafas saat aktivitas,
meningkatkan kemampuan beraktivitas.
 Memperbaiki hemodinamik paru.
 Menurunkan cardiac output.
 Meningkatkan fungsi jantung.
 Memperbaiki fungsi neurpsikiatrik.
 Memperbaiki metabolism otot.

 Terapi Oksigen Jangka Pendek


Yang sudah direkomendasikan untuk:
- Hipoksemia akut
- Henti jantung dan henti nafas.
- Hipotensi.
- Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolic.
- Respiratory distress.

Yang masih dipertanyakan:

- Angina.
- Infark miokard tanpa komplikasi.
- Sesak nafas tanpa hipoksemia.
 Terapi Oksigen Jangka Panjang
 PPOK dan kor pulmonal.
 Rekomendasikan untuk pemberian O2 dan Fi O2 24-28% dan dapat
ditingkatkan secara bertahap.

 Kontraindikasi
 Pasien yang tidak menerima terapi yang adekuat.
 Pasien dengan keterbatasan jalan nafas yang berat dengan keluahan utama
tetap dengan Pa O2 60mmHg dan tidak mempunyai hipoksa kronik.
 Pasien yang meneruskan merokok, karena kemungkinan prognosis yang buruk
dan dapat meningkatkan resiko kebakaran.

Reseptor Adrenergik
Crystalloid
Merupakan cairan elektrolit yang mengandung molekul besar, merupakan saline. contoh =
ringger laktat, ringger solution.
a. Mekanisme kerja
 Berpindah dari intravaskular ke interstisial, kemudian di distribusikan ke
kompartement ekstravaskular.
 Hanya 25% cairan dari pemberian awal yang berada di intravaskular sehingga
membutuhkan volume 3-4 kali dari volume plasma yang hilang.
 Untuk meningkatkan volume ekstrasel.
 Jika berlebihan bisa menyebabkan edema otak dan tekanan intrakranial.
Ringger laktat
a. Farmako Dinamik
 Mengandung kosentrasi isotonik dalam air intuk injeksi.
 Diberikan untuk penggantian cairan ekstraseluler dan elektrolit.
 Setiap 100 mL larutan mengandung 600 mg klorida, anhydrous sodium lactate
310 mg, potasium chloride 30 mg dan kalsium dihidrate 20 mg.
b. Penyimpana pada suhu 25 derajat.
c. Efek samping
 Reaksi alergi contoh localised dan generalisata urticaria dan pruritus.
Periorbital, wajah oedema.
 Batuk, bersin, dan kesulitan bernafas.
d. Kontra Idikasi
 Pasie dengan gagal jantung kongestif, hiperkalemia, insufisiensi ginjal berat.
e. Perhatian khusus
 Tidak diberikan bersamaan dengan transfusi darah melalui set pemberian yang
sama karena resikokoagulasi.
 Tidak digunakan untuk asidosis laktat.
 Tidak digunakan untuk kehamilan.
f. Dosis :
Dosis tergantung pada usia, berat badan, dan keadaan klinis.
Diberikan secara intra vena infus.
Digunakan sebagai pengganti cairan dan elektrolit.
Koloid
Merupakan cairan yang terdiri dari elektrolit dan makromolekul, terdiri dari albumin dan
plasma.
Contoh : Dextran dan gelatine.
Fungsi :
 Resusitasi cairan pada penderita dengan syok hemorragic sebelum transfusi tersedia.
 Resusitasi cairan pada hiperalbuminemia berat, contoh : Luka bakar.

Spesific Immunotherapy

Merupakan bentuk treatment jangka panjang yang dapat menurunkan gejala allergic
rhinitis, allergic asthma, conjunctivis hipersensitivitas, sengatan serangga.

 Indikasi
Allergic rhinitis dan asthma yang
- Membutuhkan obat dosis tinggi
- Multiple medication
- Mengalami efek samping obat
 Kontraindikasi
- Patient with uncontrolled or severe asthma
- Penyakit kardiovaskular yang signifikan (angina tidak stabil, infark miokard,
hipertensi yang tidak terkontrol
 Dosis dan pemberian
- Dosis awal 0,5 ml konsentrasi 1 : 10.000 – 1 : 1.000.000 berat / volume, diberikan
1-2 kali seminggu secara disuntikan selama 6-10 bulan
 Patient selection
- Pasien yang tidak bisa tidur
- Mengganggu kualitas kerja / sekolah
 Mekanisme
- Produksi sel T regulator untuk pengeluaran sitokin anti inflamasi dan IL-10
- IL-10 berfungsi untuk menurunkan alergen spesifik immunoglobulin E (IgE),
meningkatkan IgG yang berperan untuk respon imun sekunder, menurunkan
pelepasan sitokin proinflamasi dari sel mast, eosinofil, dan sel T
- Menurunkan sel mast, eosinofil, basofil setelah terpapar alergen
- Menurunkan pelepasan mediator (histamin) dari basofil dan sel mast
 Efek samping
- Kemerahan dan bengkak ditempat suntikan
- Dapat terjadi peningkatan gejala alergi, bersin, hidung tersumbat, gatal-gatal
- (jarang) reaksi anafilaksis seperti bengkak ditenggorokan, mengi sesak dada,
mual, dan pusing
- Reaksi serius terjadi 30 menit setelah suntik
 Patomekanisme

Ani, 10 tahun

Alergen dikenali oleh sel langerhans pada mukosa nasal

Terjadi reaksi hipersensitivitas

Terkena paparan ulang

Alergen crosslink/menempel dengan IgE di sel mast

Keluar mediator

RHINITIS ALLERGY

Histamin leukotrien, PgD2 (prostaglandin)

Berikatan dengan reseptor histamin vasodilatasi pembuluh darah

di mukosa nasal pada nasal concha

permeabilitas vaskular

pada sel goblet merangsang saraf edema

sekresi mukus trigeminal

rhinorrhea obstruksi jalan obstruksi vaskular

nafas stasis pembuluh darah

sensorik motorik wheezing di inferior orbital

nasal itch sneezing 20x shinnes sign (+)

dikucek

hiperpigmentasi

transversal nasal

bridge (+)
Diberi injeksi obat

Reaksi hipersensitifitas

Keluar mediator

Shock Anafilaktik

Bradikinin&leukotrien

Permeabilitas vaskular↑

Hypovolemia Angioedema

Blood pressure↓ Di dahi, palpebrae, perioral

Perfusi jaringan↓

O2↓ Pallor, capillary refill↑, PR↑

Weakness&Dizzy
BHP

- Edukasi tentang penyakit alergi


- Hindari pernyebb/pencetus alergi
- Tanyakan riwayat pengobatan dan alergi pada obat
- Menjaga kebersihan lingkungan secara berkala

IIMC

1. Q.S Al-Hadid : 22
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri semuanya
telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sungguh
yang demikian itu mudah bagi Allah.

2. Q.S Al-Baqarah : 168


Esensi:
Makanlah makanan yang baik & halal dan tidak membahayakan tubuh serta akal.

You might also like