You are on page 1of 3

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sintesis Seng (II)-Porifrin


Rute sintetis untuk tiga seng porfirin adalah ditunjukkan dalam Skema 1.

Jalur Sintesis:
1a: Campuran 4-nitrobenzaldehida (2,57 g,0,017 mol), benzaldehida (5,41 g, 0,051
mol),dan pirol (0,536 g, 8 mmol) dalam 120 mL CH3CH2COOH diaduk dan
dipanaskan sampai untuk direflux selama 5 menit. Setelah penambahan pirol (4,29
g, 0,064 mol) dilarutkan dalam 25 mL CH3CH2COOH, Campuran kemudian
diaduk lagi selama 20 menit. Campuran direfluks pada kondisi gelombang mikro
selama 2 menit dan biarkan dingin selama semalam. CH3CH2COOH didistilasi
dengan tekanan rendah.Total bahan mentah adalah bubuk ungu.
1b: Disintesis seperti yang dijelaskan untuk 1a, namun benzaldehida diganti dengan
4-klorobenzaldehida.
1c: Campuran 4-nitrobenzaldehida (0,6 g, 4 mmol), 4-metoksibenzaldehida (1 mL,
0,051 mol), dan pirol (0,85 mL, 8 mmol) dalam 12 mL asetat anhidrida diaduk
dan ditambahkan ke 100 mL asam asetat glasial. Campuran direfluks selama 60
menit. Campuran dibiarkan dingin dan diekstraksi. Total bahan mentah adalah
bubuk ungu.
2a: Minyak mentah 1a (30 mg) dilarutkan dalam 80 mL asam klorida pekat. Stannous
klorida dihidrat (2,6 g) ditambahkan ke larutan dan larutan dipanaskan sampai 65-
70 °C selama 1,5 jam. Larutan kemudian didinginkan dan ditambahkan ke 100
mL air dan pH disesuaikan sampai pada pH 8 menggunakan konsentrat amonium
hidroksida. Fasa cair tersebut diekstraksi dengan kloroform. Fase organiknya
terkonsentrasi pada evaporator berputar sampai 50 mL, melalui proses
kromatografi melalui kolom silika dengan kloroform sebagai eluen.
2b: Dibuat seperti yang dijelaskan untuk preparasi senyawa 2a, dengan menggunakan
1b sebagaibahan awal.
2c: Dibuat seperti yang dijelaskan untuk 2a, dengan menggunakan 1c sebagai bahan
awal.
3a: Kelebihan dari Boc-D-threonine (20 mg, 0.11 mmol) ditambahkan ke larutan 2a
(100 mg, 0,074 mmol) dalam CH2Cl2 (60 mL), dan campurannya adaladiaduk
dalam bak es selama 10 menit. Untuk solusi ini, N,N'-disikloheksilkarbodiimida
ditambahkan setetes demi setetes lebih dari 20 menit, dengan pengadukan selama
12 jam. Ice bath dilepas dan campuran dicuci dengan Na2CO3 encer 10% dan air,
sebelum pengeringan Ice Bath dilepas dan campuran dicuci dengan Na2CO3 berair
10% dan air, sebelum mengeringkan Na2SO4. Padatan yang dihasilkan dilarutkan
dalam CHCl3 dan kemudian dimurnikan pada kolom silika gel. Bubuk merah
dikumpulkan sebagai produk.
3b: Dibuat seperti yang dijelaskan untuk 3a, menggunakan 2b sebagai bahan awal.
3c: Dibuat seperti yang dijelaskan untuk 3a, dengan menggunakan 2c sebagai bahan
awal.
4a: Zn(OAc)2.2H2O berlebih (20 mg, 0,11 mmol) ditambahkan ke larutan 3a (100 mg,
0,074 mmol) dalam CH2Cl2-MeOH (20 mL, 10: 1), dan campurannya direfluks
dengan tanpa adanya cahaya selama 1 jam. Setelah direfluks, larutan dicuci
dengan H2O dan dikeringkan di atas Na2SO4. Isi disaring, campuran diuapkan
sampai kering, dan bahan sisanya dimurnikan pada kolom gel silika (20:1
CHCl3/eter sebagai eluen) untuk mendapatkan produk tersebut, padatan amorf
merah.
4b: Dibuat seperti yang dijelaskan untuk 4a, dengan menggunakan 3b sebagai bahan
awal.
4c: Dibuat seperti yang dijelaskan untuk 4a, menggunakan 3c sebagai bahan awal.
3.2 Konstruksi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)
3.2.1 Sintesis TiO2 dengan Metode Co-Precipitation
Nanopartikel TiO2 disintesis dengan metode kopresipitasi. TiCl3 sebanyak 10
ml diaduk bersama dengan 4,7 ml aquades dan 0,3 ml HCl 37% dengan menggunakan
magnetic stirrer selama 2-3 menit pada temperatur 45oC. Kemudian ditambahkan 20
ml HCl 37% dalam posisi terus mengaduk. Setelah larutan berwarna ungu encer
kemudian ditambahkan NH4OH 25% sebanyak 50 ml dan terus diaduk hingga
berwarna ungu hitam. Larutan terus ditetesi NH4OH hingga larutan berwarna putih
dan mulai menghasilkan endapan. Selanjutnya proses dihentikan dan larutan dibiarkan
mengendap. Setelah mengendap, endapan dan cairan NH4OH dipisahkan. Endapan
tersebut dikalsinasi pada temperatur 400 oC selama 5 jam untuk mendapatkan fasa
anatase dan 1000 oC selama 7 jam untuk mendapatkan fasa rutile.

3.2.2 Pelapisan TiO2 pada Kaca TCO dan Perendamannya di dalam Pewarna
Alami
Pada tahap pelapisan ini, TiO2 dijadikan pasta dengan cara melarutkan 2 gram
bubuk TiO2 dalam 0,7 ml aquades dan digerus di mortar. Ditambahkan 1 ml
CH3COOH 98% dan 0,1 ml Triton X-100 pada pasta. Untuk melapiskan pasta TiO2,
kaca TCO harus dibersihkan dengan menggunakan ethanol 96%. Pasta TiO2 dilapiskan
pada kaca TCO dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm2 menggunakan metode doctor blade. Pada
pelapisan tersebut, terdapat lima campuran (fraksi volume) fase anatase dan rutile
dengan perbandingan anatase:rutile yaitu 100 %: 0 %, 25 %: 75 %, 50 %: 50 %, 75 %:
25 % dan 0 %: 100 %. Kaca TCO yang sudah terlapisi TiO2 dianil pada temperatur
225 oC selama 2 menit kemudian didinginkan selama beberapa menit. Selanjutnya,
kaca TCO direndam di dalam larutan Seng (II)-porifrin selama 12 jam.

3.3.3 Perakitan DSSC


DSSC dirakit menggunakan struktur sandwich dengan menggunakan elektrolit
I-/I3- dan katalis Pt pada counter electrode (elektroda pembanding). Elektrolit dibuat
dengan melarutkan 0,8 gram KI (0.5M) dan 0.127 gram I2 (0.05M) ke dalam
acetonitril. Kaca TCO yang sudah dilapisi TiO2 dan pewarna direkatkan dengan TCO
yang berlapis platina. Kemudian, elektrolit diisikan melalui celah di antara kedua kaca
TCO.

You might also like