You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL

MIX DESIGN

Wa Ode Noor Julia


Muhammad Luthfi
Meshal Raghvendra
Immanuel Evaldo
Virna Septiana

Tanggal Praktikum : 10 November 2017

Asisten Praktikum : Raseesha Nauratul Gustia

Tanggal Pengumpulan :

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK

I. PERBANDINGAN CAMPURAN BETON


a. Konsep Perhitungan Campuran
Perbandingan campuran bahan – bahan beton harus dipilih untuk mendapatkan beton
yang paling ekonomis, sehingga dengan menggunakan bahan – bahan yang tersedia
akan menghasilkan beton yang mempunyai workability, durability dan strength yang
diinginkan.

Tes – tes laboratorium dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara komponen –


komponen seperti agregat, semen, air, dan admixture untuk mendapatkan kombinasi
yang optimum, akan tetapi perbandingan yang terakhir harus disesuaikan dengan
keadaan.

b. Metode Perhitungan Campuran


Metode perhitungan campuran adalah dengan melakukan percobaan sampai
mendapatkan keadaan yang cocok sesuai yang dibutuhkan. Tes – tes terhadap
campuran beton sebelum pengecoran beton dilaksanakan tidak boleh menggunakan
material dari material yang akan digunakan. Setelah didapatkan perbandingan
campuran yang dianggap cocok kemudian harus diselidiki dan disesuaikan dengan
menggunakan batching plant yang sesungguhnya akan digunakan di lapangan.

II. PROSEDUR PERHITUNGAN CAMPURAN

Prosedur perhitungan campuran beton pada prinsipnya dilakukan dengan cara coba –
coba, dan garis besarnya adalah sebagai berikut:

a. Menguji material beton untuk memeriksa syarat spesifikasi

b. Memilih Nilai Slump


Nilai slump pada umumnya diberikan untuk pekerjaan struktur tertentu, namun
bila tidak diberikan, maka nilai slump dapat diambil dari Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Slump yang direkomendasikan untuk variasi jenis konstruksi berdasarkan
ACI 211.1-91

*) Batas atas slump dapat dinaikkan sebesar 20 mm untuk pemadatan dengan tangan.

c. Menentukan ukuran butir maksimum agregat kasar


Ukuran agregat maksimum harus dipilih dengan batasan sebagai berikut:

1. Ukuran maksimum tidak boleh lebih besar dari 1/5 dimensi minimum elemen
struktur, 1/3 tebal pelat, atau ¾ ruang bebas antar tulangan. Batasan ini
memberikan nilai agregat maksimum sebesar 40 mm, kecuali untuk produksi
masal.
2. Perkembangan saat ini menyarankan, untuk nilai w/c ratio yang sama, maka
pengurangan ukuran maksimum agregat akan meningkatkan kekuatan
betonnya.

d. Menentukan Standard Design Strength (Fcr)mengestimasi jumlah air pencampur


(W) dan kandungan udara (A).

T
a
b
e
l
2. Perkiraan jumlah air pencampur yang dibutuhkan dan kandungan udara untuk
workabilitas yang berbeda dan ukuran agregat maksimum berdasarkan ACI 211.1-91.

e. Target Strength
Target strength adalah suatu strength yang harus dicapai oleh beton (biasanya
pada umur 28 hari) yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam menentukan
perbandingan campuran beton.

Target strength ini pada umumnya ditentukan dengan memperhatikan faktor –


faktor sebagai berikut:

 Standard design strength


 Macam – macam kualitas beton yang mungkin dihasilkan di lapangan.
 Kepentingan / kegunaan dari struktur.
Untuk menentukan target strength, digunakan ketentuan:

Tabel 3. Tambahan Target Kekuatan Desain yang Dibutuhkan terhadap Kekuatan


Desain Awal

f. Water – cement Ratio


Rasio air-semen ditentukan oleh kekuatan serta ketahanan yang diinginkan.

1. Kekuatan. Estimasi nilai rasio air-semen dapat ditentukan berdasarkan


kekuatannya melalui tabel 4.
2. Ketahanan. Jika terdapat kondisi lingkungan yang cukup ekstrim, seperti beku,
terkena air laut secara langsung, atau sulfat, maka nilai rasio air-semen harus
dilakukan penyesuaian lagi.
Tabel 4. Hubungan antara rasio air-semen dan kuat tekan beton rata-rata, berdasarkan
ACI 211.1-91

g. Menghitung jumlah semen (C’) yang diperlukan


Berat satuan semen (C’) dapat di

hitung dari berat satuan air (W) dan water-cement ratio (W/C).

h. Estimasi jumlah Agregat Kasar (CA) yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Volume agregat kasar per unit volume beton berdasarkan ACI 211.1-91.

i. Menentukan estimasi jumlah agregat halus


Estimasi kandungan agregat halus, dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu:
1. Metode Massa
2. Metode Volume
Metode massa mengestimasi berat jenis beton yang akan dibuat dari tabel 6.

Tabel 6. Perkiraan pertama berat isi beton segar sesuai dengan ACI 211.1-91

Atau dapat dihitung dengan persamaan:

S = ρ – (W + C + CA)

j. Penyesuaian jumlah agregat dilakukan terhadap kandungan kelembaban


permukaan agregatnya.

III. PENGOLAHAN DATA


Pada percobaan kali ini, beton yang digunakan adalah beton untuk kolom
bangunan. Kekuatan (f’c) yang diinginkan adalah sebesar 30 MPa pada umur 28 hari.
Slump yang dibutuhkan sebesar 100 mm dan ukuran agregat maksimum 40 mm
dengan kondisi non air entrained concrete, yang berarti tidak ada campuran udara di
dalam campuran tersebut. Berdasarkan tabel perkiraan jumlah air pencampur pada
ACI 211.1-91, jumlah air pencampur (W) yang dibutuhkan adalah sebesar 195 kg/m3
dengan persen konten udara (A) sebesar 1.5%.
Selanjutnya, untuk menghitung water-cement ratio diperlukan perhitungan f’cr
sesuai dengan tabel 2. Kekuatan desain untuk f”cr untuk kekuatan f”c 30 Mpa adalah
sebesar : f”cr = 30 +10 = 40 Mpa. dengan nilai f’cr kita dapat mengetahui besar kuat
tekan beton yang disyaratkan. Berdasarkan tabel hububungan rasio air-semen dan
kuat tekan beton dari ACI 211.1-91, untuk menghitung kekuatan desain sebesar 43.5
Mpa digunakan interpolasi sebagai berikut:

40 − 38.5 0.43 − 𝑥
=
38.5 − 35 𝑥 − 0.48

1.5 0.43 − 𝑥
=
3.5 𝑥 − 0.48

1.5𝑥 − 0.72 = 1.505 − 3.5𝑥

𝑥 = 0.5

Maka, rasio air-semen (W/C) yang digunakan adalah sebesar 0.5

Dengan rasio (W/C) dan jumlah air pencampur (W), maka didapatkan jumlah semen
yang dibutuhkan adalah sebesar:

𝑊
𝐶=
𝑊
𝐶

175
=
0.5

= 350 kg/m3

Untuk mencari jumlah agregat kasar dibutuhkan perhitungan sebagai berikut :

𝐶𝐴 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟

= 1100 𝑥 0,71

= 781 kg/m3

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahu bahwa jumlah agregat kasar yang
diperlukan dalam pencampuran adalah sebesat 781 kg/m3.
Setelah itu, untuk mendapatkan perhitungan jumlah agregat halus yang
dibutuhkan, praktikan menggunakan metode volume sebagai estimasi massa agregat
agar lebih akurat.
Dengan specific grafity semen sebesar 3.15, specific grafity dari agregat halus sebesar
2.09 dan specific grafity dari agregat kasar pada saat SSD sebesar 2.54 maka didapat
perhitungan:
350 781
𝑆 = 2.09 [1000 − (175 + 3.15 + 2,54 + 10𝑥5.5)] = 734,44 kg/m3

HASIL PERHITUNGAN

Semen : 350 kg/m3 = 350000 gram/m3


Agregat halus : 734,44 kg/m3 = 734440 gram/m3
Agregat kasar : 781 kg/m3 = 781000 gram/m3
Air : 175 kg/m3 = 175000 gram/m3

JUMLAH MATERIAL YANG DIGUNAKAN

Volume Silinder = 𝜋 . 𝑟 2 . 𝑡

= 𝜋 . (7,5)² . 30

= 0,005299

Semen : 350000 gram/m3 x 0.005299 m3 x 1.3 = 2411,045 gram

Agregat halus : 734440 gram/m3 x 0.005299 m3 x 1.3 = 5059,33683 gram

Agregat kasar : 781000 gram/m3 x 0.005299 m3 x 1.3 = 5380,0747 gram

Air : 175000 gram/m3 x 0.005299 m3 x 1.3 = 1205,5225 gram


IV. ANALISIS
1. Analisis percobaan
Pada tanggal 26 November 2017 praktikan melakukan praktikum Mix Design
di laboratorium strukur dan material Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Percobaan Mix Design ini bertujuan untuk mengestimasi proporsi material yang akan
digunakan untuk membuat beton dengan mutu dan kekuatan yang diinginkan. Beton
dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila strength, durability, dan workability
memiliki kualitas yang baik. Maka dari itu, perbandingan seluruh material yang
dibutuhkan untuk membuat beton harus dihitung sesuai dengan kekuatan yang
diinginkan.
Langkah pertama yang praktikan lakukan pada percobaan ini adalah praktikan
menghitung material-material pembuatan beton dengan menggunakan referensi dari
American Concrete Institute (ACI) yang didasarkan pada ACI 211.1-91. Kekuatan
beton yang diinginkan pada percobaan ini adalah 30 Mpa, ukuran slump 100 mm, dan
ukuran maksimum agregat kasar sebesar 40 mm dengan umur beton selama 28 hari.
Praktikan juga mendapatkan data fineness modulus (FM), specific gravity agregat
halus dan kasar dalam kondisi SSD, berat jenis agregat kasar (goyang), serta specific
gravity semen dari praktikum yang sudah dilakukan sebelumnya. Material-material
yang dibutuhkan berasal dari laboratorium struktur dan material
Setelah melakukan persiapan bahan untuk pencampuran beton, praktikan
memulai dengan mengambil saringan No.200 dan saringan berukuran 25 mm dan
menyaring material kecil seperti pasir dan kerikil. Setelah menyaring, praktikan
menimbang material tersebut. Selanjutnya praktikan mencuci agregat yang telah
disaring agar debu-debu halus dalam kerikil hilang dan tidak tercampur pada saat
pembuatan beton. Begitu pula dengan pasir. Pasir juga harus dicuci untuk
menghilangkan kadar lumpur yang melekat seehingga beton yang akan dibuat tidak
lagi mengandung lumpur. Setelah itu praktikan menjemur agregat tersebut agar
didapatkan kondisi SSD.
Pada hari selanjutnya, praktikan menyiapkan lima buah bekisting silinder,
semen, dan air dalam talam yang berbeda. Lalu air yang disiapkan kurang lebih
mengisi 60% talam agar dapat mengikat semua agregat yang tercampur. Setelah itu
praktikan memasukkan kerikil, pasir, semen, dan air. Dalam memasukkan material ke
dalam mesin pengaduk, praktikan harus memerhatikan urutan pencampurannya.
Pertama praktikan memasukkan kerikil dan pasir untuk mengurangi rongga pada
beton, lalu dilanjutkan dengan memasukkan air secara perlahan-lahan sebanyak 60%
dari ukuran talam agar tidak terlalu cair dan menyalakan mesin pengaduk.
Setelah adukan agak mengental, praktikan mematikan mesin dan melakukan
slump test. Slump test adalah uji yang digunakan untuk menentukan kekakuan dari
campuran beton segar (fresh cooncrete) untuk menentukan workability-nya.
Kekakuan campuran beton menunjukan banyak air yang digunakan. Maka dari itu
slump test digunakan untuk melihat apakah campuran beton kekurangan, kelebiha,
atau cukup air. Slump test dilakukan dengan cara memasukkan adukan ke dalam alat
pengukur slump berbentuk kerucut. Praktikan memasukkan campuran beton dalam
tiga lapis dengan pengisian 1/3 tinggi kerucut tiap lapisannya. Setiap 1 lapis praktikan
menumbuk bahan campuran dengan menggunakan batang besi sebanyak 25 kali tiap
lapisannya. Setelah kerucut terisi penuh, praktikan mengangkat kerucut dan bahan
campuran beton menjadi runtuh. Lalu praktikan mengukur ketinggian keruntuhan
bahan campuran beton dengan cara menaruh batang besi di atas kerucut dan
mengukur tinggi batang besi dari puncak bahan campuran dengan penggaris. Lalu
praktikan mendapatkan hasil slump test dan mencatat datanya.
Setelah praktikan mendapatkan hasil slump test, praktikan memasukkan
campuran beton ke dalam bekisting yang telah diberikan oli. Praktikan
memasukannya dengan cara mengisi campuran beton 1/3 dari tinggi bekisting. Tiap
lapisannya, praktikan memiringkan bekisting dan menjatuhkannya lagi sampai dengan
25 kali. Begitu seterusnya sampai bekisting terisi penuh oleh campuran beton.
Langkah terakhir, praktikan memberi nama kelompok di atas beton. Setelah
selesai praktikum, praktikan membersihkan kotoran-kotoran sisa dari material
penyusun beton supaya laboratorium tetap terjaga kebersihannya.

2. Analisis hasil

Dalam perhitungan mix design, praktikan mendapatkan proporsi material yang


digunakan untuk percobaan ini. Beritkut ini adalah data proporsi material yang
digunakan.

Semen : 2411,045 gram


Agregat halus : 5059,33683 gram
Agregat kasar : 781000 gram/m3
Air : 1205,5225 gram

3. Analisis kesalahan

Dalam melakukan percobaan, praktikan menyadari bahwa praktikan melakukan


kesalahan yang menyebaban ketidaksesuaian beton yang diinginkan. Berikut ini
adalah kesalahan-kesalahan yang praktikan lakukan.

a. Kurang mengertinya praktikan dalam menghitung proposi material yang


dibutuhkan akibatnya data yang dihasilkan kurang akurat.
b. Praktikan tidak memastikan agregat tercuci sempurna yang berakibat masih
ada tersisanya lumpur dan debu di dalam beton
c. Praktikan kurang tepat dalam mengaduk campuran beton di mesin pengaduk

V. KESIMPULAN
a. Semakin akurat perhitungan mix design, semakin tinggi kualitas beton yang
diinginkan
b. Untuk membuat beton, diperlukan standar referensi dari ACI (American
Concrete Institute)
c. Proporsi material yang digunakan :

Semen : 2411,045 gram


Agregat halus : 5059,33683 gram
Agregat kasar : 781000 gram/m3
Air : 1205,5225 gram
VI. LAMPIRAN

Gambar 2. Praktikan memasukkan


agregat ke dalam mesin pengaduk
Sumber : dokumentasi kelompok R11
Gambar 1. praktikan
menyiapkan bekisting untuk
mencetak beton

Sumber : dokumentasi
kelompok R11

You might also like