Professional Documents
Culture Documents
GIZI DARURAT
Diajukan untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa
Oleh : Kelompok 3
STIKES FALATEHAN
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat
dan salam kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad
SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari
kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat
bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan
tugas gizi darurat ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah gizi
darurat.
Serang, 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dampak akibat bencana secara fisik umumnya adalah rusaknya
berbagai sarana dan prasarana fisik seperti permukiman, bangunan fasilitas
pelayanan umum dan sarana transportasi serta fasilitas umum lainnya. Salah satu
permasalahan yang sampai saat ini masih dihadapi dalam upaya penanggulangan
bencana terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi masyarakat dan
korban bencana adalah kebutuhan pangan, khususnya yang terkait dengan
pemenuhan nilai gizi yang memenuhi standar minimal terutama pada
kelompok rentan akibat rusaknya sarana pelayanan kesehatan, terputusnya jalur
distribusi pangan, rusaknya sarana air bersih dan sanitasi lingkungan yang buruk
(Kemenkes RI, 2012).
Dalam pelaksanaannya, upaya penanganan gizi dalam situasi bencana
merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinya bencana
(pra bencana), pada situasi bencana, dan pasca bencana. Kegiatan penanganan
gizi pada tahap tanggap darurat awal adalah kegiatan pemberian makanan agar
pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya, sementara
penanganan kegiatan gizi pada tahap tanggap darurat lanjut adalah untuk
menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai masalah gizi yang ada
(Kemenkes RI, 2012).
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pra Bencana
Penanganan gizi pada pra bencana pada dasarnya adalah kegiatan antisipasi
terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana. Kegiatan yang
3
dilaksanakan antara lain sosialisasi dan pelatihan petugas seperti manajemen gizi
bencana, penyusunan rencana kontinjensi kegiatan gizi, konseling menyusui,
konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), pengumpulan data awal
daerah rentan bencana, penyediaan bufferstock MP-ASI, pembinaan teknis dan
pendampingan kepada petugas terkait dengan manajemen gizi bencana dan berbagai
kegiatan terkait lainnya.
Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat, tanggap
darurat dan transisi darurat.
1) Siaga Darurat
Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai
dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan penanganan gizi
pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat
dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.
2) Tanggap Darurat
Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi sebagai
berikut: korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam
pengungsian, petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara
lengkap,bantuan pangan sudah mulai berdatangan dan adanya
penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan. Lama Fase I ini tergantung dari
situasi dan kondisi setempat di daerah bencana yaitu maksimal sampai 3 hari
setelah bencana. Pada fase ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan dapat
mempertahankan status gizinya.
a) Tempat pengolahan
c) Petugas pelaksana
f) Cara mengolah
g) Cara distribusi
5
B. Tanggap Darurat Lanjut
C) Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB <-2SD) dan jumlah
ibu hamil dengan risiko KEK (LILA <23,5 cm).
6
hamil risiko KEK diberikan makanan tambahan (targetted
supplementary feeding).
Apabila ditemukan balita sangat kurus dan atau terdapat tanda klinis
gizi buruk segera dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk
mendapat perawatan sesuai Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
d. Pemberian vitamin A biru (100.000 IU) bagi bayi berusia 6-11 bulan;
dan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) bagi anak berusia 12-59
bulan, bila kejadian bencana terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari
setelah pemberian kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) maka
balita tersebut tidak dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.
3) Transisi Darurat
7
3. Pasca Bencana
Pada program bantuan pangan selama bencana, diperlukan adanya proritas dalam
managemen bantuan pangan. Program bantuan pangan tersebut menurut PAHO
(tanpa tanggal) diantaranya :
8
2. Membuat perkiraan awal kebutuhan pangan penduduk yang terkena bencana,
dengan mempertimbangkan karakteristik demografis.
5. Memantau situasi pangan dan gizi, sehingga pasokan dan penjatahan makanan
dapat dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.
Makanan harus menjadi bagian dari pola pangan penduduk. Jumlah makanan dalam
ransum harus tergantung pada tahap krisis dan sumber daya yang tersedia.Untuk
periode minggu atau bahkan bulan, dan sementara korban tergantung secara
eksklusif atau hampir secara eksklusif pada bantuan pangan, jatah pangan harus
bertujuan untuk menyediakan 1.700-2.000 Kcal per orang/hari. Pada kelompok
penduduk yang berisiko kekurangan gizi, diberikan 3 atau 4 kg makanan per orang
per minggu. Yang penting pada tahap ini adalah memberikan jumlah makanan yang
9
cukup energi, bahkan jika itu bukan diet seimbang. Untuk waktu singkat 1700 Kcal
harian akan mencegah kerusakan parah status gizi, dan kelaparan (PAHO, tanpa
tanggal).
Jumlah ketersediaan pangan dalam bencana mempunyai faktor risiko yang berasal
dari karakteristik agronomi (hasil produk pertanian), sistem agraria (metode bertani,
teknologi pertanian, kepemilikan lahan) dan merupakan faktor struktural serta faktor
situasional seperti musim, dan dinamika ekonomi (ketersediaan bibit, pupuk, alat
pertanian, stok pangan, harga pangan), berlaku pula pada produk peternakan, dan
perikanan (Purwana, 2011).
10
Jenis bencana memberikan gambaran tersendiri bagi ketersediaan pangan. Bencana
akibat gempa bumi masih meninggalkan persediaan pangan yang dapat
dimanfaatkan. Bencana seperti tsunami, banjir, dan kebakaran dapat menghancurkan
total sumber ketersediaan pangan. Nilai gizi, asal pangan (lokal, nasional, impor),
penerimaan masyarakat (acceptability), dan kesiapan (readiness/istant) perlu
diperhatikan dalam memilih sumber pangan (Purwana, 2011).
Kualitas makanan harus dijamin keamanannya mulia dari tahap produksi, seperti
bebas pestisida, bahan kimia beracun, bakteri patogen, hormon, toksin, dan parasit.
Kontaminasi pada tahap ini dapat menyebabkan masalah pada konsumen, yaitu
korban bencana (Purwana, 2011).
Sistem transportasi dan komunikasi dapat mengalami gangguan saat terjadi bencana.
Meski ada kemungkinan persediaan pangan, kadang bahan makanan tidak dapat
diperoleh karena kekacauan sistem distribusi atau ketiadaan dana untuk membeli
pangan. Keamanan pangan, masalah transportasi, distribusi, dan penjualan makanan
saling terkait serta menjadi gambaran ekonomi pada wilayah yang terkena bencana.
Sistem distribusi yang terganggu menyebabkan kelangkaan pangan dan
meningktakan harga bahan pangan pokok seperti beras dan kedelai (Purwana, 2011).
Semua makanan yang disajikan harus sesuai berdasarkan standar konsumsi manusia
(secara nutrisi dan budaya). Kualitas dan keamanan seluruh bahan makanan harus
dikontrol sebelum penggunaan dan bahan yang yang tidak sesuai standar harus
ditolak (WHO, 2005). Prinsip pengendalian bahan makanan adalah :
1. Stok bahan makanan harus diinspeksi secara reguler dan jika ada bahan makanan
yang dicurigai tidak sesuai standar harus dipisahkan kemudian sampel dikirim ke
laboratorium untuk dianalisis, dan untuk sementara waktu, bahan makanan tersebut
tidak boleh digunakan.
2. Pengawas dapur umum, koki dan personil tambahan harus dilatih dalam
kebersihan pribadi dan prinsip persiapan makanan yang aman.
11
3. Pengawas dapur umum harus dilatih untuk dapat mengenali potensi bahaya dan
menerapkan langkah-langkah keamanan pangan yang tepat; kebersihan pribadi
personel yang terlibat dalam persiapan makanan harus dipantau.
4. Petugas dan relawan menyiapkan makanan tidak boleh menderita sakit dengan
salah satu gejala berikut: sakit kuning, diare, muntah, demam, sakit tenggorokan
(demam), tampak terinfeksi lesi kulit (bisul, luka, dll), atau keluarnya cairan dari
telinga, mata atau hidung.
5. Harus ada petugas kebersihan untuk menjaga dapur dan sekitarnya bersih; mereka
harus terlatih dan pekerjaan mereka diawasi dan harus ada fasilitas yang memadai
untuk limbah pembuangan.
6. Air dan sabun harus disediakan untuk kebersihan pribadi, dan deterjen untuk
membersihkan peralatan dan permukaan yang juga harus dibersihkan dengan air
mendidih atau agen pembersih, misalnya pemutih.
7. Makanan harus disimpan dalam wadah yang akan mencegah kontaminasi oleh
hewan pengerat, serangga, atau lainnya hewan
Banyak bakteri tidak menyebabkan penyakit, namun bakteri patogen tersebar luas
pada tanah, air, hewan, dan manusia. Bakteri tersebut disebarkan melalui tangan,
kain pengelap, dan perkakas dapur. Jika makanan dan bakteri bersentuhan, maka
akan mencemari makanan dan mengakibatkan keracunan makanan. Langkah-
langkah dalam menjaga kebersihan pangan (WHO, 2006) antara lain:
4. Melindungi kawasan dapur dan makanan dari serangga, tikus, dan hewan lainnya
Makanan mentah seperti daging, hasil olahan ayam, dan makanan laut serta sisa air
dan lendirnya mengandung bakteri berbahaya yang bisa mencemari makanan lain
saat penyediaan dan penyimpanan makanan. Langkah-langkah dalam memisahkan
makanan mentah dari makanan matang antara lain:
12
1. Memisahkan makanan mentah seperti ayam, daging, dan makanan laut daripada
makanan yang telah dimasak
2. Menggunakan perkakas dapur yang berbeda seperti pisau dan talenan untuk
menyediakan makanan mentah
2. Suhu didih untuk makanan yang direbus harus mencapai suhu 70 oC. Bagi daging
dan hasil ayam, pastikan air rebusan terlihat jernih dan bukan berwarna merah
jambu. Sebaiknya gunakan termometer masak untuk mengukur suhu.
Pada suhu kamar, bakteri akan bereproduksi dengan cepat. Pertumbuhan bakteri
akan melambat atau terhenti pada suhu dibawah 5oC atau lebih dari 60oC. Langkah-
langkah peyimpanan makanan pada suhu aman antara lain:
1. Jangan meletakkan makanan lebih dari dua jam pada suhu kamar
2. Simpan makanan yang telah dimasak namun cepat rusak pada lemari pendingin
(simpan pada suhu di bawah 5oC).
5. Jangan biarkan makanan beku dicairkan pada suhu kamar (WHO, 2006).
Bahan mentah termasuk air dan es dapat terkontaminasi oleh bakteri patogen dan
bahan kimia berbahaya. Racun dapat terbentuk dari makanan yang rusak dan
13
berjamur. Memilih bahan baku dan pelakuan sederhana seperti mencuci dan
mengupas kulitnya dapat mengurangi pencemaran makanan. Langkah-langkah
penggunaan air dan bahan baku aman antara lain:
1. Gunakan air yang bersih atau telah diberi perlakuan agar air aman.
3. Pilihlah cara pengolahan yang menghasilkan makanan yang aman, seperti susu
yang telah dipasteurisasi.
2. Sedikit atau tidak perlu dimasak (makanan yang mudah dikonsumsi), tidak perlu
pendingin, atau air
3. Memenuhi kebutuhan bayi atau anggota keluarga lain yang memiliki diet khusus
5. Makanan tidak asin atau pedas, karena makanan ini meningkatkan kebutuhan air
minum, yang mungkin dalam suplai air minum sedikit
1. Bencana dapat dengan mudah mengganggu pasokan makanan setiap saat, jadi
perlu perencanaan untuk memiliki suplai makanan minimal 3 hari.
2. Makanan kaleng dan makanan kering akan tetap segar selama 2 tahun.
14
4. Jauhkan makanan dari produk minyak bumi, seperti bensin, minyak, cat, dan
pelarut. Beberapa produk makanan menyerap bau dari produk minyak bumi
tersebut..
5. Lindungi makanan dari tikus dan serangga. makanan yang disimpan dalam kotak
atau kertas karton dapat bertahan lebih lama jika dibungkus dengan tebal atau
disimpan dalam wadah kedap udara.
6. Berikan tanggal pada semua item makanan. Gunakan dan ganti makanan sebelum
kehilangan kesegaran.
Menyiapkan makanan setelah bencana atau keadaan darurat mungkin sulit karena
kerusakan rumah dan hilangnya suplai listrik, gas, dan air. Ketersediaan peralatan
berikut akan membantu untuk menyiapkan makanan dengan aman (CDC, 2014) :
1. Peralatan memasak
5. Aluminium foil
7. Bahan bakar untuk memasak, seperti arang. (Jangan membakar arang di dalam
ruangan karena asap yang dihasilkan dapat mematikan bila terkonsentrasi di dalam
ruangan).
15
yang sering menyelenggarakan kegiatan DU selain PMI adalah TNI, Karang Taruna,
SATGASSOS, perangkat Pemda di tingkat bawah, Hansip, dll.
Dalam menentukan lokasi Dapur Umum agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut
:
1. Letak Dapur Umum dekat dengan posko atau penampungan supaya mudah
dicapai atau dikunjungi oleh korban
2. Lokasi atau tempat pendistribusian yang aman dan mudah dicapai oleh korban
3. Waktu pendistribusian yang kosisten dan tepat waktu, misalnya dilakukan 2 kali
sehari,makan pagi/siang dilaksanakan jam 10.00 s/d 12.00 wib, makan sore/malam
jam 16.00 s/d 17.00 wib
5. Pembagian makanan bisa mengunakan daun, piring, kertas atau sesuai dengan
pertimbangan aman, cepat, praktis, dan sehat.
Alamat/lokasi/pos :……………………………………………....
16
Gambar: Kartu pengambilan jatah makanan
2. Sampai dengan hari ketiga adalah untuk memberikan bantuan makanan kepada
seluruh korban bencana yang dilaporkan
3. Untuk hari keempat sampai dengan ketujuh pemberian bantuan makanan sudah
dapat dimulai dengan selektif; bantuan makanan hanya diberikan kepada korban
yang benar-benar membutuhkan
4. Apabila setelah tujuh hari ternyata korban bencana belum dapat menjalankan
fungsi sosialnya seperti semula dan masih memerlukan bantuan, pemberian bantuan
berikutnya diusahakan dalam bentuk bahan mentah yang sesuai dengan prisip
bantuan PMI
5. Bantuan dari PMI diberikan dalam bentuk tahap darurat paling lama berlangsung
selama 14 hari, jika situasi dan kondisi masih dalam keadaan darurat dan disertai
dukungan sarana dana yang memadai, atas permintaan dan sesuai kemampuan PMI,
pemberian bantuan dapat melampaui masa 14 hari tersebut
17
Tujuan perencanaan menu adalah tersedianya menu sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan makanan, baik komersil maupun non komersil. (Dep.Kes, 2007)
Menu yang disusun direncanakan terlebih dahulu oleh petugas kesehatan gizi,
Makanan yang bertanggungjawab dalam pelaksanaannya. Setiap 1 minggu sekali
selalu dilakukan evaluasi menu oleh petugas kesehatan gizi makanan. Siklus menu
yang digunakan adalah siklus menu 7 hari, tetapi hal itu disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada.
Kebutuhan bahan makanan yang akan digunakan dalam penyelenggaraan makanan ini
direncanakan sesuai jumlah klien yang dilayani, standar kebutuhan makanan dan
macam menu yang akan diolah. Dalam hal pengadaan bahan makanan dilaksanakan
oleh petugas sendiri, baik untuk bahan makanan kering maupun bahan makanan segar
tanpa menggunakan rekanan. Hal ini dikarenakan oleh jumlah konsumen yang
dilayani hanya sedikit.
Perencanaan kebutuhan bahan makanan segar dilakukan setiap hari oleh kepala dapur.
sedangkan untuk bahan makanan kering dilakukan 2 minggu sekali dan 1 bulan sekali
tergantung jenis bahan makanan dan persediaan bahan makanan yang ada. Terkadang
ada juga kiriman bahan makanan dari donatur berupa bahan makanan kering dan
snack.
18
Pemberian bahan makanan disalurkan melalui sumbangan-sumbangan baik oleh
pemerintah, swasta maupun masyarakat yang dikumpulkan melalui Petugas kesehatan
dan PMI setempat.
Penerimaan bantuan dari Jasaraharja cabang Surabaya berupa sembako dan alat
kebersihan.
Untuk bahan makanan kering, seperti mie instan 100 karton, beras 600 kg,
biscuit 100 kaleng, makanan dan susu bayi 200 kotak.
Untuk bahan makanan basah, seperti minyak goreng 100 pcs, daging 20 kg,
sayuran 50 kg.
Untuk alat kebersihan, seperti popok bayi 150 pcs, selimut 150 pcs, pembalut
wanita 150 pcs, sabun mandi 150 pcs, sikat gigi 150 pcs.
Obat-obatan seperti paracetamol 100 tablet, neuralgin 100 tablet, komix 100
box.
Persediaan bahan makanan kering seperti beras, kerupuk, bumbu-bumbu kering dan
lain-lain disimpan dalam ruang penyimpanan khusus yang sudah ada rak-rak dan
lemari penyimpanannya. Sedangkan untuk bahan makanan segar segera dilakukan
persiapan sebelum diolah.
19
(7) Persiapan Bahan Makanan
Persiapan bahan makanan adalah suatu proses kegiatan yang spesifik dalam rangka
menyiapkan bahan makanan dan bumbu sebelum dilakukan pemasakan
(Mukrie,1990). Persiapan bahan makanan diselenggarakan untuk menyiapkan bahan
makanan sesuai macam hidangan, persiapan, standart resep yang tepat,
mempersiapkan macam dan jumlah jumlah bahan makanan menurut prosedur yang
telah ditetapkan.
Persiapan bahan makanan ini dilakukan oleh seluruh petugas meliputi penerimaan,
pencucian, peracikan bumbu, pemotongan sesuai menu sehingga semua bahan siap
untuk diolah. Pemasakan dilakukan setiap sebelum pendistribusian setiap jam makan.
Hal itu dilakukan agar hidangan selalu hangat dan enak saat dimakan.
2.1. Menu
Pola menu untuk makan siang merupakan pola menu lengkap yang terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah. Sedangkan pola menu
makan pagi dan makan malam terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati
dan sayur. Setiap kali makan ditambahkan pelengkap seperti kerupuk dan sambal.
Untuk balita atau anak-anak disediakan susu
20
21
BAB VII
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Indonesia rentan terhadap terjadinya bencana. Bencana menyebabkan
kekurangan pangan serta berdampak buruk pada status gizi pada penduduk yang
terkena bencana. Permasalahan pada ketersediaan pangan dan nutrisi tergantung dari
jenis bencana, durasi dan ukuran daerah yang terkena damapak bencana, dan status
gizi masyarakat sebelum bencana. Setiap jenis bencana akan mengacaukan sistem
transportasi, komunikasi, dan rutinitas sosial dan ekonomi.
Ketika terjadi bencana, perlua ada bantuan pangan. Bantuan pangan bertujuan
untuk mencegah kekurangan gizi pada penduduk yang terkena bencana. Selain
bantuan pangan, perlu adanya managemen suplai makanan untuk memastikan
keamanan dan mencegah penularan penyakit melalui makanan.
Keamanan pangan diperlukan dalam menyuplai bahan makanan. Keamanan
pangan dimulai dari tingkat produksi, distribusi, dan pengolahan bahan makanan.
Pada tingkat produksi, perlu memperhatikan Nilai gizi, asal pangan, penerimaan
masyarakat, dan kesiapan. Sistem distribusi yang terganggu menyebabkan
kelangkaan pangan dan meningktakan harga bahan pangan pokok. Keamanan
pangan saat mengolah makanan bertujuan untuk mengurangi risiko kontaminasi
bakteri patogen.
Dapur umum diselenggarakan untuk menyediakan/menyiapkan makanan dan
dapat didistribusikan/dibagikan pada korban bencana alam dalam waktu cepat dan
tepat. Penyelenggaraan dapur umum untuk melayani kebutuhan makan para
penderita atau korban bencana. Dapur umum dapat diselenggarakan oleh siapa saja
yang datang pertama kali dan dapat menyelenggarakannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana. Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Insani Nur Sayyidah, Tanpa Tanggal, Makalah Penyelenggaraan Makanan Darurat, Diunduh
pada tanggal 15 desember 2017, dari
https://www.scribd.com/document/358785160/Makalah-Penyelenggaraan-
Makanan-Darurat
Tanpa nama, tanpa tanggal. Pangan Dan Gizi Dalam Kedaruratan Bencana, diundug pada
tanggal 15 Desember 2017, dari https://masterkesmas.blogspot.co.id/2016/03/pangan-
dan-gizi-dalam-kedaruratan.html
23